Anda di halaman 1dari 20

Pdt.I.C.

11

PUTUSAN
Nomor 311/Pdt.G/2023/PN Mks

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Negeri Makassar yang memeriksa dan memutus perkara


perdata pada tingkat pertama, telah menjatuhkan putusan sela sebagai berikut
dalam perkara gugatan antara:
SAHARI binti Mandra Dg Ngalli, Lahir di Makassar, Umur 56 Tahun, Warga
Negara Indonesia, Pekerjaan Wiraswasta Bertempat tinggal di
Jalan Batua Raya No. 4 RT. 004, RW. 006 Kelurahan Batua,
Kecamatan Manggala, Kota Makassar, dalam hal ini diwakili
kuasanya atas nama DRS. H. ABDIMANAF MURSAID, SH.
MH, Pekerjaan Advokat/Penasihat Hukum, Berkantor di Jalan
Tinumbu No. 358 Kel. Layang, Kec. Bontoala, Kota Makassar
berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 18 Agustus 2023,
yang telah didaftarkan pada Kepaniteraan Pengadilan Negeri/
Niaga/ HAM/ PHI Kelas I A Khusus Makassar tanggal
31 Agustus 2023 dalam register Nomor 1154/ Pdt/
2023/ KB,……………………………..….….sebagai Penggugat;
MEDANG BIN TANRA (Medong bin Tanra), Warga Negara Indonesia,
Pekerjaan Tidak ada, Bertempat tinggal di Jalan Batua Raya VII
Lorong Buntu No. 7 RT. 003, RW. 006 Kelurahan Batua,
Kecamatan Manggala, Kota Makassar, Sebagai……..Tergugat;
KEPALA KANTOR PERTANAHAN KOTA MAKASSAR Berkedudukan di
Jalan Andi P. Petta Rani No. 8 Kelurahan Tidung, Kecamatan
Rappocini, Kota Makassar, Sebagai……………Turut Tergugat;
Pengadilan Negeri tersebut;
Setelah membaca berkas perkara;
Setelah mendengar kedua belah pihak yang berperkara;
TENTANG DUDUK PERKARA
Menimbang, bahwa Penggugat dengan surat gugatan tanggal 21
Agustus 2023 yang diterima dan didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri
Makassar pada tanggal 23 Agustus 2023 dalam Register Nomor 311/ Pdt.G/
2023/ PN Mks, telah mengajukan gugatan sebagai berikut:
Bahwa sebelum Penggugat mengemukakan alasan hukum sehingga menggugat
Tergugat dan Turut Tergugat, terlebih dahulu Penggugat kemukakan landasan
hukum sehingga gugatan ini diajukan di peradilan umum. In casu Pengadilan
Negeri Makassar. Berdasarkan Undang-undang No. 7 Tahun 1989 tentang
Peradilan Agama sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 3

Halaman 1 dari 20 Putusan Sela Perdata Gugatan Nomor 311/Pdt.G/2023/PN Mks


Tahun 2006 terakhir diubah dengan Undang-undang No. 50 Tahun 2009 tentang
Perubahan Kedua Undang-undang No. 7 Tahun 1989 pada Pasal 50
menegaskan bahwa dalam hal terjadi sengketa mengenai hak milik atau hak
keperdataan atas obyek hibah, maka khusus mengenai obyek sengketa hak milik
atau hak keperdataan tersebut harus diputus lebih dahulu oleh Peradilan Umum.
Bahwa selain itu, pokok persengketaan dalam perkara a quo adalah perbuatan
melawan hukum bukan mengenai wanprestasi dalam hubungan dengan hibah
atas obyek sengketa dalam perkara a quo. Juga dalam sengketa a quo subyek
gugatan bukan hanya penerima hibah namun juga Kantor Pertanahan Kota
Makassar;
Bahwa Penggugat mengajukan gugatan terhadap Tergugat dan Turut Tergugat
didasarkan pada alasan hukum sebagai berikut:
Bahwa almarhum dan almarhumah orang tuan Penggugat yaitu Mandra Dg
Ngalli bin Mandacingi dan Buba binti Tanra telah meninggal dunia masing-
masing Mandra Dg Nganli bin Mandacingi meninggal dunia di Makassar pada
tanggal 12 Maret 1992 dan Buba binti Tanra meninggal dunia di Makassar pada
tanggal 27 April 1993.
Bahwa kedua orang tua Penggugat tersebut selain meninggalkan Penggugat
yaitu Sahari binti Mandra Dg Ngalli, Halang Dg Taco bin Mandra Dg Ngalli dan
Sariana binti Mandra Dg Ngalli sebagai ahli waris, juga meninggalkan tanah
warisan seluas kurang lebih 455 (empat ratus lima puluh lima) meter persegi,
Persil No. 35 DII, Kohir No. 1184 CI terletak di Kelurahan Tello Baru, Kecamatan
Panakkuang, Kota Makassar. Sekarang terletak di Kelurahan Batua, Kecamatan
Manggala, Kota Makassar dengan batas-batas:
Dahulu batas-batasnya adalah:
Sebelah Utara : Tanah Jaga bin Bakkara
Sebelah Timur : Tanah Ambullah Bado
Sebelah Selatan : Tanah Abdul Rauh/Baso
Sebelah Barat : Jaga bin Bakkara.
Sekarang batas-batasnya adalah:
Sebelah Utara : Tahan Pak Rahman dan Tanah Hj. Juwita
Sebelah Timur : Tanah Hj. Juwita dan Tanah Sudarmin.
Sebelah Selatan : Tanah H. Juhadi.
Sebelah Barat : Tanah Pondok Hijau dan Tanah Pak Darwis.
Selanjutnya disebut tanah obyek sengketa;
Bahwa Pada 12 Agustus 1986 almarhumah Buba binti Tanra, menghibahkan
sebagian tanah obyek sengketa yaitu seluas 200 (dua ratus) meter persegi pada
saudara laki-lakinya yaitu Tergugat sesuai dengan Akta Hibah Nomor 457/ VIII/
1986 tanggal 12 Agustus 1986 yang dibuat oleh Haji Muhammad Arzad Pejabat

Halaman 2 dari 20 Putusan Sela Perdata Gugatan Nomor 311/Pdt.G/2023/PN Mks


Pembuat Akta Tanah di Makassar. (Dalam perkara a quo Haji Muhammad
Arzad) Pejabat Pembuat Akta Tanah tersebut telah meninggal dunia dan ahli
warisnya tidak digugat karena tidak mempunyai hubungan apapun dalam
kedudukan Haji Muhammad Arzad selaku Pejabat Pembuat Akta Tanah dan
tidak ada hubungan dengan tanah obyek sengketa). Dalam rincik tanah obyek
sengketa juga dicatat bahwa luas tanah yang dihibahkan pada Tergugat
(Medong bin Tanra) adalah seluas 200 (dua ratus) meter persegi, bukan seluas
400 (empat) ratus meter persegi
Bahwa semasa hidupnya kedua orang tua Penggugat tidak pernah
memberitahukan ataupun menyampaikan pada Penggugat dan ahli waris lainnya
bahwa sebagian dari tanah obyek sengketa tersebut telah dihibahkan pada
Medang bin Tanra (Medong bin Tanra) sehingga keabsahan hibah atas tanah
obyek sengketa tersebut Penggugat ragukan. Apalagi Akta Hibah tersebut
cacat hukum karena:
1. Tidak melibatkan suami Buba bin Tanra yaitu Mandra Dg Ngalli bin
Mandacingi dalam akta hibah dan tidak pula memberikan persetujuan untuk
hibah sebagian tanah obyek sengketa. Padahal tanah obyek sengketa adalah
harta bersama (cakkara) dalam perkawinan kedua orang tua Penggugat.
2. Bahwa luas tanah yang dihibahkan adalah 200 (dua ratus) meter persegi
namun batas-batas tanah dalam akta hibah mencakup keseluruhan tanah
obyek sengketa sehingga merugikan Penggugat dan ahli waris lain dari Buba
binti Tanra;
3. Salah seorang saksi dalam akta hibah tersebut yaitu Sulaeman Dg Sikki tidak
dapat membaca dan menulis sehingga hanya membubuhkan cap jempol.
Padahal untuk dapat menjadi saksi dalam suatu akta yang dibuat oleh
pejabat umum, harus bisa membaca dan menulis agar mengetahui perihal
akta yang disaksikannya itu;
Bahwa selain akta hibah yang cacat hukum baik mengenai ketidakjelasan obyek
hibah. In casu yang dihibahkan 200 (dua ratus) meter persegi namun batas-
batas obyek hibah mencakup seluruh tanah obyek sengketa. Juga luas tanah
yang dihibahkan tidak sesuai dengan maksimal yang bisa dihibahkan yaitu paling
luas hanya sepertiga dari tanah obyek sengketa atau hanya seluas kurang lebih
156 (seratus lima puluh enam) meter persegi. Bukan 200 (dua ratus) meter
persegi. Hal ini sesuai dengan ketentuan Kompilasi Hukum Islam dan dalam
Kitab Undang-undang Hukum Perdata (BW);
Bahwa Penggugat mengetahui bahwa Tergugat telah menerima hibah dari ibu
Penggugat kurang lebih 5 (lima) tahun yang lalu atau sekitar tahun 2018 ketika
Penggugat bermaksud mengurus untuk penerbitan Pajak Bumi dan Bangunan
tanah obyek sengketa dan pada saat itu pula Penggugat mengetahui bahwa

Halaman 3 dari 20 Putusan Sela Perdata Gugatan Nomor 311/Pdt.G/2023/PN Mks


Tergugat telah melakukan Pendaftaran Tanah atas keseluruhan tanah obyek
sengketa, sehingga terbitlah Sertifikat Hak Milik No. 21521/Keliurahan Batua
Surat Ukur tanggal 11 Oktober 2006 No. 01309, Luas tanah 455 meter persegi;
Bahwa setelah Penggugat memperhatikan dengan seksama Sertifikat Hak Milik
atas tanah obyek sengketa, ternyata Turut Tergugat melakukan kesalahan,
kekeliruan atau tidak melaksanakan kewajibannya dengan hati-hati dan non
accountable karena yang dijadikan petunjuk dalam sertifikat hak milik atas nama
Penggugat adalah Akta Hibah No. 457/ VIII/ 1986 tanggal 12 Agustus 1986.
Padahal dalam akta hibah tersebut jelas luas tanah yang dihibahkan adalah
hanya 200 (dua ratus) meter persegi, bukan 455 (empat ratus lima puluh lima)
meter persegi seperti yang tertulis dalam Sertifikat Hak Milik yang dikeluarkan
oleh Turut Tergugat;
Bahwa perbuatan Tergugat jelas adalah perbuatan melawan hukum karena
selain memalsukan akta hibah atau akta hibah cacat hukum juga memberikan
keterangan palsu dalam pendaftaran tanah obyek sengketa sehingga terbit
sertifikat hak milik atas nama Tergugat atas tanah obyek sengketa seluas 455
(empat ratus lima puluh lima) meter persegi;
Bahwa demikian pula dengan Turut Tergugat jelas telah melakukan perbuatan
melawan hukum karena telah menerbitkan sertifikat hak milik atas nama
Tergugat. Dalam Sertifikat Hak Milik No. 21521/ Kelurahan Batua, yang dijadikan
petunjuk adalah Akta Hibah No. 457/ VIII/ 1986 tanggal 12 Agustus 1986. Dalam
Akta Hibah tersebut jelas tertulis tanah yang dihibahkan adalah 200 (dua ratus)
meter persegi. Bukan 455 (empat ratus lima puluh lima) meter persegi. Namun
luas tanah dalam sertifikat hak milik tersebut adalah keseluruhan tanah obyek
sengketa yaitu seluas 455 (empat ratus lima puluh lima) meter persegi. oleh
karena yang dijadikan petunjuk adalah Akta Hibah No. 457/ VIII/ 1958 tanggal 12
Agustus 1986, maka luas tanah dalam sertifikat hak milik tersebut adalah hanya
200 (dua ratus) meter persegi;
Bahwa perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Tergugat dan Turut
Tergugat jelas merugikan Penggugat, baik kerugian kehilangan hak atas tanah
maupun kerugian kehilngan hak menikmati dan memperolah hasil dari tanah
obyek sengketa yang jika dikelola dengan menanami tanaman jangka pendek
seperti pisang dan singkong, Penggugat memperoleh Penghasilan pertahun
sekitar Rp 3.000.000,- (tiga juta rupiah). Oleh karena itu Tergugat dan Turut
Tergugat harus membayar secara tanggung renteng atas kerugian yang dialami
oleh Penggugat yaitu sebesar Rp 3.000.000,- (tiga juta rupiah) pertahun mulai
tahun 1986 sampai dengan adanya putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap atas perkara a quo;

Halaman 4 dari 20 Putusan Sela Perdata Gugatan Nomor 311/Pdt.G/2023/PN Mks


Bahwa untuk menghindari Tergugat mengalihkan tanah obyek sengketa dan
mencegah Turut Tergugat melakukan proses perubahan atas Sertifikat Hak Milik
No. 21521/Kelurahan Batua, Surat Ukur tanggal 11 Oktober 2006 No. 01309,
mohon pengadilan meletakkan sita jaminan atas tanah obyek sengketa;
Bahwa berdasarkan alasan hukum yang dikemukakan di atas, Penggugat
memohon pada Ketua Pengadilan Negeri Makassar kiranya berkenan mengadili
dan menjatuhkan putusan dengan mengabulkan tuntutan Penggugat sebagai
berikut:
1. Mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya;
2. Menyatakan sah dan berharga sita jaminan yang dilakukan jurusita
Pengadilan Negeri Makassar atas tanah obyek sengketa;
3. Menyatakan Tergugat dan Turut Tergugat telah melakukan perbuatan
melawan hukum yang merugikan Penggugat;
4. Menyatakan Akta Hibah No. 457/VIII/1986 tanggal 12 Agustus 1986 cacat
hukum sehingga tidak sah dan tidak mengikat;
5. Menyatakan Sertifikat Hak Milik No. 21521/Kelurahan Batua, Surat Ukur
tanggal 11 Oktober 2006 No. 01309 cacat hukum sehingga tidak sah dan
tidak mengikat. Oleh karena itu memerintahkan Turut Tergugat untuk
mencoret dari buku tanah yang ada di Kantor Turut Tergugat;
6. Menghukum Tergugat dan Turut Tergugat untuk secara tanggung renteng
membayar kerugian pada Penggugat atas tidak dapatnya dinikmati tanah
obyek sengketa sebesar Rp 3.000.000,- (tiga juta rupiah) setiap tahun
terhitung sejak tahun 1986 hingga adanya putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum atas perkara a quo;
7. Menghukum Tergugat dan Turut Tergugat untu membayar biaya perkara;
Atau mohon menjatuhkan putusan yang seadil-adilnya.
Menimbang, bahwa pada hari persidangan yang telah ditentukan, untuk
Penggugat hadir Kuasanya, sedangkan Tergugat hadir Kuasa insidentilnya atas
nama Wahyuni Kadir tertanggal 25 Oktober 2023, adapun Turut Tergugat hadir
Kuasa/ wakilnya atas nama Putu Lingga Prabhawati, S.H., Theresia Faradila,
R.N, S.H, Putri Reztu Angreni J, S.H, M.Kn, Miranda, S.H dan Abdul Hafid, S.T.
“ kesemuanya Pejabat dan staff pada Kantor Pertanahan Kota Makassar “
beralamat di Jalan Andi Pangerang Pettarani, Nomor 8 Makassar, berdasarkan
Surat Kuasa Khusus Nomor 1696/ SKU. 73. 71. MP.02.01/ IX/ 2023, tertanggal
06 Oktober 2023, yang telah didaftarkan pada Kepaniteraan Pengadilan Negeri/
Niaga/ HAM/ PHI Kelas I A Khusus Makassar pada tanggal 08-10-2023;
Menimbang, bahwa Pengadilan telah mengupayakan perdamaian
diantara para pihak melalui mediasi sebagaimana diatur dalam Perma Nomor 1
Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan dengan menunjuk Ir. Abdul

Halaman 5 dari 20 Putusan Sela Perdata Gugatan Nomor 311/Pdt.G/2023/PN Mks


Rahman Karim, S.H., Hakim pada Pengadilan Negeri Makassar, sebagai
Mediator;
Menimbang, bahwa berdasarkan laporan Mediator tanggal 02 November
2023, upaya perdamaian tersebut tidak berhasil;
Menimbang, bahwa telah dibacakan di persidangan surat gugatan
Penggugat tersebut, yang isinya dipertahankan oleh Penggugat;
Menimbang, bahwa terhadap gugatan Penggugat, Tergugat telah
mengajukan jawabannya, sebagai berikut;
DALAM EKSEPSI
TENTANG KOMPETENSI ABSOLUT
1. Pembatalan akta Hibah adalah Kompetensi Peradilan Agama.
Bahwa baik Tergugat I dan Penggugat, keduanya beragama Islam. Bahwa
dalil Penggugat pada halaman 4 paragraf kedua , nomor 1 dan nomor 2,
halaman 5 nomor 3, pragraf kedua serta halaman 7 petitum nomor 4
menunjukkan bahwa Penggugat mengulas tentang tidak sahnya sebuah akte
hibah sehingga perkara ini merupakan Kompetensi Peradilan agama dan
bukan kompetensi Peradilan Umum.
Bahwa Pasal 3 jo Pasal 49 Undang Undang nomor 3 tahun 2006 yang telah
diubah dengan Undang Undang nomor 50 tahun 2009 tentang peradilan
agama sebagai perubahan kedua atas Undang Undang nomor 7 tahun 1989
tentang peradilan agama. Selain itu dalam kompilasi hukum Islam (KHI) mulai
pasal 210 sampai pasal 214 jelas dan terang mengatur tentang hibah.
Bahwa selain Undang Undang tentang peradilan agama serta Kompilasi
Hukum Islam (KHI) tersebut diatas, dasar hukum lainnya yang menunjukkan
pembatalan hibah adalah kewenangan Peradilan Adama adalah Putusan
Mahkamah Agung Republik Indonesia nomor; 78 PK/Ag/2013
2. Pembagian warisan kompetensi Peradilan Agama.
Bahwa obyek sengketa di dalam tanah warisan yang diperoleh dari
Parakkasi, yaitu kakek dari Tergugat I dan juga kakek dari Penggugat.
Seharusnya Penggugat mengajukan Gugatan melalui Pengadilan Agama bila
ingin membagi kembali tanah warisan Parakkasi.
3. Penentuan sah atau tidaknya keputusan pejabat tata usaha negara adalah
kewenangan peradilan tata usaha negara. Petitum Penggugat dalam gugatan
aequo yaitu pada nomor 5 menyebutkan bahwa sertifikat hak milik sebagai
keputusan pejabat tata usaha negara cacat hukum sehingga “tidak sah”
seharusnya menjadi kewenangan hakim pada peradilan tata usaha negara.

DALAM POKOK PERKARA

Halaman 6 dari 20 Putusan Sela Perdata Gugatan Nomor 311/Pdt.G/2023/PN Mks


Bahwa Tergugat I menolak seluruh dalil-dalil Penggugat dalam gugatannya
dalam perkara aequo kecuali yang menguntungkan bagi Tergugat I.
Bahwa obyek sengketa aequo, telah dikuasai oleh Tergugat I oleh sejak tahun
1956 sampai saat ini, yang diperoleh Tergugat I dari Bapaknya yaitu Tanra Bin
Parakkasi dan Tanra Bin Parakkasi memperoleh tanah tersebut dari Bapaknya
yang bernama Parakkasi.
Bahwa dalil Penggugat yang menyatakan obyek sengketa aequo diperoleh
Tergugat I melalui hibah adalah sangat tidak benar dan merupakan akal-akalan
Penggugat untuk menguasai tanah milik Terguagat I secara melawan hukum
dengan membodoh-bodohi Tergugat I dengan memberikan akta hibah dan
kemudian menggugat lagi Pembatalan Hibah aequo.
Bahwa Parakkasi semasa hidupnya memiliki tanah dibeberapa tempat dan
sebagian telah dijual oleh Penggugat tanpa sepengetahuan, Ijin oleh Tergugat I
sebagai salah satu ahli waris dari Parakkasi dan Tergugat I tidak pernah
menerima hasil penjualan tanah tanah milik dari Parakkasi tersebut.
Bahwa selain bukti kepemilikan Tergugat I atas obyek sengketa berupa sertifikat,
Tergugat I juga telah melakukan pembayaran iuran atau pajak sejak tahun 1980
sampai sekarang, sehingga sangat aneh dan membingungkan apabila tahun
2006 muncul akte hibah kepada Tergugat I seperti dalil Penggugat.
Bahwa berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, kami memohon kepada
Majelis Hakim Yang Mulai yang memeriksa Perkara aequo untuk menjatuhkan
putusan;
DALAM EKSEPSI
1. Menerima Eksespi Tergugat I dan Menjatuhkan Putusan sela
2. Menyatakan Pengadilan Negeri Makassar Tidak berwenang mengadili
Perkara ini
DALAM POKOK PERKARA
1. Menolak Gugatan Penggugat untuk seluruhnya
2. Menyatakan obyek sengketa adalah milik Tergugat I atau Mohon putusan
seadil-adilnya
Menimbang bahwa terhadap gugatan Penggugat, Turut Tergugat, telah
mengajukan Jawabannya sebagai berikut :
DALAM EKSEPSI
1. Gugatan Error In Persona
Bahwa Turut Tergugat sangat keberatan dengan tindakan Penggugat yang
mendudukan Kepala Kantor Pertanahan Kota Makassar sebagai salah satu
pihak dalam perkara ini, sebab sangat nyata Turut Tergugat hanyalah
merupakan Lembaga Tata Usaha Negara yang tidak memiliki hubungan
keperdataan atas tanah yang diklaim Penggugat dalam surat gugatannya,

Halaman 7 dari 20 Putusan Sela Perdata Gugatan Nomor 311/Pdt.G/2023/PN Mks


sehingga berdasar hal tersebut sangat nyata telah terjadi error in persona
atas gugatan Penggugat tersebut, oleh karenanya sangat berdasar hukum
oleh Majelis Hakim Yang Terhormat untuk mengenyampingkan seluruh dalil-
dalil gugatan Penggugat dan atas keseluruhan gugatan dinyatakan tidak
dapat diterima.
Hal mana perihal Gugatan Error in Persona telah tercantum dalam Putusan
Mahkamah Agung Nomor 639 K/Sip/1975 tanggal 28 Mei 1977 yang
menyatakan, ”bila salah satu pihak dalam suatu perkara tidak ada hubungan
hukum dengan objek perkara, maka gugatan harus dinyatakan tidak dapat
diterima”.
2. Gugatan Penggugat Kabur (Obscuur Libel)
Bahwa gugatan Penggugat sangat mengandung ketidakjelasan dimana pada
halaman 6 (enam) paragraf 3 (tiga) menyatakan :
”Bahwa perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Tergugat dan Turut
Tergugat jelas merugikan Penggugat, baik kerugian kehilangan hak atas
tanah maupun kerugian kehilangan hak menikmati dan memperoleh hasil
dari tanah ......;”
Terhadap dalil tersebut Turut Tergugat sampaikan bahwa terhadap
penerbitan objek sengketa telah dilaksanakan sebagaimana ketentuan
peraturan perundangan sebagaimana Pasal 12 ayat (1) Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah, yang
menyebutkan :
(1) Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali meliputi :
a. Pengumpulan dan pengolahan data fisik
b. Pembuktiaan hak dan pembukuannya
c. Penerbitan sertipikat
d. Penyajian data fisik dan data yuridis
e. Penyimpanan daftar umum dan dokumen
Selain itu, terhadap alas hak yang dipergunakan dalam pelaksanaan
penerbitan sertipikat sebagaimana Pasal 23 dan 24 Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah, menyatakan bahwa :
Pasal 23
Untuk keperluan pendaftaran hak:
a. hak atas tanah baru dibuktikan dengan:
1) penetapan pemberian hak dari Pejabat yang berwenang memberikan
hak yang bersangkutan menurut ketentuan yang berlaku apabila
pemberian hak tersebut berasal dari tanah Negara atau tanah hak
pengelolaan;

Halaman 8 dari 20 Putusan Sela Perdata Gugatan Nomor 311/Pdt.G/2023/PN Mks


2) Asli akta PPAT yang memuat pemberian hak tersebut oleh pemegang
hak milik kepada penerima hak yang bersangkutan apabila mengenai
hak guna bangunan dan hak pakai atas tanah hak milik;
b. Hak pengelolaan dibuktikan dengan penetapan pemberian hak pengelo-
laan oleh Pejabat yang berwenang;
c. Tanah wakaf dibuktikan dengan akta ikrar wakaf;
d. Hak milik atas satuan rumah susun dibuktikan dengan akta pemisahan;
e. Pemberian hak tanggungan dibuktikan dengan akta pemberian hak
tanggungan.
Pasal 24
(1) Untuk keperluan pendaftaran hak, hak atas tanah yang berasal dari konversi
hak-hak lama dibuktikan dengan alat-alat bukti mengenai adanya hak
tersebut berupa bukti-bukti tertulis, keterangan yang kadar kebenarannya
oleh Panitia Ajudikasi dalam pendaftaran tanah secara sistematik atau oleh
Kepala Kantor Pertanahan dalam pendaftaran tanah secara sporadik,
dianggap cukup untuk mendaftar hak, pemegang hak dan hak-hak pihak lain
yang membebaninya.
Berdasarkan sebagaimana ketentuan tersebut diatas, sangat nyata membuktikan
bahwa dalil pada gugatan Penggugat sangatlah mengada-ada dan tidak sesuai
dengan fakta hukum sebagaimana yang ada pada warkah penerbitan hak atas
objek sengketa, sehingga membuktikan kaburnya gugatan a quo. Hal ini
dikarenakan terhadap dokumen-dokumen administrasi dalam penerbitan objek
sengketa yang dilampirkan telah bersesuaian pula dengan dokumen administrasi
yang dipersyaratkan dalam proses penerbitan hak atas Sertipikat objek sengketa
sebagaimana ketentuan peraturan sebagaimana disebutkan diatas.
DALAM POKOK PERKARA
1. Bahwa apa yang dikemukakan dalam eksepsi tersebut diatas mohon
dianggap satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam pokok perkara ini;
2. Bahwa Turut Tergugat sangat menolak dan/atau membantah segala dalil-dalil
gugatan Penggugat kecuali terhadap hal-hal yang secara tegas diakui oleh
Penggugat dan sepanjang tidak merugikan kepentingan hukum Turut
Tergugat;
3. Bahwa atas segala hal yang yang didalilkan Penggugat dalam gugatannya
terkait dengan Turut Tergugat, sebagaimana telah disampaikan dan diuraikan
pada bagian eksepsi diatas maka terhadap dalil-dalil Pengugat yang tidak
ada relevansi hukumnya dengan Turut Tergugat, berdasar hukum oleh
Majelis Hakim Yang Terhormat menyatakan menolak seluruh dalil Penggugat
Turut Tergugat.

Halaman 9 dari 20 Putusan Sela Perdata Gugatan Nomor 311/Pdt.G/2023/PN Mks


Bahwa berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, dengan ini kami
memohon kepada Majelis Hakim Yang Terhomat agar berkenan untuk memutus
perkara ini dengan amar sebagai berikut:
Dalam Eksepsi:
- Menerima eksepsi Turut Tergugat;
- Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima (Niet Ontvankeljke
Verlaard);
Dalam Pokok Perkara:
- Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
- Menghukum Penggugat untuk membayar segala biaya yang timbul dalam
perkara ini;
Jika Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini berpendapat lain
mohon kiranya memberikan putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).
Menimbang, bahwa terhadap jawaban dari Tergugat maupun Turut
Tergugat, Penggugat telah mengajukan repliknya tertanggal 23 November 2023,
sedangkan Tergugat, Turut Tergugat mengajukan dupliknya masing-masing
tertanggal 30 November 2023;
Menimbang, bahwa setelah mencermati jawaban dari Tergugat yang
telah mengajukan keberatan/ eksepsi tentang kewenangan absolut, sehingga
Majelis Hakim akan mempertimbangkan eksepsi kewenangan absolut tersebut
terlebih dahulu sebelum putusan akhir;
Menimbang, bahwa selanjutnya segala sesuatu yang termuat dalam
berita acara persidangan perkara ini, yang untuk ringkasnya putusan ini
dianggap telah termuat dan menjadi satu bagian yang tak terpisahkan dengan
putusan ini;
Menimbang, bahwa akhirnya para pihak menyatakan tidak ada hal-hal
yang diajukan lagi dan mohon putusan;
TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM
Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan Penggugat yang pada
pokoknya adalah mengenai perbuatan melawan hukum;
Menimbang, bahwa oleh karena terhadap gugatan Penggugat tersebut,
baik Tergugat dalam jawabannya telah mengajukan keberatan/ eksepsi tentang
kewenangan absolut sehingga sesuai dengan ketentuan pasal 162 R.Bg, maka
Majelis Hakim akan mempertimbangkan eksepsi kewenangan absolut tersebut
terlebih dahulu sebelum putusan akhir;
Menimbang bahwa Tergugat, mendalilkan bahwa Gugatan Penggugat
Seharusnya Diajukan Ke Pengadilan Agama Bukan Pengadilan Negeri, dengan
alasan sebagai berikut:

Halaman 10 dari 20 Putusan Sela Perdata Gugatan Nomor 311/Pdt.G/2023/PN Mks


1. Pembatalan Akta Hibah adalah Kompetensi Peradilan Agama.
Bahwa baik Tergugat I dan Penggugat, keduanya beragama Islam. Bahwa
dalil Penggugat pada halaman 4 paragraf kedua, nomor 1 dan nomor 2,
halaman 5 nomor 3, pragraf kedua serta halaman 7 petitum nomor 4
menunjukkan bahwa Penggugat mengulas tentang tidak sahnya sebuah akte
hibah sehingga perkara ini merupakan Kompetensi Peradilan agama dan
bukan kompetensi Peradilan Umum.
Bahwa Pasal 3 jo Pasal 49 Undang Undang nomor 3 tahun 2006 yang telah
diubah dengan Undang Undang Nomor 50 tahun 2009 tentang peradilan
agama sebagai perubahan kedua atas Undang Undang nomor 7 tahun 1989
tentang peradilan agama. Selain itu dalam kompilasi hukum Islam (KHI) mulai
pasal 210 sampai pasal 214 jelas dan terang mengatur tentang hibah.
Bahwa selain Undang Undang tentang peradilan agama serta Kompilasi
Hukum Islam (KHI) tersebut diatas, dasar hukum lainnya yang menunjukkan
pembatalan hibah adalah kewenangan Peradilan Agama adalah Putusan
Mahkamah Agung Republik Indonesia nomor; 78 PK/Ag/2013
2. Pembagian warisan kompetensi Peradilan Agama.
Bahwa obyek sengketa di dalam tanah warisan yang diperoleh dari
Parakkasi, yaitu kakek dari Tergugat I dan juga kakek dari Penggugat.
Seharusnya Penggugat mengajukan Gugatan melalui Pengadilan Agama bila
ingin membagi kembali tanah warisan Parakkasi.
3. Penentuan sah atau tidaknya keputusan pejabat tata usaha negara adalah
kewenangan peradilan tata usaha negara. Petitum Penggugat dalam gugatan
aequo yaitu pada nomor 5 menyebutkan bahwa sertifikat hak milik sebagai
keputusan pejabat tata usaha negara cacat hukum sehingga “tidak sah”
seharusnya menjadi kewenangan hakim pada peradilan tata usaha negara.
Menimbang, bahwa Penggugat terhadap tangkisan/ eksepsi tentang
kewenangan absolut dari Tergugat, Penggugat menanggapi dalam repliknya
sebagai berikut:
1. Bahwa Penggugat menyatakan tetap pada gugatan semula dan menolak
eksepi Tergugat I seluruhnya serta menolak hal-hal lain yang tidak sesuai
dengan gugatan dan tidak menguntungkan Penggugat;
2. Bahwa tidak benar gugatan a quo adalah kompetensi pengadilan agama.
Penggugat telah memberikan penjelasan disertai dengan landasan
hukumnya sehingga gugatan Penggugat diajukan di Pengadilan Negeri
Makassar. Hal ini sesuai dengan Pasal 50 Undang-undang Peradilan Agama,
guguatan a quo mutlak menjadi wewenang peradilan umum karena pokok
persengketaan dalam perkara a quo adalah mengenai hak milik atas obyek
hibah yang harus diputus terlebih dahulu oleh peradilan umum.

Halaman 11 dari 20 Putusan Sela Perdata Gugatan Nomor 311/Pdt.G/2023/PN Mks


3. Bahwa eksepsi poin 2 Tergugat I telah mengenai pokok perkara karena harus
memerlukan pembuktian apakah tanah obyek gugatan adalah warisan kakek
Penggugat atau bukan, itu harus melalui proses pembuktian. Lagi pula jika
tanah objek gugatan adalah tanah kakek Tergugat I seperti eksepsi Tergugat
I, mestinya bukan dihibahkan melainkan dibagi waris.
Menimbang, bahwa setelah mencermati dalil-dalil gugatan Penggugat
beserta dalil eksepsi Tergugat dihubungkan dengan replik Penggugat yang
berkaitan dengan keberatan tentang kewenangan mengadili /kompetensi
absolut, Majelis Hakim mempertimbangkan sebagaimana terurai dibawah ini;
Menimbang bahwa Penggugat terhadap keberatan tentang kewenangan
absolut dari Tergugat tersebut, Penggugat dalam repliknya pada pokoknya
membantah dalil-dalil tersebut dengan alasan bahwa tidak benar gugatan aquo
adalah kompetensi pengadilan agama, karena Penggugat telah memberikan
penjelasan disertai dengan landasan hukumnya pasal 50 Undang-undang
Peradilan Agama, gugatan aquo mutlak menjadi wewenang peradilan umum
karena pokok persengketaan dalam perkara aquo adalah mengenai hak milik
atas obyek hibah yang harus diputus terlebih dahulu oleh peradilan umum.
Bahwa eksepsi poin 2 Tergugat I telah mengenai pokok perkara karena harus
memerlukan pembuktian apakah tanah obyek gugatan adalah warisan kakek
Penggugat atau bukan, itu harus melalui proses pembuktian. Lagi pula jika tanah
objek gugatan adalah tanah kakek Tergugat I seperti eksepsi Tergugat I,
mestinya bukan dihibahkan melainkan dibagi waris.
Menimbang bahwa terhadap eksepsi Tergugat dan Replik Penggugat
dihubungkan dengan gugatan Penggugat, Majelis Hakim setelah mencermati
dalil gugatan Penggugat serta eksepsi tentang kewenangan absolut tersebut,
memberikan pertimbangan sebagai berikut:
- Bahwa Penggugat dalam gugatannya didasarkan pada alasan hukum
sebagai berikut:
1. Bahwa orang tua Penggugat yaitu alm. Mandra Dg Ngalli bin Mandacingi
dan alm. Buba binti Tanra telah meninggal dunia masing-masing Mandra
Dg Nganli bin Mandacingi meninggal dunia di Makassar pada tanggal 12
Maret 1992 dan Buba binti Tanra meninggal dunia di Makassar pada
tanggal 27 April 1993; Bahwa kedua orang tua Penggugat tersebut selain
meninggalkan anak yaitu Sahari binti Mandra Dg Ngalli, Halang Dg Taco
bin Mandra Dg Ngalli dan Sariana binti Mandra Dg Ngalli sebagai ahli
waris, juga meninggalkan tanah warisan seluas kurang lebih 455 (empat
ratus lima puluh lima) meter persegi, Persil No. 35 DII, Kohir No. 1184 CI
terletak di Kelurahan Tello Baru, Kecamatan Panakkuang, Kota Makassar.
Sekarang terletak di Kelurahan Batua, Kecamatan Manggala, Kota

Halaman 12 dari 20 Putusan Sela Perdata Gugatan Nomor 311/Pdt.G/2023/PN Mks


Makassar dengan batas-batas, sebagaimana dalam gugatan Penggugat;
Bahwa Pada 12 Agustus 1986 almarhumah Buba binti Tanra,
menghibahkan sebagian tanah obyek sengketa yaitu seluas 200 (dua
ratus) meter persegi pada saudara laki-lakinya yaitu Tergugat sesuai
dengan Akta Hibah Nomor 457/ VIII/ 1986 tanggal 12 Agustus 1986 yang
dibuat oleh Haji Muhammad Arzad Pejabat Pembuat Akta Tanah di
Makassar. Dalam rincik tanah obyek sengketa juga dicatat bahwa luas
tanah yang dihibahkan pada Tergugat (Medong bin Tanra) adalah seluas
200 (dua ratus) meter persegi, bukan seluas 400 (empat) ratus meter
persegi. Bahwa semasa hidupnya kedua orang tua Penggugat tidak
pernah memberitahukan ataupun menyampaikan pada Penggugat dan
ahli waris lainnya bahwa sebagian dari tanah obyek sengketa tersebut
telah dihibahkan pada Medang bin Tanra (Medong bin Tanra) sehingga
keabsahan hibah atas tanah obyek sengketa tersebut Penggugat
ragukan. Apalagi Akta Hibah tersebut cacat hukum karena: 1. Tidak
melibatkan suami Buba bin Tanra yaitu Mandra Dg Ngalli bin Mandacingi
dalam akta hibah dan tidak pula memberikan persetujuan untuk hibah
sebagian tanah obyek sengketa, Padahal tanah obyek sengketa adalah
harta bersama (cakkara) dalam perkawinan kedua orang tua Penggugat.
2. Bahwa luas tanah yang dihibahkan adalah 200 (dua ratus) meter
persegi namun batas-batas tanah dalam akta hibah mencakup
keseluruhan tanah obyek sengketa sehingga merugikan Penggugat dan
ahli waris lain dari Buba binti Tanra; 3. Salah seorang saksi dalam akta
hibah tersebut yaitu Sulaeman Dg Sikki tidak dapat membaca dan menulis
sehingga hanya membubuhkan cap jempol. Padahal untuk dapat menjadi
saksi dalam suatu akta yang dibuat oleh pejabat umum, harus bisa
membaca dan menulis agar mengetahui perihal akta yang disaksikannya
itu; 4. Bahwa selain akta hibah yang cacat hukum baik mengenai
ketidakjelasan obyek hibah. In casu yang dihibahkan 200 (dua ratus)
meter persegi namun batas-batas obyek hibah mencakup seluruh tanah
obyek sengketa. Juga luas tanah yang dihibahkan tidak sesuai dengan
maksimal yang bisa dihibahkan yaitu paling luas hanya sepertiga dari
tanah obyek sengketa atau hanya seluas kurang lebih 156 (seratus lima
puluh enam) meter persegi. Bukan 200 (dua ratus) meter persegi. Hal ini
sesuai dengan ketentuan Kompilasi Hukum Islam dan dalam Kitab
Undang-undang Hukum Perdata (BW); 5. Bahwa Penggugat mengetahui
bahwa Tergugat telah menerima hibah dari ibu Penggugat kurang lebih 5
(lima) tahun yang lalu atau sekitar tahun 2018 ketika Penggugat
bermaksud mengurus untuk penerbitan Pajak Bumi dan Bangunan tanah

Halaman 13 dari 20 Putusan Sela Perdata Gugatan Nomor 311/Pdt.G/2023/PN Mks


obyek sengketa dan pada saat itu pula Penggugat mengetahui bahwa
Tergugat telah melakukan Pendaftaran Tanah atas keseluruhan tanah
obyek sengketa sehingga terbitlah Sertifikat Hak Milik No. 21521/
Kelurahan Batua Surat Ukur tanggal 11 Oktober 2006 No. 01309, Luas
tanah 455 meter persegi;
2. Bahwa setelah Penggugat memperhatikan dengan seksama Sertifikat Hak
Milik atas tanah obyek sengketa, ternyata Turut Tergugat melakukan
kesalahan, kekeliruan atau tidak melaksanakan kewajibannya dengan
hati-hati dan non accountable karena yang dijadikan petunjuk dalam
sertifikat hak milik atas nama Penggugat adalah Akta Hibah
No.457/VIII/1986 tanggal 12 Agustus 1986. Padahal dalam akta hibah
tersebut jelas luas tanah yang dihibahkan adalah hanya 200 (dua ratus)
meter persegi, bukan 455 (empat ratus lima puluh lima) meter persegi
seperti yang tertulis dalam Sertifikat Hak Milik yang dikeluarkan oleh Turut
Tergugat; Bahwa perbuatan Tergugat jelas adalah perbuatan melawan
hukum karena selain memalsukan akta hibah atau akta hibah cacat
hukum juga memberikan keterangan palsu dalam pendaftaran tanah
obyek sengketa sehingga terbit sertifikat hak milik atas nama Tergugat
atas tanah obyek sengketa seluas 455 (empat ratus lima puluh lima)
meter persegi; Bahwa demikian pula dengan Turut Tergugat jelas telah
melakukan perbuatan melawan hukum karena telah menerbitkan sertifikat
hak milik atas nama Tergugat. Dalam Sertifikat Hak Milik No.
21521/Kelurahan Batua, yang dijadikan petunjuk adalah Akta Hibah No.
457/VIII/1986 tanggal 12 Agustus 1986. Dalam Akta Hibah tersebut jelas
tertulis tanah yang dihibahkan adalah 200 (dua ratus) meter persegi.
Bukan 455 (empat ratus lima puluh lima) meter persegi. Namun luas
tanah dalam sertifikat hak milik tersebut adalah keseluruhan tanah obyek
sengketa yaitu seluas 455 (empat ratus lima puluh lima) meter persegi.
oleh karena yang dijadikan petunjuk adalah Akta Hibah No. 457/VIII/1958
tanggal 12 Agustus 1986, maka luas tanah dalam sertifikat hak milik
tersebut adalah hanya 200 (dua ratus) meter persegi;
3. Bahwa dengan demikian pokok gugatan Penggugat adalah berkaitan
dengan:
- Keabsahan proses hibah tanah obyek sengketa dari Medang bin Tanra
(Medong bin Tanra) kepada Tergugat sesuai Akta Hibah Nomor 457/
VIII/ 1986 tanggal 12 Agustus 1986 yang dibuat oleh Haji Muhammad
Arzad Pejabat Pembuat Akta Tanah di Makassar, sehingga Penggugat
berpendapat bahwa Akta Hibah tersebut cacat hukum, dimana sesuai
petitum gugatan Penggugat pada poin 4 yakni Menyatakan Akta Hibah

Halaman 14 dari 20 Putusan Sela Perdata Gugatan Nomor 311/Pdt.G/2023/PN Mks


No. 457/VIII/1986 tanggal 12 Agustus 1986 cacat hukum sehingga
tidak sah dan tidak mengikat;
- Penggugat juga mempersoalkan keabsahan terbitnya Sertifikat Hak
Milik No. 21521/ Kelurahan Batua Surat Ukur tanggal 11 Oktober 2006
No. 01309, Luas tanah 455 meter persegi, dimana menurut Penggugat
Turut Tergugat melakukan kesalahan, kekeliruan atau tidak
melaksanakan kewajibannya dengan hati-hati dan non accountable
karena yang dijadikan petunjuk dalam sertifikat hak milik atas nama
Penggugat adalah Akta Hibah No.457/VIII/1986 tanggal 12 Agustus
1986 luas tanah yang dihibahkan adalah hanya 200 (dua ratus) meter
persegi, bukan 455 (empat ratus lima puluh lima) meter persegi seperti
yang tertulis dalam Sertifikat Hak Milik yang dikeluarkan oleh Turut
Tergugat, dimana sesuai petitum gugatan Penggugat pada poin 5
yakni Menyatakan Sertifikat Hak Milik No. 21521/Kelurahan Batua,
Surat Ukur tanggal 11 Oktober 2006 No. 01309 cacat hukum sehingga
tidak sah dan tidak mengikat. Oleh karena itu memerintahkan Turut
Tergugat untuk mencoret dari buku tanah yang ada di Kantor Turut
Tergugat;
- Bahwa oleh karena obyek gugatan Penggugat tersebut adalah
sebidang tanah yang didalilkan Penggugat adalah harta peninggalan
dari alm. Mandra Dg Ngalli bin Mandacingi dan alm. Buba binti Tanra
yang adalah orangtua dari Sahari binti Mandra Dg Ngalli (Penggugat),
Halang Dg Taco bin Mandra Dg Ngalli dan Sariana binti Mandra Dg
Ngalli, yang artinya tanah obyek sengketa tersebut merupakan harta
peninggalan/ warisan dari alm. Mandra Dg Ngalli bin Mandacingi dan
alm. Buba binti Tanra, dimana Penggugat dan dua saudaranya adalah
ahli warisnya;
- Bahwa Penggugat dan Tergugat sesuai dengan Surat Kuasa Khusus
Penggugat tertanggal 18 Agustus 2023 maupun dalam Surat Kuasa
Insidentil Tergugat Nomor 16/SII/X/2023 tertanggal 25 Oktober 2023
bahwa baik Penggugat maupun Tergugat adalah beragama Islam;
Menimbang bahwa berkaitan dengan eksepsi dari Tergugat tentang
kewenangan absolut, sesuai ketentuan Undang-undang RI Nomor 4 Tahun 2004
tentang Kekuasaan Kehakiman Pasal 2 menyatakan bahwa Penyelenggaraan
kekuasaan kehakiman sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 dilakukan oleh
sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam
lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan
militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah
Konstitusi serta dalam Pasal 3 (1) (2) (1) (2) (3) Semua peradilan di seluruh

Halaman 15 dari 20 Putusan Sela Perdata Gugatan Nomor 311/Pdt.G/2023/PN Mks


wilayah negara Republik Indonesia adalah peradilan negara dan ditetapkan
dengan undang-undang;
Menimbang bahwa berkaitan dengan alasan keberatan Tergugat
bahwa perkara ini merupakan kewenangan Paradilan Agama, bila dihubungkan
dengan ketentuan Undang-undang RI No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan
Agama sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang RI No. 3 Tahun 2006
terakhir diubah dengan Undang-undang No. 50 Tahun 2009 tentang Perubahan
Kedua Undang-undang RI No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama diketahui
hal-hal sebagaimana diatur dalam pasal 2 bahwa Peradilan Agama adalah salah
satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama
Islam mengenai perkara tertentu sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
ini, kemudian dalam pasal 49 mengatur bahwa “ Pengadilan agama bertugas
dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat
pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang: a. perkawinan; b.
waris; c. wasiat; d. hibah; e. wakaf; f. zakat; g. infaq; h. shadaqah; dan i. ekonomi
syari'ah. Pasal 49 (1) Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa,
memutus, dan menyelesaikan perkara-perkara di tingkat pertama antara orang-
orang yang beragama Islam di bidang: a. perkawinan; b. kewarisan, wasiat, dan
hibah, yang dilakukan berdasarkan hukum Islam; c. wakaf dan shadaqah. (2)
Bidang perkawinan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) huruf a ialah
halhal yang diatur dalam atau berdasarkan undang-undang mengenai
perkawinan yang berlaku. (3) Bidang kewarisan sebagaimana yang dimaksud
dalam ayat (1) huruf b ialah penentuan siapa-siapa yang menjadi ahli waris,
penentuan mengenai harta peninggalan, penentuan bagian masing-masing ahli
waris, dan melaksanakan pembagian harta peninggalan tersebut.
Menimbang bahwa tentang kewenangan Peradilan Agama tersebut
dalam ketentuan pasal 50 ayat (1) Undang-undang tersebut diatur pula bahwa
“Dalam hal terjadi sengketa mengenai hak milik atau keperdataan lain dalam
perkara perkara sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 49, maka khusus
mengenai objek yang menjadi sengketa tersebut harus diputus lebih dahulu oleh
Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum” artinya bila dalam perkara yang
menjadi kewenangan Peradilan Agama tersebut terdapat sengketa hak maka
akan diselesaikan terlebih dahulu di Peradilan Umum, namun dalam ketentuan
ayat (2) pasal 50 tersebut menegaskan lebih khusus bahwa “ Apabila terjadi
sengketa hak milik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang subjek hukumnya
antara orang-orang yang beragama Islam, objek sengketa tersebut diputus oleh
pengadilan agama bersama-sama perkara sebagaimana dimaksud dalam Pasal
49”, yang artinya jika subyek hukumnya (para pihaknya) adalah orang-orang

Halaman 16 dari 20 Putusan Sela Perdata Gugatan Nomor 311/Pdt.G/2023/PN Mks


yang beragama Islam, maka perkara tersebut merupakan kewenangan dari
pengadilan Agama bukan Pengadilan Negeri.
Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut
diatas, menurut Majelis Hakim oleh karena pokok perkara antara para pihak ini
berkaitan dengan hibah atas sebidang tanah peninggalan orang tua Penggugat
dan Tergugat yakni alm. Mandra Dg Ngalli bin Mandacingi dan alm. Buba binti
Tanra (harta warisan), maka sesuai dengan ketentuan Undang-undang RI No. 7
Tahun 1989 tentang Peradilan Agama sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang RI No. 3 Tahun 2006 terakhir diubah dengan Undang-undang
No. 50 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Undang-undang RI No. 7 Tahun
1989 tentang Peradilan Agama pasal 49 dan pasal 50 ayat (2) seharusnya
gugatan Penggugat diajukan ke Pengadilan Agama Makassar yang lebih
berwenang, bukan ke Pengadilan Negeri Makassar, oleh karenanya Pengadilan
Negeri Makassar haruslah dinyatakan tidak berwenang mengadili perkara ini;
Menimbang bahwa adapun dalil eksepsi Tergugat tentang kewenangan
absolut bahwa Penentuan sah atau tidaknya keputusan pejabat tata usaha
negara adalah kewenangan peradilan tata usaha negara. Petitum Penggugat
dalam gugatan aequo yaitu pada nomor 5 menyebutkan bahwa sertifikat hak
milik sebagai keputusan pejabat tata usaha negara cacat hukum sehingga “tidak
sah” seharusnya menjadi kewenangan hakim pada peradilan tata usaha Negara,
dimana Majelis Hakim setelah mencermati gugatan Penggugat yang juga
mempersoalkan keabsahan terbitnya Sertifikat Hak Milik No. 21521/ Kelurahan
Batua Surat Ukur tanggal 11 Oktober 2006 No. 01309, Luas tanah 455 meter
persegi, dimana menurut Penggugat Turut Tergugat melakukan kesalahan,
kekeliruan atau tidak melaksanakan kewajibannya dengan hati-hati dan non
accountable karena yang dijadikan petunjuk dalam sertifikat hak milik atas nama
Penggugat adalah Akta Hibah No.457/VIII/1986 tanggal 12 Agustus 1986 luas
tanah yang dihibahkan adalah hanya 200 (dua ratus) meter persegi, bukan 455
(empat ratus lima puluh lima) meter persegi seperti yang tertulis dalam Sertifikat
Hak Milik yang dikeluarkan oleh Turut Tergugat, dimana sesuai petitum gugatan
Penggugat pada poin 5 yakni Menyatakan Sertifikat Hak Milik No.
21521/Kelurahan Batua, Surat Ukur tanggal 11 Oktober 2006 No. 01309 cacat
hukum sehingga tidak sah dan tidak mengikat. Oleh karena itu memerintahkan
Turut Tergugat untuk mencoret dari buku tanah yang ada di Kantor Turut
Tergugat;.
Menimbang bahwa Majelis Hakim setelah mencermati dalil gugatan
Penggugat tentang keabsahan sertifikat tersebut berserta petitum gugatan
Penggugat berkaitan dengan positanya tersebut diatas, maka sesuai dengan
ketentuan Pasal 50 Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1986 jo. Undang-

Halaman 17 dari 20 Putusan Sela Perdata Gugatan Nomor 311/Pdt.G/2023/PN Mks


Undang RI Nomor 9 Tahun 2004 jo. Undang-Undang RI Nomor 51 Tahun 2009
Tentang Peradilan Tata Usaha Negara bahwa Pengadilan Tata Usaha Negara
bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa
Tata Usaha Negara di tingkat pertama. Selanjutnya dalam pasal 1 ayat (4)
menyatakan bahwa Sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa yang timbul
dalam bidang Tata Usaha Negara antara orang atau badan hukum perdata
dengan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, baik di pusat maupun di
daerah, sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara, termasuk
sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, sedangkan pada ayat (3) menyatakan bahwa Keputusan Tata Usaha
Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau
Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara
yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat
konkret, individual, dan final,yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang
atau badan hukum perdata;
Menimbang bahwa oleh karena Penggugat mempersoalkan juga
keabsahan tindakan Turut Tergugat yang menerbitkan sertifikat atas nama
Tergugat dan meminta agar Pengadilan Negeri Makassar “ Menyatakan Sertifikat
Hak Milik No. 21521/Kelurahan Batua, Surat Ukur tanggal 11 Oktober 2006 No.
01309 cacat hukum sehingga tidak sah dan tidak mengikat, oleh karena itu
memerintahkan Turut Tergugat untuk mencoret dari buku tanah yang ada di
Kantor Turut Tergugat”, dimana tindakan Turut Tergugat/ Badan Pertanahan
Nasional Kota Makassar menerbitkan Sertifikat Hak Milik No. 21521/Kelurahan
Batua adalah merupakan keputusan/ produk pejabat tata usaha Negara yang
bersifat konkret, individual, dan final, yang menurut Penggugat menimbulkan
akibat hukum bagi Penggugat, maka menurut Majelis Hakim Perkara ini adalah
juga merupakan kewenangan dari Pengadilan Tata Usaha Negara bukan
kewenangan dari peradilan umum yakni Pengadilan Negeri Makassar ;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut
diatas, maka Pengadilan Negeri Makassar haruslah dinyatakan tidak berwenang
mengadili perkara ini, oleh karenanya eksepsi dari Tergugat tentang
kewenangan absolut haruslah dikabulkan;
Menimbang, bahwa oleh Pengadilan Negeri Makassar dinyatakan tidak
berwenang mengadili perkara ini, maka Penggugat haruslah dihukum membayar
biaya perkara;
Memperhatikan Pasal 162 RBg, Undang-undang RI Nomor 4 Tahun
2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang-undang RI No. 7 Tahun 1989
tentang Peradilan Agama sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang RI
No. 3 Tahun 2006 terakhir diubah dengan Undang-undang No. 50 Tahun 2009

Halaman 18 dari 20 Putusan Sela Perdata Gugatan Nomor 311/Pdt.G/2023/PN Mks


tentang Perubahan Kedua Undang-undang RI No. 7 Tahun 1989 tentang
Peradilan Agama, Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1986 jo. Undang-Undang
RI Nomor 9 Tahun 2004 jo. Undang-Undang RI Nomor 51 Tahun 2009 Tentang
Peradilan Tata Usaha Negara dan peraturan-peraturan lain yang bersangkutan;

MENGADILI:

- Mengabulkan eksepsi Tergugat;

- Menyatakan bahwa Pengadilan Negeri Makassar tidak berwenang mengadili


perkara perdata No. 311/ Pdt.G/ 2023/ PN Mks;

- Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 279.


000,- (Dua ratus tujuh puluh sembilan ribu rupiah);

Demikian diputuskan dalam sidang permusyawaratan Majelis Hakim


Pengadilan Negeri Makassar, pada hari Selasa, tanggal 12 Desember 2023, oleh
kami, Djainuddin Karanggusi, S.H., M.H., sebagai Hakim Ketua, R. Mohammad
Fadjarisman, S.H, M.H. dan Herianto, S.H., M.H. masing-masing sebagai Hakim
Anggota,, yang ditunjuk berdasarkan Surat Penetapan Ketua Pengadilan Negeri
Makassar Nomor 311/ Pdt.G/ 2023/ PN Mks tanggal 19 September 2022,
putusan tersebut pada hari Kamis, tanggal 14 Desember 2023 diucapkan dalam
persidangan terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua dengan dihadiri oleh para
Hakim Anggota tersebut, Besse Marwiyawati, S.H., Panitera Pengganti dan
dihadiri oleh para Pihak secara online, selanjutnya disampaikan kepada para
pihak melalui system informasi penelusuran perkara Pengadilan Negeri
Makassar;

Hakim Anggota, Hakim Ketua,

R. Mohammad Fadjarisman, S.H.,M.H. Djainuddin Karanggusi, S.H., M.H.

Herianto, S.H., M.H.


Panitera Pengganti,

Besse Marwiyawati, S.H.

Halaman 19 dari 20 Putusan Sela Perdata Gugatan Nomor 311/Pdt.G/2023/PN Mks


Perincian biaya :
1. PNBP Pendaftaran.................. : Rp. 30.000,00;
2. Biaya Proses........................... : Rp. 140.000,00;
3. PNBP Surat Kuasa.................. : Rp. 10.000,00;
4. Panggilan................................ : Rp. 49.000,00;
5. PNBP panggilan ..................... : Rp. 30.000,00;
6. Redaksi .................................. : Rp. 10.000,00;
7. Materai.................................... : Rp. 10.000,00;
Jumlah : Rp. 279.000,00;
(Dua ratus tujuh puluh sembilan ribu rupiah)

Halaman 20 dari 20 Putusan Sela Perdata Gugatan Nomor 311/Pdt.G/2023/PN Mks

Anda mungkin juga menyukai