Anda di halaman 1dari 10

UJIAN TENGAH SEMESTER

“ANALISIS KASUS”

NAMA : EMILIA Y. D. WITIN

NIM : 2101030039

MATA KULIAH : BK KELUARGA

KELAS / SEMESTER : A / VI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2024
SOAL
 Analisis ke 3 kasus di bawah ini dengan mengaitkan teori atau konsep yang anda
telah pelajari dalam mata kuliah BK Keluarga, dan berikan alternatif solusi (lebih
dari 1 solusi) yang dapat diberikan untuk menyelesaikan kasus tersebut (kecuali
kasus 1, bisa berikan solusi pencegahan pada keluarga lainnya)!

 Kasus 1 :
Ayah bunuh sekeluarga di Palembang, Sumatera Selatan
Pembunuhan satu keluarga diakhiri bunuh diri pelaku terjadi di Palembang, Sumatera
Selatan pada Rabu 24 Oktober 2018. Korban terdiri dari sepasang suami istri, F (54) dan
MYL (45) serta dua anak mereka, RF (18) dan KF (11), ditemukan di Komplek Villa
Kebon Sirih Blok A 18 Bukit Sangkal, Palembang. F diduga membunuh kedua anak dan
istrinya terlebih dahulu dengan menembakkan senjata api jenis Revolver sebelum
menembak dirinya sendiri.

Banyak dugaan terkait kasus ini. Dugaan pertama korban melakukan aksinya karena
masalah pekerjaan. F yang semula merupakan pemilik salah satu gerai perlengkapan
komputer yang cukup terkenal di Palembang, gulung tikar dan beralih usaha menjadi
distributor alat perkantoran.
Di lokasi kejadian ditemukan bukti potongan kertas catatan curahan hati yang diduga
ditulis tangan oleh korban F. Potongan kertas berisi tulisan “Aku sudah sangat lelah..
Maafkan aku.. Aku sangat sayang dengan anak dan istriku... Choky dan Snowy (anjing
peliharaan).. Aku tidak sanggup meninggalkan mereka di dunia ini”. Dugaan lainnya, F ini
tengah dilanda masalah keluarga. Dalam percakapan WhatsApp suami istri tersebut,
diketahui bahwa istrinya meminta dicerai sehingga F pun tidak rela dan tidak ikhlas untuk
dicerai sehingga muncul niat untuk melakukan pembunuhan dan bunuh diri.

 Analisis Kasus
Berdasarkan kasus diatas, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi seseorang
untuk melakukan tindakan kekerasan seperti pembunuhan terhadap keluarganya. Beberapa
faktor tersebut antara lain:

1. Masalah Psikologis: Seseorang yang mengalami gangguan mental seperti


depresi, kecemasan, atau gangguan jiwa lainnya dapat menjadi rentan
terhadap tindakan kekerasan. Gangguan mental yang tidak terdiagnosis
atau tidak ditangani dengan baik dapat mempengaruhi pikiran dan
perilaku seseorang.
2. Stres dan Tekanan: Tekanan hidup yang berlebihan, termasuk masalah
keuangan, pekerjaan, atau hubungan pribadi yang buruk, dapat
menyebabkan seseorang merasa putus asa dan tidak mampu mengatasi
masalah tersebut. Hal ini dapat memicu tindakan kekerasan sebagai
bentuk pelampiasan atau cara untuk mengakhiri penderitaan.
3. Kurangnya Dukungan Sosial: Ketika seseorang merasa terisolasi atau
tidak memiliki dukungan sosial yang memadai, mereka mungkin merasa
tidak ada jalan keluar dari masalah yang dihadapi. Rasa kesepian dan
putus asa dapat mempengaruhi pikiran dan perilaku seseorang, termasuk
tindakan kekerasan terhadap diri sendiri atau orang lain.
4. Kurangnya Akses ke Layanan Kesehatan Mental: Jika seseorang tidak
memiliki akses yang memadai ke layanan kesehatan mental, mereka
mungkin tidak mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan untuk
mengatasi masalah psikologis atau emosional yang mereka alami. Ini
dapat meningkatkan risiko tindakan kekerasan.
Penting untuk diingat bahwa setiap kasus individu memiliki faktor-faktor yang
unik, dan tidak semua orang yang mengalami masalah serupa akan melakukan
tindakan kekerasan. Namun, memahami faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi seseorang untuk melakukan tindakan kekerasan dapat membantu
dalam upaya pencegahan dan penanganan yang lebih baik.

Analisis Kasus:
1. Komunikasi yang kurang efektif dalam keluarga: Kurangnya komunikasi
yang terbuka dan jujur antara anggota keluarga dapat menyebabkan masalah-
masalah dalam keluarga tidak terselesaikan dengan baik.
2. Kurangnya pemahaman dan pengelolaan emosi: Anggota keluarga tidak
mampu mengelola emosi mereka dengan baik, sehingga mudah terpancing
untuk melakukan tindakan kekerasan.
3. Pola asuh yang tidak tepat: Pola asuh yang otoriter, kurang memberikan kasih
sayang, dan kurang memberikan bimbingan yang tepat dapat menyebabkan
anak-anak tumbuh dengan perilaku yang tidak sesuai.
4. Masalah ekonomi dan tekanan hidup: Kondisi ekonomi keluarga yang sulit
dan tekanan hidup yang tinggi dapat memicu timbulnya konflik dan kekerasan
dalam keluarga.

Solusi Alternatif:
1. Meningkatkan komunikasi dalam keluarga: Anggota keluarga perlu belajar
untuk berkomunikasi secara terbuka, jujur, dan saling mendengarkan. Dapat
dilakukan dengan melakukan diskusi rutin atau konseling keluarga.
2. Pelatihan pengelolaan emosi: Anggota keluarga perlu mendapatkan pelatihan
atau bimbingan untuk belajar mengelola emosi mereka dengan baik, sehingga
dapat menghindari tindakan kekerasan.
3. Pola asuh yang lebih tepat: Orang tua perlu belajar untuk menerapkan pola
asuh yang lebih demokratis, memberikan kasih sayang, dan memberikan
bimbingan yang tepat bagi anak-anak.
4. Dukungan ekonomi dan sosial: Keluarga dapat mencari bantuan atau
dukungan dari pihak lain, seperti pemerintah, organisasi sosial, atau komunitas,
untuk membantu mengatasi masalah ekonomi dan tekanan hidup yang dihadapi.

 Solusi Pencegahan bagi Keluarga Lainnya:


1. Edukasi dan sosialisasi tentang pentingnya komunikasi dan pengelolaan emosi dalam
keluarga :
Pemerintah atau organisasi terkait dapat melakukan edukasi dan sosialisasi kepada
masyarakat tentang pentingnya komunikasi yang efektif dan pengelolaan emosi yang
baik dalam keluarga sehingga hal tersebut tidak terjadi lagi dimana setiap anggota
keluarga dapat mengelola emosinya dengan baik.
2. Pelatihan dan konseling keluarga :
Pemerintah atau organisasi terkait dapat menyediakan layanan pelatihan dan konseling
keluarga untuk membantu keluarga-keluarga dalam mengatasi masalah-masalah yang
dihadapi sehingga keluarga yang memiliki masalah dapat memperoleh solusi atau jalan
keluar dari masalah yang ada.
3. Dukungan ekoccnomi dan sosial bagi keluarga :
Pemerintah atau organisasi terkait dapat menyediakan bantuan ekonomi dan dukungan
sosial bagi keluarga-keluarga yang mengalami kesulitan, sehingga dapat mengurangi
tekanan hidup yang dihadapi.
4. Penguatan sistem perlindungan anak dan keluarga :
Pemerintah perlu memperkuat sistem perlindungan anak dan keluarga, sehingga dapat
mencegah terjadinya kekerasan dalam keluarga dan memberikan perlindungan bagi
korban.

Dengan menerapkan solusi-solusi tersebut, diharapkan dapat membantu mencegah


terjadinya kasus kekerasan dalam keluarga dan membantu keluarga-keluarga lainnya
dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi.

 Kasus 2 :
Lebih dari 70 Siswa SMP di Magetan Sayat Lengan Gegara Masalah
Keluarga hingga Pacar
Kabar memilukan kembali datang dari kalangan pelajar. Sebanyak lebih dari 70 siswa
SMP di Magetan, Jawa Timur, ditemukan menyayat tangan sendiri. Informasi ini beredar
luas di media sosial sejak beberapa hari terakhir. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes)
Kabupaten Magetan, Rohmat Hidayat mengungkapkan bahwa kasus para siswa SMP yang
menyayat lengan sebenarnya ditemukan secara tidak sengaja. Yakni tatkala petugas
kesehatan melakukan skrining rutin terhadap sekolah
Jadi, salah satu SMP Negeri di wilayah Kabupaten Magetan, kami temukan secara
tidak sengaja, itu dari temen-temen di Puskesmas yang melakukan kegiatan skrining
terhadap sekolah, skrining ini di kami rutin,” kata Rohmat dalam keterangan yang diterima
Health Liputan6.com pada Jumat, 20 Oktober 2023. “Dari hasil pemeriksaan, kami
temukan beberapa anak itu menunjukkan tanda-tandanya tidak wajar di lengan tangannya,
lengan bawah dari tangan,” dia menambahkan. Pada waktu pemeriksaan kesehatan, siswa
SMP harus menjulurkan lengan untuk cek tensi. Saat itulah terlihat ada hal yang tak wajar
di lengan mereka. Diperkirakan lebih dari 70 siswa yang ditemukan lengannya ada
sayatan.
Rohmat Hidayat berharap adanya temuan kasus siswa SMP di Magetan yang
menyayat lengan dapat dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh. “Harapan kami
terhadap kasus ini seluruh siswa ya sebaiknya dilakukan pemeriksaan, kemudian langkah
berikutnya yang nanti baru bisa dikumpulkan para orangtuanya,” katanya.
Adapun hasil konseling yang sempat dilakukan petugas kesehatan terhadap sejumlah
anak, pemicu tindak menyayat lengan dilatarbelakangi problem keluarga, pacar dan teman.
“Dari hasil konseling yang kami lakukan terhadap beberapa anak, memang latar belakang
kenapa mereka melakukan itu ya, karena adanya permasalahan keluarga, terus dengan
pacar, teman dan lainnya,” ujar Rohmat.
Dalam menganalisis kasus di atas, kita dapat mengaitkannya dengan beberapa
konsep atau teori yang telah dipelajari dalam bimbingan konseling keluarga.
Berikut adalah beberapa analisis dan alternatif solusi yang dapat diberikan:

1. Teori Konflik Keluarga:


- Kasus ini dapat dilihat sebagai sebuah sistem keluarga yang sedang
mengalami disfungsi. Konflik antara suami dan istri serta keterlibatan anak-
anak dalam masalah orang tua menunjukkan bahwa terdapat masalah dalam
dinamika keluarga.
- Alternatif solusi: Pendekatan konseling keluarga dengan fokus pada
perbaikan komunikasi, pemahaman peran dan tanggung jawab masing-masing
anggota keluarga, serta pengembangan strategi penyelesaian masalah secara
kolektif.

2. Teori Komunikasi Keluarga:


- Masalah komunikasi yang tidak efektif antara suami dan istri, serta
kurangnya keterbukaan dalam keluarga, dapat menjadi penyebab utama konflik
yang terjadi.
- Alternatif solusi: Konseling keluarga dengan fokus pada peningkatan
keterampilan komunikasi, seperti mendengarkan aktif, menyampaikan perasaan
dan kebutuhan secara jelas, serta membangun empati dan saling pengertian.

3. Teori Perkembangan Keluarga:


- Kasus ini dapat dilihat sebagai sebuah transisi dalam siklus kehidupan
keluarga, di mana pasangan suami-istri sedang menghadapi tantangan dalam
mengasuh anak-anak remaja.
- Alternatif solusi: Konseling keluarga yang membantu pasangan dalam
memahami tugas-tugas perkembangan pada tahap ini, serta mengembangkan
strategi pengasuhan yang sesuai dengan kebutuhan anak-anak remaja.

4. Teori Resolusi Konflik Keluarga:


- Konflik yang terjadi antara suami dan istri, serta keterlibatan anak-anak,
menunjukkan perlunya pengembangan keterampilan dalam mengelola dan
menyelesaikan konflik secara konstruktif.
- Alternatif solusi: Konseling keluarga yang fokus pada pengembangan
keterampilan negosiasi, kompromi, dan pemecahan masalah bersama, serta
membantu keluarga dalam mengidentifikasi dan mengatasi akar permasalahan.

Secara umum, alternatif solusi yang dapat diberikan adalah:


1. Konseling keluarga untuk memperbaiki komunikasi, memahami peran dan
tanggung jawab masing-masing anggota, serta mengembangkan strategi
penyelesaian masalah secara kolektif.
2. Pelatihan keterampilan komunikasi, seperti mendengarkan aktif,
menyampaikan perasaan dan kebutuhan secara jelas, serta membangun empati
dan saling pengertian.
3. Konseling keluarga yang membantu pasangan dalam memahami tugas-tugas
perkembangan pada tahap ini, serta mengembangkan strategi pengasuhan yang
sesuai dengan kebutuhan anak-anak remaja.
4. Konseling keluarga yang fokus pada pengembangan keterampilan negosiasi,
kompromi, dan pemecahan masalah bersama, serta membantu keluarga dalam
mengidentifikasi dan mengatasi akar permasalahan.

Dengan pendekatan yang komprehensif dan berpusat pada keluarga, diharapkan


keluarga dapat menemukan solusi yang sesuai dengan kebutuhan mereka dan
membangun hubungan yang lebih sehat dan harmonis.

 Kasus 3 :
Ribut Saling Cemburu, Pasutri di Ponorogo Ini Pilih Bongkar Rumah
Perseteruan antara sepasang suami istri (pasutri) di Ponorogo, Jawa Timur, ini
sudah tak bisa diselesaikan lagi. Lima kali mediasi tak membuahkan hasil. Buntut dari
perselisihan tersebut, rumah mereka jadi korban.
Rumah pasangan Rohani (40) dan Sunarti (39) warga Desa Karanglo, Kecamatan
Sukorejo, ini akhirnya dibongkar atas keinginan keduanya. Pembongkaran rumah ini
diawali dengan penurunan genteng, kusen, dan jendela pada Rabu (16/2/2022).
Rencananya besok Kamis (17/2/2020) rumah itu akan dihancurkan dengan alat berat.
Persoalan itu berawal karena keduanya saling cemburu. Rohani menuduh istrinya
yang saat ini masih bekerja sebagai Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Taiwan memiliki
kekasih. Begitu juga Sunarti menuduh suaminya mempunyai wanita simpanan di
Ponorogo Kapolsek Sukorejo, Iptu Syukron, mengatakan rumah tersebut dibangun oleh
Sunarti. Sedangkan tanahnya merupakan milik orang tua Rohani.
Dia menuturkan permasalahan rumah tangga pasutri ini sebenarnya sudah
dimediasi oleh pihak kepolisian. Bahkan mediasi sudah lima kali dilakukan. Namun,
keputusan akhir keduanya tetap ingin bercerai dan membongkar rumah itu. “Saat ini sudah
proses cerai di PA [Pengadilan Agama]. Untuk pembongkaran rumah, karena tanah itu
memang milik orang tua pihak laki-laki. Bahkan yang laki-laki sudah siap material untuk
membangun rumah lagi,” jelas Syukron.

Dalam kasus ketiga yang diberikan, terdapat beberapa konsep dan teori dalam
bimbingan konseling keluarga yang dapat digunakan untuk menganalisis dan
memberikan alternatif solusi.

1. Konsep Komunikasi Keluarga


- Dalam kasus ini, terdapat masalah komunikasi yang tidak efektif antara
orang tua dan anak. Orang tua cenderung memberikan perintah dan anak
merasa tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan.
- Alternatif solusi:
- Menerapkan komunikasi dua arah yang lebih terbuka dan dialogis antara
orang tua dan anak.
- Melibatkan anak dalam proses pengambilan keputusan keluarga agar
anak merasa dihargai dan dilibatkan.
- Menerapkan komunikasi yang lebih empatik dan memahami perspektif
anak.

2. Konsep Pola Asuh Keluarga


- Dalam kasus ini, pola asuh orang tua cenderung otoriter, di mana orang
tua memaksakan kehendaknya tanpa mempertimbangkan kebutuhan dan
keinginan anak.
- Alternatif solusi:
- Menerapkan pola asuh yang lebih demokratis, di mana orang tua
memberikan kebebasan dan kesempatan bagi anak untuk mengembangkan
dirinya, namun tetap memberikan bimbingan dan arahan.
- Memahami tahap perkembangan anak dan menyesuaikan pola asuh yang
sesuai dengan kebutuhan anak.
- Memberikan ruang bagi anak untuk menyampaikan pendapat dan
aspirasi tanpa merasa tertekan.

3. Konsep Resolusi Konflik Keluarga


- Dalam kasus ini, terdapat konflik antara orang tua dan anak yang belum
terselesaikan dengan baik.
- Alternatif solusi:
- Memfasilitasi proses negosiasi dan kompromi antara orang tua dan anak
untuk mencari solusi yang saling menguntungkan.
- Menggunakan teknik mediasi untuk membantu orang tua dan anak dalam
menyelesaikan konflik secara konstruktif.
- Melibatkan pihak ketiga, seperti konselor keluarga, untuk membantu
proses resolusi konflik yang lebih efektif.

4. Konsep Dukungan Sosial Keluarga


- Dalam kasus ini, anak membutuhkan dukungan dan keterlibatan orang tua
dalam proses pengambilan keputusan karir.
- Alternatif solusi:
- Meningkatkan keterlibatan orang tua dalam mendukung dan
mendampingi anak dalam proses pengambilan keputusan karir.
- Membangun komunikasi yang terbuka dan saling memahami antara
orang tua dan anak terkait dengan rencana karir anak.
- Melibatkan pihak lain, seperti konselor karir, untuk membantu anak
dalam mengeksplorasi minat dan potensinya.

Dengan mengaitkan konsep dan teori dalam bimbingan konseling keluarga,


diharapkan dapat memberikan alternatif solusi yang lebih komprehensif dan
efektif dalam mengatasi permasalahan yang terjadi dalam kasus tersebut.

Anda mungkin juga menyukai