BK Keluarga
BK Keluarga
“ANALISIS KASUS”
NIM : 2101030039
KELAS / SEMESTER : A / VI
Kasus 1 :
Ayah bunuh sekeluarga di Palembang, Sumatera Selatan
Pembunuhan satu keluarga diakhiri bunuh diri pelaku terjadi di Palembang, Sumatera
Selatan pada Rabu 24 Oktober 2018. Korban terdiri dari sepasang suami istri, F (54) dan
MYL (45) serta dua anak mereka, RF (18) dan KF (11), ditemukan di Komplek Villa
Kebon Sirih Blok A 18 Bukit Sangkal, Palembang. F diduga membunuh kedua anak dan
istrinya terlebih dahulu dengan menembakkan senjata api jenis Revolver sebelum
menembak dirinya sendiri.
Banyak dugaan terkait kasus ini. Dugaan pertama korban melakukan aksinya karena
masalah pekerjaan. F yang semula merupakan pemilik salah satu gerai perlengkapan
komputer yang cukup terkenal di Palembang, gulung tikar dan beralih usaha menjadi
distributor alat perkantoran.
Di lokasi kejadian ditemukan bukti potongan kertas catatan curahan hati yang diduga
ditulis tangan oleh korban F. Potongan kertas berisi tulisan “Aku sudah sangat lelah..
Maafkan aku.. Aku sangat sayang dengan anak dan istriku... Choky dan Snowy (anjing
peliharaan).. Aku tidak sanggup meninggalkan mereka di dunia ini”. Dugaan lainnya, F ini
tengah dilanda masalah keluarga. Dalam percakapan WhatsApp suami istri tersebut,
diketahui bahwa istrinya meminta dicerai sehingga F pun tidak rela dan tidak ikhlas untuk
dicerai sehingga muncul niat untuk melakukan pembunuhan dan bunuh diri.
Analisis Kasus
Berdasarkan kasus diatas, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi seseorang
untuk melakukan tindakan kekerasan seperti pembunuhan terhadap keluarganya. Beberapa
faktor tersebut antara lain:
Analisis Kasus:
1. Komunikasi yang kurang efektif dalam keluarga: Kurangnya komunikasi
yang terbuka dan jujur antara anggota keluarga dapat menyebabkan masalah-
masalah dalam keluarga tidak terselesaikan dengan baik.
2. Kurangnya pemahaman dan pengelolaan emosi: Anggota keluarga tidak
mampu mengelola emosi mereka dengan baik, sehingga mudah terpancing
untuk melakukan tindakan kekerasan.
3. Pola asuh yang tidak tepat: Pola asuh yang otoriter, kurang memberikan kasih
sayang, dan kurang memberikan bimbingan yang tepat dapat menyebabkan
anak-anak tumbuh dengan perilaku yang tidak sesuai.
4. Masalah ekonomi dan tekanan hidup: Kondisi ekonomi keluarga yang sulit
dan tekanan hidup yang tinggi dapat memicu timbulnya konflik dan kekerasan
dalam keluarga.
Solusi Alternatif:
1. Meningkatkan komunikasi dalam keluarga: Anggota keluarga perlu belajar
untuk berkomunikasi secara terbuka, jujur, dan saling mendengarkan. Dapat
dilakukan dengan melakukan diskusi rutin atau konseling keluarga.
2. Pelatihan pengelolaan emosi: Anggota keluarga perlu mendapatkan pelatihan
atau bimbingan untuk belajar mengelola emosi mereka dengan baik, sehingga
dapat menghindari tindakan kekerasan.
3. Pola asuh yang lebih tepat: Orang tua perlu belajar untuk menerapkan pola
asuh yang lebih demokratis, memberikan kasih sayang, dan memberikan
bimbingan yang tepat bagi anak-anak.
4. Dukungan ekonomi dan sosial: Keluarga dapat mencari bantuan atau
dukungan dari pihak lain, seperti pemerintah, organisasi sosial, atau komunitas,
untuk membantu mengatasi masalah ekonomi dan tekanan hidup yang dihadapi.
Kasus 2 :
Lebih dari 70 Siswa SMP di Magetan Sayat Lengan Gegara Masalah
Keluarga hingga Pacar
Kabar memilukan kembali datang dari kalangan pelajar. Sebanyak lebih dari 70 siswa
SMP di Magetan, Jawa Timur, ditemukan menyayat tangan sendiri. Informasi ini beredar
luas di media sosial sejak beberapa hari terakhir. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes)
Kabupaten Magetan, Rohmat Hidayat mengungkapkan bahwa kasus para siswa SMP yang
menyayat lengan sebenarnya ditemukan secara tidak sengaja. Yakni tatkala petugas
kesehatan melakukan skrining rutin terhadap sekolah
Jadi, salah satu SMP Negeri di wilayah Kabupaten Magetan, kami temukan secara
tidak sengaja, itu dari temen-temen di Puskesmas yang melakukan kegiatan skrining
terhadap sekolah, skrining ini di kami rutin,” kata Rohmat dalam keterangan yang diterima
Health Liputan6.com pada Jumat, 20 Oktober 2023. “Dari hasil pemeriksaan, kami
temukan beberapa anak itu menunjukkan tanda-tandanya tidak wajar di lengan tangannya,
lengan bawah dari tangan,” dia menambahkan. Pada waktu pemeriksaan kesehatan, siswa
SMP harus menjulurkan lengan untuk cek tensi. Saat itulah terlihat ada hal yang tak wajar
di lengan mereka. Diperkirakan lebih dari 70 siswa yang ditemukan lengannya ada
sayatan.
Rohmat Hidayat berharap adanya temuan kasus siswa SMP di Magetan yang
menyayat lengan dapat dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh. “Harapan kami
terhadap kasus ini seluruh siswa ya sebaiknya dilakukan pemeriksaan, kemudian langkah
berikutnya yang nanti baru bisa dikumpulkan para orangtuanya,” katanya.
Adapun hasil konseling yang sempat dilakukan petugas kesehatan terhadap sejumlah
anak, pemicu tindak menyayat lengan dilatarbelakangi problem keluarga, pacar dan teman.
“Dari hasil konseling yang kami lakukan terhadap beberapa anak, memang latar belakang
kenapa mereka melakukan itu ya, karena adanya permasalahan keluarga, terus dengan
pacar, teman dan lainnya,” ujar Rohmat.
Dalam menganalisis kasus di atas, kita dapat mengaitkannya dengan beberapa
konsep atau teori yang telah dipelajari dalam bimbingan konseling keluarga.
Berikut adalah beberapa analisis dan alternatif solusi yang dapat diberikan:
Kasus 3 :
Ribut Saling Cemburu, Pasutri di Ponorogo Ini Pilih Bongkar Rumah
Perseteruan antara sepasang suami istri (pasutri) di Ponorogo, Jawa Timur, ini
sudah tak bisa diselesaikan lagi. Lima kali mediasi tak membuahkan hasil. Buntut dari
perselisihan tersebut, rumah mereka jadi korban.
Rumah pasangan Rohani (40) dan Sunarti (39) warga Desa Karanglo, Kecamatan
Sukorejo, ini akhirnya dibongkar atas keinginan keduanya. Pembongkaran rumah ini
diawali dengan penurunan genteng, kusen, dan jendela pada Rabu (16/2/2022).
Rencananya besok Kamis (17/2/2020) rumah itu akan dihancurkan dengan alat berat.
Persoalan itu berawal karena keduanya saling cemburu. Rohani menuduh istrinya
yang saat ini masih bekerja sebagai Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Taiwan memiliki
kekasih. Begitu juga Sunarti menuduh suaminya mempunyai wanita simpanan di
Ponorogo Kapolsek Sukorejo, Iptu Syukron, mengatakan rumah tersebut dibangun oleh
Sunarti. Sedangkan tanahnya merupakan milik orang tua Rohani.
Dia menuturkan permasalahan rumah tangga pasutri ini sebenarnya sudah
dimediasi oleh pihak kepolisian. Bahkan mediasi sudah lima kali dilakukan. Namun,
keputusan akhir keduanya tetap ingin bercerai dan membongkar rumah itu. “Saat ini sudah
proses cerai di PA [Pengadilan Agama]. Untuk pembongkaran rumah, karena tanah itu
memang milik orang tua pihak laki-laki. Bahkan yang laki-laki sudah siap material untuk
membangun rumah lagi,” jelas Syukron.
Dalam kasus ketiga yang diberikan, terdapat beberapa konsep dan teori dalam
bimbingan konseling keluarga yang dapat digunakan untuk menganalisis dan
memberikan alternatif solusi.