Anda di halaman 1dari 5

PROPOSAL PENELITIAN TUGAS AKHIR

A. JUDUL : PEMBERIAN REMISI TERHADAP NARAPIDANA


ANAK
(Suatu Penelitian Di Lembaga Pembinaan Khusus Anak
Kelas II A Banda Aceh)

B. PELAKSANA PENELITIAN
Nama Mahasiswa : M. IKRAM
NIM : 1803101010203
Angkatan : 2018
Bagian : Hukum Pidana
Jumlah SKS Yang Telah Diambil : 140 SKS
Sudah/Belum Lulus Mata Kuliah Wajib : Sudah
Alamat : Dusun Tgk Hamzah,desa
penyeurat

C. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Anak adalah amanah dari Tuhan Yang Maha Esa yang menjadi
generasi penerus masa depan bangsa yang sejak terlahir memiliki harkat
serta martabat yang patut dijunjung tinggi sebagai manusia seutuhnya.
Setiap anak berhak mendapatkan hak-haknya berupa perlindungan dari
tindak kekerasan, hak untuk tumbuh dan berkembang, hak untuk
berpartisipasi secara optimal, serta mendapat perlindungan dari kekerasan
dan diskriminasi. Hal ini sesuai dengan Ketentuan Umum Undang-
Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, jo. UU No.
35 tahun 2014 tentang Perubahan atas UU No. 23 tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak.1
1
Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak jo UU No. 35
Mengenai penyelenggaraan perlindungan, Undang-Undang
Perlindungan Anak menyatakan bahwa setiap anak berhak mendapat
kesempatan seluas-luasnya untuk memperoleh pelayanan kesehatan,
jaminan sosial maupun pendidikan oleh negara, pemerintah, keluarga dan
orang tua, tidak terkecuali pada anak yang menjalani pemidanaan atau
berkonflik dengan hukum. Dalam Pasal 40 ayat (1) Konvensi Hak Anak,
Anak yang berkonflik dengan hukum dapat didefinisikan sebagai anak
yang disangka, dituduh atau diakui telah melanggar hukum pidana.
Terdapat beberapa faktor penyebab anak yang berada dalam situasi
berhadapan atau berkonflik dengan hukum:

1) Keterbatasan pendidikan orang tua yang berakibat tidak


berperannya secara maksimal fungsi orang tua dalam mendidik
dan mengarahkan anak,
2) Faktor ekonomi,
3) Latar belakang sosial anak dan keluarganya.2

Menurut Yayasan Pemantau Hak Anak (YPHA) dalam buku Hukum


Perlindungan Anak di Indonesia, lebih dari 4.000 anak Indonesia diajukan
ke pengadilan setiap tahunnya atas kejahatan ringan, seperti pencurian.
Pada umumnya mereka tidak mendapat dukungan, baik oleh pengacara
maupun dinas sosial. Dengan demikian, tidak mengejutkan jika 9 dari 10
anak akhirnya dijebloskan ke penjara atau rumah tahanan. Secara
konseptual anak yang berhadapan dengan hukum (children in conflict with
the law) dimaknai sebagai seseorang yang berusia di bawah 18 tahun yang
berhadapan dengan sistem peradilan pidana dikarenakan yang
bersangkutan disangka atau dituduh melakukan tindak pidana.3
Indonesia merupakan negara hukum, yang harus menggunakan

Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
2
Rika Saraswati, 2015, Hukum Perlindungan Anak di Indonesia, Bandung: PT Citra
Aditya Bakti, hal. 126
3
Ibid, hal. 13
hukum sebagai pedoman dalam penegakkan keadilan. Aparat hukum
memiliki kewajiban untuk memberikan perlindungan terhadap setiap
orang, termasuk narapidana dan narapidana anak untuk mendapatkan hak
asasinya sebagai manusia. Hal ini dipertegas dalam Pasal 9 Undang-
Undang No. 22 Tahun 2022 tentang Pemasyarakatan mengenai hak-
hak bagi narapidana, yang menyebutkan bahwa Warga Binaan
mempunyai beberapa hak seperti melakukan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya, hak mendapat perawatan, baik
perawatan rohani maupun jasmani, hak mendapat pendidikan dan
pengajaran, hak mendapat pelayanan kesehatan dan makanan yang
layak, hak menyampaikan keluhan, hak mendapat bahan bacaan dan
mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang, hak
mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan, hak untuk
menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum, atau orang tertentu
lainnya, dan berbagai hak lainnya.4
Adapun hak anak dalam Lembaga Pemasyarakatan menurut Pasal
4 ayat (1) Undang-Undang No.11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak, adalah:
1. Mendapat pengurangan masa pidana (remisi);
2. Memperoleh asimilasi
3. Memperoleh cuti mengunjungi keluarga;
4. Memperoleh pembebasan bersyarat;
5. Memperoleh cuti menjelang bebas;
6. Memperoleh cuti bersyarat, dan
7. Memperoleh hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan.5
Seseorang yang berkonflik dengan hukum atau yang sedang
menjalani pidana penjara atau dengan kata lain menjadi seorang
narapidana, khususnya narapidana anak memiliki hak-hak yang
dilindungi oleh hak asasi manusia dan undang-undang Indonesia. Sudah
4
Undang-Undang No. 22 Tahun 2022 tentang Pemasyarakatan (UU No. 12/1995)
5
Undang-Undang No.11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
sepatutnya bagi negara hukum untuk menghargai hak asasi bagi
narapidana, narapidana juga perlu dilindungi dari perilaku yang tidak
adil, sehingga sudah semestinya seorang narapidana untuk mendapat
kesempatan mendapatkan remisi.
Hak mendapat pengurangan masa pidana (remisi) pada hakikatnya
merupakan hak semua narapidana dan berlaku bagi siapapun sepanjang
narapidana tersebut menjalani pidana sementara bukan pidana seumur
hidup dan pidana mati. Untuk menumbuhkan motivasi dan kesadaran
diri narapidana terhadap program pembinaan maka pemerintah
melaksanakan program pemberian remisi. Hal ini juga diperjelas
dengan adanya Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang
Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan,
Pasal 34 ayat (1) yang berbunyi “Setiap Narapidana dan Anak Pidana
yang menjalani masa pidana berkelakuan baik berhak mendapatkan
remisi”.6
Namun terlepas dari hak untuk mendapatkan remisi yang sudah
diatur oleh undang-undang bagi narapidana khususnya narapidana anak
pada prakteknya sering terindikasi dengan suap atau jual beli untuk
mendapatkan remisi yang dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggung
jawab, hal ini sangat disanyangkan mengingat sudah sepatutnya
narapidana khususnya anak yang berperilaku baik dan memenuhi syarat
lainnya mendapatkan hak remisi sebagai hadiah yang berupa apresiasi
dari negara untuk mendapat pengurangan masa pidana kerena sudah
sadar dan bertaubat akan kesalahannya, malah diselewangkan oleh pihak
yang tidak bertanggung jawab untuk mengabil keuntungan darinya.

Berdasarkan uraian diatas, menarik untuk diteliti apakah salah satu


hak narapidana anak yakni hak untuk mendapatkan remisi khususnya di
Lembaga Pemasyarakatan Anak telah dilaksanakan oleh aparat penegak
hukum berdasarkan undang-undang. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini
6
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan
Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
Penulis tertarik melakukan penelitian guna mengetahui pelaksanaan hak-
hak narapidana anak di dalam Lembaga pembinaan khusus anak yang
mengenai pemberian remisi di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II
A Banda Aceh dengan judul penelitian: “PEMBERIAN REMISI
TERHADAP NARAPIDANA ANAK (SUATU PENELITIAN DI
LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK KELAS II A BANDA
ACEH).

2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi


permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pelaksanaan pemberian remisi terhadap


narapidana anak di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas
II A Banda Aceh?

2. Apa saja faktor yang dapat mempengaruhi pemberian remisi


terhadap narapidana anak di Lembaga Pembinaan Khusus
Anak Kelas II A Banda Aceh?

3. Apa yang menjadi kendala dalam pelaksanaan pemberian


remisi terhadap narapidana anak di Lembaga Pembinaan
Khusus Anak Kelas II A Banda Aceh?

Anda mungkin juga menyukai