Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ETIKA BISNIS DAN PROFESI

KEBUTUHAN ATAS PENDIDIKAN ETIKA

Dosen Pengampu:

Ayu Rachmawati, SE., M. Ak

Disusun Oleh:

1. Vangella Arry M. (212362201022)


2. Wulan Nur Anisyah (212362201007)

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS DARUL ULUM

JOMBANG

2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas limpahan
Karunia, Rahmat, dan Hidayahnya baik berupa kesehatan, kemudahan, serta
kelancaran sehingga makalah yang berjudul “Kebutuhan akan Pendidikan etika”
dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun sebagai tugas
kelompok mata kuliah Etika Bisnis dan Profesi.

Kami berusaha menyusun makalah ini dengan segala kemampuan, namun


kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi
penulisan maupun segi penyusunan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun akan kami terima dengan senang hati demi perbaikan makalah
selanjutnya.

Semoga makalah ini bisa memberikan informasi mengenai Etika Bisnis


dan Profesi dan tentunya semoga bermanfaat bagi para pembacanya. Atas
perhatian dan kesempatan yang diberikan untuk membuat makalah ini kami
sampaikan terima kasih.

Jombang, 18 Maret 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar belakang 1

1.2 Rumusan masalah 1

1.3 Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

2.1 Pengertian Pendidikan Etika 3

2.2 Kegiatan Bisnis Harus Beretika 5

2.3 Pendidikan Etika Bisnis Penting Bagi Masyarakat 6

BAB III PENUTUP 11

3.1 Kesimpulan 11

Daftar Pustaka 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pendidikan etika bisnis dianggap efektif dalam meningkatkan sikap yang
beretika. Adanya pendidikan etika bisnis di kurikulum pendidikan yang
menekankan pentingnya berperilaku etis dengan orang tua, keluarga dan
masyarakat yang signifikan dalam hal sikap mereka terhadap etika bisnis.
Etika juga berperan dalam mengatur hidup dan bertindak secara bertanggung
jawab. Pentingnya etika tidak dapat diabaikan dalam banyak lini kehidupan,
termasuk mempraktikannya di bidang pendidikan, karena etika akan
membantu menetapkan standar tentang apa yang dapat diterima dan apa yang
tidak
Banyak faktor yang mempengaruhi dan menentukan kegiatan berbisnis
sebagai kegiatan sosial bisnis dengan banyak cara terjalin dengan
kompleksitas masyarakat modern. Dalam kegiatan berbisnis mengejar
keuntungan adalah hal yang wajar, asalkan dalam mencapai keuntungan
tersebut tidak merugikan banyak pihak baik dalam mencapai tujuan, dalam
kegiatan berbisnis juga ada batasnya. Kepentingan dan hak-hak orang lain
perlu diperhatikan. Etika perilaku dalam kegiatan berbisnis adalah sesuatu
yang penting demi kelangsungan hidup bisnis itu sendiri.
Dengan kata lain moralitas adalah suatu pranata, sedangkan etika adalah
sikap kritis setiap individu atau kelompok dalam mewujudkan moralitas.
Kesemuanya ini mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil,
sesuai dengan hukum yang berlaku, dan tidak tergantung pada kedudukan
individu ataupun perusahaan di masyarakat. Etika bisnis lebih luas dari
ketentuan yang diatur oleh hukum.

1.2 Rumusan Masalah

1
1. Bagaimana konsep pendidikan etika bisnis?
2. Mengapa kegiatan bisnis harus beretika?
3. Mengapa pendidikan etika bisnis penting bagi masyarakat?

1.3 Tujuan
Meningkatkan kesadaran moral bagi para karyawan dan menerapkannya
sebagai nilai serta sikap dalam keseharian. Untuk menjalankan dan
menciptakan sebuah bisnis seadil mungkin serta menyesuaikan hukum yang
sudah dibuat. Selain itu, juga dimaksudkan untuk menghilangkan
ketergantungan pada sebuah kedudukan individu ataupun perusahaan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendidikan Etika


Pendidikan merupakan pilihan untuk mengubah kehidupan, melalui
pendidikan peradaban manusia akan dapat ditingkatkan. Pendidikan sebagai salah
satu sarana untuk dapat terpenuhinya semua kebutuhan. Setiap manusia
membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan
sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang
dan bahkan akan terbelakang.
2.1.1 Pengertian Pendidikan dari Para Ahli
Aristoteles
Pendidikan adalah salah satu fungsi dari suatu negara, dan dilakukan, terutama
setidaknya, untuk tujuan Negara itu sendiri. Negara adalah institusi sosial tertinggi
yang mengamankan tujuan tertinggi atau kebahagiaan manusia.Pendidikan adalah
persiapan/bekal untuk beberapa aktivitas/pekerjaan yang layak. Pendidikan
semestinya dipandu oleh undang-undang untuk membuatnya sesuai (koresponden)
dengan hasil analisis psikologis, dan mengikuti perkembangan secara bertahap,
baik secara fisik (lahiriah) maupun mental (batiniah/jiwa).

Plato

Dalam teori pendidikan menurut Plato adalah sesuatu yang dapat membantu
perkembangan individu dari jasmani dan akal dengan sesuatu yang dapat
memungkinkan tercapainya sebuah kesempurnaan.

Ki Hajar Dewantara
Menurut Ki Hadjar Dewantara, pendidikan merupakan salah satu usaha pokok
untuk memberikan nilai-nilai kebatinan yang ada dalam hidup rakyat yang
berkebudayaan kepada tiap-tiap turunan baru (penyerahan kultur), tidak hanya
berupa “pemeliharaan” akan tetapi juga dengan maksud “memajukan” serta
“memperkembangkan” kebudayaan, menuju ke arah keseluruhan hidup

3
kemanusiaan. Konsep pendidikan yang dianut oleh Ki Hajar Dewantara adalah
menjunjung tinggi pendidikan budi pekerti yang akan membantu mengembangkan
sikap dan perilaku peserta didik yang lebih baik.

Ahmad D. Marimba

Pendidikan adalah bimbingan secara sadar dilakukan oleh pendidik untuk


perkembangan jasmani dan rohani terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang
utama.

2.1.2 Pengertian Etika

Ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral.
Kumpulan asas/nilai yang berkenaan dengan akhlak. Nilai mengenai yang benar
dan salah yang dianut masyarakat.

K. Bertens berpendapat bahwa arti kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia tersebut dapat lebih dipertajam dan susunan atau urutannya lebih baik
dibalik

a. Nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Misalnya, jika orang berbicara
tentang etika orang Jawa, etika agama Budha, etika Protestan dan sebagainya,
maka yang dimaksudkan etika di sini bukan etika sebagai ilmu melainkan etika
sebagai sistem nilai. Sistem nilai ini bisa berfungsi dalam hidup manusia
perorangan maupun pada taraf sosial

b. Kumpulan asas atau nilai moral. Yang dimaksud di sini adalah kode etik.
Contoh: Kode Etik Jurnalistik

c. Ilmu tentang yang baik atau buruk

2.1.3 Macam-Macam Etika


Manusia disebut etis, ialah manusia secara utuh dan menyeluruh mampu
memenuhi hajat hidupnya dalam rangka asas keseimbangan antara kepentingan
pribadi dengan pihak yang lainnya, antara rohani dengan jasmaninya, dan antara
sebagai makhluk berdiri sendiri dengan penciptanya.

4
a.Etika Deskriptif

Etika deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta secara apa adanya, yakni
mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan
situasi dan realitas yang membudaya. Dapat disimpulkan bahwa tentang
kenyataan dalam penghayatan nilai atau tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang
dikaitkan dengan kondisi tertentu memungkinkan manusia dapat bertindak secara
etis.

b. Etika Normatif

Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya
dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan
tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi etika normatif merupakan norma-
norma yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik dan
menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang
disepakati dan berlaku di masyarakat.

Pendidikan etika, termasuk etika bisnis diharapkan mampu mengantar


orang sampai pada tahap perkembangan moral yang otonom. Dalam Bahasa
Kholberg disebut post-konvensional. Yakni tahap di mana orang memiliki
kesadaran dan penalaran moral yang otonom. Orang yang memutuskan tindakan
moral berdasarkan prinsip-prinsip dan cita-cita moral absolut menyeluruh yang
diyakini kebenarannya dari pada sekadar memperhitungkan keuntungan,
kepentingan-diri sendiri, atau ketentuan hukum yang berlaku.

2.2 Kegiatan Bisnis Harus Beretika


Dalam hubungannya dengan masyarakat, diharapkan pebisnis
mengutamakan performance etika tingkat tinggi dan social responsibility.
Perusahaan dan pekerja yang gagal memenuhi keinginan / permintaan publik akan
jadi sorotan, dikritis dan dihukum. Berdasarkan dimensi etika bisnis, perusahaan
sabagai agen moral harus menerapkan perilaku etis dalam melaksanakan
bisnisnya. Mengapa bisnis harus etis? Menurut Post et all (2002) setidaknya ada
tujuh alasan mengapa perusahaan menjalankan bisnis secara etis, yaitu:

5
(1) Meningkatnya harapan publik agar perusahaan menjalankan bisnisnya secara
etis. Perusahaan yang tidak berhasil dalam menjalankan bisnisnya secara etis akan
mendapat sorotan, kritik, bahkan hukuman.
(2) Agar prusahaan tidak melakukan berbagai tindakan yang membahayakan
stakeholder lainnya.
(3) Penerapan etika bisnis perusahaan dapat meningkatkan kinerja perusahaan.
Hal ini dapat dicapai melalui terjadinya penurunan resiko korupsi, manipulasi,
penggelapan,dan berbagai bentuk perilaku tidak etis lainnya.
(4) Penerapan etika bisnis seperti kejujuran, menepati janji, dan menolak suap
dapat meningkatkan kualitas hubungan bisnis di antara dua pihak yang melakukan
hubungan bisnis.
(5) Agar perusahaan terhindar dari penyalah-gunaan yang dilakukan karyawan
maupun kompetitor yang bertindak tidak etis.
(6) Penerapan etika perusahaan secara baik di dalam suatu perusahaan dapat
menghindarkan terjadinya pelanggaran hak-hak pekerja oleh pemberi
kerja(employers).
(7) Mencegah agar perusahaan (yang diwakili para pemimpinnya) tidak
mendapatkan sangsi hukum yang disebabkan menjalankan bisnis secara tidak etis.

2.3 Pendidikan Etika Bisnis Penting Bagi Masyarakat


Dunia bisnis yang bermoral akan mampu mengembangkan etika (patokan/
rambu-rambu) menjamin kegiatan bisnis yang seimbang, selaras dan serasi.
Dengan beretika dalam bisnis maka akan dapat membimbing dan mengingatkan
anggotanya kepada suatu tindakan yang terpuji (good conduct) yangharus selalu
dipatuhi dan dilaksanakan. Dampak nyata akibat ketidak-pedulian pebisnis
terhadap etika bisnis adalah kerusakan lingkungan hidup; kebiasaan pemberian
suap yang semakin serius dan merusak tatanan sosial budaya masyarakat;
penipuan/ pemalsuan; dan pencurian idea-idea/ pembajakan produk.
1. Kekeliruan persepsi masyarakat bahwa etika bisnis hanya perlu diajarkan
kepada mahasiswa program manajemen dan bisnis karena pendidikan
program ini bertujuan mencetak lulusan sebagai calon-calon pengusaha
profesional . Persepsi demikian tentu kurang tepat. Sebab pada hakekatnya

6
yang terlibat dalam kegiatan bisnis adalah seluruh masyarakat, hanya
peran yang dimainkan berbeda-beda. Ada yang berperan sebagai
pengusaha/ produsen, sebagai konsumen, sebagai investor, dan
sebagainya. Bila saat ini seseorang yang berprofesi sebagai karyawan,
tidak tertutup kemungkinan di kemudian hari beralih profesi menjadi
pebisnis yang sukses. Oleh karena itu lebih tepat apabila pendidikan dasar
berbisnis yang disertai dengan pendidikan etika bisnis diberikan pada
progam/jurusan lainnya. Selain itu pendidikan etika bisnis adalah sarat
dengan nilainilai yang wajib diterapkan dalam kehidupan sehari-hari maka
semestinya pendidik berperan sebagai model panutan/keteladanan dalam
aplikasi pembelajaran etika bisnis tersebut.
2. Nilai -nilai moral dan etika dalam berperilaku bisnis akan lebih efektif
diajarkan pada saat usia emas (golden age) anak, yaitu usia 4–6 tahun.
Karena itu, pembelajaran harus bersifat tematik. Misalnya pada mata
pelajaran agama, guru bisa mengajarkan etika bisnis dengan memberi
contoh bagaimana Nabi Muhammad SAW ketika berdagang meski
mengambil keuntungan, namun tidak setinggi langit.
3. Orang tua beranggapan bahwa adalah suatu hal yang tidak mungkin
mengajarkan anak di rumah tentang etika bisnis karena mereka bukan
pengusaha. Padahal, sebenarnya penegakan etika bisnis juga menjadi
tanggung jawab konsumen. Contoh: Orang tua dapat mengajarkan etika
bisnis di lingkungan keluarga dengan jalan memberi pemahaman yang
disertai keteladanan pada anak misalnya dalam menghargai hak atas
kekayaan intelektual.
4. Selain melalui jalur formal (Sekolah) dan informal (keluarga), pendidikan
etika bisnis seharusnya juga dilaksanakan oleh manajemen perusahaan,
sebagai pihak yang paling bertanggung-jawab terjadinya
pelanggaranpelanggaran etika bisnis di masyarakat. Dalam hal ini
perusahaan dituntut untuk melaksanakan tanggung jawab sosial (Corporate
Social Responsibility) yaitu merupakan komitmen bisnis untuk
berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja
bersama karyawan perusahaan, komunitas setempat dan masyarakat secara

7
keseluruhan, dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan. Perusahaan
dapat menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan etika bisnis
untuk level manajer, level karyawan, dan level stakeholder secara berkala.

2.3.1 Peran Pendidikan Etika Bisnis di Masyarakat


Etika dalam dunia bisnis memiliki peran yang sangat penting, yaitu untuk
membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi
serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang tinggi,
dimana diperlukan suatu landasan yang kokoh untuk mencapai itu semua. Bila
perusahaan ingin sukses/ berhasil memerlukan 3 hal pokok yaitu:

1. Memiliki produk yang baik

2. Memiliki managemen yang baik

3. Memiliki Etika

Berdasarkan organisasi yang menyelenggarakannya, pelayanan publik dapat


dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh organisasi privat, adalah


semua penyediaan barang atau jasa publik yang diselenggarakan oleh
swasta, seperti misalnya rumah sakit swasta.
2. Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh organisasi publik yang
bersifat primer adalah semua penyediaan barang/ jasa publik yang
diselenggarakan oleh pemerintah, misalnya adalah pelayanan di kantor
imigrasi,pelayanan penjara, dan pelayanan perizinan.

Pelayanan publik yang profesional artinya pelayanan publik yang dicirikan oleh
adanya akuntabilitas dan responsibilitas dari pemberi layanan (aparatur
pemerintah) dengan cara:

1. Penetapan standar pelayanan

Standar pelayanan memiliki arti yang sangat penting dalam pelayanan publik.
Standar pelayanan merupakan suatu komitmen penyelenggara pelayanan untuk

8
menyediakan pelayanan dengan suatu kualitas tertentu yang ditentukan atas dasar
perpaduan harapan-harapan masyarakat dan kemampuan penyelenggara
pelayanan.

2. Pengembangan Standard Operating Procedures (SOP)

Dengan adanya SOP, maka proses pengolahan yang dilakukan secara internal
dalam unit pelayanan dapat berjalan sesuai dengan acuan yang jelas, sehingga
dapat berjalan secara konsisten.

3. Pengembangan Survei Kepuasan Pelanggan

Dalam konsep manajemen pelayanan, kepuasan pelanggan dapat dicapai apabila


produk pelayanan yang diberikan oleh penyedia pelayanan memenuhi kualitas
yang diharapkan masyarakat.

Ciri – ciri pelayanan publik yang profesional sebagai berikut:

1. Efektif

Lebih mengutamakan pada pencapaian apa yang menjadi tujuan dan sasaran.

2. Sederhana

Prosedur/ tata cara pelayanan diselenggarakan secara mudah, cepat, tepat, dan
tidak berbelit-belit.

3. Transparan

Adanya kejelasan dan kepastian mengenai prosedur, persyaratan, dan pejabat yang
bertanggung jawab terhadap pelayanan publik tersebut.

4. Efisiensi

Persyaratan pelayanan hanya dibatasi pada hal-hal yang berkaitan langsung


dengan pencapaian sasaran pelayanan dengan tetap memperhatikan keterpaduan
antara persyaratan dengan produk pelayanan yang berkaitan.

5. Keterbukaan

9
Berarti prosedur/ tata cara persyaratan, satuan kerja/ pejabat penanggung jawab
pemberi pelayanan, waktu penyelesaian, rincian waktu/ tarif serta hal-hal lain
yang berkaitan dengan proses pelayanan wajib di informasikan secara terbuka
agar mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat, baik diminta maupun tidak.

6. Ketepatan waktu

Kriteria ini mengandung arti pelaksanaan pelayanan masyarakat dapat


diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

10
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Dengan pendidikan etika bisnis maka setiap individu ataupun perusahaan


dalam menjalankan bisnisnya mempunyai nilai-nilai moral yang harus dipegang
teguh dalam menjalankan bisnis, seperti kejujuran, integritas, dan tanggung jawab
sosial yang terfokus pada nilai-nilai dan norma-norma moral dalam kegiatan
ekonomi dan bisnis. Dalam kehidupan sehari-hari semua orang terlibat dalam
kegiatan bisnis. Maka nilai-nilai etika bisnis perlu ditanamkan sedini mungkin,
baik malalui jalur formal, nonformal, maupun informal. Dalam menjalankan
kegiatan bisnis, harus disertai penerapan nilai-nilai etis sehingga mendatangkan
manfaat bagi pebisnis itu sendiri dan di sisi lain sangat tidak merugikan
kepentingan stakeholder (para pemangku kepentingan) seperti konsumen,
kreditor, lembaga keuangan, supplier, dan pemerintah

11
DAFTAR PUSTAKA

Handayani, D. F., & Betavia, A. E. (2022). Pengaruh Religiusitas Dan Pendidikan


Etika Bisnis Profesi Akuntansi Dalam Pengambilan Keputusan Audit.
Jurnal Buana Akuntansi, 7(1), 29-38.
Hidayat, H., & Anastasyah, D. (2017). Perbedaan persepsi tentang etika bisnis
pada mahasiswa yang belum dan sudah mempelajari mata kuliah etika
bisnis pada prodi akuntasi di perguruan tinggi Kota Batam. Jurnal
Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen Bisnis, 5(2), 204-212.
TAS'ADI, R. A. F. S. E. L. (2016). Pentingnya Etika Dalam Pendidikan. Ta'dib,
17(2), 189-198.

12

Anda mungkin juga menyukai