Anda di halaman 1dari 16

KARYA TULIS ILMIAH

STRATA SOSIAL MASYARAKAT SUMBA TIMUR

Di Susun Oleh kelompok 5


1. Gwinet Happy Ananda
2. Nurlaila Baharun
3. Renova Tana Langga
4. Jeky Jangga Ndewa
5. Joyce Umbu Mborang
6. Juyansen Saputra Ndakularak

PEMERINTAH NUSA TENGGARA TIMUR


DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI I LEWA
2024
PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “ STRATIFIKASI SOSIAL
MASYARAKAT SUMBA TIMUR” ini telah disetujui oleh pembimbing
untuk diujikan.

Lewa, Maret 2024 Lewa , 2024

Guru Pembimbing I Guru pembimbing II

( Frederika Kareri Hara, S,Pd) (Merdiany Konda Ngguna,S,Pd


NIP:- NIP:-
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
1.2. RUMUSAN MASALAH
1.3. TUJUAN
1.4. MANFAAT
BAB II PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN STRATIFIKASI
2.2. PENGERTIAN KELAS-KELAS STARTIFIKASI SOSIAL YANG
ADA DI SUMBA TIMUR
BAB III PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
3.2. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Puji syukur di panjat ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmatnya sehingga penulisan karya ilmiah ini dapat dilaksanakan
dengan baik. Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah adalah untuk
menambah wawasan dan juga untuk memenuhi tugas penilain akhir.
Karya ilmiah yang berjudul “Strata Sosial Masyarakat Di sumba
Timur”ini, Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan. Oleh karna
itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak sehingga penulisan karya ilmiah ini dapat lebih baik.

Penulis,

Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Sumba timur merupakan salah satu kabupaten di pulau sumba dari tiga
kabupaten lainnya (kabupaten sumba tengah, kabupaten sumba barat, dan
kabupaten sumba barat daya) yang termasuk di dalam wilayah Provinsi Nusa
Tenggara Timur (NTT). Luas wilayah kabupaten sumba timur tahun 2010,
7.000,5 km2 atau 700.050 Hektare (luas daratan). Wilayah sumba timur
memiliki batas-batas sebagai berikut: Sebelah utara berbatasan dengan Selat
Sumba,Sebelah selatan berbatasan dengan Lautan Hindia,Sebelah Barat
berbatasan dengan Kabupaten Sumba Tengah,Sebelah timur berbatasan dengan
Laut Sabu.
Seperti pada umumnya iklim di daerah Nusa Tenggara Timur, Iklim di
Kabupaten sumba timur di tandai oleh musim kemarau yang panjang dari maret
sampai November, angka curah hujan yang tidak menentu di mana curah hujan
relatif lebih rendah dari pada musim kemarau serta keadaan tanah yang berbatu
karang dan keadaan wilayah yang terjal sedangkan temperatur udara
pertahunnya antara 26°sampai dengan 32°C. Berdasarkan data tersebut
tampaklah daerah tersebut merupakan daerah yang panas dan kering.
Orang sumba berasal dari Malaka-Tana Bara, Ndima-makaharu, Haba-
Rai Jua, Enda-Ndua, Endi-Ambaroi. Jadi mereka masih ingat kedatangan
mereka dari semenanjung Malaka, Tanabara (Singapura), Riau, Jawa, Bali,
Bima, Ende(Roti), Ndau(Dao), Haba(Seba-Sabu), dan Rejua. Mereka datang
berkelompok dan mendarat di tanjung Sasar “Jembatan batu”. Dengan kata lain
menurut tradisi dan dalam pangung sejarah suku sumba berasal dari imigran-
imigran yang datang dengan beberapa gelombang yang kemudian tersebar ke
seluruh bagian pulau sumba sesuai dengan kelompok-kelompok.
Kelompok-kelompok itu kemudian di kenal sebagai kabihu-kabihu utama
yang kemudian melahirkan sub-sub Kabihu. Setiap paraingu mempunyai
kabihuutama.paraingu mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan
masyarakat sumba. Di mana di sanalah mereka berdiam dan di sanalah adat
istiadat, ritus atau ritual keagamaan di selengarakan. Kegiatan sosial, ekonomi,
politik (pemerintahan), keagamaan dan kebudayaan berpusat di dalam paraingu.
Paraingu merupakan salah satu bentuk ikatan persekutuan masyarakat
sumba.Masyarakat sumba timur mengenal stratifikasi sosial dalam bentuk
kasta.Dalam panggung sejarah masyarakat sumba timur terbagi dalam empat
golongan atau stratifikasi sosial, Golongan-golongan tersebut yaitu:
Rato(Imam), Maramba (Bangsawan), Kabihu(Orang merdeka) dan Ata
(Hamba)

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang di maksud dengan stratifikasi sosial?
2. Jelaskan pengertian kelas-kelas startifikasi sosial yang ada di Sumba
Timur?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui Stratifikasi Sosial
2. Untuk mengetahui pengertian kelas-kelas Startifikasi Sosial yang ada
di Sumba Timur

1.4. Manfaat
1. Hasil penulisan karya tulis ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang sosial, stratifikasi
masyarakat sumba timur
2. Hasil penulisan ini dapat dipakai sebagai acuan terhadap penulisan-
penulisan karya tulis ilmiah
3. Hasil penulisan ini diharapkan dapat membantu memberikan
pemahaman terhadap pihak-pihak terkait persoalan tentang sosiologi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Stratifikasi Sosial
Secara etimologi stratifikasi sosial berasal dari kata yaitu stratifikasi dan
sosial. Kata stratifikasi berasal dari bahasa latin yaitu stratum ( jamaknya:
strata) yang berarti lapisan atau tingkatan masyarakat. Pengertian dalam bahasa
Indonesia juga mengartikan stratifikasi sebagai pelapisan atau penjenjangan.
Kata sosial dalam kamus oxford advanced learner Ditionary, berasal dari
kata social yang artinya concerning the Organization pf and relations between
people and Communities. Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata sosial
adalah sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat. Sedangkan secar terminilogi
stratifikasi sosial artinya pembedaan penduduk atau masyarakat kedalam kelas-
kelas secara bertingkat atas dasar kekuasaan, haka-hak istimewa dan prestise.
Dari berbagai perbedaan kehidupan manusia, satu bentuk variasi
kehidupan mereka yang menonjol adalah fenomena stratifikasi (tingkatan-
tingkatan) sosial. Perbedaan itu tidak semata-mata ada, tetapi melalui proses;
suatu bentuk kehidupan (bisa berupa gagasan, nilai, norma, aktifitas sosial,
maupun benda-benda) akan ada dalam masyarakat karena mereka menganggap
bentuk kehidupan itu benar, baik dan berguna untuk mereka. Fenomena dari
stratifikasi sosial ini akan selalu ada dalam kehidupan manusia, sesederhana
apapun kehidupan mereka, tetapi bentuknya mungkin berbeda satu sama lain,
semua tergantung bagaimana mereka menempatkannya
Pitirim A. Sorokin mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai
perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas yang. tersusun
secara bertingkat (hierarki). Max Weber mendefinisikan. stratifikasi sosial
sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial
tertentu ke dalam lapisan- lapisan hierarki menurut dimensi kekuasaan dan
prestise. Sedangkan James W. Vander Zanden mendefinisikan, social
stratification is a structured ranking of individuals and groups-their
grading into horizontal layers or strata . J a d i , stratifikasi adalah struktur
tingkat individu dan kelompok yang digolongkan ke dalam lapisan-lapisan
tertentu.
Sejak manusia mengenal adanya suatu bentuk kehidupan bersama di
dalam bentuk organisasi sosial, lapisan-lapisan masyarakat mulai timbul. Pada
masyarakat dengan kehidupan yang masih sederhana, pelapisan itu dimulai atas
dasar perbedaan gender dan usia, perbedaan antara pemimpin atau yang
dianggap sebagai pemimpin dengan yang dipimpin, atau perbedaan berdasarkan
kekayaan. Seorang ahli filsafat, Aristoteles, pernah mengatakan bahwa dalam
tiap-tiap negara terdapat tiga unsur ukuran kedudukan manusia dalam
masyarakat, yaitu mereka yang kaya sekali, mereka yang melarat, dan mereka
yang berada di tengah-tengahnya. Sedangkan pada masyarakat yang relative
keadaan ini mudah untuk dimengerti karena jumlah manusia yang semakin
banyak maka kedudukan (pembagian tugas-kerja), hak-hak, kewajiban, serta
tanggung jawab sosial menjadi semakin kompleks pula. kompleks dan maju
tingkat kehidupannya, maka semakin kompleks pula sistem lapisan-lapisan
dalam masyarakat itu.
Proses yang pertama, pelapisan sosial itu terjadi karena tingkat umur (age
stratification), dalam sistem ini masing-masing anggota menurut klasifikasi
umur mempunyai hak dan kewajiban yang berbeda; untuk masyarakat-
masyarakat tertentu, ada keistimewaan dari seorang anak sulung dimana dengan
nilai-nilai sosial yang berlaku mereka mendapat prioritas dalam pewarisan atau
kekuasaan. Azas senioritas yang ada dalam sistem pelapisan ini dijumpai pula
dalam bidang pekerjaan, agaknya ada hubungan yang erat antara usia seorang
karyawan dengan pangkat atau kedudukan yang ditempatinya. Initerjadi karena
dalam organisasi tersebut pada asasnya karyawan hanya dapat memperoleh
kenaikan pangkat setelah berselang suatu jangka waktu tertentu – misalnya dua
tahun, atau empat tahun; karena jabatan dalam organisasi hanya dapat dipangku
oleh karyawan yang telah mencapai suatu pangkat minimal tertentu; dan karena
dalam hal terdapat suatu lowongan jabatan baru, karyawan yang
dipertimbangkan untuk mengisinya ialah mereka yang dianggap paling senior.
Walaupun tidak mutlak benar, faktor kepandaian atau kecerdasan
(intellegentsia) pada umumnya masing dipakai sebagai tolok ukur untuk
membedakan orang dengan orang lainnya; dikatakan tidak mutlak benar, karena
dalam penelitian modern ternyata faktor kecerdasan ini tidak sekedar hanya bisa
dibangkitkan, dikembangkan bahkan juga bisa ditingkatkan yaitu dengan
melalui latihan-latihan tertentu sehingga kedua belah bagian otak kiri dan kanan
terangsang untuk berfikir, kreatif secara benar.
Menurut pendapat kami dari kelompok startifikasi social merupakan
pengglongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu
kedalam lapisan-lapisan hierarkis.(lapisan tertinggi, lapisan menengah dan
lapisan bawah).

2.2. Sebab Terjadinya Stratifikasi Sosial


Setiap masyarakat mempunyai sesuatu yang dihargai, bisa berupa
kepandaian, kekayaan, kekuasaan, profesi, keaslian keanggotaan
masyarakat dan sebagainya. Selama manusia membeda-bedakan
penghargaan terhadap sesuatu yang dimiliki tersebut, pasti akan
menimbulkan lapisan-lapisan dalam masyarakat. Semakin banyak
kepemilikan, kecakapan masyarakat atau seseorang terhadap sesuatu
yang dihargai, semakin tinggi kedudukan atau lapisannya. Sebaliknya
bagi mereka yang hanya mempunyai sedikit atau bahkan tidak
memiliki sama sekali, maka mereka mempunyai kedudukan dan
lapisan yang rendah.
Ada dua tipe penyebab terjadinya stratifikasi sosial, pertama,
terjadi dengan sendirinya, kedua, terjadi secara sengaja.
Stratifikasi yang terjadi dengan sendirinya disebabkan oleh
faktor- faktor yang dibawa individu sejak lahir. Misalnya usia,
jenis kelamin, keturunan, sifat keaslian keanggotaan seseorang
dalam masyarakat. Sedangkan stratifikasi sosial yang terjadi dengan
sengaja untuk tujuan bersama dilakukan dalam pembagian kekuasaan
dan wewenang yang resmi dalam organisasi-organisasi formal,
seperti: pemerintahan, partai politik, perusahaan, perkumpulan,
angkatan bersenjata.
Beberapa kriteria yang menyebabkan trjadinya stratifikasi
sosial adalah sebagai berikut:
1. Ukuran kekayaan
Seseorang yang memiliki kekayaan paling banyak
termasuk dalam lapisan teratas. Kekayaan tersebut dapat
dilihat melalui ukuran rumah, mobil pribadi, cara berpakaian,
dan sebagainya
2. Ukuran kekuasaan
Seseorang yang memiliki wewenang terbesar
menempati lapisan paling atas. Misalnya saja presiden,
menteri, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten,
hingga ketua RT.
3. Ukuran kehormatan
Orang yang paling disegani dan dihormati
biasanya mendapatkan. tempat paling tinggi. Ukuran ini
banyak dijumpai pada pada masyarakat tradisional.
Biasanya mereka adalah golongan tua atau mereka yang
pernah berjasa.
4. Ilmu penegtahuan
Seseorang yang memiliki derajat pendidikan yang
tinggi menempati posisi teratas dalam masyarakat.
Misalnya, seorang sarjana lebih tinggi tingkatannya
daripada seorang lulusan SMA.
Sekarang pada umumnya masyarakat sumba hanya mengenal tiga
golongan yaitu sebagai berikut:

1. Maramba (Bangsawan)
Maramba atau bangsawan terdiri dari dua kelompok, yaitu
marambabokulu (bangsawan besar atau tinggi) dan maramba kudu (bangsawan
kecil atau biasa).di sebut bangsawan besar karna di tentukan oleh asal-usulnya
yaitu keturunan murni bangsawan.dikatakan murni karna bangsawan
memelihara keaslian darahnya dengan menikahi sesama bangsawan besar.
biasanya mereka menjaga hubungan darah dengan memberdayakan sistem
pernikahan anaktuyya. Mereka juga memelihara ke aslian darah dengan
menjalin hubungan kekeluargaan dan kekerabatan antar golongan mereka
dengan memberlakukan pernikahan antar kampung pemberi perempuan dan
kampung yang menerima perempuan (pihak suami).
Mereka inilah yang memimpin dan menjadi raja. Sedangkan Maramba
kuddu, di bagi lagi dalam dua kelompok, maramba mandamu dan
marambakalawihi (anak hamba). Maramba mandamu adalah bangsawan yang di
hasilkan karna adanya perkawinan laki-laki bangsawan besar dengan golongan
kabihu (Orang merdeka), Sedangkan marambakalawihi ini adalah hasik
perkawinan anak laki-laki bangsawan besar dengan golongan ata (hamba).
Bangsawan mandamu dapat menjadi marambabakulu apabila menikah dengan
seorang yang berasal dari marambabakulu. Perkawinan ini akan mungkin terjadi
apabila orang yang termasuk golongan marambamandamu ini adalah seorang
yang kaya.lain halnya dengan perkawinan perempuan dari golongan
marambabakulu dengan laki-laki golongan merdeka ataupun hamba, anaknya
pasti akan turun derajatnya. Golongan bangsawan ini memakai gelar tertentu di
depan namanya seorang laki-laki memakaj gelar umbu atau Tamu Umbu dan
perempuan bergelar Rambu atau Tamu Rambu, Umbu Nai Dan Rambu naiJuga
sering menjadi nama bangsawan.Marambaini adalah Pemimpin yang mampu
mengayomi masyarakat.

Adapun istilah yang mengambarkan keberadaan bangsawan ini, Ina


mangu tana, Ama mangu luku (Ibu yang mempunyai tanah, bapak yang
mempunyai sungai). Mereka ini adalah orang yang mampu mengayomi baik
secara fisik maupun non fisik. para bangsawan ini memiliki tugas, tangung
jawab, dan kewajiban untuk melindungi dan memberi kesejateraan terhadap
warga kampunnya. Hal ini karna pada zaman dahulu terjadi perang dimana-
mana maka siapa yang mampu memberikan perlindungan, siapa yang mampu
berkuasa dan kuat merekalah yang menjadi Maramba. Mereka menguasai
segala aspek kehidupan masyarakat pada saat itu.Entah ekonomi, hukum, dan
sebagainya.
Dalam urusan domesticdan ritual adat pernikahan atau kematian
perlakuan kepada mereka pun berbeda.misalnya, dalam hal menyuguhkan gelas,
piring dan sendok.mereka juga harus mempuanyaiata atau hamba yang harus
mengikuti mereka.

2. Kabihu (Orang Merdeka)


Golongan kedua adalah kabihu atau orang merdeka. Golongan ini di bagi
dalam dua kelompok, yaitu kabihubakulu (Orang merdeka besar), dan
KabihuKuddu (Orang merdeka kecil). Mereka ini berada di bawah raja namun
mereka, kabihubakulu dapat bertindak untuk turut membantu raja dalam
mengambil keputusan. Bisa di katakan mereka adalah rekan kerja raja namun
tidak berada di bawah kekuasaan raja.
Kelompok orang merdeka dapat bertindak dalam hal-hal tertentu sebagai
penasihat golongan bangsawan. Mereka bertindak sebagai pemimpin
perang(mukaborang) Dalam suatu peperangan.oleh karna itu mereka di beri
gelar penopang negeri dan pegampu padang (Tulaku paraingu-lindiku marada).
Keberadaan status kabihu saat bekerja sama dengan raja, nampak dalam
setiap paraingu yang ada di sumba timur. Setiap paraingu pasti mempunyai
empat kabihubesar yang membantu raja. Misalnya dalam kampung Pau.
Kabihuanamandua (sebutan kabihu raja) di dukung oleh empat pilar besar
kabihu pendukung, yakni: Katorak – Raurara– Katinahu – Mahuara, mereka
ini mewakili Kurang lebih 40 kabihuyaknj yang ada di Rindi umalulu Sama
halnya pula dengan kampung Lambanapudengan empat kabihu pendukung:
Honda –Anakaku – Anakariung – Luku tana, Mereka ahli pikir raja. Dan
berabagai kampung lainnya. Mereka juga punya hamba,namun pengaruh
mereka dalam masyarakat kurang. Adapun kelompok mereka yang kaya adapula
yang miskin.
3. Ata (Hamba)
Golongan ketiga adalah ata.Ata ini juga terbagi dalam dua kelompok
yakni Ata Ndai (Hamba Pusaka) Ata bidi(Hamba baru). Hamba pusaka di yakini
sebagai golongan yang sudah bersama dengan tuannya sejak nenek moyang
orang sumba datang ke sumba.Di sumba mereka mengambil hamba lagi dari
penduduk yang telah berada di sumba .kelompok semua hamba jni di sebut
atabakulu (hamba besar). Kedudukan mereka sangat istimewa. Mereka menjadi
juru bicara, bendahara, pengawal kepercayaan tuannya. Bahkan tuannya
memberikan sejumlah ternak untuk di peliharanya.oleh karna itu mereka di
hormati oleh masyarakat seperti menghormati tuannya. Seringkali mereka lebih
kaya di bandingkan orang merdeka besar.Sedangkan, atabidi, adalah hamba
baru yang tidak termasuk angota rumah raja atau bangsawan. Kelompok hamba
ini di sebut Ata kudu (Hamba kecil). Mereka menjadi hamba karnadi beli di
sebut AtaPakei (Hamba yang di beli) dan menjadi hamba karena menjadi
tawanan dalam peperangan.biasa di sebut Ata payyapa (Hamba
tawanan).Mereka ini hanya memiliki nilai ekonomis bagi tuannya, Karena
mereka mengarap ladang dan sawah serta menjaga dan memelihara ternak milik
tuannya, di samping itu terdapat pula Ata ngangi (hamba bawaan). Hamba ini
adalah hamba yang di berikan oleh orang tua laki-laki atau perempuan kepada
anak mereka ketika mereka menikah Ata ngandi ini pada umumnya berasal dari
golongan hamba pusaka. Hidup, mati, dan perkawinan mereka di atur oleh
maramba.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Hubungan antara ketiga struktur sosial diatasterjalin dengan baik.Raja
tempat berlindung,mengatur segala kehidupan politik, ekonomi, hukum.
Yang di bantu oleh kelompok merdeka sebagai penasehat yang membantu
bangsawan. Segala keputusanpun demi kebaikan bersama. mereka hidup
dalam suatu Paraingu. Dan terikat dalam satu hubungan kekeluargaan yang
mengikat mereka.Sedangkan, Pada masa pemerintahan Hindia belanda,
hamba di bebaskandan menjadi bagian dari angota keluarga bangsawan dan
di sebut analakuruuma (Anak dalam rumah).Adapula mereka yang bebas
karena lari dari tuannya dan hidup terpisah dari tuannya.Sistem stratifikasi
sosial yang terajadi pada masyarakat sumba timur merupakan identitas moral
dan budaya yang tidak di miliki oleh budaya lain dan merupakan sistem
kemasyarakatan yang dapat mempersatukan perbedaan.
3.2. Saran
Kita sebagai manusia haruslah saling menghormati satu sama lain dan
saling menghargai perbedaan dan tanamkan nilai kebaikan dan norma yang
ada dalam lingkungan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Salim, Perubahan Sosial: Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi Kasus
Indonesia,Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2002.
Bagong Suyanto & J. Dwi Narwoko , Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan,
Jakarta: Prenada Media, 2004
Renda,Trijuliani .2012.Studi kasus tentang pergeseran gelar kebangsawanan
Sumba timur
Soemarja, Selo. 1981. Perubahan Sosial Di Yogyakarta: Yogyakarta: Gajah
Mada University Press
Sorokin Pitirim, Contemporary Sociologial Teories, New York: Harper and
Brothers, 1928
Soekanto, Soerjono. Sosisologi SuatuPengantar, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2007.

Anda mungkin juga menyukai