Anda di halaman 1dari 6

1.

Factor risiko kolelitiasis


- Usia
Risiko untuk terkena kolelitiasis meningkat sejalan dengan bertambahnya usia.
Orang dengan usia > 40 tahun lebih cenderung untuk terkena kolelitiasis
dibandingkan dengan orang dengan usia yang lebih muda. Hal ini disebebakan
oleh :
a. Batu empedu sangat jarang mengalami disolusi spontan.
b. Meningkatnya sekresi kolesterol ke dalam empedu sesuai dengan
bertambahnya usia.
c. Empedu menjadi semakin litogenik bila usi semakin bertambah.
- Jenis kelamin
Wanita mempunai risiko duakali lipat untuk terkena kolelitiasis dibandingkan
dengan pria. Ini dikarenakan hormone esterogen berpengaruh terhadap
peningkatan ekskresi kolesterol oleh kandung empedu.
- Berat Badan (BMI)
Orang dengan BMI tinggi, mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadi
kolelitiasis. Ini dikarenakan dengan tingginya BMI maka kadar kolesterol dalam
kandung empedu pun tinggi, dan juga mengurangi garam empedu serta
mengurangi kontraksi/ pengosongan kandung empedu.
- Makanan
Konsumsi makanan yang mengandung lemak terutama lemak hewani beresiko
untuk menderita kolelotiasis. Kolesterol merupakan komponen dari lemak. Jika
kadar kolesterol yang terdapat dalam cairan empedu melebihi batas normal,
cairan empedu dapat mengendap dan lama kelamaan menjadi batu. Intake rendah
klorida, kehilangan berat badan yang cepat mengakibatkan gangguan terhadap
umur kimia dari empedu dan dapat menyababkab penurunan kandung mepedu.
- Aktifitas fisik
Kurangnya aktifitas fisik berhubungan dengan peningkatan resiko terjadinya
kolelitiasis. Ini mungkin disebabkan oleh kandung empedu lebih sedikit
berkontraksi.
- Nutrisi intra-vena jangka lama
Nutrisi intra-vena jangka lama mengakibatkan kandung empedu tidak
terstimulasi untuk berkontraksi, karena tidak ada makanan/nutrisi yang melewati
intestinal. Sehingga risiko terbentuknya batu menjadi meningkat dala kandung
empedu.
2. Manifestasi klinis
- Asimtomatik
Batu kandung empedu sering tidak memberikan gejala (asimtomatik). Dapat
memberikan gejala nyeri akut akibat kolesistitis, nyeri bilier, nyeri abdomen
kronik berulang ataupun dispepsia, mual (Suindra, 2007). Kurang dari 25 % dari
pasien yang benar-benar mempunyai batu empedu asimtomatik akan merasakan
gejalanya yang membutuhkan intervensi setelah periode wakti 5 tahun. Tidak ada
data yang merekomendasikan kolesistektomi rutin dalam semua pasien dengan
batu empedu asimtomatik (Hunter, 2007).
- Simtomatik
Keluhan utamanya berupa nyeri di daerah epigastrium, kuadran kanan atas. Rasa
nyeri lainnya adalah kolik bilier yang berlangsung lebih dari 15 menit, dan
kadang baru menghilang beberapa jam kemudian. Kolik biliaris, pascaprandial
kuadran kanan atas, biasanya dipresipitasi oleh makanan berlemak, terjadi 30-60
menit setelah makan, berakhir setelah beberapa jam dan kemudian pulih,
disebabkan oleh batu empedu, dirujuk sebagai kolik biliaris. Mual dan muntah
sering kali berkaitan dengan serangan kolik biliaris (Beat, 2008)
- Kolesistitis akut adalah nyeri perut kanan atas yang tajam dan konstan, baik
berupa serangan akut ataupun didahului sebelumnya oleh rasa tidak nyaman di
daerah epigastrium post prandial. Nyeri ini bertambah saat inspirasi atau dengan
pergerakan dan dapat menjalar kepunggung atau ke ujung skapula. Keluhan ini
dapat disertai mual, muntah dan penurunan nafsu makan, yang dapat berlangsung
berhari-hari. Pada pemeriksaan dapat dijumpai tanda toksemia, nyeri tekan pada
kanan atas abdomen dan tanda klasik ”Murphy sign” (pasien berhenti bernafas
sewaktu perut kanan atas ditekan). Masa yang dapat dipalpasi ditemukan hanya
dalam 20% kasus. Kebanyakan pasien akhirnya akan mengalami kolesistektomi
terbuka atau laparoskopik (Garden, 2007; Beat, 2008). Penderita batu empedu
sering mempunyai gejala-gejala kolestitis akut atau kronik. Bentuk akut ditandai
dengan nyeri hebat mendadak pada abdomen bagian atas, terutama ditengah
epigastrium. Lalu nyeri menjalar ke 34 punggung dan bahu kanan (Murphy sign).
Pasien dapat berkeringat banyak dan berguling ke kanan-kiri saat tidur. Nausea
dan muntah sering terjadi. Nyeri dapat berlangsung selama berjam-jam atau dapat
kembali terulang (Doherty, 2010)
- Kolesistitis kronik mirip dengan fase akut, tetapi beratnya nyeri dan tanda-tanda
fisik kurang nyata. Seringkali terdapat riwayat dispepsia, intoleransi lemak, nyeri
ulu hati atau flatulen yang berlangsung lama. Setelah terbentuk, batu empedu
dapat berdiam dengan tenang dalam kandung empedu dan tidak menimbulkan
masalah, atau dapat menimbulkan komplikasi.

3. Pencegahan
Pencegahan cholelitiasis dapat dimulai dari masyarakat dengan tindakan promotif
dan preventif. Tindakan promotif yang dapat dolakukan adalah dengan cara
mengajak masyarakat untuk hidup sehat, menjaga pola makan dan perilaku atau
gaya hidup yang sehat. Sedangkan tindakan preventif yang dapat dilakukan
adalah dengan meminimalisir factor risiko penyebab cholelotiasis, seperti
menurunkan makanan yang berlemak dan berkolesterol, meningkatkan makan
sayur dan buah, olehaga teratur dan perbanyak minum air putih.

Dapus:

Hunter, J.G. 2007.Gallstones Diseases. Gallbladder and the Extrahepatic Biliary System.
In : Brunicardi, F.C., editor. Schwart’s Principles of Surgery. 8 th.Ed. New York:
McGraw-Hill.p.578-598
Beat, M., et al. 2008. Diseases of the Gallbladder and Bile Ducts Diagnosis and
Treatment.In: Beat, M., editor. Clinical Surgery. New York : McGraw Hill.p. 219-
230
Garden, J.2007. Gallstone.In: Garden, J. editor. Principle and Practice of Surgery. China:
Elseiver.p. 23-28.
Doherty, G.M. 2010. Biliary Tract. In : Doherty, G.M., editor. Current Diagnosis &
Treatment Surgery. 13 th. Ed. New York: McGraw-Hill.p. 544-55
LANGKAH 4 – PROBLEM TREE

Wanita Ny. H
Usia 53 th
Datang ke IGD

Anamnesis :
- KU : Keluhan utamanya yaitu mual muntah dan kuning seluruh tubuh.
- Mual dan muntah satu hari sebelum MRS disertai muntah bewarna kecoklatan lebih
dari 10 kali.
- Wajah tampak pucat dan sklera mata berwarna kekuningan
RPD :
- Riwayat batu empedu rutin kontrol dan direncanakan operasi minggu depan.
- Pasien mengatakan rutin hemodialisa 2 kali semingg (CKD)
RPO:
- Amlodipin 10 mg, Furosemide 4 mg dan Telmisartan 80 mg.

Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan Penunjnag:

Status generalis: Darah Lengkap:


TD: 176/80 mmHg Hb : 11.5 L
N: 94 x/m regular MCV : 83.3
RR: 22 x/m MCH : 30.0
Suhu: 36.2 oC Kreatinin :54.4 H
SPO2: 99% MCHC 36.1 H
TB: 150 cm Eosinofil 0.08 L
BB: 57 kg Neutrofil 82.9 H
BMI : 24.3  Obestitas tk.1 Limfosit 12.8 L
Status lokalis: LED 35 H
- K/L: a/i/c/d -/-/-/-
- Jantung : ictus cordis tidak tampak, S1 S2 single regular, gallop (-), Elektrolit :
murmur (-) Na+ 129.8 L
- Paru : vesikuler (+/+), rhonki -/-, wheezing -/- K+ 3.29 L
- Abdomen :
- Abdoment : Murphy sign (+)
- Nyeri tekan : + + +
- + + +
- + + +
- Status Lokalis Ekstremitas:
- Akral hangat kering merah ¿
- edema¿
- CRT <2s
Wdx :
- Kolelitiasis
- CKD
Ddx :
- ec. Kolesistisis
- ec. Koledokolitiasis
- ec. Kolangitis

Tx:
- IVFD lifeline 15 tpm
- Inj omeprazole 3x10 mg
- Inj furosemide 3x40 mg
- PO amplodipin 1x10 mg
- PO Telmisartan 80 mg.
- HD sesuai jadwal

Pro laparaskopi

Gambar 1 Peta Masalah

Anda mungkin juga menyukai