Anda di halaman 1dari 14

KAIDAH FIQIH DAN USHUL FIQIH

Di ajukan untuk memenuhi tugas fiqih/ushul fiqih

Dosen pembimbing: Dr. Zulkarnain Abdurrahman Lc, Ma

DISUSUN OLEH:

RISKA YOLANDA (0102231018)

LUTHFIYYAH RAUDHATUL ADAWIYAH (0102231021)

SURYA EFENDI (0102231033)

PRODI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH AN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERISUMATERA UTARA

MEDAN

TA 2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim puji syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkat kehadirat


Allah subhanahu wa ta'ala yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas kelompok yang diberikan pada mata kuliah Fiqih dengan judul makalah
"Fiqih dan Ushul Fiqih".

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Dosen Pembimbing mata kuliah Usul Fiqih
yang telah memberikan ilmunya kepada kami semua sehingga membantu dalam penyelesaian
makalah yang kami buat. Makalah ini kami buat dalam rangka memenuhi tugas dari mata kuliah
Fiqih.

Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa hasil pekerjaan kami masih jauh dari
kesempurnaan, baik dalam hal penulisan maupun pembahasan materi. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang diberikan pada kami untuk membantu perbaikan
makalah ini kedepannya.

Medan,19 Maret 2024

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB I PENDAHULUAN 4

A. Latar Belakang 4

B. Rumusan Masalah 4

C. Tujuan dan Manfaat 4

BAB II PEMBAHASAN 5

2.1 Pengertian Fiqih Dan Usul Fiqih 5

2.2 Perbedaan Kaidah Fikih Dengan Kaidah ushul 8

2.3 Sejarah Singkat Fiqih Dan Usul Fiqih 9

2.4 Tujuan Dan Kegunaan Fiqih Dan Ushul Fiqih 12

BAB III PENUTUP 13

A. Kesimpulan 13

B. Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 14

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Agama Islam memiliki Al-Quran sebagai petunjuk dan pedoman bagi kehidupan seluruh
umatnya. Al-Quran sebagai penuntun umat secara garis besar mengandung dasar- dasar tentang
tauhid, akidah, akhlak, dan hukum-hukum syariat sebagai pedoman bagi keberlangsungan hidup
umatnya. Sudah sejak pada masa Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam, berbagai
permasalahan dan hukum diselesaikan berdasarkan wahyu- wahyu yang diturunkan kepada beliau
yang kemudian telah disatukan menjadisebuah kitab suci yang disebut Al-Quran.

Ilmu Fiqh ini adalah suatu ilmu yang menyertaki kita umat islam dari mulai bangun tidur,
melakukan aktifitas, dan kembali tidur. Itu berarti bahwa ilmu ini sangat berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari manusia. Ilmu Fiqih ini bukan berdasrkan pada hati atau perasaan manusia
namun merupakan ilmu pasti yang bersifat ilmiah dimana segala hal yang diatur didalamnya
adalah hukum yang benar adanya dan logis secara pemikiran dan memiliki kaidah-kaidah tertentu.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu Fiqih dan Ushul Fiqih?

2. Bagaimana perbedaan antara Fiqih dan Kaidah Ushul?

3. Bagaimana Sejarah Singkat Fiqih dan Usul Fiqih?

4. Apa Tujuan dan Kegunaan Fiqih dan Ushul Fiqih?

1.3 TUJUAN

1. Untuk Mengetahui Pengertian dan maksud dari Fiqih dan Ushul Fiqih

2. Memahami Perbedaan Antara Fiqih dan Ushul Fiqih

3. Untuk Mengetahui Sejarah Singkat Fiqih dan Ushul Fiqih.

4. Mengetahui Tujuan dan Kegunaan Fiqih dan Ushul Fiqih

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Fiqih Dan Usul Fiqih

A. Pengertian Fiqih

Pengertian ilmu fikih sebagai rangkaian dari dua buah kata, yaitu ilmu dan fikih dapat
dilihat sebagai nama suatu bidang disiplin ilmu dari ilmu-ilmu Syari ah. Kata "ilmu" secara mutlak
memuat tiga kemungkinan arti, pertama, rangkaian permasalahan atau hukum- hukum (teori-teori)
yang dibahas dalam sebuah bidang ilmu tertentu. Kedua, idrak (menguasai)1 masalah-masalah ini
atau mengetahui hukumnya dengan cara yang meyakinkan. Akan tetapi pengertian seperti ini
sesungguhnya hanya terbatas pada masalah akidah, adapun dalam hukum-hukum fikih tidak
disyaratkan mengetahui dengan cara demikian, cukup dengan dugaan kuat saja. Ketiga,
pemahaman awal tentang suatu permasalahan melihat tampilan luarnya.

Misalnya dengan istilah ilmu nahu, orang akan paham bahwa yang dibahas adalah sekitar
permasalahan kebahasaan seperti mubtada itu marfu, atau dengan istilah ilmu fikih orang lalu
paham bahwa pokok bahasannya adalah sekumpulan hukumhukum syariah praktis, dan
sebagainya.Dilihat dari sudut bahasa, likih berasal dari kata faqaha )‫ ) فف‬yang berarti "memahami"
dan "mengerti". Dalam peristilahan syar'i, ilmu fikih dimaksudkan sehagai ilmu yang berbicara
tentang hukum-hukum syar'I amali (praktis) yang penetapannya diupayakan melalui pemahaman
yang mendalam terhadap dalildalilnya yang terperinci (al-tafsili) dalam Alquran dan hadis.
Sedangkan "fikih" menurut istilah adalah:

‫التفصيلية أدلتها من المكتسبة العملية رعية الشالحكام مجموعة‬

Artinya: Himpunan hukum syara' tentang perbuatan manusia (amaliah) yang diambil dari dalil-
dalilnyayang terperincisebagaimana dikemukakan oleh al-Jurjan'i adalah sebagai berikut:

‫التفصيلية ادلتها من المكتسبة العملية الشرعية بالحكام العلم‬

5
Artinya: Ilmu tentang hukum syara tentang perbuatan manusia (amaliah) yang diperoleh melalui
dalil-dalilnya yang terperinci.

Hukum syar'i yang dimaksud dalam defenisi di atas adalah segala perbuatan yang diberi
hukumnya itu sendiri dan diambil dari syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Adapun
kata amali dalam defenisi itu dimaksudkan sebagai penjelasan bahwa yang menjadi lapangan
pengkajian ilmu ini hanya yang berkaitan dengan perbuatan ('amaliyah) mukallaf dan tidak
termasuk keyakinan atau iktikad (aqidah) dari mukallaf itu. Sedangkan yang dimaksud dengan
dalil-dalil terperinci (al-tafshili) adalah dalil-dalil yang terdapat dan terpapar dalam nash di mana
satu per satunya menunjuk pada satu hukum tertentu.1

B. Pengertian Ushul Fiqih

Kata uskul jika dilihat secara bahasa berasal dari bahasa Arab, yang merupakan bentuk jamak
dari kata ashlun yang berarti sesuatu yang dijadikansandaran oleh sesuatu yang lain, Contohnya
pada kalimat bahasa Arab:

a. Ashlu Asy-syajarah: Sandaran pohon, kata ashal di sini berarti akar.


b. Ashlu Al-baiti: Sandaran rumah, kata ashal di sini berarti pondasi.2

Sedangkan secara istilah atau terminology, kata ushul ini mempunyai beberapa pengertian:

1. Ashal yaitu kaidah yang bersifat menyeluruh. Misalnya, dibolehkannya memakan bangkai
bagi mereka yang sedang berada dalam keadaandarurat. Hal ini tidak menyalahi hukum ashal
(kaidah kulliyah), yang berarti "semua bangkai itu hukumnya haram.

2. Ashal yang berarti hokum ashal (istishab). Contohnya ada kaidah yang berkaitan dengan
istishab yang artinya "hukum ashal/istishab ialah tetapnya apa yang telah ada atas sesuatu yang
telah ada". Misalnya, terdapat seseorang yang sudah berwudhu, namun kemudian ia ragu
apakahsebetulnya ia sudah batal atau sebelum. Maka kejadian seperti ini bisa di kembalikan
kepada hukum ashal, yakni dihukumi masih sah atau belum batal wudhunya.

1
Kamal Mukhtar,dkk,Usul Fiqih I, (Yogyakarta: Dana Bhakti, 1995),h. 2.

2
Shidiq Saipudin,Usul Fiqih,(Jakarta:Kencana,2011), h.3.

6
3. Ashal yang berarti dalil Contohnya pada ungkapan "ashal masalah ini adalah al- Qur'an dan
sunnah", maka yang dimaksud adalah dalilnya.

Kata fiqh yang merupakan bentuk masdar dari akar kata juga terdapatdalam Al-Qur'an surat An-
Nisa ayat 78:

‫ل كل من عِن ِد للاِ مال هؤالء ْالقَ ْو ِم َال تَكَادُونَ يَ ْشت َ ُهونَ َحبِيب‬

Artinya: Mengapa orang orang munafik hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun
(QS. An-Nisa/3: 78)

Kata fiqh juga terdapat dalam sebuah hadis yang memiliki arti "Siapa yang Allah
kehendaki kebaikan, maka ia diberikan pemahaman yang mendalam tentang perkara agama" (HR.
Bukhari Muslim).

Sedangkan menurut istilah, seperti yang sudah diuraikan diatas, kata fiqh bisa diartikan
sebagai ilmu halal dan haram, ilmu syariat dan hukum sebagaimana dikemukakan oleh Al- Kassani

Jadi, sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Prof. Dr. TM. Hasbi AshShiddieqy,
definisi Ushul al-Fiqh ialah: kaidah-kaidah yang dipergunakan untuk mengeluarkan hukum dari
dalil-dalinya, dan dalil-dalil hukum (kaidah-kaidahyang menetapkan dalil-dalil hukum). Dalil-
dalilnya yang dimaksud adalah undang-undang (kaidah-kaidah) yang ditimbulkan dari bahasa.
Maka dengan uraian di atas dapat dipahami bahwa yang dikehendaki dengan Ushul al-Fiqh adalah
dalil-dalinya seperti al-Qur'an, Sunnah Nabi, Ijma', Qiyas.

Definisi Ushul al Fiqh merupakan suatu rangkaian dan gabungan kata-kata Ushul al- Fiqh.
Hashi al-Shidiqi berpendapat bahwa Ushul al-Fiqh sebagaisatu rangkaian kata-kata ialah:

a. Kaidah-kaidah istinbat hukum (fiqh) yang diambil dari undang-undang bahasa Arab,
seperti kaidah, perintah menunujkkan kewajiban, larangan menunjukkan kepada haram,
dan seperti penetapan-penetapan yangmenerangkan keadaan-keadaan lafaz yang

7
memfaedahkan kepada umum. Ringkasnya kaidah-kaidah yang dipergunakan untuk
mengistimbatkan hukum dari dalil.3

b. Dalil-dalil hukum (fiqh), seperti perbutan Nabi saw menjadi hujjah seperti, ijma menjadi
hujjah dan qiyas hujjah.

2.2 Perbedaan Kaidah Fikih Dengan Kaidah ushul

Nuruddin Muhtar al-Khaadimy mendefenisikan Kaidah Fikih dengan 'aturan-aturan umum


yang mencakup semua bagiannya.Sementara Syekh Muhammad al-Zarqa mendefenisikan Kaidah
Fikih dengan 'aturan pada umunya yang membawahi bagian-bagiannya, Sementara al-Burnu
mendefenisikan Kaidah Fikih dengan 'aturan pada umumnya atau kebanyakan yang membawahi
bagian-bagiannya untuk mengetahui hukum-hukum yang dicakupnya berdasarkan aturan umum
tersebut Ulama pertama yang membedakan antara kaidah ushul dengan kaidah fikih menurut Ali
Ahmad al-Nadawi adalah Imam Syihab al- Din al-Qarafi. la mengatakan bahwa syariah memiliki
keistimewaan melalui dua hal, 'ushul' dan 'furu'. Adapun ushul syariah ada dua macam.

Pertama, ushul fikih. Ushul fikih memuat kaidah-kaidah 6 istinbath hukum yang diambil
dari lafadz-lafadz berbahasa Arab. Diantara yang dirumuskan dari lafadz bahasa Arab itu kaidah
tentang nasakh, tarjih, kehendak lafadz amar untuk wajib dan kehendak lafadz nahi untuk
menunjukkan haram, dan sighat khusus untuk maksud umum.

Kedua, Kaidah Fikih yang bersifat kulli (umum). Jumlah kaidah tersebut cukup banyak
dan lapangannya luas yang mengandung rahasia-rahasia dan hikmah syari'at. Setiap kaidah
diambil dari furu yang terdapat dalam syariah yang tidak terbatas jumlahnya. Hal itu tidak
disebutkan dalam kajian ushul Fikih,meskipun secara umum mempunyai isyarat yang sama, tetapi
berbeda secara perinciannya.

Ketiga, ada perbedaan mendasar antara kaidah ushul dengan kaidah fikih. Kaidah ushul
membahas tentang 'dalil-dalil umum'. Sementara kaidah fikih merupakan kaidah-kaidah yang
membahas tentang 'hukum yang bersifat umum'. Jadi, kaidah ushul membicarakan tentang dalil-

3
Agus Moh. Najib, Evolusi Syari'ah Ikhtiar Mahmoud Taha bagi Pembentukan Hukum Islam Kontemporer,
(Yogyakarta: Pesantren Nawesea Press, 2007), h. 49

8
dalil yang bersifat umum, sedangkan kaidah fikih membicarakan tentang hukum-hukum yang
bersifat umum.

Perbedaan kaidah fikih dan kaidah ushul secara lebih rinci berikut ini:

1. Kaidah fikih adalah himpunan hukum-hukum yang biasanya dapat diterapkan pada
mayoritas bagian-bagiannya. Namun, kadangkala ada pengecualian dari kebiasaan yang
berlaku umum tersebut. Sementara kaidah ushul adalah kaidah-kaidah bersifat kulli (umum)
yang dapat diterapkan pada semua bagian-bagian dan objeknya.

2. 2. Kaidah fikih adalah ketentuan (hukum) yang bersifat kulli (umum) atau kebanyakan
yang bagian-bagiannya meliputi sebagian masalah Fikih. Objek kajian kaidah fikih selalu
menyangkut perbuatan mukallaf. Sementara kaidah ushul atau ushul Fikih merupakan
metode untuk mengistinbath hukum secara benar dan terhindar dari kesalahan.
Kedudukannya persis sama dengan ilmu nahwu yang berfungsi melahirkan pembicaraan
dan tulisan yang benar. Kaidah ushul sebagai metode melahirkan hukum dari dalil-dalil
terperinci sehingga objek kajiannya selalu berkisar tentang dalil dan hukum. Misalnya,
setiap amar atau perintah menunjukkan wajib dan setiap nahyi atau larangan menunjukkan
untuk hukum haram.

3. 4. Kaidah fikih merupakan himpunan sejumlah hukum-hukum filkil yang serupa dengan
ada satu illat (sifat) untuk menghimpunnya secara bersamaan. Tujuan adanya kaidah fikih
untuk menghimpun dan memudahkan memahami Fikih.

Sedangkan kaidah ushul ada sebelum ada furu' (Fikih). Sebab, kaidah ushul digunakan ahli
fikih untuk melahirkan hukum (furu'). Sedangkan kaidah fikih muncul dan ada setelah ada
furu' (Fikih). Sebab, kaidah fikih berasal dari kumpulan sejumlah masalah fikih.4

2.3 Sejarah Singkat Fiqih Dan Usul Fiqih

A. Sejarah Singkat Fiqih

1. Periode Risalah

4
Mustafa Usman.(2016).Kaidah-Kaidah Fikih Dan Masalah Fiqih Kontemporer.(12), h.53.

9
Jika membicarakan sejarah ilmu fiqih, periode ini merupakan dua sumber pedoman
yang ada dalam islam yaitu Al-Quran dan juga sunnah. Bahkan periode risalah ini juga
terbagi dalam dua tahap Pada waktu priode madinah sendiri, dalam hal ini periode mekkah
yang lebih memiliki konsentrasi atas pelurusan aqidah yang ada dan juga sudah berjalan
selama 12 tahun lamanya. Dalam periode ini, secara keseluruhan sudah memegang otoritas
hukum yang mana merupakan Rasulullah SAW sendiri, bahkan sudah dapat diputuskannya
berbagai masalah.5

2. Periode Sahabat

Periode ini juga merupakan salah satu masa, yang menjadi awal dari sejarah ilmu
fiqih ada bahkan diawali dengan wafatnya baginda Rasulullah SAW pada tahun 11 Hijriah.
Era ini dikenal sebagai salah satu era, yang mana terbukanya pintu istinbath atau hukum
atas suatu kejadian yang juga tidak tertera dalam nash. Namun tidak semua sahabat
memiliki otoritas pada masa ini Dalam era ini, ada beberapa catatan penting seperti
mulainya ditulis Al-Quran, mulai banyaknya fatwa yang di keluarkan oleh sahabat dan
dihasilkan dari ijtihad mereka. Selain itu, juga malai adanya interpretasi hukum yang juga
tertulis dalam nash naik itu Al-Quran atan sunnah. Dalam periode ini juga. Qodiyyah juga
sudah tidak termaktub, dikarenakan Al- Quran dan sunnah dijelaskan secara gambling.6

B. Sejarah Singkat Ushul Fiqih

Ilmu ushul fiqh tumbuh pada abad kedua hijriah. Pada abad pertama hijriah ilmu ini belum
tumbuh, karena belum terasa diperlukan, Rasulullah berfatwa dan menjatuhkan keputusan (hukum)
berdasarkan kepada al-Qur'an dan hadis, dan berdasar naluriah yang bersih tanpa memerlukan
ushul atau kaidah yang dijadikan sebagai sumber istinbot hukum. Adapun sahabat Nabi membuat
keputusan hukum berdasarkan dalil nash yang dapat mereka pahami dari aspek kebahasaan
semampu mereka, dan untuk memahaminya secara baik diperlukan kaidah bahasa.

5
Wahyuddin.(2012),Aliran Aliran Ilmu Fiqih,(1),h. 48.

6
Herfin Fahri.(2016).Filsafat Islam dan Ilmu-ilmu Shariah Metodologis.(6),h.51.

10
Di samping itu, mereka juga melakukan istinbat hukum sesuatu yang tidak terdapat dalam
nash berdasarkan kemampuan mereka, berdasarkan ilmu tentang hukum Islam yang telah mereka
kuasai disebabkan lamanya pergaulan mereka bersama Nabi serta menyaksikan asbabun nuzul
(sebab-sebab turunnya ayat al Qur'an) dan asbabul wunid (sebab-sebab turunnya hadis). Jadi, para
sahabat ketika itu sudah benar-benar memahami tujuan-tujuan hukum syariat serta dasar-dasar
pembentukannya.7

1. Ushul fiqh muncul atau lahir setelah lahirnya figh, karena fungsi ushul figh adalah menggali,
mengeluarkan, serta menemukan hukum syara yang bersifat praktisdari dalil-dalilnya yang
terperinci.

2. Ushul figh merupakan suatu metode yang dijadikan sebagai standar pedoman primer untuk
menggali, menemukan, dan mengeluarkan (istünbath) hukum, objek bahasannya berupa dalil-
dalil dan hukum perbuatan mukallaf. Sedangkan Qawa'idfiqhiyah merupakan kaidah kaidah
sekunder yang bersifat kebanyakan(aktsariyah) dan objek bahasannya selalu hukum perbuatan
mukallaf.

3. Ushul fiqh menggali hukum dari al-quran dan hadits dan dirumuskan dalam bentuk dalil atau
kaidah secara global. Sedangkan fiqh, membahas ketentuanAllah yang mengatur amal
perbuatan manusia (mukallaf) yang bersifat praktisdan cabang.

4. Objek kajian ushul fiqh terkait dengan ketentuan syara (hakim, mahkum fih, danmahkum alaihi,
sumber-sumber dan dalil hukum, cara mengistinbat hukum, danijtihad. Sedangkan fiqh
objeknya perbuatan manusia yang bersifat praktis berupa perintah, larangan, anjuran, pilihan,
maupun ketentuan sebab akibat.

5. Ushul figh berisi metode untuk menetapkan hukum suatu amal ibadah atau perbuatan lainnya.
Sedangkan figh berisi perbuatan itu sendiri serta tata cara pelaksanaannyasyariat dan dapat
diarnbil hukum darinya. Ilmu ini juga berbicara tentang petunjuk pengambilan dalil atau
sesuatu yang terkuat dari dua dalil yang bertentangan serta ilmu ini juga membahas metode

7
Abdurrahman Misno dan Nurhadi, Ilmu Usul Fiqih Dari Arabia Hingga Nusantara,(Bandung:Media Sains
Indonesia,2018),h.231.

11
penerapan hukum peristiwa atau tindakan yang tidak ditemukan Nashnya, dengan jalan qiyas,
istishab.8

2.4 Tujuan Dan Kegunaan Fiqih Dan Ushul Fiqih

Kegunaan fikih adalah untuk merealisasikan dan meändungi kemaslahatan umat manusia,
baik kemaslahatan individu maupun masyarakat. Kemaslahatan yang ingin diwujudkan dalam
hukum Islam menyangkut seluruh aspek kepentingan manusia. Aspek- aspek kepentingan manusia
itu, menurut para ulama dapat diklasifikasikan menjadi tiga aspek yaitu: dharuriyyat (primer)
hajjiyat (sekunder) dan tahsiniyyat (stabilitas sosial).

Usul fikih mengandung dua tujuan pokok, yaitu: Pertama, menerapkan kaidah-kaidah yang
ditetapkan oleh ulama-alama terdahulu untuk menentukan bahwa sesuatu masalah baru; yang tidak
ditemukan hukumnya dalam kitab-kitab terdahulu. Kedua, mengetahui lebih mendalam bagaimana
upaya dan metode yang harus ditempuh dalam merumuskan kaidah, sehingga berbagai masalah
yang muncul dapat ditetapkan hukumnya.9

Adapan kegunaan usul fikih adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kaidah-kaidah dan metodologi ulama-ulama mujtahid dalam


mengistinbatkan hukum.

2. Untuk memantapkan pemahaman dalam mengikuti pendapat ulama mujtahid, setelah


mengetahui alur berpikir yang dipergunakannya.

3. Dengan memahami metode yang dikembangkan para mujtahid, dapat menjawab


berbagai kasus-kasus hukum yang baru.

4. Dengan memahami usul fikih, hukum agama terpelihara dari penyalahgunaan dalil10

8
16'Umar Sulaimân, Târikh al-Fiqh al-Islâmî (Kuwait: Maktabah al-Falah, 1982), h. 21.

9
Tajuddin Abd Wahab, Jam’u Al-Jawami’I Ushul Fiqih,(Beirut:Dari Al-Kutub Al-Ilmiyah,2020),h.61.

10
Darmawan H, Kaidah-Kaidah Fiqhiyah,(Revka prima Media,2020),h.112.

12
BAB III

Penutup

A. Kesimpulan

Dilihat dari sudut bahasa, fikih berasal dari kata faqaha ((yang berarti "memahami
dan "mengerti". Dalam pernstilahan syar'i, ilmu fikih dimaksudkan sebagai ilmu yang
berbicara tentang hukum-hukum syar'1 amali (praktis) yang penetapannya diupayakan
melalui pemahaman yang mendalam terhadap dalildalilnya yang terperinci (al-tafsili)
dalam Alquran dan hadis.

Kata ushul jika dilihat secara bahasa berasal dari bahasa Arab, yang merupakan
bentuk jamak dari kata azhlun yang berarti sesuatu yang dijadikansandaran oleh sesuatu
yang lain. Sedangkan secara istilah atau terminology, kata ushal ini mempunyai beberapa
pengertian.

1. Ashul yaitu kaidah yang bersifat menyeluruh. Misalnya, dibolehkannya


memakan bangkai bagi mereka yang sedang berada dalam keadaandarurat.

2. Ashal yang berarti hokum ashal (istishab). Contohnya ada kaidah yang
berkaitan dengan istishab yang artinya "hukum ashal/istishab ialah tetapnya
apa yang telah ada atas sesuatu yang telah ada".

3. Ashal yang berarti dalil. Contohnya pada ungkapan "ashal masalah ini adalah
al- Qur'an dan sunnah", maka yang dimaksud adalah dalilnya.

B. Saran

Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas
masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis akan
segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dan
beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.

13
DAFTAR PUSTAKA

Kamal Mukhtar, dkk... Ushul Figh 1, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995)

Dr. H. Saipudin Shidiq, M.Ag. Ushul Figh, (Jakarta: Kencana, 2011)

Tajuddin Abd. Wahhab bin Ali al-Subki, Jom'a al-Jawami'i f Ushid al-Figh. (Beirut: Dar al-Kutub
al-Ilmiyah, 2000)

Herfn Fahri, "Filsafat Hukum Islam dan limu-ilmu Shariah Metodologis", AL-HIKMAH

Jurnal Studi Keislaman, Vol. 6, No. 1 (2016)

Abdurrahman Misno dan Nurhadi. Ilmu Ushud Figh dari Arabia Hingga Nusantara, (Bandung:
Media Sains Indonesia, 2018)

Dr. H. Darmawan, S.HL, M.HI, Kaidah-kaidah Fiqhiyak, (Revka Prima Media, 2020) Sapiudin
Shidiq, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2011)

Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Dep. Agama R1. Pengarah Rmu Figh, (Jakarta 198)

16'Umar Sulaimân, Târikh al-Fiqh al-Islâmî (Kuwait: Maktabah al-Falah, 1982)

Agus Moh. Najib, Evolusi Syari'ah Ikhtiar Mahmoud Taha bagi Pembentukan Hukum Islam
Kontemporer, (Yogyakarta: Pesantren Nawesea Press, 2007)

14

Anda mungkin juga menyukai