Anda di halaman 1dari 12

PERSAMAAN DAN PERBEDAAN

FIQH, USHUL FIQH, DAN KAIDAH FIQH

Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah


“Ushul Fiqh”
Dosen pengampu:
Nizam Ubaidillah, M.H

Disusun oleh :
Rudy Dwi Kusuma (04)
Ahmad Junaidi (19)

PROGAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM (KPI)


SEMESTER 2
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM (FDKI)
INSTITUT AGAMA ISLAM
PANGERAN DIPONEGORO NGANJUK
TAHUN 2023

i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah atas izin Allah swt akhirnya kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah
ini sebagai bentuk tanggung jawab kami sebagai mahasiswa terhadap tugas yang diberikan oleh
dosen mata kuliah Ushul Fiqh. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada baginda
Rasulullah saw, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh pengikut beliau hingga akhir zaman.
Aamiin.
Makalah ini berjudul “PERSAMAAN DAN PERBEDAAN FIQH, USHUL FIQH DAN
KAIDAH FIQH” kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan karena
terbatasnya ilmu dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
sifatnya membangun amat kami hargai dan perlukan demi sempurnanya susunan makalah yang
sederhana ini.
Dalam kesempatan ini kami sebagai penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah banyak membantu selama penyusunan makalah ini terutama kepada
Bapak Nizam Ubaidillah, M.H. selaku dosen mata kuliah Ushul Fiqh yang telah tulus ikhlas
mengajarkan saya ilmu pengetahuan memberikan bimbingan dan saran-sarannya.
Terakhir kami sebagai penyusun makalah ini berharap, semoga makalah ini bermanfaat bagi
penulis sendiri terutamanya dan bagi pembaca lainnya. Aamiin.

Nganjuk, 06 Mei 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ------------------------------------------------------------- ii


Daftar Isi -------------------------------------------------------------------- iii

BAB I PENDAHULUAN ------------------------------------------------- 1


A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 1

BAB II PEMBAHASAN -------------------------------------------------- 2


A. Pengertian Fiqh, Ushul Fiqh, dan Kaidah Fiqh 2
B. Perbedaan dan Persamaan Fiqh, Ushul Fiqh
dan kaidah Fiqh 3
C. Sumber Fiqh, Ushul Fiqh, dan Kaidah Fiqh 4
D. Kolerasi Fiqh, Ushul Fiqh, dan Kaidah Fiqh 6
E. Aliran Ilmu Ushul Fiqh 7
BAB III PENUTUP -------------------------------------------------------- 8
A. Kesimpulan 8
DAFTAR PUSTAKA ------------------------------------------------------ 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama Islam memiliki Al-Quran sebagai petunjuk dan pedoman bagi kehidupan seluruh
umatnya. Al-Quran sebagai penuntun umat secara garis besar mengandung dasar-dasar tentang
tauhid, akidah, akhlak, dan hukum-hukum syariat sebagai pedoman bagi keberlangsungan hidup
umatnya. Sudah sejak pada masa Nabi Muhammad SAW, berbagai permasalahan dan hukum
diselesaikan berdasarkan wahyu-wahyu yang diturunkan kepada beliau yang kemudian telah
disatukan menjadi sebuah kitab suci yang disebut Al-Quran.

Permasalahan-permasalahan hidup yang ada pada saat itu tidak hanya diselesaikan melalui
Al-Quran namun juga berdasarkan perkataan-perkataan belliau yang kemudian disebut
sebagai sunnahnya. Ilmu Fiqih yang memang sudah digunakan sejak masa Nabi Muhammad
SAW hingga kini ini merupakan suatu ilmu yang harus kita pahami dan harus dipelajari
sebagai umat islam.

Ilmu Fiqih mengatur segala hal tentang hukum dan permasalahan hidup setiap orang, bisa
dibayangkan apabila kita tidak mempelajari dan memahami apa yang ada didalamnya maka
kita bisa saja banyak melakukan kesalahan-kesalahan yang seharusnya memang tidak
diperbolehkan dalam agama. Oleh karena itu penulis akan membahas tentang Fiqih, Ushul
Fiqh, dan Kaidah Fiqh secara lebih dalam pada makalah ini sehingga bisa menjadikan
pembakelan materi yang baik dalam lingkup pendidikan dan membentuk pribadi yang
mengerti hukum dan syariat bagi pembaca.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu fiqh, ushul fiqh, dan kaidah fiqh?


2. Apa perbedaan dan persamaan fiqh, ushul fiqh dan kaidah fiqh?
3. Apa saja sumber antara fiqh, ushul fiqh, dan kaidah fiqh?
4. Apa korelasi fiqh, ushul fiqh, dan kaidah fiqh?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui arti fiqh, ushul fiqh, dan kaidah fiqh.
2. Untuk mengetahui perbedaan dan persamaan fiqh, ushul fiqh dan kaidah fiqh
3. Untuk mengetahui sumber antara fiqh, ushul fiqh, dan kaidah fiqh.
4. Untuk mengetahui korelasi fiqh, ushul fiqh, dan kaidah fiqh.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Fiqh, Ushul Fiqh, dan Kaidan Fiqh

1. Pengertian Fiqh

Pengertian secara bahasa atau etimologi, Fiqh berasal dari bahasa Arab pada kata fa, qa,
ha. Pada kata fa, qa, dan ha yang berharokat fathah (Faqaha) memiliki arti “telah memahami
fiqh lebih dulu daripada orang lain”, untuk fa, qa, dan ha, yang berharokat dhammah (fuqaha)
memiliki arti ahli fiqh, dan terkadang kata ini juga berharokat kashrah (faqiha) yang artinya
mengetahui. Maka bisa kita ketahui bahwa Fiqih itu memiliki arti mengetahui, memahami
dan mendalami ajaran-ajaran agama secara keseluruhan.

Untuk pengertian secara istilah (terminologi) menurut Ibnu Khaldun yang disebutkan
dalam Muqaddimahnya pada pembahasan tentang ilmu fiqh dan faraidh, tertulis bahwa fiqh
adalah mengetahui hukum-hukum Allah atas perbuatan mukallaf, baik itu hukumnya wajib,
haram, sunnah, makhruh, maupun mubah. Ia diperoleh dari Al-Qur’an dan Sunnah serta dalil
yang dinisbatkan oleh pembuat syariat (Allah SWT) untuk diketahuinya. Apabila ada hukum
yang dikeluarkan dari beberapa dalil yang telah sesuai dengan tersebut maka dinamakan fiqh.
Jadi fiqh adalah hukum syara yang meliputi wajib, sunnah, haram, makhruh, dan mubah yang
bersifat amaliyah dan digali dari dalil-dalil seperti Al- Qur’an dan Sunnah1

2. Pengertian Ushul Fiqh

Kata ushul jika dilihat secara bahasa berasal dari bahasa Arab, yang merupakan bentuk
jamak dari kata ashlun yang berarti sesuatu yang dijadikan sandaran oleh sesuatu yang lain,
Kata fiqh berasal dari bahasa Arab juga, yang merupakan bentuk masdar dari akar kata yaitu
faqiha, yafqahu, fiqhan yang jika diartikan secara bahasa, artinya adalah “pemahaman
mendalam yang dapat menangkap tentang asal, tujuan ucapan, dan perbuatan". Dalam
peristilahan syar`i, ilmu fikih dimaksudkan sebagai ilmu yang berbicara tentang hukum-
hukum syar’i amali (praktis) yang penetapannya diupayakan melalui pemahaman yang
mendalam terhadap dalildalilnya yang terperinci (al-tafsili) dalam Al – Qur;an dan hadits.2

Jadi, sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Prof. Dr. TM. Hasbi Ash Shiddieqy,
definisi Ushul al-Fiqh ialah: kaidah-kaidah yang dipergunakan untuk mengeluarkan hukum

1
Dr. H. Darmawan, S.HI, M.HI, Kaidah-kaidah Fiqhiyah, (Revka Prima Media, 2020), hlm. 1.
2
Alaiddin Koto, Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), hlm. 2

2
dari dalil-dalinya, dan dalil-dalil hukum (kaidah-kaidah yang menetapkan dalil-dalil hukum).
Dalil- dalilnya yang dimaksud adalah undang-undang (kaidah-kaidah) yang ditimbulkan dari
bahasa. Maka dengan uraian di atas dapat dipahami bahwa yang dikehendaki dengan Ushul al
- Fiqh adalah dalil-dalinya seperti al-Qur’an, Sunnah Nabi, Ijma’, Qiyas.3

3. Pengertian Kaidah Fiqh


Kaidah atau Qawa’id secara bahasa atau etimologi bisa diartikan sebagai suatu asas atau
dasar dan fondasi, sedangkan kata Fiqhiyah berarti penjenisan atau pengelompokan. Secara
etimologi, kata qaidah jamaknya qawaid berarti asas, landasan, dasar atau fondasi sesuatu, baik
yang bersifat kongkret, materi, atau inderawi seperti fondasi bangunan rumah, maupun yang
bersifat abstrak, non materi dan non indrawi seperti ushuluddin (dasar agama). 4 Jadi Qawa’id
Fiqhiyah atau Kaidah Fiqh dapat di artikan sebagai dasar-dasar atau asas-asas yang berkaitan
dengan berbagai masalah atau jenis- jenis fiqh.

Pengertian Qawaid Fiqhiyah menurut beberapa ulama dan ilmuwan:

 Mushthafa az-Zarqa
Qawa’id Fiqhiyah diartikan sebagai “Dasar-dasar fiqh yang bersifat bersifat
umum dan ringkas yang berbentuk undang-undang dan berisi hukum-hukum syara’ yang
umum dan terdapat berbagai peristiwa hukum yang termasuk dalam ruang lingkup
kaidah tersebut.”

 Al-Taftazany
Qawa’id Fiqhiyah merupakan “Suatu hukum yang bersifat universal yang dapat
diterapkan kepada seluruh bagiannya agar dapat diidentifikasikan hukum-hukum bagian
tersebut darinya.”

 Ali Ahmad al-Nadwi


Qawa’id Fiqhiyah adalah “Dasar fiqh yang bersifat menyeluruh yang
mengandung hukum hokum syara’ yang bersifat umum dalam berbagai bab tentang
peristiwa peristiwa yang masuk di dalam ruang lingkupnya.”

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwasanya pada hakikatnya Qawa’id


Fiqhiyah merupakan sekumpulan kaidah fiqh yang berbentuk rumusan-rumusan yang bersifat
umum dalam berbagai bidang yang sesuai ruang lingkupnya.

3
Herfin Fahri, “Filsafat Hukum Islam dan Ilmu-ilmu Shariah Metodologis”, AL-HIKMAH Jurnal Studi Keislaman, Vol. 6,
No. 1 (2016), hal. 51.
4
Mu’jam al-lughah al-‘Arabiyah, Mu’jam al-Wajid, t.tp.Wuzarah al Tarbiyah wa al-Ta’lim, t.th. h. 509.
3
B. Perbedaan dan Persamaan Fiqh, Ushul Fiqh dan Kaidah Fiqh

1. Ushul fiqh muncul atau lahir setelah lahirnya fiqh, karena fungsi ushul fiqh adalah menggali,
mengeluarkan, serta menemukan hukum syara’ yang bersifat praktis dari dalil-dalilnya yang
terperinci. Sedangkan untuk Kaidah Fiqh atau Qawa’id fiqhiyah lahir setelah adanya fiqh,
karena Qawa’id fiqhiyah diambil dari hasil generalisasi terhadap kumpulan berbagai masalah
hukum fiqh serupa yang memiliki kesamaan illat, dan fungsinya untuk mendekatkan dan
mengklasifikasi berbagai macam persoalan yang berbeda sehingga memepermudah
mengetahuinya.
2. Ushul fiqh merupakan suatu metode yang dijadikan sebagai standar pedoman primer untuk
menggali, menemukan, dan mengeluarkan (istinbath) hukum, objek bahasannya berupa dalil-
dalil dan hukum perbuatan mukallaf. Sedangkan Qawa’id fiqhiyah merupakan kaidah-kaidah
sekunder yang bersifat kebanyakan (aktsariyah) dan objek bahasannya selalu hukum
perbuatan mukallaf.5
3. Ushul fiqh menggali hukum dari al-quran dan hadits dan dirumuskan dalam bentuk dalil atau
kaidah secara global. Sedangkan fiqh, membahas ketentuan Allah yang mengatur amal
perbuatan manusia (mukallaf) yang bersifat praktis dan cabang.
4. Objek kajian ushul fiqh terkait dengan ketentuan syara’ (hakim, mahkum fih, dan mahkum
alaih), sumber-sumber dan dalil hukum, cara mengistinbat hukum, dan ijtihad. Sedangkan fiqh
objeknya perbuatan manusia yang bersifat praktis berupa perintah, larangan, anjuran, pilihan,
maupun ketentuan sebab akibat.
5. Ushul fiqh berisi metode untuk menetapkan hukum suatu amal ibadah atau perbuatan lainnya.
Sedangkan fiqh berisi perbuatan itu sendiri serta tata cara pelaksanaannya.

Untuk Persamaannya ialah :


1. Sama - sama memiliki kaedah - kaedah yang dapat diaplikasikan pada beberapa cabang
dalam masalah-masalah fiqh
2. Sama-sama membahas hukum perbuatan mukallaf
3. Sama-sama dapat menuntun manusia kepada hukum yang dikehendaki oleh Syar’i
4. Sama-sama dapat dijadikan dalil hukum

Hubungan qawaid fiqhiyyah, fiqh dan ushul fiqh beserta qawaid ushuliyyah-nya tidak dapat
dipisahkan. Ilmu ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Karena dasarnya yang
menjadi pokok pembicaraan adalah hukum syara’(fiqh), yaitu ilmu-ilmu tersebut berbicara
tentang hukum syara’.

5
Dr. H. Darmawan, S.HI, M.HI, Kaidah-kaidah Fiqhiyah, (Revka Prima Media, 2020), hlm. 3
4
C. Sumber Fiqh, Ushul Fiqh, dan Kaidan Fiqh

Semua madzhab ushul fiqh sepakat bahwa Al-Qur'an adalah sumber hukum Islam yang
pertama dan utama. Bahkan apa yang dilakukan, dikatakan, disetujui Rasulullah menyangkut
suatu hukum syariat tidak akan lepas dari ayat Al-Qur'an, baik itu sebagai penegasan terhadap
ayat-ayat yang sudah jelas, atau sebagai penafsiran terhadap yang belum jelas, atau sebagai
rincian terhadap ayat yang masih mujmal, atau sebagai pembatasan terhadap ayat-ayat yang
bersifat umum, atau sebagai penetuan hukum yang berdiri sendiri sebagai kewenangan yang
diberikan Al-Qur'an kepada Rasul.6

Dalil-dalil hukum (fiqh), seperti perbuatan Nabi saw menjadi hujjah, seperti ‚ijma’ menjadi
hujjah dan qiyas hujjah. Hasil-hasil ijtihad sahabat pada periode ini belum dibukukan sehingga
belum dapat dianggap sebagai ilmu, hanya sebagai pemecahan masalah terhadap kasus yang
mereka hadapi. Oleh sebab itu hasil ijtihad mereka belum disebut fikih/usul fikih. Pada periode
sahabat, sumber-sumber hukum Islam adalah Alquran, Sunnah dan ijtihad sahabat.7

Di dalam hukum Islam ada dua macam kaidah, yaitu: pertama, kaidah-kaidah ushul fiqh,
yang digunakan untuk mengeluarkan hukum (takhtij al-ahkam) dari sumbernya, Al-qur’an /Al-
hadis. Kedua, kaidah-kaidah fiqih, yaitu kaidah-kaidah yang disimpulkan secara general dari
materi fiqih dan kemudian digunakan pula untuk menentukan hukum dari kasus-kasus baru yang
timbul, yang tidak jelas hukumnya di dalam nash.8

Sumber Fiqh

Jika merujuk pada imam syafi’i, fiqih mempunyai sumber yang sesuai harikahnya adalah al-
Qur’an, sunnah nabi, ijma’ dan qiyas. Dua yang terakhir ini biasa di terjemahkan dengan
consensus dan penalaran melalui analogi. Logika fiqih lebih kepada suatu system perundang-
undangan agama menunjukkan dengan jelas bahwa ia adalah perundang-undangan agama yang,
pertama, di jabarkan langsung dari al-Qur’an, kedua, dari tradisi atau sunnah nabi, dan terakhir
dari Tindakan individu terpercaya dan terbimbing. Walaupun ijma’ dan qiyas tidak disebutkan
secara jelas dalam Al-Qur’an dan sunnah sebagai sumber fiqih namun perkembangan kedua
konsep tersebut sebagai sumber fiqih adalah produksi dari sumber yang di sepakati.9

Sumber Ushul Fiqh

Ilmu ushul fiqih tumbuh pada abad kedua hijriah. Pada abad pertama hijriah ilmu ini belum
tumbuh, karena belum terasa diperlukan. Rasulullah SAW berfatwa dan menjatuhkan keputusan

6
Abdulghany Abdulkhaliq, Hujjiyatus Sunnah, (Virginia: IIIT, tt.), hal. 496-498.
7
Hasbi al-Siddiqy, Pengantar Hukum Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1968). hal 122.
8
Moh. Mufid, Kaidah Fiqh Ekonomi Syariah, 2017. Hal-14.
9
Akmal Bashori, Ruang Batin Fiqih Al-Ghazali Studi Atas Kitab Ihya’ Ulum al-Din. (Yogyakarta: Bintang Surya Madani,
2020). hal 26.

5
(hukum) berdasarkan kepada Al-Qur’an dan hadis, dan berdasar naluriah yang bersih tanpa
memerlukan ushul atau kaidah yang dijadikan sebagai sumber istinbat hukum. Adapun sahabat
Nabi membuat keputusan hukum berdasarkan dalil nas yang dapat mereka fahami dari aspek
kebahasaan semampu mereka, dan untuk memahaminya secara baik diperlukan kaidah bahasa.10

Sumber Kaidah Fiqh

Sumber-sumber hukum Islam (asy-syarî’ah) yang dijadikan pegangan dan acuan oleh ulama
dalam menetapkan hukum banyak sekali, kurang lebih sampai dua puluh sumber. Di antaranya
adalah al-Qur’an, as-Sunah, Ijma’, Qiyas, Istihsan, Istishhab, Mashlahah Mursalah, Mazhab
Shahabi, Syar’u man Qablana, Uruf’ dan Saddu al-Dara’i’.11

Adapun redaksi kaidah fiqih terbagi menjadi tiga bagian. Pertama, kaidah fiqih yang murni
berasal dari teks hadist. Kedua, kaidah fiqih yang merupakan hasil pemikiran fuqaha dengan cara
memahami kandungan Al-Qur’an dan hadist kemudian dijadikan suatu kaidah umum. Ketiga,
kaidah fiqih yang merupakan ijtihad fuqaha melalui metode induksi terhadap masalah-masalah
fiqih secara parsial, kemudian dijadikan suatu kaidah yang bersifat global.12

D. Korelasi Fiqh, Ushul Fiqh, dan Kaidan Fiqh


Ushul Fiqh adalah kumpulan kaedah-kaedah untuk mengeluarkan hukum berbagai kasus
fiqh. Dari berbagai kasus fiqh tersebut, lalu dilihat persamaan illat dan diperhatikan kemiripan
motif-motif, kegunaan, tujuannya, dan prinsip umum yang terkandung dalam nash (Qur’an dan
Hadits), kemudian barulah diklasifikasi dan disusun sedemikian rupa dalam bentuk pernyataan-
pernyataan singkat dan padat. Tegasnya, fiqh merupakan produk dari ushul fiqh. Dan dari fiqhlah
kemudian dilahirkan qawa`id fiqhiyyah untuk memudahkan manusia mengetahui dan memahami
ketentuan hukum secara singkat terhadap berbagai masalah, sehingga manusia merasa nyaman
dalam bertindak karena cepat mengetahui status hukumnya.

Dengan demikian, Ushul Fiqh adalah metode, fiqh adalah hasilnya, dan qawa`id fiqhiyyah
merupakan ringkasan dari masalah-masalah fiqh terdahulu yang dibuat dalam bentuk ungkapan
singkat, yang dapat pula dijadikan bahan pertimbangan pedoman dalam menetapkan hukum-
hukum berbagai peristiwa yang terjadi di kemudian hari, termasuk masalah-masalah yang tidak
ada nashnya mengatur secara langsung.

Dengan analogi lain dapat dijelaskan, jika diibaratkan dalam suatu proses produksi, maka
Ushul Fiqh merupakan mesin produksi, sedangkan Fiqh adalah barang hasil produksi. Adapun
Qawa`id Fiqhiyyah adalah kumpulan atau paket-paket kemasan dari hasil produksi. Dalam hal
ini, qawa`id fiqhiyyah merupakan hasil produksi para mujtahid dalam bentuk hukum Islam yang

10
Sapiudin Shidiq, Ushul Fiqih. (Jakarta: Kencana, 2017). Hal 13.
11
Muhammad Mushthafa Syalbi, Ushûl al-Fiqh al-Islâmî, al-Dar al-Jam’iyah, hal, 74.
12
ibid
6
dikelompokkan menurut jenis dan kesamaan lainnya.13

E. Aliran Ilmu Ushul Fiqh

Aliran ilmu ushul fiqh terbagi menjadi 3 bagian, yaitu :

1. Jumhur ulama disebut juga aliran Syafi’iyah, mutakallimin


Perintisnya adalah Imam Syafi’I. Metode pembahasannya didasarkan oleh logika yang
bersifat rasional dan pembuktiannya oleh kaidah-kaidah yang ada. Fokusnya diarahkan kepada
apa yang dianggap rasional dan terdapat dalil baginya. Dengan demikian, dapat disimpulkan
pembahasan ushul fiqih aliran jumhur ini bersifat teoritis tanpa disertai contoh dan bersifat
murni karena tidak mengacu kepada mazhab fiqih tertentu yang sudah ada.

2. Hanafiyah (anhaf) atau fuqaha

Dicetuskan oleh Imam Abu Hanifah, disebut juga dengan aliran fuqaha (ahli fiqih).
Dalam merumuskan kaidah ushul fiqih, mereka berpedoman kepada pendapat fiqih Abu
Hanifah dan pendapat para muridnya serta melengkapinya dengan contoh-contoh. Cara yang
digunakan dengan istiqra’(induksi) terhadap pendapat-pendapat imam sebelumnya. Metode
yang dipakai oleh aliran Hanafiyah ini dalam menyusun kaidah-kaidah ditempuh berdasarkan
asumsi bahwa para imamnya terdahulu telah menyandarkan ijtihadnya pada kaidah-kaidah ini
atau bahasan-bahasan ushuliyah ini. Jadi, semata-mata perhatian mereka itu tertuju kepada
masalah ushul fiqih para Imamnya yang diambil dari masalah-masalah furu’ dalam melakukan
istinbat.

3. Campuran

Campuran ialah gabungan antara metode Mutakallimin dan metode Hanafiyah. Metode
yang ditempuh yaitu dengan cara mengkombinasikan antara kedua aliran diatas. Mereka
memperhatikan kaidah-kaidah ushuliyah dan mengemukakan dalil-dalil atas kaidah ini juga
memperhatikan penerapannyaterhadap masalah fiqih far’iyah dan relevansinya dengan
kaidah-kaidah tersebut.

13
Lihat Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, (Jakarta: Amzah, 2010), Cet. ke-1

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Fiqh diartikan sebagai ilmu yang berisi tentang hukum-hukum syara’ yang bersifat
amaliyah atau praktis yang digali dari berbagai dalil yang terperinci. Ushul al-Fiqh ialah kaidah-
kaidah yang dipergunakan untuk mengeluarkan hukum dari dalil-dalinya, dan dalil-dalil hukum
(kaidah-kaidah yang menetapkan dalil-dalil hukum). Sedangkan Qawa’id Fiqhiyah merupakan
sekumpulan kaidah fiqh yang berbentuk rumusan-rumusan yang bersifat umum dalam berbagai
bidang yang sesuai dengan ruang lingkupnya. Salah satu hal yang membedakan antara fiqh dan
ushul fiqh adalah terketak pada objek kajiannya, ushul fiqh terkait dengan ketentuan syara’,
sumber-sumber dan dalil hukum, dll. Sedangkan fiqh objeknya perbuatan manusia yang bersifat
praktis berupa perintah, larangan, anjuran, pilihan, maupun ketentuan sebab akibat.

Semua madzhab ushul fiqh sepakat bahwa Al-Qur'an adalah sumber hukum Islam yang
pertama dan utama. Jika merujuk pada imam syafi’i, fiqih mempunyai sumber yang sesuai
harikahnya adalah al-Qur’an, sunnah nabi, ijma’ dan qiyas. Untuk ushul fiqh, Rasulullah SAW
berfatwa dan menjatuhkan keputusan berdasarkan kepada Al-Qur’an dan hadis, dan berdasar
naluriah yang bersih tanpa memerlukan ushul atau kaidah yang dijadikan sebagai sumber
istinbat hukum. Sedangkan kaidah fiqh, sumbernya bisa mencapai 20 sumber atau bahkan
lebih. Qawaid Fiqhiyah, fiqih dan ushul fiqh tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang
lainnya karena ke tiga hukum ini selalu berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Abdulkhaliq Abdulghany, Hujjiyatus Sunnah, (Virginia: IIIT, tt.).


Al-lughah al-‘Arabiyah Mu’jam, Mu’jam al-Wajid, t.tp.Wuzarah al Tarbiyah wa al-Ta’lim, t.th.
Al-Siddiqy Hasbi, Pengantar Hukum Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1968).
Bashori Akmal, Ruang Batin Fiqih Al-Ghazali Studi Atas Kitab Ihya’ Ulum al-Din. (Yogyakarta:
Bintang Surya Madani, 2020).
Dahlan Lihat Abd. Rahman, Ushul Fiqh, (Jakarta: Amzah, 2010).
Darmawan, Kaidah-kaidah Fiqhiyah, (Revka Prima Media, 2020).
_____, Kaidah-kaidah Fiqhiyah, (Revka Prima Media, 2020).
Fahri Herfin, “Filsafat Hukum Islam dan Ilmu-ilmu Shariah Metodologis”, AL-HIKMAH Jurnal Studi
Keislaman, Vol. 6, No. 1 (2016).
Koto Alaiddin, Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009).
Mufid Moh., Kaidah Fiqh Ekonomi Syariah, 2017.
Shidiq Sapiudin, Ushul Fiqih. (Jakarta: Kencana, 2017).
Syalbi Muhammad Mushthafa, Ushûl al-Fiqh al-Islâmî, al-Dar al-Jam’iyah.

Anda mungkin juga menyukai