Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

TAUHID DAN ADAB

KETELADANAN NABI MUHAMMAD SAW DALAM IBADAH

Dosen Pembimbing :

Dr. Marhaban, MA

Disusun Oleh :
Kelompok X (Semester I Unit 1)
1. Aisyah Hanum Maulidea 3012023007
2. Prasti Aldana 3012023002

PROGRAM STUDI S1 KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

IAIN LANGSA

NOVEMBER 2023
ABSTRAK

Makalah ini membahas tentang keteladanan Nabi Muhammad dalam aspek


beribadah sebagai pedoman bagi umat Islam. Nabi Muhammad, sebagai Rasul
terakhir, memberikan contoh yang sempurna dalam menjalani ibadah,
menciptakan landasan spiritual bagi umatnya.
Pertama, makalah ini mengeksplorasi keteladanan ibadah harian Nabi
Muhammad, termasuk shalat, puasa, dan sedekah. Kedua, makalah ini membahas
sikap rendah hati dan penuh konsentrasi Nabi Muhammad dalam ibadahnya.
Selanjutnya, makalah ini menyoroti nilai-nilai kesabaran dan ketekunan yang
tercermin dalam keteladanan Nabi Muhammad dalam menghadapi cobaan dan
kesulitan. Ibadah Nabi tidak hanya mencakup momen-momen bahagia, tetapi juga
situasi sulit yang dijalani dengan ketabahan.
Dalam konteks ini, makalah ini menggarisbawahi pentingnya adab dan
akhlak dalam beribadah, sesuai dengan contoh Nabi Muhammad. Beliau tidak
hanya mempraktikkan ibadah secara mekanis, tetapi juga mengajarkan cara
melibatkan hati dan jiwa dalam setiap aspek ibadah.

2
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur atas izin dan petunjuk Allah Subhana Wa
Taalah, sehingga penyelesaian Makalah Judul: “(Keteladanan Nabi Muhammad
Saw dalam Ibadah)” dapat diselesaikan. Semoga Allah SWT senantiasa
memberikan petunjuk dan hidayahnya bagi kita semua.
Makalah ini akan membahas secara mendalam mengenai keteladanan Nabi
Muhammad SAW dalam beribadah yang harus dijadikan contoh bagi setiap umat
islam. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca yang sedang
mempelajari Tauhid dan Adab dalam konteks keteladanan nabi dalam beribadah.
Penulis menyadari bahwa penyusunan ini masih jauh dari kesempurnaan.
Karena kesempurnaan hanyalah milik-Nya dan tiada manusia yang luput dari
salah dan khilaf. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang
bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
saran dan kritik tersebut menjadi motivasi kepada penulis untuk lebih tekun lagi
belajar. Amin.

Langsa, 22 November 2023

Penulis

3
DAFTAR ISI

ABSTRAK...............................................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................v
1.1 Latar Belakang..........................................................................................v
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................v
1.3 Tujuan Pembahasan...................................................................................v
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................1
2.1 Keteladanan Ibadah Nabi Muhammad SAW............................................1
2.1.1 Keteladanan Ibadah Shalat Nabi Muhammad SAW..........................1
2.1.2 Keteladanan Ibadah Puasa Nabi Muhammad SAW..........................4
2.1.3 Keteladanan Ibadah Sedekah Nabi Muhammad SAW......................6
2.1.4 Keteladanan Ibadah Zakat Nabi Muhammad SAW...........................7
2.1.5 Keteladanan Ibadah Haji Nabi Muhammad SAW...........................10
2.2 Sifat Nabi Muhammad SAW yang Menjadi Teladan dalam Beribadah. 13
BAB III PENUTUP...............................................................................................17
3.1 Kesimpulan..............................................................................................17
3.2 Saran........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19

4
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Keteladanan Nabi Muhammad dalam beribadah merupakan fokus utama
dalam makalah ini, karena kehidupan beliau telah menjadi landasan spiritual bagi
umat Islam. Nabi Muhammad, sebagai Rasul terakhir, tidak hanya memberikan
petunjuk ajaran Islam, tetapi juga menunjukkan contoh praktis dalam menjalani
kehidupan beribadah yang penuh makna.
Penulis makalah mencoba untuk merinci dan menggali lebih dalam
tentang ibadah Nabi Muhammad berdasarkan rukun islam yang pilar-pilar utama
yang menjadi landasan ibadah Nabi Muhammad. Selanjutnya, makalah ini akan
membahas pentingnya adab dan akhlak dalam beribadah, sejalan dengan
keteladanan Nabi Muhammad. Beliau tidak hanya menunaikan ibadah sebagai
kewajiban, tetapi juga membawa aspek moral dan etika dalam setiap tindakannya,
memberikan contoh tentang bagaimana beribadah dengan hati dan jiwa.
Melalui makalah ini, diharapkan dapat ditemukan inspirasi dan panduan
praktis bagi umat Islam dalam mengintegrasikan ajaran-ajaran spiritual Nabi
Muhammad dalam kehidupan sehari-hari.
I.2 Rumusan Masalah
Makalah ini akan membahas permasalahan berikut ini:
A. Keteladanan Ibadah Nabi Muhammad SAW
B. Sifat-sifat Nabi Muhammad dalam melaksanakan Ibadah
I.3 Tujuan Pembahasan
Tujuan utama makalah ini adalah untuk menggali lebih dalam tentang
bagaimana keteladanan Nabi Muhammad SAW dalam beribadah dapat menjadi
sumber inspirasi dan panduan praktis bagi umat Islam dalam mengembangkan
kehidupan spiritual umat Islam.

5
BAB II
PEMBAHASAN

I.4 Keteladanan Ibadah Nabi Muhammad SAW


Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma dia berkata: ”Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ”Islam itu dibangun di atas lima dasar:
persaksian (syahadat) bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali
Allah subhanahu wa ta’ala dan Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan
shalat, menunaikan zakat, haji (ke Baitullah) dan puasa di bulan Ramadhan.” (HR.
Al Bukhari dan Muslim)1
Salah satu aspek keimanan kita kepada Rasulullah saw adalah kita yakin
bahwa beliau adalah seorang Rasul saw yang sarat dengan keteladanan.
Keteladanan beliau saw bagi umat Islam, bukan hanya dalam praktek ibadah
seperti shalat, zakat, puasa, berhaji, dan lain-lain saja, tetapi menyangkut seluruh
akhlak dan pribadi beliau saw.
I.4.1 Keteladanan Ibadah Shalat Nabi Muhammad SAW
Bagi Nabi Muhammad, shalat adalah sebuah kenikmatan. Shalat adalah
saat yang paling tepat untuk menenangkan hati, mengistirahatkan jiwa dari
kepenatan duniawi, mengisi ulang batterai (recharge) tubuh dengan dzikir dan
do’a, menginstrospeksi dosa dan kekeliruan dengan istighfar, dan merencanakan
ulang target dan program kerja (amal shalih) yang lebih matang dengan do’a dan
niat yang semakin kuat.
Tidak heran jika Nabi saw selalu merindukan saat-saat datangnya waktu
shalat. Kontras berbeda dengan orang-orang yang tenggelam dalam kesibukan
dunia dan menganggap shalat sebagai beban.
Dari seorang shahabat yang berasal dari Khuza’ah, ia berkata: “Aduhai
aku ingin segera shalat sehingga bisa terhibur.” Orang-orang di sekelilingnya
keheranan. Orang itu lalu berkata lagi: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda:
“Hai Bilal, segeralah kumandangkan (seruan) shalat, hiburlah kami dengannya.”

1
Islam Dibangun di Atas Lima Dasar (2016) Hadits Arba’in disusun oleh Imam Nawawi.
Available at: https://haditsarbain.com/hadits/islam-dibangun-di-atas-lima-dasar/ (Accessed: 29
November 2023).

6
(Sunan Abi Dawud kitab al-adab bab fi shalatil-‘atamah no. 4987. al-Albani:
Hadits shahih)
Dalam kesempatan lain, Nabi saw sendiri menegaskan: Dijadikan senang
untukku dari dunia ini wanita dan minyak wangi. Tapi dijadikan kebahagiaanku
dalam shalat (Musnad Ahmad bab musnad Abi Sa’id al-Khudri no. 12315-12316.
Syu’aib al-Arnauth: Hadits hasan).
Artinya, meski manusia kodratnya menyukai dunia, tetapi bagi orang-
orang yang shalih shalat tetap menjadi tumpuan utama kebahagiaannya. Sebab
orang-orang shalih menyadari betul bahwa kenikmatan dunia hanya sejenak.
Meski berlama-lama sekalipun, yang terasa nikmatnya tetap saja sejenak. Maka
menikmati duniawi pun hanya sejenak-sejenak saja, sekali-kali saja. Kenikmatan
yang terasa membekas lama di hati adalah ketenteraman yang sumbernya
kekuatan hubungan batin dengan Sang Khaliq. Itu bisa diraih hanya dengan
dzikrullah, dan dzikrullah yang paling utama adalah shalat.

٢٨ ‫ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنوْا َو َتۡط َم ِئُّن ُقُلوُبُهم ِبِذ ۡك ِر ٱِۗهَّلل َأاَل ِبِذ ۡك ِر ٱِهَّلل َتۡط َم ِئُّن ٱۡل ُقُلوُب‬
28. (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram.

‫ٱۡت ُل َم ٓا ُأوِح َي ِإَلۡي َك ِم َن ٱۡل ِكَٰت ِب َو َأِقِم ٱلَّص َلٰو َۖة ِإَّن ٱلَّص َلٰو َة َتۡن َهٰى َع ِن ٱۡل َفۡح َش ٓاِء َو ٱۡل ُم نَك ِۗر‬
٤٥ ‫َو َلِذ ۡك ُر ٱِهَّلل َأۡك َبُۗر َو ٱُهَّلل َيۡع َلُم َم ا َتۡص َنُعوَن‬
45. Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan)
keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang
kamu kerjakan.
Shahabat Hudzaifah pernah menceritakan: Aku pernah shalat bersama
Nabi saw pada suatu malam. Beliau membaca surat al-Baqarah. Aku berkata
(dalam hati): “Semoga beliau akan ruku’ pada ayat 100.” Tetapi beliau
melanjutkan. Aku berkata lagi: “Semoga beliau akan shalat dengannya untuk satu

7
raka’at.” Tetapi beliau terus membaca. Aku berkata lagi: “Semoga beliau akan
ruku’.” Tetapi beliau malah melanjutkan membaca surat an-Nisa`, kemudian
melanjutkannya lagi pada surat Ali ‘Imran. Beliau membacanya dengan perlahan.
Apabila lewat pada ayat yang mengandung tasbih, beliau bertasbih dahulu.
Apabila lewat pada ayat yang mengandung permohonan, beliau (berdo’a)
memohon dahulu. Dan apabila lewat pada ayat yang mengandung permintaan
perlindungan, beliau (berdo’a) minta perlindungan dahulu (Shahih Muslim kitab
shalatil-musafirin bab istihbab tathwilil-qira`ah fi shalatil-lail no. 1850).
Terlihat jelas bagaimana Rasul saw menikmati shalatnya. Shalat beliau
jadikan ajang untuk munajat (bercengkerama berdua) dengan Allah swt. Di sela-
sela membaca al-Qur`an dalam shalat, Rasul saw sempatkan untuk menyelinginya
dengan do’a dan dzikir, sesuai dengan ayat-ayat yang sedang beliau baca.
Dalam kesempatan lain, shalat Rasulullah saw digambarkan oleh ‘Aisyah
sebagaimana riwayat berikut:
Ibn ‘Umair berkata kepada ‘Aisyah: “Beritahukanlah kepada kami hal
yang paling engkau kenang dari Rasulullah saw.” ‘Aisyah terdiam sejenak, lalu
berkata: “Pada suatu malam beliau bersabda:“Wahai ‘Aisyah izinkanlah aku untuk
beribadah kepada Rabbku malam ini.” Aku jawab: “Demi Allah aku sangat ingin
di dekatmu tapi aku sangat ingin engkau bahagia.” Kata ‘Aisyah: “Beliau lalu
bangun, bersuci, dan shalat. Selama shalat beliau tidak henti-hentinya menangis
sampai basah dadanya. Beliau menangis lagi dan menangis lagi sampai
janggutnya basah. Beliau menangis tiada henti hingga tempat shalatnya basah.
Sampai kemudian Bilal datang memberitahukan kepadanya shalat (Shubuh) siap
dimulai. Ketika ia melihat Nabi saw menangis, ia bertanya:“Kenapa anda
menangis wahai Rasulullah, padahal Allah swt sudah pasti mengampuni dosa
anda yang lalu dan yang akan datang?” Nabi saw pun menjawab: “Apakah tidak
boleh aku menjadi hamba yang bersyukur!? Sungguh telah diturunkan kepadaku
malam ini satu ayat, dan sungguh celaka orang yang membacanya tetapi tidak
merenungkannya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi,… sampai
akhir ayat.” (Shahih Ibn Hibban kitab ar-raqa`iq bab at-taubah no. 620).

8
‫ِإَّن ِفي َخ ۡل ِق ٱلَّس َٰم َٰو ِت َو ٱَأۡلۡر ِض َو ٱۡخ ِتَٰل ِف ٱَّلۡي ِل َو ٱلَّنَه اِر ٓأَلَٰي ٖت ُأِّلْو ِلي ٱَأۡلۡل َٰب ِب‬
١٩٠
190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.
Rasul saw sampai berlama-lama shalat dan bahkan sampai menangis,
motifnya adalah syukur atas semua nikmat yang telah diterimanya, meski beliau
saw tidak memiliki rumah dan kendaraan yang mewah. Itu karena kenikmatan
utama adalah kehidupan itu sendiri yang bisa digunakan untuk beribadah, terlepas
dari berapa pun kekayaan yang dimiliki. Sebab lainnya adalah karena Rasul saw
menikmati shalatnya dengan tafakkur; merenungkan makna ayat-ayat yang
dibacanya dan semua dzikir-do’a yang dipanjatkannya. Sesuatu yang mungkin
asing bagi seseorang yang justru seringkali menikmati lamunan duniawi ketika
shalat. Dalam hal ini maka Rasul saw mengingatkan:
Shalatlah seperti shalat orang yang akan berpisah/mati, seakan-akan kamu
melihat-Nya. Jika kamu tidak bisa melihat-Nya, maka sungguh Dia melihatmu.
Putuskanlah semua keinginan terhadap apa yang orang lain miliki, kamu pasti
hidup kaya. Dan jauhilah apa yang akan kamu sesali nantinya (Al-Mu’jamul-
Ausath lit-Thabrani no. 4580. Al-Albani: Hadits shahih [as-Silsilah as-Shahihah
no. 1914]).
Yang paling utama, kita sebagai umat muslim mengerjakan salat lima
waktu berdasarkan teladan Nabi Muhammad Saw. Selama masa hidup beliau
tidak ada penyangkalan praktik ibadah salat lima waktu sebagai living moslem.2
I.4.2 Keteladanan Ibadah Puasa Nabi Muhammad SAW
Puasa yang benar dan membawa pada derajat takwa adalah puasa yang
mencontoh Nabi Muhammad. Ketahuilah puasa ala Rasulullah tidak semata
persoalan menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menghidupkan amal-amal syiar
Ramadhan.

2
Admin Ai. (2017) Teladan Shalat Rasulullah saw, Attaubah Institute. Available at:
https://attaubah-institute.com/teladan-shalat-rasulullah-saw/ (Accessed: 29 November 2023).

9
Adapun delapan keteladanan Nabi Muhammad SAW saat berpuasa.
Pertama, memantapkan niat. Nabi Muhammad mengawali puasa dengan niat pada
malam hari, seraya berdoa supaya dikuatkan dalam niat dan beramalnya.
Jika puasa sunah semisal Senin-Kamis boleh berniat pada pagi harinya
maka puasa Ramadhan niatnya harus dilakukan pada malam harinya.
“Barangsiapa yang tak berniat sebelum fajar untuk puasa maka tak ada puasa
baginya.” (HR Abu Daud, Ibnu Majah, Al-Baihaqi).
Kedua sahur. “Semua sahur adalah barakah maka janganlah kalian
meninggalkannya walaupun di antara kalian hanya meneguk air. Sesungguhnya,
Allah dan para malaikat-Nya bershalawat atas orang-orang yang sahur.” (HR
Ahmad, dan al-Mundziri).
Ketiga, cepat berbuka, yaitu sebelum shalat Maghrib meskipun hanya
dengan seteguk air. “Tiga perkara yang merupakan akhlak para nabi, yaitu
menyegerakan berbuka, mengakhirkan sahur, dan meletakkan tangan kanan di
atas tangan kiri dalam shalat.” (HR Ath-Thabrani).
Sebaiknya berbuka dengan kurma. “Rasulullah berbuka dengan kurma
basah (ruthab), jika tidak ada ruthab, dengan kurma kering (tamr), jika tidak ada
tamr maka minum dengan satu tegukan air.” (HR Ahmad, Abu Daud, Baihaqi,
Hakim, Ibn Sunni, Nasai, Daruquthni, dan lainnya).
Dalam berbuka dengan kurma sebaiknya dengan bilangan ganjil, yaitu
satu, tiga, atau lima biji. Jika tidak, apa saja yang ada. Keempat, banyaklah berdoa
terutama pada waktu menjelang berbuka karena termasuk di antara salah satu doa
mustajab.
Salah satu doa yang biasa dipanjatkan Nabi menjelang berbuka,
“Dzahabadh zhama'u wabtallatil 'uruqu wa tsabatal ajru insya Allah.” (Telah
hilang dahaga dan basah urat-urat, dan telah ditetapkan pahala, insya Allah.” (HR
Abu Daud, Baihaqi, Hakim, Ibn Sunni, Nasa'i, Daruquthni).
Kelima, memberi makan orang yang berbuka. “Barangsiapa memberi buka
orang puasa akan mendapatkan pahala seperti pahalanya orang yang berpuasa
tanpa mengurangi pahalanya sedikitpun.” (HR Ahmad, Tirmidzi, Ibn Majah, dan
Ibn Hibban).

10
Keenam, banyak beribadah pada malam Ramadhan (shalat Tarawih).
“Barangsiapa shalat pada malam-malam Ramadhan dengan iman dan
mengharapkan keridhaan-Nya maka dosa-dosanya yang telah lalu akan
diampuni.” (HR Bukhari dan Muslim).
Ketujuh, banyak sedekah dan tadarus Alquran. Dari Ibnu Abbas,
“Rasulullah adalah orang yang paling dermawan dan lebih besar
kedermawanannya pada bulan Ramadhan ketika Jibril menemuinya. Jibril
biasanya menemuinya setiap malam Ramadhan, lalu tadarus Alquran (dengan
beliau). Sungguh, Rasulullah ketika ditemui Jibril menjadi orang yang lebih
murah hati dalam kebaikan sehingga lebih banyak memberi (seperti) tiupan
angin.” (HR Bukhari dan Muslim).
Kedelapan, memperbanyak istighfar pada malam terakhir Ramadhan.3
I.4.3 Keteladanan Ibadah Sedekah Nabi Muhammad SAW
Salah satu teladan beliau adalah bagaimana harta yang kita miliki menjadi
berkah dengan cara mengeluarkan harta di jalan Allah SWT melalui zakat, infak,
sedekah, ataupun wakaf. Rasulullah SAW mengisi hari-harinya dengan
bersedekah, bahkan sedekahnya bisa diperbanyak ketika bulan Ramadhan.
Di sejumlah kitab Sirah Nabawi dijelaskan bahwa Rasulullah SAW
mempunyai kebiasaan bersedekah pada seorang buta yang begitu membenci
beliau. Orang buta itu setiap hari selalu mencaci-maki Nabi SAW tanpa
mengetahui apa sosok beliau. Sementara Rasulullah setiap hari menyuapi orang
buta itu dengan tangannya sendiri. Sementara si buta tidak mengetahui sampai
pada saat Rasulullah wafat baru mengetahui dan orang buta tersebut bertobat lalu
memeluk Islam.
Kita semua sebagai muslim harus bisa memetik serta meneladani
Rasulullah SAW dengan menjadi seorang yang dermawan, mengeluarkan harta
untuk kemaslahatan di jalan Allah. Di antara kita, pasti ada yang memiliki
kelebihan harta. Jangan sampai harta itu menjadi bakhil karena bakhil itu akan

3
Agung Sasongko. (2015) Delapan Teladan Rasulullah Saat Berpuasa, Republika Online.
Available at: https://khazanah.republika.co.id/berita/nq9u7y/delapan-teladan-rasulullah-saat-
berpuasa (Accessed: 29 November 2023).

11
membawa kebinasaan. Semua ini hanya titip dari Allah SWT dan akan dimintai
pertanggungjawaban. Maka, celakalah bagi orang-orang yang menghambur-
hamburkan hartanya untuk kemaksiatan dan tidak mau zakat, infak, sedekah, dan
wakaf.
Dalam surat Al-Anfal ayat 1 dijelaskan bahwa :
‫َئَ‍ۡسُلوَنَك َع ِن ٱَأۡلنَف اِۖل ُق ِل ٱَأۡلنَف اُل ِهَّلِل َو ٱلَّرُس وِۖل َف ٱَّتُقوْا ٱَهَّلل َو َأۡص ِلُحوْا َذ اَت َبۡي ِنُك ۖۡم‬
١ ‫َو َأِط يُعوْا ٱَهَّلل َو َر ُسوَل ٓۥُه ِإن ُك نُتم ُّم ۡؤ ِمِنيَن‬
1. Mereka menanyakan kepadamu tentang (pembagian) harta rampasan perang.
Katakanlah: "Harta rampasan perang kepunyaan Allah dan Rasul, oleh sebab itu
bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah perhubungan di antara sesamamu; dan
taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang yang beriman".
Menjadi tantangan tersendiri untuk mengisi waktu-waktu yang kadang
terbuang sia-sia dengan kebaikan-kebaikan yang selama mudah dilakukan, tapi
lalai terlupakan. Menyiapkan yang terbaik untuk di Sedekahkan di jalan Allah,
pasti akan terasa berbeda karena hartamu selanjutnya setelah sedekah akan
diselimuti keberkahan yang luar biasa.4
I.4.4 Keteladanan Ibadah Zakat Nabi Muhammad SAW
Zakat adalah salah satu hukum sosial ekonomi yang wajib dijalankan.
Menjadi sebuah ibadah bagi seorang muslim, dengan tujuan mengurangi
kemiskinan, bentuk kepedulian, serta wujud taat kepada Allah. Walaupun
memiliki sifat membersihkan harta, zakat tidak dapat menyucikan harta yang
diperoleh dari mencuri, merampok, ataupun korupsi.

‫مََّثُل ٱَّلِذ يَن ُينِفُقوَن َأۡم َٰو َلُهۡم ِفي َس ِبيِل ٱِهَّلل َك َم َثِل َح َّبٍة َأۢن َبَتۡت َس ۡب َع َس َناِبَل ِفي ُك ِّل ُس ۢن ُبَلٖة‬
٢٦١ ‫ِّم ْاَئُة َح َّبٖۗة َو ٱُهَّلل ُيَٰض ِع ُف ِلَم ن َيَش ٓاُۚء َو ٱُهَّلل َٰو ِس ٌع َع ِليٌم‬
261. Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang
4
Tabungamal.id (no date) Gemar Bersedekah Dan Keteladanan Nabi Muhammad, Tabung Amal.
Available at: https://tabungamal.id/berita/gemar-bersedekah-dan-keteladanan-nabi-muhammad
(Accessed: 29 November 2023).

12
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat
gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.

‫ن َّلُهۗۡم َو ٱُهَّلل‬ٞ‫خُۡذ ِم ۡن َأۡم َٰو ِلِهۡم َص َد َقٗة ُتَطِّهُر ُهۡم َو ُتَز ِّك يِهم ِبَها َو َص ِّل َع َلۡي ِهۖۡم ِإَّن َص َلٰو َتَك َس َك‬
١٠٣ ‫َسِم يٌع َع ِليٌم‬
103. Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Mulanya, ayat zakat turun di Makkah, yakni tercatat dalam surat Ar-Rum
ayat 39: “Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk
mencapai keridaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang
melipatgandakan (pahalanya).”
Walaupun menerima ayat perintah zakat ketika berada di Mekkah,
Rasulullah mulai menerapkan sistem zakat secara lembaga setelah tahun kedua
Hijrah di Madinah. Zakat yang pertama kali diwajibkan adalah Zakat Fitrah pada
bulan Ramadhan, sedangkan zakat maal diwajibkan pada bulan berikutnya. Zakat
fitrah adalah zakat yang wajib dibayarkan oleh semua umat muslim, yang
memiliki kemampuan makan walaupun hanya semalam, dibayarkan selama dan
sebelum bulan Ramadhan berakhir. Sedangkan zakat maal adalah zakat yang
wajib dibayarkan kepada umat muslim, yang telah memiliki harta mencapai nisab.
Ilmuwan Ibnu Katsir memaparkan saat di Makkah, zakat dilakukan hanya
bersifat sukarela. Setelah hijrah, zakat menjadi kewajiban sosial yang
dilembagakan, dan harus dipenuhi oleh setiap muslim yang memiliki harta telah
mencapai nisab, atau jumlah minimum kekayaan yang dimiliki untuk membayar
zakat.
Adapun ketentuan zakat telah ditentukan perhitungannya. Untuk zakat
fitrah, umat muslim wajib membayar dengan makanan pokok seberat 3,5 kg.

13
Sedangkan zakat mal sebesar 2,5% dari total kekayaan, apabila harta telah
mencapai nisab atau batas kekayaan minimal.
Proses pengelolaan zakat dilakukan dengan cara yang sigap dan disiplin.
Pasalnya, Rasulullah tidak pernah menunda penyaluran zakat. Setiap kali zakat
diterima pada pagi hari, maka sebelum siang Rasul sudah membagikannya kepada
Mustahiq. Apabila zakat diterima pada siang hari, maka sebelum malam tiba zakat
tersebut telah disalurkan. Tidak ada sisa dari zakat yang masuk. Tidak ada tindak
korupsi, semua pengelolaan zakat dilakukan secara transparan.
Dalam sejarah pengelolaan zakat pada masa Nabi Muhammad, amil dipilih
adalah mereka yang amanah, jujur, dan akuntabel. Zakat yang disalurkan,
jumlahnya sesuai dengan zakat yang masuk ke dalam baitul mal. Namun, karena
pada awal kali memulai pengambilan zakat pencatatan belum dilakukan secara
rinci, penggunaan dana zakat langsung disalurkan kepada golongan mustahiq.
Seiring berjalannya waktu, pencatatan dan pembukuan dilakukan dengan baik.
Rasulullah membentuk amil zakat, atau pengurus yang mengelola zakat.
Serta membangun Baitul Mal sebagai tempat pengelolaan zakat. Amil, sebagai
pegawai baitul mal, dibentuk memiliki pembagian tugas. Yaitu terdiri dari
Katabah atau petugas yang mencatat para wajib zakat. Hasabah adalah petugas
yang menaksir dan menghitung zakat. Jubah adalah petugas yang menarik atau
mengambil zakat dari Muzakki. Khazanah berperan sebagai petugas yang
menghimpun dan memeliharan harta zakat. Serta Qasamah adalah petugas yang
menyalurkan zakat kepada mustahiq.
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrahman bin Ibrahim Ad Dimasyqi
dan Zubair bin Bakkar keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Ibnu
Nafi’ berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Shalih At Tammar
dari Az Zuhri dari Sa’id bin Al Musayyab dari ‘Attab bin Usaid berkata; “Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus seseorang untuk menghitung takaran buah
atau anggur yang ada di pohon milik orang-orang.” (HR Abu Abdullah
Muhammad ibn Yazid Abdullah ibn Majah Al-Quzwaini).
Rasulullah juga berpesan kepada Amil zakat, untuk bertindak adil serta
ramah kepada Muzzaki (orang yang membayar zakat) maupun Mustahiq (orang

14
yang menerima zakat).
Rasulullah adalah suri tauladan bagi umat muslim. Melihat sejarah
pengelolaan zakat pada masa Nabi Muhammad di Madinah, dapat kita petik
pelajaran pengelolaan zakat. Rasulullah mencontohkan, bahwa pengelolaan zakat
harus dilakukan dengan jujur, amanah, akuntabel, serta tepat sasaran. Zakat
disalurkan secara cepat, tidak banyak melakukan penundaan, sehingga orang-
orang yang membutuhkan dapat langsung merasakan manfaat zakat.
Pembagian tugas yang jelas juga memudahkan proses pengumpulan,
pengelolaan, serta penyaluran dana zakat. Oleh sebab itu, akan lebih baik bila kita
berzakat di sebuah lembaga amil zakat resmi, memiliki pegawai amil yang
kredibel, dan mengelola dana zakat secara transparan.
Nabi Muhammad juga memberikan teladan kepada amil, agar bersikap
adil dan ramah kepada Muzzaki maupun Mustahiq. Sikap ramah tidak akan
menyakiti orang yang menyerahkan zakat, maupun orang yang menerima.
Sehingga akan hadir keikhlasan dari kedua belah pihak.5
I.4.5 Keteladanan Ibadah Haji Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad baru bisa melaksanakan haji di tahun ke-10 H sekalipun
panggilan Allah itu sudah turun di tahun ke-6. Itu berarti Nabi memendam hasrat
selama 4 tahun. Ketika di tahun ke-10 H Nabi mengumumkan akan berhaji,
Madinah dipenuhi oleh kaum Muslimin yang akan ikut berhaji bersama
Rasulullah.
Pada hari Sabtu, lima hari sebelum akhir bulan Dzulqa’dah, Rasulullah
berangkat meninggalkan Madinah. Ketika beliau akan meninggalkan Kota
Madinah untuk menunaikan haji, yang tampak di depan sahabat-sahabatnya
adalah sosok sederhana dengan sikap tawadhu’ yang dipenuhi kekhawatiran akan
kerusakan amalan hajinya karena riya’ dan hasrat popularitas. Hal ini tercermin
dalam doa beliau ketika akan berangkat haji, sebagaimana yang diriwayatkan
Anas Ibn Malik RA: Dari Anas bin Malik ra, dia berkata, “Nabi SAW
menunaikan haji dengan mengendarai unta dan menghamparkan sehelai kain yang
5
Dompet Dhuafa (2022) Sejarah Pengelolaan Zakat Pada Masa Nabi Muhammad di Madinah -
Dompet Dhuafa -. Available at: https://www.dompetdhuafa.org/zakat-pada-masa-nabi-
muhammad/ (Accessed: 29 November 2023).

15
harganya kurang dari empat dirham, lalu beliau berdoa: ‘Ya Allah, jadikanlah haji
ini tanpa riya dan mencari kemasyhuran’. (HR. Tirmiżi).
Ketika sampai di Dzulhulaifah atau Bir Ali, Nabi bermalam di sana.
Dzulhulaifah atau Bir Ali adalah miqat atau titik start perjalanan haji dari daerah
Madinah. Keesokan harinya, beliau mandi hingga bersih, melaksanakan salat,
memakai wewangian, memakai pakaian ihram, melafalkan niat haji, kemudian
melanjutkan perjalanan.
Selama perjalanan menuju Makkah ini, Nabi mengumandangan kalimat-
kalimat tauhid dan mengungkapkan hasrat kerinduan dan ketaatannya memenuhi
panggilan Allah. Inilah yang sekarang dikenal dengan lafad talbiyah: "Labbaik
Allahumma labbaik. Labbaik laa syarika laka labbaik. Innal hamda wan ni'mata
laka wal mulk laa syarika lak."
Artinya: "Ya Allah, aku memenuhi panggilan-Mu, Ya Allah aku memenuhi
panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu, sesungguhnya pujian dan kenikmatan
hanya milik-Mu, dan kerajaan hanyalah milik-Mu, tiada sekutu bagi-Mu."
Setelah delapan hari perjalanan, sampailah Nabi dan rombongannya di
Makkah. Besok harinya, Senin pagi tanggal 5 Dhulhijjah, Rasulullah mandi dan
menuju ke Masjid Haram untuk menunaikan thawaf dan sa’i. Pada tanggal 9
Dhulhijjah, Rasulullah berangkat ke Padang Arafah dan beristirahat di tenda yang
telah disiapkan sahabatnya. Ketika memasuki waktu Zuhur, beliau minta
dibawakan unta beliau yang bernama al-Qaṣwa’ untuk dinaiki. Unta itu pun
digiring menuju tengah lembah Uranah. Di atas unta, di tengah lembah Uranah, di
bawah terik matahari siang Padang Arafah, beliau menyampaikan khutbah wukuf.
Setelah berkhutbah, Rasulullah meminta Bilal untuk azan dan beliau pun
menunaikan salat jama’ taqdim qashar untuk zuhur dan ashar. Selesai
melaksanakan ṣalat, Rasulullah menaiki untanya menuju Sakharat yang berada di
belakang Jabal Rahmah sambil menghadap ke arah kiblat.
Dalam usia enam puluh tiga tahun, di tengah panas mentari tanpa tenda,
Rasulullah hanya dilindungi oleh Bilal bin Rabah dengan kain yang ada padanya
dari terpaan sengatan sinar mentari siang itu, namun beliau bertahan wukuf di atas
untanya. Beliau tetap khusyuk berzikir dan berdoa.

16
Tak terbayangkan betapa panasnya saat itu. Betapa letihnya beliau setelah
menempuh perjalanan delapan hari melintasi gurun pasir sepanjang 450 km dari
Madinah ke Makkah. Karena kedalaman rindu dan kehusyukannya, hari itu beliau
mungkin sampai lupa makan dan minum hingga banyak Sahabat yang mengira
beliau berpuasa andai beliau tidak minum susu yang dikirim salah seorang
istrinya, Maimunah binti Hariṡ.
Inilah doa beliau saat wuquf, di bawah terik matahari siang Padang
Arafah: Ya Allah, Engkau melihat tempatku, Engkau mendengar ucapanku,
Engkau mengetahui apa yang kusembunyikan dan apa yang kulahirkan, tak satu
pun urusanku yang tersembunyi dari-Mu. Aku adalah orang yang menderita yang
sangat perlu kepada-Mu, berharap bantuan dan pelukan-Mu, gemetar mengharap
belas kasihan dari-Mu, mengaku dengan dosa-dosaku. Aku mohon kepada-Mu
permohonan seorang miskin dan aku senandungkan keharibaan-Mu senandung
duka orang yang berdosa lagi hina. Aku doa kepada-Mu doa orang yang dalam
ketakutan lagi menderita, tertunduk menekurkan kepala kepada-Mu, berlinang air
mata untuk-Mu, merendah menghiba kepada-Mu, tidak punya pilihan kecuali
berserah pasrah kepada-Mu. Ya Allah, ya Tuhanku, doaku kepada-Mu, janganlah
Engkau jadikan aku seorang yang celaka, Maha Belas Kasih dan Maha
Penyayanglah kepadaku. Ya Allah Engkaulah sebaik-baik tempat bermohon dan
sebaik-baik yang memberi.
Membaca larik-larik doa Nabi di atas sambil membayangkan kekhusyukan
beliau di bawah sengatan matahari Arafah, rasanya tak ada bahasa yang bisa
melukiskan kemuliaan manusia agung ini. Jika Allah pernah menciptakan
manusia sempurna, itu adalah Nabi Muhammad. Inilah manusia yang
digambarkan Allah sebagai manusia dengan akhlak yang sangat agung (al-Qalam:
4); yang sangat tinggi belas kasih dan sayangnya kepada manusia (al-Taubah:
128); yang perilakunya adalah teladan bagi siapa saja yang menginginkan rida
Allah dan pahala akhirat (al-Ahzab:21).
Manusia seperti inilah yang bersimpuh, menghiba, dan menangis ke
hariban Allah dan mengakui dosa-dosanya. Manusia seagung inilah yang
gemetaran berharap perlindungan, kasih sayang, dan pelukan dari Allah. Manusia

17
semulia inilah yang menyenandungkan doa dengan kepala tepekur sambil
menghiba agar tidak dijadikan sebagai hamba yang celaka.
Inilah sepenggal khutbah beliau yang disampaikan di Arafah:
“Sesungguhnya menumpahkan darah, merampas harta sesamamu, dan
merendahkan kehormatan sesamamu adalah haram sebagaimana keharaman
berperang pada hari ini, di negeri ini, dan pada bulan ini.
Inilah haji yang diteladankan oleh Rasulullah Muhammad. Kedalaman dan
kesempurnaannya tak bisa lagi dijelaskan dengan kata-katan. Hingga di
penghujung akhir tulisan ini, kemuliaan dan keagungan beliau adalah keteladanan
yang tak akan bisa ditulis dengan tinta seluas samudera.6

I.5 Sifat Nabi Muhammad SAW yang Menjadi Teladan dalam Beribadah
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwasannya terdapat
beberapa sifat Nabi Muhammad SAW yang bisa menjadi teladan umat muslim
dalam beribadah.
1) Ikhlas
Nabi Muhammad terkenal dengan keikhlasannya, terutama dalam
beribadah. Al-Kafawi mendefinisikan ikhlas sebagai meniatkan ibadah sehingga
hanya Allah semata yang disembah. Pendapat lain menyebutkan, ikhlas adalah
membersihkan hati, ucapan, dan amal.
Sebagai umat Islam, sudah sepatutnya mencontoh keikhlasan yang
dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Dalam sebuah hadits hasan, Rasulullah
SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak akan menerima amal selain apa yang
dilakukan secara ikhlas dan mengharap ridha-Nya." (HR. An-Nasa'i).

2) Jujur
Nabi Muhammad SAW selalu jujur dalam segala hal, bahkan sebelum
beliau menjadi Nabi. Rasulullah SAW bersabda: "Janganlah kamu berbohong,

6
Ahmad Zainul Hamdi. (2022) Haji Dan Samudera Teladan Dari Nabi, IBTimes.ID. Available at:
https://ibtimes.id/haji-dan-samudera-teladan-dari-nabi/ (Accessed: 29 November 2023).

18
sebab berbohong akan mengarahkanmu pada perbuatan keji dan perbuatan keji
akan mengarahkanmu pada neraka. Seseorang yang senantiasa berkata jujur dan
memperjuangkan kejujuran akan dicatat sebagai orang jujur di sisi Allah" (HR.
Bukhari dan Muslim)
3) Yakin dan tawakkal
Yakin dan tawakal adalah akhlak Rasulullah SAW yang patut dicontoh
setiap umat Islam dalam menjalankan segala urusan. Baik urusan agama maupun
urusan dunia. Bahkan, Allah SWT telah memerintahkan umat manusia untuk
bertawakal kepada-Nya.
Dalam sebuah hadits yang berasal dari Umar bin Khaththab ra. Rasulullah
SAW bersabda, "Sungguh, seandainya kalian bertawakallah kepada Allah
sebenar-benar tawakal, niscaya kalian akan diberi rizki sebagaimana rizki burung-
burung. Mereka berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar, dan pulang sore hari
dalam keadaan kenyang." (HR. Ahmad, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah)
4) Kerendahan hati
Nabi Muhammad senantiasa merendahkan hati dan tidak sombong meski
telah menjadi pemimpin besar umat Islam. Rasulullah SAW bersabda: "Tidak
akan masuk surga orang yang memiliki kesombongan sebesar biji sawi dalam
hatinya" (HR. Muslim)
5) Kepemimpinan yang adil
Nabi Muhammad selalu memimpin dengan adil dan tidak memihak pada
siapapun. Rasulullah SAW bersabda: "Tidak adil seseorang yang menjadi hakim
dalam dua perkara namun memihak pada yang satu dan merugikan yang lain"
(HR. Bukhari dan Muslim)
6) Sabar
Nabi Muhammad senantiasa sabar dalam menghadapi cobaan dan ujian.
Rasulullah SAW bersabda: "Orang yang paling sabar dalam menghadapi ujian
adalah yang paling terhormat di sisi Allah" (HR. Bukhari)
7) Keadilan dalam keluarga
Nabi Muhammad sangat adil dalam memperlakukan keluarganya dan tidak
memihak pada siapapun. Rasulullah SAW bersabda: "Orang yang paling

19
sempurna keimanan dan paling baik akhlaknya di antara kalian adalah orang yang
paling baik perlakuannya terhadap istrinya" (HR. Tirmidzi)
8) Toleransi
Nabi Muhammad selalu menghormati perbedaan antara umatnya dan tidak
memaksakan kehendaknya pada orang lain. Rasulullah SAW bersabda: "Tidak
ada paksaan dalam agama" (HR. Bukhari)
9) Kebersihan
Nabi Muhammad sangat memperhatikan kebersihan dan selalu menjaga
kebersihan dirinya serta lingkungannya. Rasulullah SAW bersabda: "Kebersihan
adalah sebagian dari iman" (HR. Muslim)
10) Keseimbangan dalam hidup
Nabi Muhammad mengajarkan untuk menjaga keseimbangan antara
beribadah dan istirahat. Tidak boleh terlalu keras pada diri sendiri sehingga
kelelahan dan tidak mampu melakukan ibadah dengan baik. Sebaliknya, seseorang
harus menjaga keseimbangan antara beribadah dan istirahat agar dapat beribadah
dengan baik dan sehat. Rasulullah SAW bersabda: "Janganlah kamu terlalu keras
pada dirimu karena tubuhmu membutuhkan istirahat dan tenaga untuk beribadah"
(HR. Ibnu Majah)
11) Bersikap lembut
Nabi Muhammad digambarkan oleh Aisyah istri Rasulullah adalah
seseorang yang tidak pernah bersikap dengan buruk, kasar atau berteriak, beliau
sosok teladan yang lemah lembut. Dari Abu Abdilah al-Jadali RA dia berkata:
“Saya berkata kepada Aisyah, ‘Bagaimana sikap Nabi terhadap keluarganya?’
Aisyah menjawab: “Dia adalah orang yang paling terpuji. Rasulullah tidak pernah
bersikap dengan buruk, kasar atau berteriak di tengah pasar. Dia tidak akan
membalas kejahatan dengan kejahatan. Tapi dia memaafkan dan memaafkan hal-
hal buruk yang ditujukan kepadanya secara prbadi.” (HR. Imam Ahmad)

12) Dermawan
Nabi Muhammad menjadi teladan bagi umat muslim karena
kedermawannya. Beliau sosok yang suka memberi atau tidak pelit. Dari Anas bin

20
Malik RA dia berkata: “Seorang pria mendatangi Nabi SAW dan meminta
kambing yang jumlahnya sama dengan jarak antara dua gunung, maka beliau
memberikan apa yang dia minta. Si pria lantas pulang ke kaumnya dan berkata,
“Wahai umatku, masuklah ke agama Islam, karena Muhammad akan memberimu
hadiah yang tidak akan kamu inginkan lagi khawatir jatuh miskin.” (HR
Muslim).7

BAB III
PENUTUP

7
Laudya Tysara. (2023) Teladan Apa Yang Kamu Ketahui Tentang Nabi Muhammad Shallallahu
Alaihi Wasallam?, liputan6.com. Available at:
https://www.liputan6.com/hot/read/5233914/teladan-apa-yang-kamu-ketahui-tentang-nabi-
muhammad-shallallahu-alaihi-wasallam?page=3 (Accessed: 29 November 2023).

21
I.6 Kesimpulan
Dapat disimpulkan makalah ini membahas keteladanan ibadah Nabi
Muhammad SAW, terutama dalam aspek shalat, puasa, sedekah, zakat, dan haji.
Dalam ibadah shalat, Nabi Muhammad mengajarkan bahwa shalat bukan hanya
kewajiban formal, tetapi juga sebuah kenikmatan dan waktu untuk bersama Allah.
Beliau menunjukkan kesungguhan dan kecintaannya terhadap shalat,
memandangnya sebagai sumber kebahagiaan utama.
Dalam ibadah puasa, Nabi Muhammad mencontohkan bahwa puasa tidak
hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang menghidupkan amal-
amal syiar Ramadhan. Delapan keteladanan Nabi Muhammad dalam berpuasa
mencakup aspek niat, sahur, berbuka dengan cepat, memberi makan orang yang
berbuka, banyak berdoa, banyak beribadah pada malam Ramadhan, banyak
bersedekah dan tadarus Al-Quran, serta memperbanyak istighfar pada malam
terakhir Ramadhan.
Dalam ibadah sedekah, Nabi Muhammad menunjukkan teladan dengan
bersedekah secara rutin, bahkan kepada orang yang membenci beliau. Bersedekah
di jalan Allah adalah cara untuk membuat harta menjadi berkah, dan Rasulullah
mengajarkan pentingnya berbagi dengan sesama.
Dalam ibadah zakat, Nabi Muhammad mengenalkan sistem zakat sebagai
kewajiban sosial yang harus dijalankan oleh umat muslim. Beliau membentuk
lembaga pengelolaan zakat yang transparan, adil, dan akuntabel. Rasulullah juga
mengajarkan agar zakat disalurkan dengan cepat kepada orang-orang yang
membutuhkan.
Dalam ibadah haji, Nabi Muhammad menunjukkan kesabaran dan
keikhlasan dalam menunggu pelaksanaan haji hingga tahun ke-10 H. Beliau juga
menunjukkan sikap tawadhu' dan kekhawatiran terhadap riya' dan popularitas
dalam beribadah.
Secara keseluruhan, keteladanan Nabi Muhammad dalam ibadah tidak
hanya terbatas pada aspek formal, tetapi mencakup kesungguhan, kecintaan,
keikhlasan, dan kepedulian terhadap sesama. Ia menjadi suri tauladan bagi umat

22
Islam dalam menjalankan ibadah dengan penuh keimanan dan kecintaan kepada
Allah SWT.
I.7 Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan
makalah di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna.
Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu
dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa
membangun dari para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

23
Ai, A. (2017). Teladan Shalat Rasulullah saw. Retrieved from https://attaubah-
institute.com/teladan-shalat-rasulullah-saw/
Hamdi, A. Z. (2022). Haji dan Samudera Teladan dari Nabi. Retrieved from
https://ibtimes.id/haji-dan-samudera-teladan-dari-nabi/
Kristina. (n.d.). Akhlak Rasulullah yang Mulia, Patut Jadi Teladan Umat Islam.
Retrieved from https://news.detik.com/berita/d-5624524/akhlak-
rasulullah-yang-mulia-patut-jadi-teladan-umat-islam
Putra, P. H. (2022). Sejarah Pengelolaan Zakat Pada Masa Nabi Muhammad di
Madinah - Retrieved from https://www.dompetdhuafa.org/zakat-pada-
masa-nabi-muhammad/
Sasongko, A. (2015). Delapan Teladan Rasulullah Saat Berpuasa. Retrieved from
https://khazanah.republika.co.id/berita/nq9u7y/delapan-teladan-rasulullah-
saat-berpuasa
Tabungamal.id. (n.d.). Gemar Bersedekah dan Keteladanan Nabi Muhammad.
Retrieved from https://tabungamal.id/berita/gemar-bersedekah-dan-
keteladanan-nabi-muhammad
Tysara, L. (2023). Teladan Apa yang Kamu Ketahui tentang Nabi Muhammad
Shallallahu Alaihi Wasallam? Retrieved from
https://www.liputan6.com/hot/read/5233914/teladan-apa-yang-kamu-
ketahui-tentang-nabi-muhammad-shallallahu-alaihi-wasallam?page=3

24

Anda mungkin juga menyukai