Anda di halaman 1dari 14

JURNAL REFLEKSI 2 MINGGUAN

Pengembangan profesionalisme tidak bisa dilepaskan dari refleksi.


Menghubungkan teori dengan praktik dan mengasah keterampilan evaluasi
adalah kunci bagi perkembangan kita (Bain dkk, 1999). Refleksi memberi kita
kesempatan untuk meninjau kembali praktik kita, memikirkan langkah
berikutnya, dan melakukan dialog dengan diri sendiri untuk memberi makna
pada peristiwa yang kita alami.
Refleksi adalah istilah yang berkaitan dengan pembelajaran di kelas antara guru
dan murid, atau antara fasilitaor dengan calon guru penggerak yang dilakukan
setiap dua minggu sekali. Fungsi Refleksi adalah untuk melihat kembali proses
pembelajaran yang telah dilakukan secara lebih detail.
Sebagai calon guru penggerak angkatan 10 Kabupaten Kepulauan Meranti
Provinsi Riau ada tugas wajib untuk menulis jurnal. Refleksi ini ditulis setelah
kita mengikuti serangkaian kegiatan pelatihan melalui platform LMS yang
difasilitasi oleh Kemendikbudristek. Pada Angkatan 10 ini ada beberapa
provinsi di Indonesia yang menjadi pilot PMM dalam pelaksanaan Pendidikan
Guru Penggerak salah satunya provinsi Riau . Dalam pendidikan ini, akan kita
temui beberapa pemandu yang akan mengajar kita, diantaranya yaitu

1. Instruktur yaitu orang mempunyai tugas memberikan penguatan


materi secara daring pada setiap modul PGP dan memberikan
penguatan konsep, teori, implementasi dan contoh-contohnya. Selain itu
memberikan motivasi, inspirasi dan membantu Calon Guru Penggerak.
Pada Dwi Mingguan Pertama Kami didampingi oleh instruktur yang hebat
yaitu Bapak Surya Herdiansyah, S.H., M.H. yang menjadi instruktur memandu dan
membersamai para CGP Kabupaten Kepulauan Meranti ruang Elaborasi Pemahaman
Modul 1.1. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara.

2. Fasilitator adalah Guru yang mendampingi Calon Guru Penggerak selama


proses pendidikan. Melakukan refleksi mingguan melalui forum
Pendampingan, mencatat serta menganalisis perkembangan peserta
pelatihan. Fasilitator akan bertugas selama 6 bulan pada setiap angkatan
program guru penggerak. Fasilitator mempunyai tugas mencatat
perkembangan peserta selama pendidikan guru penggerak secara daring
dan pendampingan selama pendidikan, mengumpulkan tugas-tugas dan
memberi umpan balik kepada peserta, memberikan motivasi dan
membantu peserta dalam menjalankan perannya, turut memberikan
umpan balik kepada instruktur untuk perbaikan sesi dan memfasilitasi
proses diskusi dan refleksi peserta. Kami di beri Fasilitaor yang baik
hati, hebat luar biasa yaitu Ibu Nurjasmi, M.Pd.
3. Pengajar Praktik adalah orang yang mendampingi (mentor/coach) peserta
menjalankan perannya sebagai calon guru penggerak, khususnya pada saat pelatihan
selama 6 bulan. Pengajar Praktik akan memberikan informasi serta mendampingi
calon guru penggerak dalam menyelesaikan tugas-tugas yang tertera pada LMS di
PMM.
Pengajar Praktik juga akan mendampingi kegiatan-kegiatan CGP baik di luar maupun
di dalam Sekolah yang akan mendampingi Calon Guru Penggerak untuk melakukan
perubahan dan menerapkan pengetahuan yang diperolehnya di kelas untuk itu
Pengajar Praktik diundang menjadi instruktur pada kegiatan pendampingan . Kami
diberi Pengajar Praktuik yang luar biasa , hebat, baik hati dan sabar dalam
mendampingi Kami selama 6 bulan mendatang yaitu Ibu Hikmawati, SE yang berasal
dari SMK 1 Selatpanjang.

Jurnal refleksi dwimingguan merupakan catatan penting setelah mengikuti


pelatihan untuk meningkatkan keterampilan. Sebagai calon guru penggerak,
saya akan merefleksikan serangkaian kegiatan dalam mempelajari modul 1.1
tentang Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara. Dalam refleksi ini, saya akan
menggunakan model 4F yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway: Fact,
Feeling, Findings, dan Future.
Fakta (Fact):

Secara bahasa fact bermakna fakta. Jadi pada sub bagian ini penulis akan
menceritakan secara objektif tentang rangkaian peristiwa yang telah dialami
selama kurang lebih dua minggu ini. Adapun beberapa rangkaian peristiwa yang
menulis alami selama rentang waktu 2 minggu ini adalah:

1. Bismillahirrohmanirrohim Perjalanan dimulai dengan pembukaan Program


Guru Penggerak Angkatan 10 oleh Dirjen GTK, Prof. DR. Nunuk Suryani, M.Pd,
melalui video conference yang disiarkan langsung di Youtube Ditjen GTK
Kemdikbud RI turut mendampingi Sekretaris GTK Temu Ismail, M.Si, serta
Direktur KSPSTK (Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, dan Tenaga
Kependidikan), Bapak Dr. Kasiman, pada Jum’at 15 Maret 2024 mulai jam
09.00 Wib. Kegiatan ini juga diikuti oleh seluruh CGP dari seluruh wilayah
Indonesia. Kegiatan pembukaan dipandu oleh pembawa acara yang handal
Anisa Nurmalia, yang membawakan acara dengan penuh hikmat,
memperkenalkan para tamu undangan yang Hadir pengisi acara via Video
Conference. Dan acara di buka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Acara dilanjutkan dengan laporan dari Direktur KSPSTK (Kepala Sekolah,
Pengawas Sekolah, dan Tenaga Kependidikan), Bapak Dr. Kasiman, yang
melaporkan dan memberikan gambaran kegiatan BGP di Indonesia dari
Tahun ke tahun dalam laporannya beliau menyebutkan bahwa untuk CGP
Angkatan 10 ini diikuti sebanyak 26.885 CGP diseluruh Indonesia. Kegiatan
dilaksanakan dengan tiga moda yaitu : PGP regular jumlah peserta 25.484,
PGP Rekognisi sebanyak 869 peserta dan PGP Dasus sebanyak 532 peserta,
juga diikuti oleh para instruktur, fasilitator dan pengajar praktik. Beliau
berharap kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan baik dan diikuti dengan
penuh semangat oleh para peserta agar dapat mentransformasi perubahan
yang signifikan di dunia Pendidikan. Berikut penyajian kisah inspiratif
Mutiara Nusantara dari ibu Dewi Soraya dari Mamuju Tengah, dari kisah ini
saya dapat memetic suatu kesimpulan tentang sebuah semangat yang begitu
besar dari seorang guru honorer yang menginginkan perubahan yang lebih
baik untuk bangsa ini yang perlu dicontoh bagi guru-guru seluruh Indonesia.
Kegiatan selanjutnya adalah sambutan dan pengarahan penyampaian
motivasi sekaligus pembukaan CGP Angkatan 10 oleh Ibu Dirjen GTK, Prof.
DR. Nunuk Suryani, M.Pd. Dalam sambutannya Ibu Nunuk Suryani
menyampaikan bahwa guru ibarat kapal merupakan merjusuar yang akan
membawa ke mana kemudi kapalnya akan diarahkan. Jangan pernah patah
semnagat dalam mengikuti kegiatan guru penggerak, jika semangat mulai
menurun maka kembalilah pada motivasi awal mengapa kita mengikuti
kebiatan ini.

Demikianlah rangkaian acara pembukaan CGP Angkatan 10 yang


dilaksanakan secara Nasional.

Kegiatan ini dilanjutkan dengan bimbingan teknis oleh masing-masing BGP


di Wilayah Masing-masing Kegiatan ini diikuti dengan pretest bagi seluruh
Calon Guru Penggerak (CGP) pada tanggal 15-16 Maret tahun 2024 .

Setelah mengerjakan Preetes peserta CGP baru bisa login ke LMS PMM untuk
melaksanakan pembelajaran mandiri .

2. Mengunggah Pakta Integritas yang sudah dibubuhi Materai 10.000 dan sudah
ditanda tangan sebagai bukti kesdiaan mengikuti Pendidikan Guru
Penggerak setelah itu barulah menu soal preetes muncul. Hal ini dilakukan
sebelum Pembukaan Guru Penggerak dilaksanakan yakni Mulai tanggal 14
Maret 2024

3. Setelah rangkaian pembukaan dan bimbingan teknis dari masing-masing


BGP kegiatan selanjutnya adalah melaksanakan pre-test paket modul 1, hal
ini dilaksanakan sebagai prasyarat untuk membuka modul. Dalam pretest
terdapat 20 soal pilihan ganda yang harus diselesaikan, saya berharap untuk
dapat melihat hasil pretest seketika setelah mengklik selesai, namun hasilnya
tidak kelihatan, maka kegiatan modul 1.1 pun bisa kami buka setelah
mengerjakan pretest. Preetest dilaksanakan pada tanggal 15-16 Maret 2024.

4. Mulai dari Diri dan Eksplorasi Konsep secara Mandiri

Kegiatan Eksplorasi secara mandiri oleh CGP dimulai dengan tugas awal
mengerjakan modul 1.1.a.2 mulai dari membaca pendahuluan, selanjutnya
mendengarkan dan menyaksikan video refleksi Filosofi Ki Hajar dewantara,
surat dari instruktur, kompetensi Lulusan CGP yang ingin dituju. Capaian
umum, capaian khusus dan alur belajar merdeka. dan 1.1.c Yaitu kegiatan
membaca tiga referensi bacaan yang tertera di LMS tentang Dasar-dasar
Pendidikan, Metode Mentesori, Frabel dan Taman Anak, Pidato Sambutan
KHD UGM 1956. Serta membaca meteri yang disajikan beserta video refleksi
ada 11 navigasi kegiatan yang dilalui dalkam kegiatan eksplorasi konsep ini
yang memuat informasi seputar asas-asas pemikiran KHD tentang
Pendidikan diantaranya yaitu Pendidikan itu menuntun segala laku murid
kea rah kebaikan, di sini saya mulai memahami bahwa selama ini ada hal
yang kurang tepat saya lakukan dalam proses pembelajaran di kelas, dan
saya merasa bersalah kepada siswa-siswa saya terdahulu dengan
memandang mereka tidak seharusnya sebagai manusia secara utuh. Kegiatan
dilanjutkan dengan membuat tulisan dan menjawab pertanyaan setelah
menyimak vidio dilanjutkan dengan rekaman audio dan vidio selama 1
hingga 2 menit dimulai tanggal 18 Maret 2024.
5. Eksplorasi Konsep Melalui - Forum Diskusi 19 Maret 2024

Kegiatan ini dilaksanakan di LMS dengan memberikan pertanyaan atau


komentar serta menanggapi terkait dengan Filosofi KHD tentang Pendidikan
Forum komunikasi ini disediakan sebagai sarana komunikasi antara
fasilitator dan peserta selama mempelajari Modul 1.1.A. Refleksi Filosofi
Pendidikan Indonesia Ki Hadjar Dewantara.

6. Ruang Kolaborasi 19 Maret 2024

Kegiatan ini dilakukan Pada modul 1.1f 1 , di sini kami berlatih membangun
kerangka berpikir dan menyampaikan ide serta gagasan berdasarkan
pemahaman dan internalisasi konsep pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD)
dalam ruang diskusi virtual yang dipandu oleh Fasilitator kami yang Hebat
yaitu Ibu Nurjasmi, M.Pd serta tetap didampingi oleh Pengajar Praktik yang
tidak kalah hebatnya yaitu Ibu Hikmawati, SE. Di Ruang ini kami mulai
melepaskan rasa cangung dengan mulai memperkenalkan diri masing-
masing. Di sini Kami juga diberikan beberapa pertanyaan pemantik yaitu :

1. Apa makna kata ‘menuntun’ dalam proses pendidikan anak bagi saya?

2. Bagaimana kata “menuntun” saya maknai dalam konteks sosial budaya di


daerah saya? Apa dapat saya lakukan untuk mewujudkan pendidikan anak
yang relevan dengan konteks sosial budaya di daerah saya?

3. Mengapa pendidikan murid (anak) perlu mempertimbangkan kodrat alam


dan kodrat zaman?

4. Apa relevansi pemikiran KHD “Pendidikan yang berhamba pada anak”


dengan peran saya sebagai pendidik

7. Ruang Kolaborasi 20 Maret 2024

Kegiatan kolaborasi kamimlanjutkan pada hari berikutnya yakni dengan sesi


pembagian kelompok berikut penugasan kami secara berkelompok
menyelesaikan tugas Pada modul 1.1 g yang pada hari berikutkan akan kami
presentasikan dalam kelompok tentunya dengan pembagian tugas masing-
masing terkait dengan kontekstulisasi Budaya terhadap Pendidikan. Alhasil
kerja kelompok kamipun Usai setelah membagi tugas masing-masing secara
adil, dan hasil diskusi kelompok siap untuk kami presentasikan. Kelompok
kami berjumlah 5 Orang yaitu Mashuri, Atiah Sarimah, Rita Juliani, Meli dan
saya sendiri Junaina.

8. Demontrasi Kontektual sajian Diskusi di ruang virtual 21 Maret 2024

Masih pada Modul 1.1.g 1 Kami kelompok 2 siap menyajikan hasil diskusi
kelompok kami dengan pembagian tugas berikut Mashuri sebagai MC, Atiah
sebagai Notulen, Rita Juliani sebagai Penyaji Materi, Meli dan saya Junaina
sebagai penanggap. Diskusi kelompok kami jalani dengan asyik dan
menyenangkan dalam menggali kekuatan menemu kenali nilai-nilai luhur
budaya local. Diskusi tetap diandu dan dipantau oleh Fasilitator dan juga
Pengajar Praktik. Banyak hal yang kami temui dan pelajari dari hasil diskusi
kelompok ini di mana nilai-nilai kearifan lokal memiliki nilai-nilai luhur yang
harus senantiasa kita lestarikan dan kita informasikan kepada peserta didik
agar mereka melek budaya serta menjadi berbudaya.

Selanjutnya tugas yang telah kami buat secara kelompok ini kami unggah di
LMS kami masing-masing bisa dalam bentuk video maupun file.

9. Loka Orientasi 23 Maret 2024

Kegiatan Loka Orientasi yang difasilitasi oleh BGP Riau yang pelaksanaan di
lapangan dikoordinasikan oleh para pengajar praktik dari kabupaten
kepulauan Meranti, kegiatan ini dimulai dengan memberikan undangan loka
Orientasi kepada seluruh CGP Kabupaten Kepulauan Meranti sebanyak 60
orang. Dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 23 Maret 2023 di mulai jam 7.30
hingga jam 16,00 WIB. Dalam kegiatan ini tidak hanya CGP namun Kepala
sekolah dan juga Pengawas serta Kepala Dinas setempat diundang untuk
memberikan dukungan kepada CGP.
Kegiatan di mulai dengan acara pembukaan dan kata sambutan dari kepala
Dinas dan BGP Riau dan diakhiri dengan doa. Selanjutnya acara dilanjutkan
dengan bimbingan oleh pengajar praktik masing-masing kelas.

Tujuan Lokakarya Orientasi ini adalah

a) agar CGP mengenal ekosistem belajar di program guru penggerak;

b) CGP memahami program Pendidikan Guru Penggerak (alur, peran tim


pendukung, kompetensi lulusan);

c) CGP mengidentifikasi posisi diri pada Kompetensi Guru Penggerak;

d) CGP dapat membuat rencana pengembangan kompetensi diri Guru


Penggerak, berikut dukungan yang diperlukan, dan tantangan yang mungkin
terjadi; dan

e) CGP memahami pentingnya membuat portofolio, tahapan dan contoh


portofolio sebagai bagian dari pengembangan kompetensi.

Dalam kegiatan Lokakarya Orientasi ini ada beberapa hal yang dibelajarkan,
yaitu kesepakatan kelas, harapan dan kekhawatiran, pengantar program
Pendidikan Guru Penggerak (PGP) ada kegiatan Lokakarya Orientasi ini CGP
diberikan tugas untuk mengerjakan Lembar Kerja (LK), yaitu LK 1 tentang
Kesepakatan Peran CGP dan Kepala Sekolah, LK 2 tentang Pengecekan
Mandiri Kompetensi GP, LK 3 tentang Evaluasi Diri Guru Penggerak, LK 4
tentang Rencana Pengembangan Kompetensi DIri dan LK 5 tentang Evaluasi
Lokakarya Orientasi.

Dengan bimbingan Ibu Hikmawati, SE selaku Pengajar Praktik, saya merasa


kegiatan Lokakarya Orientasi ini menjadi sangat menyenangkan. Beliau juga
memberikan motivasi dan semangat kepada CGP agar tidak putus asa jika
mengalami kendala. Serta meminimalisasikan kekhawatiran dan
menguatkan harapan.

10. Elaborasi Pemahaman / Koneksi Antar Materi


Kegiatan Elaborasi Pemahaman dipimpin oleh instruktur handal yaitu bapak
Surya Herdiansyah, S.H., M.H, yang memberikan penguatan terhadap
pemehaman konsep dari pemikiran Ki Hajar Dewantara di forum diskusi
virtual, Instruktur memberikan penguatan pemahaman konsep pemikiran
filosofis KHD untuk melatih Kami para CGP Kabupaten kepulauan Meranti
untuk lebih saksama memaknai dan menghayati pemikiran KHD dan
bagaimana penerapannya pada konteks lokal sosial budaya di daerah .

11. Aksi Nyata

Untuk kegiatan Aksi nyata mulai kami lakukan dengan menyiapkan jawaban
beberapa jawaban yang ada di LMS di mana jawaban tersebut akan ditagih
pada saat Pl 1 oleh Pengajar Praktik.

12. Membuat Jurnal Refleksi Dwi Mingguan 30 Maret 2024

Untuk kegiatan selanjutnya yaitu membuat jurnal Refleksi yang memuat


banyak hal dari pengalaman selama dua minggu kegiatan CGP ini
dilaksanakan dengan mencatat berbagai peristiwa dan menuliskan perasaan
yang di alami oleh kami selama dua minggu ini.

Feeling (Perasaan)

Selama dua minggu terakhir mengikuti Program Guru Penggerak (PGP) ini,
perasaan yang saya alami begitu beragam. Dari kegembiraan dan kebahagiaan
saat menyelesaikan tugas tepat waktu, hingga kekhawatiran mengatur waktu
antara mengajar, pekerjaan rumah, dan mengurus anak. Semua itu bercampur
menjadi satu dalam tekad yang kuat untuk menyelesaikan program ini.

Melalui program ini, saya berkesempatan bertemu dengan orang-orang luar


biasa, dari fasilitator, pengajar praktik, hingga rekan-rekan dari Kabupaten
Balangan dan Kota Banjarbaru. Mereka semua telah menjalani serangkaian ujian
dan aktivitas yang menuntut, sehingga menjadi bagian dari PGP ini adalah
sebuah prestasi yang luar biasa.
Namun, semakin dalam saya terlibat dalam modul, tagihan, dan tugas-tugas
dalam platform pembelajaran ini, semakin sadar saya akan seberapa jauh
pemahaman saya tentang pendidikan belum mencapai harapan konsep
pemikiran Ki Hajar Dewantara.

Saya menyadari bahwa saya perlu belajar banyak lagi, memahami, dan
menerapkan konsep-konsep yang penerapan pemikiran-pemikiran beliau
hanya sebatas permukaan. Terlebih lagi, terkadang kita terjebak dalam
mengejar materi yang harus disampaikan setiap semester, sehingga tidak
sempat memaksimalkan filosofi Ki Hajar Dewantara.

Namun, Ki Hajar Dewantara begitu jelas dalam ajarannya bahwa tujuan utama
pendidikan adalah untuk memanusiakan manusia, memerdekakan mereka, dan
membimbing agar setiap murid dapat tumbuh dan berkembang secara optimal
sesuai dengan kodratnya, baik itu kodrat alam maupun kodrat zaman.

Inilah misi sejati pendidikan: menciptakan lingkungan yang mendukung setiap


siswa untuk mencapai kebahagiaan tertinggi mereka, baik sebagai individu
maupun sebagai bagian dari masyarakat. Oleh karena itu, mari kita ubah cara
kita memandang dan mendekati pendidikan, agar dapat lebih menggugah dan
menarik minat untuk menerapkan konsep-konsep inspiratif Ki Hajar Dewantara
dalam setiap aspek pembelajaran.

Findings (Pembelajaran)

Latar belakang Ki Hajar Dewantara adalah cerita yang memikat. Dilahirkan pada 2 Mei 1889
di Yogyakarta, beliau adalah anak dari Kanjeng Pangeran Ario (K.P.A.) Suryaningrat, seorang
bangsawan Jawa, dan Ibunya, Raden Ayu (R.A.) Sandiah. Tumbuh di lingkungan multikultural,
Ki Hajar Dewantara menunjukkan minat besar terhadap pendidikan sejak usia dini.

Selama menempuh pendidikan, Ki Hajar Dewantara meresapi pemikiran dari para filsuf
terkenal. Dengan cermat, beliau mengembangkan dan menyesuaikan pemikiran-pemikiran
tersebut dengan budaya Indonesia.
Salah satu kontribusi terbesar Ki Hajar Dewantara adalah Sistem Among, suatu sistem
pembelajaran yang menekankan pada pembentukan manusia secara menyeluruh. Metode ini
tidak mengenal paksaan, melainkan memberikan arahan untuk pertumbuhan yang subur dan
kesejahteraan, baik secara fisik maupun mental.

Ki Hajar Dewantara juga mengajarkan tentang kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam
adalah sifat-sifat bawaan manusia yang harus ditingkatkan, seperti kejujuran dan tanggung
jawab, sementara kodrat zaman adalah tantangan yang dihadapi pada masa tertentu. Beliau
percaya bahwa pendidikan harus mempertimbangkan kedua faktor ini agar berhasil dalam
kehidupan.

Konsep lain yang diajarkan adalah "Asas Tri-con", yang mengajarkan akulturasi budaya
dengan menjaga kontinuitas dengan budaya sendiri, konvergensi dengan budaya lain, dan
akhirnya mencapai persatuan dunia dan manusia. Hal ini mencerminkan semangat "Bhineka
Tunggal Ika".

Satu lagi konsep yang fenomenal adalah "Ing ngarsa sung tuladha, Ing madya mangun karsa,
dan Tut wuri handayani". Ini mengajarkan tentang peran guru sebagai contoh yang baik,
murid yang membangun ide, dan dukungan bagi kemajuan mereka.

Dalam pandangan Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Kunci kesuksesan adalah kerjasama di antara ketiga pusat
pendidikan ini untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang holistik dan efektif.

Selanjutnya, Ki Hajar Dewantara mengajarkan tentang 'berhamba pada anak', di mana


pendidikan harus fokus pada kebutuhan dan kepentingan anak. Guru harus memperlakukan
murid dengan kasih sayang dan memahami kebutuhan mereka secara individua

Melalui pembelajaran budi pekerti, Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya nilai-nilai


seperti sopan santun, kejujuran, kerja sama, dan tanggung jawab. Pendidikan harus
menanamkan nilai-nilai ini pada anak sejak dini, sehingga mereka menjadi individu yang baik
dan bermanfaat bagi masyarakat.

Dengan semua kontribusinya, warisan Ki Hajar Dewantara mempersiapkan masa depan yang
lebih cerah, di mana pendidikan tidak hanya menyentuh akal, tetapi juga menyentuh hati.
Dari pembelajaran Modul 1.1 tentang Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Ki
Hajar Dewantara, saya telah meraih wawasan yang memikat untuk
meningkatkan kualitas sebagai seorang pendidik. Sebagai garda depan
pembentukan karakter, saya menyadari betapa pentingnya membimbing anak-
anak dengan memanfaatkan segala potensi kodrat yang ada pada mereka.
Tujuan utamanya? Tidak lain adalah menciptakan generasi yang merdeka, baik
dalam jiwa maupun dalam sosialnya.

Oleh karena itu, saya memahami bahwa memberikan kebebasan kepada anak-
anak dalam mengembangkan potensi mereka adalah suatu keharusan. Mereka
bukanlah kanvas kosong yang harus diisi, melainkan lembaran putih yang telah
tersapu dengan coretan, meski masih kabur. Tugas kita sebagai pendidik adalah
mengubah coretan yang samar itu menjadi karya yang jelas dan bermakna.

Artinya, setiap anak memiliki bakat dan potensi uniknya sendiri. Ini sesuai
dengan ajaran filosofis Ki Hajar Dewantara yang mengajarkan kita untuk melihat
anak sebagai individu yang berbeda dan istimewa. Masing-masing anak
memiliki gaya belajar yang berbeda pula, serta potensi yang tak terbatas.

Dengan demikian, dalam proses pembelajaran, guru harus senantiasa


mengakomodasi perbedaan individu dan menjalankan pendekatan yang
berpusat pada anak. Tidak boleh terjebak dalam metode atau strategi yang
dianggap bagus menurut pandangan guru, namun belum tentu memperhatikan
keunikan dan kebutuhan masing-masing anak. Itulah esensi dari pendidikan
yang sesungguhnya: memberdayakan setiap individu untuk mencapai potensi
maksimalnya, sesuai dengan kodratnya.

Future (Penerapan)

Masa depan, atau "future" dalam bahasa Inggris, merujuk pada waktu yang
belum terjadi. Hal ini berkaitan dengan perencanaan dan cita-cita untuk
menciptakan hari esok yang lebih baik, berdasarkan pengalaman dan refleksi
yang telah diperoleh. Saya bertekad untuk menerapkan konsep-konsep Ki Hajar
Dewantara secara langsung, mulai dari diri sendiri, meluas ke ruang kelas yang
saya ajar, dan lebih jauh lagi, mencapai seluruh murid di sekolah saya dan juga
masyarakat di sekitar.

Berikut adalah langkah awal dari upaya saya dan komitmen untuk terus
mencoba:

1. Melakukan refleksi dan introspeksi diri secara terus-menerus sebagai seorang


pendidik.

2. Melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada siswa dan menitikberatkan


pada kepentingan mereka.

3. Berperan sebagai mentor yang siap membimbing dalam proses pembelajaran.

4. Menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan.

5. Mengembangkan potensi dan kompetensi diri untuk terus menjadi lebih baik.

6. Semuanya dimulai dari diri sendiri, sebagaimana disebut dalam bahasa Arab,
"Ibda Binafsika" - memulai perubahan dari diri sendiri.

Kesimpulan: Mengapa filosofi Ki Hajar Dewantara baru diangkat kembali saat


ini, padahal sudah ada sejak dulu? Semboyan beliau seringkali hanya menjadi
semboyan belaka. Mengapa tidak sejak awal? Saya mengucapkan terima kasih
kepada Menteri Nadiem Makarim yang telah menggerakkan semangat
perubahan di Indonesia, mendorong kita untuk menghidupkan kembali gaung
Ki Hajar Dewantara.

Pengangkatan kembali filosofi Ki Hajar Dewantara saat ini membuka peluang


untuk introspeksi mendalam. Mengapa kita baru sadar akan kekayaan
filosofisnya sekarang? Mengapa tidak sejak dulu? Pertanyaan ini mengajukan
refleksi yang penting bagi kita semua.

Mungkin karena dalam rutinitas kehidupan sehari-hari, seringkali kita terjebak


dalam kegiatan yang mengharuskan kita bergerak cepat, tanpa sempat
merenungkan nilai-nilai yang seharusnya menjadi pondasi utama pendidikan.

Namun, berkat semangat dan terobosan dari tokoh seperti Menteri Nadiem
Makarim, kita kini diingatkan akan keberadaan filosofi yang sangat berharga ini.
Kita diajak untuk membuka mata dan hati, serta meresapi nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya.

Melalui pengaplikasian langsung konsep-konsep Ki Hajar Dewantara dalam


kehidupan sehari-hari, saya berharap dapat memberikan kontribusi positif bagi
dunia pendidikan. Mulai dari diri sendiri, saya ingin menjadi agen perubahan
yang mampu menginspirasi, memotivasi, dan membimbing anak-anak agar
dapat mencapai potensi terbaik mereka.

Dengan tekad dan semangat yang kuat, saya berkomitmen untuk terus belajar,
berkembang, dan berinovasi dalam proses pendidikan. Bersama-sama, mari kita
wujudkan visi Ki Hajar Dewantara untuk menciptakan generasi yang berbudaya,
berpendidikan, dan berdaya saing tinggi, yang siap menghadapi tantangan masa
depan.

Salam Bahagia Junaina

Anda mungkin juga menyukai