Secara bahasa fact bermakna fakta. Jadi pada sub bagian ini penulis akan
menceritakan secara objektif tentang rangkaian peristiwa yang telah dialami
selama kurang lebih dua minggu ini. Adapun beberapa rangkaian peristiwa yang
menulis alami selama rentang waktu 2 minggu ini adalah:
Setelah mengerjakan Preetes peserta CGP baru bisa login ke LMS PMM untuk
melaksanakan pembelajaran mandiri .
2. Mengunggah Pakta Integritas yang sudah dibubuhi Materai 10.000 dan sudah
ditanda tangan sebagai bukti kesdiaan mengikuti Pendidikan Guru
Penggerak setelah itu barulah menu soal preetes muncul. Hal ini dilakukan
sebelum Pembukaan Guru Penggerak dilaksanakan yakni Mulai tanggal 14
Maret 2024
Kegiatan Eksplorasi secara mandiri oleh CGP dimulai dengan tugas awal
mengerjakan modul 1.1.a.2 mulai dari membaca pendahuluan, selanjutnya
mendengarkan dan menyaksikan video refleksi Filosofi Ki Hajar dewantara,
surat dari instruktur, kompetensi Lulusan CGP yang ingin dituju. Capaian
umum, capaian khusus dan alur belajar merdeka. dan 1.1.c Yaitu kegiatan
membaca tiga referensi bacaan yang tertera di LMS tentang Dasar-dasar
Pendidikan, Metode Mentesori, Frabel dan Taman Anak, Pidato Sambutan
KHD UGM 1956. Serta membaca meteri yang disajikan beserta video refleksi
ada 11 navigasi kegiatan yang dilalui dalkam kegiatan eksplorasi konsep ini
yang memuat informasi seputar asas-asas pemikiran KHD tentang
Pendidikan diantaranya yaitu Pendidikan itu menuntun segala laku murid
kea rah kebaikan, di sini saya mulai memahami bahwa selama ini ada hal
yang kurang tepat saya lakukan dalam proses pembelajaran di kelas, dan
saya merasa bersalah kepada siswa-siswa saya terdahulu dengan
memandang mereka tidak seharusnya sebagai manusia secara utuh. Kegiatan
dilanjutkan dengan membuat tulisan dan menjawab pertanyaan setelah
menyimak vidio dilanjutkan dengan rekaman audio dan vidio selama 1
hingga 2 menit dimulai tanggal 18 Maret 2024.
5. Eksplorasi Konsep Melalui - Forum Diskusi 19 Maret 2024
Kegiatan ini dilakukan Pada modul 1.1f 1 , di sini kami berlatih membangun
kerangka berpikir dan menyampaikan ide serta gagasan berdasarkan
pemahaman dan internalisasi konsep pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD)
dalam ruang diskusi virtual yang dipandu oleh Fasilitator kami yang Hebat
yaitu Ibu Nurjasmi, M.Pd serta tetap didampingi oleh Pengajar Praktik yang
tidak kalah hebatnya yaitu Ibu Hikmawati, SE. Di Ruang ini kami mulai
melepaskan rasa cangung dengan mulai memperkenalkan diri masing-
masing. Di sini Kami juga diberikan beberapa pertanyaan pemantik yaitu :
1. Apa makna kata ‘menuntun’ dalam proses pendidikan anak bagi saya?
Masih pada Modul 1.1.g 1 Kami kelompok 2 siap menyajikan hasil diskusi
kelompok kami dengan pembagian tugas berikut Mashuri sebagai MC, Atiah
sebagai Notulen, Rita Juliani sebagai Penyaji Materi, Meli dan saya Junaina
sebagai penanggap. Diskusi kelompok kami jalani dengan asyik dan
menyenangkan dalam menggali kekuatan menemu kenali nilai-nilai luhur
budaya local. Diskusi tetap diandu dan dipantau oleh Fasilitator dan juga
Pengajar Praktik. Banyak hal yang kami temui dan pelajari dari hasil diskusi
kelompok ini di mana nilai-nilai kearifan lokal memiliki nilai-nilai luhur yang
harus senantiasa kita lestarikan dan kita informasikan kepada peserta didik
agar mereka melek budaya serta menjadi berbudaya.
Selanjutnya tugas yang telah kami buat secara kelompok ini kami unggah di
LMS kami masing-masing bisa dalam bentuk video maupun file.
Kegiatan Loka Orientasi yang difasilitasi oleh BGP Riau yang pelaksanaan di
lapangan dikoordinasikan oleh para pengajar praktik dari kabupaten
kepulauan Meranti, kegiatan ini dimulai dengan memberikan undangan loka
Orientasi kepada seluruh CGP Kabupaten Kepulauan Meranti sebanyak 60
orang. Dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 23 Maret 2023 di mulai jam 7.30
hingga jam 16,00 WIB. Dalam kegiatan ini tidak hanya CGP namun Kepala
sekolah dan juga Pengawas serta Kepala Dinas setempat diundang untuk
memberikan dukungan kepada CGP.
Kegiatan di mulai dengan acara pembukaan dan kata sambutan dari kepala
Dinas dan BGP Riau dan diakhiri dengan doa. Selanjutnya acara dilanjutkan
dengan bimbingan oleh pengajar praktik masing-masing kelas.
Dalam kegiatan Lokakarya Orientasi ini ada beberapa hal yang dibelajarkan,
yaitu kesepakatan kelas, harapan dan kekhawatiran, pengantar program
Pendidikan Guru Penggerak (PGP) ada kegiatan Lokakarya Orientasi ini CGP
diberikan tugas untuk mengerjakan Lembar Kerja (LK), yaitu LK 1 tentang
Kesepakatan Peran CGP dan Kepala Sekolah, LK 2 tentang Pengecekan
Mandiri Kompetensi GP, LK 3 tentang Evaluasi Diri Guru Penggerak, LK 4
tentang Rencana Pengembangan Kompetensi DIri dan LK 5 tentang Evaluasi
Lokakarya Orientasi.
Untuk kegiatan Aksi nyata mulai kami lakukan dengan menyiapkan jawaban
beberapa jawaban yang ada di LMS di mana jawaban tersebut akan ditagih
pada saat Pl 1 oleh Pengajar Praktik.
Feeling (Perasaan)
Selama dua minggu terakhir mengikuti Program Guru Penggerak (PGP) ini,
perasaan yang saya alami begitu beragam. Dari kegembiraan dan kebahagiaan
saat menyelesaikan tugas tepat waktu, hingga kekhawatiran mengatur waktu
antara mengajar, pekerjaan rumah, dan mengurus anak. Semua itu bercampur
menjadi satu dalam tekad yang kuat untuk menyelesaikan program ini.
Saya menyadari bahwa saya perlu belajar banyak lagi, memahami, dan
menerapkan konsep-konsep yang penerapan pemikiran-pemikiran beliau
hanya sebatas permukaan. Terlebih lagi, terkadang kita terjebak dalam
mengejar materi yang harus disampaikan setiap semester, sehingga tidak
sempat memaksimalkan filosofi Ki Hajar Dewantara.
Namun, Ki Hajar Dewantara begitu jelas dalam ajarannya bahwa tujuan utama
pendidikan adalah untuk memanusiakan manusia, memerdekakan mereka, dan
membimbing agar setiap murid dapat tumbuh dan berkembang secara optimal
sesuai dengan kodratnya, baik itu kodrat alam maupun kodrat zaman.
Findings (Pembelajaran)
Latar belakang Ki Hajar Dewantara adalah cerita yang memikat. Dilahirkan pada 2 Mei 1889
di Yogyakarta, beliau adalah anak dari Kanjeng Pangeran Ario (K.P.A.) Suryaningrat, seorang
bangsawan Jawa, dan Ibunya, Raden Ayu (R.A.) Sandiah. Tumbuh di lingkungan multikultural,
Ki Hajar Dewantara menunjukkan minat besar terhadap pendidikan sejak usia dini.
Selama menempuh pendidikan, Ki Hajar Dewantara meresapi pemikiran dari para filsuf
terkenal. Dengan cermat, beliau mengembangkan dan menyesuaikan pemikiran-pemikiran
tersebut dengan budaya Indonesia.
Salah satu kontribusi terbesar Ki Hajar Dewantara adalah Sistem Among, suatu sistem
pembelajaran yang menekankan pada pembentukan manusia secara menyeluruh. Metode ini
tidak mengenal paksaan, melainkan memberikan arahan untuk pertumbuhan yang subur dan
kesejahteraan, baik secara fisik maupun mental.
Ki Hajar Dewantara juga mengajarkan tentang kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam
adalah sifat-sifat bawaan manusia yang harus ditingkatkan, seperti kejujuran dan tanggung
jawab, sementara kodrat zaman adalah tantangan yang dihadapi pada masa tertentu. Beliau
percaya bahwa pendidikan harus mempertimbangkan kedua faktor ini agar berhasil dalam
kehidupan.
Konsep lain yang diajarkan adalah "Asas Tri-con", yang mengajarkan akulturasi budaya
dengan menjaga kontinuitas dengan budaya sendiri, konvergensi dengan budaya lain, dan
akhirnya mencapai persatuan dunia dan manusia. Hal ini mencerminkan semangat "Bhineka
Tunggal Ika".
Satu lagi konsep yang fenomenal adalah "Ing ngarsa sung tuladha, Ing madya mangun karsa,
dan Tut wuri handayani". Ini mengajarkan tentang peran guru sebagai contoh yang baik,
murid yang membangun ide, dan dukungan bagi kemajuan mereka.
Dalam pandangan Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Kunci kesuksesan adalah kerjasama di antara ketiga pusat
pendidikan ini untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang holistik dan efektif.
Dengan semua kontribusinya, warisan Ki Hajar Dewantara mempersiapkan masa depan yang
lebih cerah, di mana pendidikan tidak hanya menyentuh akal, tetapi juga menyentuh hati.
Dari pembelajaran Modul 1.1 tentang Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Ki
Hajar Dewantara, saya telah meraih wawasan yang memikat untuk
meningkatkan kualitas sebagai seorang pendidik. Sebagai garda depan
pembentukan karakter, saya menyadari betapa pentingnya membimbing anak-
anak dengan memanfaatkan segala potensi kodrat yang ada pada mereka.
Tujuan utamanya? Tidak lain adalah menciptakan generasi yang merdeka, baik
dalam jiwa maupun dalam sosialnya.
Oleh karena itu, saya memahami bahwa memberikan kebebasan kepada anak-
anak dalam mengembangkan potensi mereka adalah suatu keharusan. Mereka
bukanlah kanvas kosong yang harus diisi, melainkan lembaran putih yang telah
tersapu dengan coretan, meski masih kabur. Tugas kita sebagai pendidik adalah
mengubah coretan yang samar itu menjadi karya yang jelas dan bermakna.
Artinya, setiap anak memiliki bakat dan potensi uniknya sendiri. Ini sesuai
dengan ajaran filosofis Ki Hajar Dewantara yang mengajarkan kita untuk melihat
anak sebagai individu yang berbeda dan istimewa. Masing-masing anak
memiliki gaya belajar yang berbeda pula, serta potensi yang tak terbatas.
Future (Penerapan)
Masa depan, atau "future" dalam bahasa Inggris, merujuk pada waktu yang
belum terjadi. Hal ini berkaitan dengan perencanaan dan cita-cita untuk
menciptakan hari esok yang lebih baik, berdasarkan pengalaman dan refleksi
yang telah diperoleh. Saya bertekad untuk menerapkan konsep-konsep Ki Hajar
Dewantara secara langsung, mulai dari diri sendiri, meluas ke ruang kelas yang
saya ajar, dan lebih jauh lagi, mencapai seluruh murid di sekolah saya dan juga
masyarakat di sekitar.
Berikut adalah langkah awal dari upaya saya dan komitmen untuk terus
mencoba:
5. Mengembangkan potensi dan kompetensi diri untuk terus menjadi lebih baik.
6. Semuanya dimulai dari diri sendiri, sebagaimana disebut dalam bahasa Arab,
"Ibda Binafsika" - memulai perubahan dari diri sendiri.
Namun, berkat semangat dan terobosan dari tokoh seperti Menteri Nadiem
Makarim, kita kini diingatkan akan keberadaan filosofi yang sangat berharga ini.
Kita diajak untuk membuka mata dan hati, serta meresapi nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya.
Dengan tekad dan semangat yang kuat, saya berkomitmen untuk terus belajar,
berkembang, dan berinovasi dalam proses pendidikan. Bersama-sama, mari kita
wujudkan visi Ki Hajar Dewantara untuk menciptakan generasi yang berbudaya,
berpendidikan, dan berdaya saing tinggi, yang siap menghadapi tantangan masa
depan.