3 SKS
Modul 1 : Pendahuluan
Modul 2 : Alga
Modul 3 : Divisi Phaeophyta
Modul 4 : Divisi Euglenophta
Modul 5 : Rumput Laut (Seaweeds)
Modul 6 : Angiospermae Laut
Modul 7 : Bakteri
Modul 8 : Fungi
Modul 9 : Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Tumbuhan Laut
OLEH:
Kiik Gretty Sine, S.Pi., M.Si
0013077502
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-
Nya sehingga pembuatan modul ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian modul ini berjalan dengan baik karena
dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan penghargaan dan terima
kasih tak terhingga kepada berbagai pihak yang telah membantu terselesainya penyusunan
modul tanaman air ini.
Semoga Tuhan Yesus Sang Pemilik Kehidupan membalas segala kebaikan
Bapak/Ibu/Sdr/Sdri.
Penulis menyadari bahwa modul ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan
pengetahuan dan wawasan penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan
masukan untuk perbaikan penulisan selanjutnya. Semoga modul ini bermanfaat bagi semua
pihak.
DESKRIPSI SINGKAT :
Mata kuliah ini membahas biologi tumbuhan yang hidup di laut. Materi yang dibahas terdiri dari
6 (enam) pokok bahasan, yakni pendahuluan, alga, rumput laut, angiospermae laut, bakteri
dan fungi laut, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan tumbuhan laut. Pembahasan
lebih banyak ditekankan pada alga dan rumput laut mengingat kepentingannya baik secara
ekologi maupun ekonomi sangat besar bila dibandingkan dengan flora lainnya dalam
ekosistem lautan. Informasi yang tersedia dalam bahan ajar ini diharapkan dapat
membantu mahasiswa dalam mendalami biologi tumbuhan laut.
Setelah mengikuti kegiatan perkuliahan selama satu semester baik teori maupun
praktikum, mahasiswa diharapkan dapat:
Aktivitas ahli sistematik dan taksonomi tumbuhan merupakan dasar bagi aktivitas ahli-ahli
biologi atau terapannya. Sebagai salah satu cabang ilmu biologi yang mandiri, sistematik atau
taksonomi tumbuhan sedikitnya menyumbangkan lima manfaat yaitu:
Takson yang satu dapat dibedakan dari takson yang lainnya berdasarkan akhirannya, karena
setiap takson memiliki akhiran yang khas. Sebagai contoh nama divisi berakiran –phyta atau –
ta, kelas berakhiran –ae atau –eae atau –etes, bangsa dengan akhiran –ales, suku dengan
akhiran –aceae.
Tata nama pada tumbuhan laut mengikuti sistem penamaan yang ditetapkan menurut “The
International Code of Botanical Nomenclature”. Menurut sistem ini, nama ilmiah setiap
tumbuhan (termasuk tumbuhan laut) terdiri atas dua suku kata, suku kata I diambil dari nama
genus (marga), sedangkan suku kata II diambil dari nama spesies. Tata nama ini disebut pula
sebagai “Binomial Nomenclature System” yang berarti sistem tata nama yang terdiri atas dua
Salah satu tugas utama ahli taksonomi adalah menyelidiki sifat-sifat tumbuhan secara
seksama dan membandingkan sifat-sifat itu untuk selanjutnya dibuat penggolongan
(klasifikasi) berdasarkan persamaan dan perbedaan sifat-sifat tersebut. Hingga saat ini, telah
banyak sistem klasifikasi yang berhasil dibuat oleh para ahli taksonomi. Salah satu
diantaranya sistem klasifikasi tumbuhan yang membagi tumbuhan atas 5 divisi, yaitu:
Sistem klasifikasi ini lebih dikenal dengan nama “Phyllogetichen Systematic”. Dalam sistem
klasifikasi ini, hanya tiga divisi yang memiliki spesies hidup di ekosistem lautan, yaitu Divisi
Schizophyta, Divisi Thallophyta dan Divisi Spermatophyta.
Evaluasi :
Daftar Pustaka:
Dring, M. J. (1982). The Biology of Marine Plants. Edward Arnold, Scotland. Pp 1-12.
Umar, M. J. (1986). Bahan Ajar Botani Tumbuhan Rendah. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Nusa Cendana, Kupang. pp 1-5.
Alga merupakan organism yang memberikan kontribusi terbesar (93%) dilaut dibandingkan
dengan flora laut lainnya. Ia merupakan produser utama di laut (juga didalam ekosistem
perairan lainnya) sebagai dasar dari rantai makanan dalam ekosistem tersebut.
Dalam klasifikasi umum, alga ke dalam Kingdom Protista. Yang membedakan alga dari hewan
adalah kemampuannya dalam menyusun makanan sendiri. Perbedaan yang lainnya bahwa
alga umumnya tidak bergerak kecuali alat pembiakannya, kebalikan dari hewan yang selalu
motil.
Alga memiliki variasi yang sangat besar, sehingga dalam klasifikasinya banyak ditemukan
banyak divisi. Selain itu jumlah speies juga sangat banyak dan karakteristik morfologi dan
anatominya sangat khas. Bagian kedua dari bahan ajar ini akan membahas tentang alga,
terutama ciri-ciri, klasifikasi dan spesiesnya.
Litelatur yang membahas tentang alga cukup banyak, walaupun sebagian besar diantaranya
dalam bahasa Inggris. Alga sebagai komponen utama dalam ekosistem perairan dioelajari
secara khusus dalam bidang ilmu yang disebut “Fikologi” atau “Algologi”. Sebagai tumbuhan
yang relatife simpel, alga bersama-sama dengan fungi (jamur dan lichen (lumut kerak) di
masukkan kedalam tumbuhan tallus (Thallophyta).
Berdasarkan struktur selnya, alga terdiri atas dua tipe, yaiitu prokariotik dan eukariotik. Alga
prokariotik (prokarion) adlah alga yang dalam selnya tidak memiliki membrane inti,
sehingga bahan intinya tersebar dalam plasma selnya ; mengakibatkan inti (nukleus) tidak
tampak. Tipe ini hanya ditemui pada alga yang tergolong Divisi Cyanophyta. Alga yang
bersel prokariotik umumnya berdiameter kurang dari 15µm, dinding sel selalu ada, DNA
terdapat dalam plasma selnya, toleransinya terhadap keterbatasan sangat baik dan banyak
spesies yang dapat hidup pada suhu 70o C. sedangkan alga eukariotik (eukarion) merupakan
alga yang dalam selnya terdapat membrane inti, sehingga inti (nukleus) tampak jelas
karena bahan intinya terpusat dalam sati tempat di dalam membran inti. Pada alga tipe
eukariotik selnya terdiri dari dua
Berdasarkan jumlah selnya, alga terdiri dari alga uniseluler dan alga multiseluler. Yang
unuseluler umumnya bersifat flagellated dan motil. Sebaliknya yang multiseluler umumnya
non-motil, kecuali gamet-gametnya.
Semua alga (baik prokariotik maupun eukariotik) mengandung klorofil, terutama klorofil a;
karena itu dapat melakukan fotosintesis, selain klorofil, alga juga mengandung figmen lain
yang berbeda-beda tergantung dari dari divisinya, pigmen-pigmen tersebut terkandung dalam
plastid. Dikenal dua macam plastid ( kecuali Cyanophyta ), yaitu plastid kloroplas dan
kromoplas.
Umumnya klasifikasi alga hanya didasarkan pada pigmen fotosintesisnya, macam cadangan
makanannya, bahan kimia dinding selnya dan morfologi sel-sel motilnya (gamet-gametnya).
Sejalan dengan pekembangan ilmu dan teknologi, terutama setelah ditemukannya mikroskop
elektron, pengklasifikasian alga juga semakin kompleks, sama kompleksnya struktur dan
diversitas alga itu sendiri.
System klasifikasi yang diketahui baik pertama kali dibuat oleh Fritsch tahun (1935, 1945)
yang membagi alga menjadi 11 kelas. Bold dan Wynne (1978) memunculkan klasifikasi
alga yang terdiri dari divisi-divisi : Cyanochloronta, Chlorophycophyta, Charophyta,
Euglenophycophyta, Phaeophycophyta, Chrysophycophyta, Phyrrhophycophyta,
Chryptophycophyta dan Rhodophycophyta. Selanjutnya Lee (1980) membagi alga menjadi 6
2.2. Cyanophyta
Divisi alga hijau-biru ini sering disebut pula sebagai Divisi Cyanobacteria. Divisi ini berbeda
dari divisi alga lainnya karena selnya yang bersifat prokariotik, tidak berkromatofo dan tidak
bermitokondria.
Alga dari Divisi Cyaniphyta memiliki pigmen fotosintetik berupa klorofil –a, carotenoids dan
phycobiliproteins. Pigmen carotenoids antara lain β, β-carotone, echinenone, zeaxanthin,
myxoxanthophyll dan oscillaxanthin. Sedangkan pigmen phycobiliproteins meliputi C-
phycocyanin, allophycocyanin, allophycocyanin-B C-phycoerythrin, R-phycoerythrin dan
phycoerythrocyanin.
Cadangan makanan alga dari divisi ini berupa granula-granula polyglucan, cyanophycin, dan
polyphosphate. Dinding sel terdiri dari peptidoglycan, lipopolysaccharide dan protein.
Alga yang dalam Divisi Cyanophyta bersifat uniseluler atau berkoloni, berbentuk filamen
(Gambar 2.2.1) atau non filament, tidak ada sel berflagel dan sel khusus yang disebut
heterokista dibentuk pada beberapa spesies. Karena dinding selnya terkadang berlendir, maka
alga dalam divisi ini sering pula disebut sebagai ganggang lendir atau Myxophyceae.
Pada reproduksinya tidak dijumpai adanya seksual sebenarnya berupa kariogami atau
meiosis, tetapi rekombinasi genetic sebagai fungsi seks kadang terjadi. Pembiakan
vegetatifnya dilakukan dengan cara pembelahan sel dan aplanospora.
Talus alga dalam Divisi Cyanophyta selalu berwarna kebiri-biruan dan merupakan alga
yang distribusinya sangat luas, khususnya di daerah tropic. Ditemukan baik di perairan yang
bersih maupun perairan tercemar.
Divisi Cyanophyta hanya terdiri dari 1 (satu) kelas, yaitu Kelas Cyanophyceae. Kelas ini terdiri
atas tiga bangsa, yaitu:
Alga yang uniseluler atau berkoloni dengan reproduksi secara membelah diri atau fragmentasi
tergolong ke dalam bangsa ini. sel berbentuk silinder, bola atau oval. Bangsa ini hanya terdiri
atas satu famili, yaitu Famili Chroococcaceae. Contoh : Choococcus, Gloecapsa dan Merisi
opedia.
Tiga famili yang termasuk ke dalam bangsa ini semuanya dapat menghasilkan endospora dan
eksospora. Di dalamnya ada yang uniseluler, filament atau terorganisasi sebagai cincin koloni
sel. Contoh : Hyella dan Dermocarpa.
(3) Oscillatoriales
Terdiri dari alga yang berbentuk filmen yag tidak menghasilkan endospora dan eksopora
khusus. Terdiri atas lima famili, diantaranya Famili Oscillatoriacea (contoh : Oscillatoria,
LyngbyaI), Famili Nostocaceae (contoh Nostoc) dan Famili Rivulariaceae ( contoh Calothrix,
Rivularia).
Alga yang tergolong ke dalam Divisi Chlorophyta (alga hijau) dapat hidup dalam banyak
macam habitat, termasuk di air laut. Alga ini ditemukan baik di zona intertidal maupun di zona
subtidal, pada substrat berbatu, berpasir, atau berlumpur.
Pigmen fotosintesisnya berupa klorofil –a dan b adalah yang dominan dan memberikan warna
hijau pada divisi ini. pigmen α dan β carotenes, litein dan zeaxanthin juga ada seperti
halnya pada tumbuhan tinggi. Pigmen xanthophylls khusus berupa siphonoxantnin juga
ditemukan di dalam alga hijau berbentuk siphon dan alga yang hidup pada perairan dalam
(misalnya Ulva). Klorofil-c juga dapat ditemukan di dalam beberapa prasinofitnya.
Kloroplas alga hijau bermembran ganda yang terdiri dari 2 sampai 6 tilakoid per lamella, tanpa
korset lamela dan biasanya memiliki pirenoid 1 sampai banyak jumlahnya. Cadangan
makanan berupa tepung, yang biasanya bergranula sekitar pirenoid. Karena di dalam
selnya memiliki pigmen dan cadangan makanan yang menyerupai tumbuhan tinggi, maka alga
hijau sering dianggap nenek moyang (leluhur) dari tumbuhan darat.
Divisi Chlorophyta terdiri dari alga eukariotik, uniseluler, koloni atau berupa filament. Jika
memiliki flagel, biasanya berjumlah 2 atau 4 yang sama panjangnya. Ditemukan dalam tiga
bentuk, yakni bebas, menempel yang umumnya bersifat akuatik. Namun hanya sekitar 10%
alga hijau yang hidup di air laut.
Reproduksi aseksual dan seksual telah ditemukan pada alga hijau. Pada pembiakan
aseksualnya dibentuk bermacam-macam spora dalam sporangium seperti zoospore dan
aplanospora. Pada pembiakan seksualnya terjadi proses-proses plasmogami, kariogami, dan
meiosis.
Divisi Chlorophyta terdiri dari tiga kelas, yaitu Kelas Prasinophycea, Kelas Charophyceae dan
Chlorophycea. Kelas terakhir adalah yang terbesar diantara kelas-kelas lainnya dalam
Divisi Chlorophyta.
Anggota kelas ini kecil, terutama yang hidup di laut. Umumnya homotalus, pada talusnya
terdapat buku (nodus) dan ruas (internodus). Pada nodus terdapat cabang-cabang dan
daun yang tersusun dalam lingkaran. Talus memiliki rhizoid yang multiseluler. Hanya marga
Lamprothamnium yang benar-benar hidup di habitat lautan.
Pada awalnya semua alga hijau tergolong ke dalam kelas ini. sekitar 10% adalah
organisme laut dan hanya lima ordo (bangsa) yang distribusinya dominan di laut. Bangsa
yang memiliki marga di laut adalah:
- Bangsa Volvocales
Anggota bangsa inti berflagel, motil dan sering ditemukan di habitat laut. Contoh:
Brachiomonas, Chlamydomonas, Carteria dan Dunaliella.
- Bangsa Tetrasporales
Anggota bangsa ini terdiri dari alga hijau berbentuk koloni dengan matriks gelatin dan
pergerakan hanya terbatas selama reproduksi berlangsung. Contoh: Pseudotetraspora
dan Palmophyllum.
- Bangsa Chlorococcales
Alga hijau dari bangsa ini yang hidup di laut umumnya endofit dan litofit. Beberapa
diantaranya bersifat diplonik dalam siklus hidupnya. Contoh Chlorochytrium, Codiolum dan
Gomotia.
- Bangsa Ulotrichales
- Bangsa Ulvales
Alga yang tergolong ke dalam bangsa ini tumbuh secara parenkimatous. Talus pipih atau
seperti pipa yang tipis. Contoh Enteromorpha, Monostroma dsn Ulva.
- Bangsa Prasiolales
Hanya terdiri atas beberapa marga yang berbentuk filamen atau foliaceus. Contoh
Prasiola dan Rosenvingiella.
- Bangsa Chladophorales
meliputi alga hijau yang filamen multiseluler uniseri bercabang atau tidak bercabang. Sel
berinti banyak dan setiap intinya memiliki satu kloroplas dengan banyak pirenoid. Contoh
Rhizoclonium, Cladophora dan Anadyomene.
- Bangsa Acrosiphonales
Meliputi alga hijau yang siklus hidupnya haplo-diplonik heteromorfik dan dinding sel
tidak mengandung selulosa. Contoh Spongomorpha dan Urospora.
- Bangsa Siphonocladales
Semua alga hijau dalam bangsa ini hidup di lingkungan laut di daerah tropic. Talus
multinucleate (berinti banyak) yang menempel dengan basal rhizoidnya. Contoh Valonia,
Siphonocladus, Boodlea, Caulerpa, Bryopsis dan Codium.
- Bangsa Dasyclades
Memiliki anggota yang berzat kapur dan siklus hidupnya bersifat diplonik. Yang hidup
sekarang terdapat di daerah tropic atau subtropik. Contoh Acetabularia dan Cymopolia.
Sekitar 1500 spesies alga coklat hidup pada habitat laut, dan hanya 3 spesies hidup di
lingkungan air tawar. Umumnya hidup di daerah beriklim dingin atau sedang dan dominan baik
pada zona subtidal maupun zona interidal. Alga dalam divisi ini memiliki struktur morfologi dan
anatomi yang paling lengkap diantara divisi alga lainnya. Banyak spesies dari divisi ini dipanen
sebagai makanan atau diekstraksi sebagai sumber asam alginat.
Pigmen fotosintesis Divisi Phaeophyta meliputi klorofil a, c1 dan c2; β, β-carotene, fucuxanthin,
violaxanthin, diotoxanthin dan xanthophylls. Fucoxanthin biasanya lebih dominan yang
menyebabkan warna coklat.
Kloroplas bersifat 3-thylakoid lamellae, memiliki korset lamella dan cincin nukeus dan retikulum
endoplasmanya bersatu dengan membrane nukleusnya. Cadangan makanan meliputi
laminaran dan mannitol.
Semuanya multiseluler dengan talus yang tegak, berupa filament bercabang atau tidak
bercabang. Banyak yang tumbuh melekat pada batu-batuan, cangkang, patahan karang atau
alga lainnya. Banyak spesies yang menghasilkan alat mengapung yang disebut vesicle.
Semua alga coklat menghasilkan sel yang motil, baik berupa zoospore maupun gamet-
gametnya.
Pembiakan pada alga coklat dapat dengan aseksual atau dengan seksual. Pembiakan
aseksual dengan fragmentasi talus, propagula atau pembentukan zoospore dan aplanospora
tak berdinding. Pembiakan seksual dengan melalui perkawinan yang dilakukan dengan cara
isogami, anisogami dan oogami. Semua Phaeophyta kecuali Fucales mempunyai pergiliran
generasi dari gametofit (n) ke sporofit (2n) atau sebaliknya (Lihat gambar 2.4.1). Talus
gametofit dan talus sporofit dan isomorf atau heteromorf.
Klasifikasi lebih lanjut Divisi Phaeophyta oleh kebanyakan (umumnya) ahli fikologi menyatakan
hanya satu kelas, yaitu kelas Phaeophyceae yang terdiri dari beberapa ordo (bangsa).
Talus filamentous, siklus hidup isomorfik dan reproduksi seksualnya isogami atau
anisogami. Contoh Ectocarpus, Sorocarpus, Zosterocarpus (Ectoparaceae), Basispora,
Ralfsia (Ralfsiacea) dan Discosporangium (Choristocarpaceae).
- Bangsa Sphacelariales
Talus parenchymatous, siklus hidup isomorfik, reproduksi seksual isogami, anisogami atau
oogami. Contoh Sphacelaria, Sphacella (Sphacelariaceae), Aletochladus, Holopteris,
Ptilopogon (Styphocaulaceae).
- Bangsa Dictyotales
- Bangsa Cutleriales
Talus parenchymatous, siklus hidup heteromorfik atau isomorfik, reproduksi seksual
berupa anisogami. Contoh Cutleria, Microzonia, Zanardinia (Cutleriaceae).
- Bangsa Scytosiphonales
Talus parenchymatous, siklus hidup heteromorfik (gametofit dominan), reproduksi
seksual isogami atau anisogami. Contoh Colpomenia, Hydroclathrus, Scytosiphon
(Scytosiphonaceae), Chnoospora, Rosenvingea (Chnoosporaceae).
- Bangsa Chordariales
Talus pseudoparenchymatous, siklus hidup heteromorfik (sporofit dominan, reproduksi
seksual isogami). Contoh Elachista, Halothrix (Elachistaceae), Acrotrichium,
Leathesia, Strepsithalia (Leathesiaceae).
- Bangsa Dictyosiphonales
Talus parenchymatous, siklus hidup heteromorfik (sporofit dominan), reproduksi
seksual isogami atau anisogami. Contoh Asperococcus, Desmotrichum
(Punctariacea), Cladothele, Striaria, Stictyosiphon (Striariaceae).
- Bangsa Sporochnales
Klasifikasi di atas lebih menekankan pada organisasi vegetatifnya, siklus hidup dan reproduksi
seksualnya. Pada klasifikasi lainnya, Divisi Phaeophyta terdiri atas 3 kelas, yakni :
Divisi Rhodophyta (alga merah) meliputi sekitar 4100 spesies dengan 675 marga, dan 95%
diantaranya adlah alga laut. Sekitar 25% hidup di daerah yang beriklim tropic. Pada
lingkungan laut, alga menempati berbagai tipe habitat, mulai dari zona intertidal sampai laut
dalam. Sejumlah spesies dalam divisi ini bernili ekonomis penting sebagai sumber
makanan atau sebagai sumber berbagai macam ekstrak phycocolloidal, seperti agar-agar,
algianat dan karaginan.
Talus alga merah terdiri dari sel-sel yng eukariotik dari filament yang simple sa pai talli yang
relative kompleks. Biasanya kurang dominan di zona intertidal bila dibandingkan dengan alga
hijau atau alga coklat, akan tetapi di daerah laut yang dalam tampak lebih dominan dan
berperan lebih besar.
Ciri khas alga yang tergolong ke dalam Divisi Rhodophyta adalah kehadiran phycobillins
dan keberadaan floridean starch sebagai cadangan makanan utama. Lamela dengan
thylakoid tunggal dalam kloroplas tidak adanya tahap flagelata dalam siklus hidupnya juga
khas dalam divisi ini.
Pigmen Phycoerythrin terdapat dalam jumlah besar sehingga menjadikan talusnya berwarna
merah. Pigmen lainnya antara lain adalah klorofil a (kemungkinan juga klorofil d), α dan β
carotene, lutein, zeaxantin, crypxanthin dan phycobiliproteins.
Dinding selnya terdiri dari selulosa dan pectin, juga karbohidrat ester polisulfat. Selain
floridean starch sebagai cadangan makanan utamanya, juga ditemukan adanya galactoside
Pembiakan aseksualnya berupa fragmentasi talus jarang terjadi. Yang selalu dibentuk adalah
bermacam-macam aplanospora, seperti monospora, bispora, tetraspora, polispora dan spora
netral. Pembiakan seksualnya sangat kompleks dan terspesialisasi. Sel kelamin jantan
spermatium (dihasilkan oleh spermatangium) bergerak lambat dan pada saatnya fertilisasi, ia
menuju dan melekat pada trikogen bagian dari alat kelamin betina karpogonium
perkembangan lebih lanjut setelah fertilisasi juga berbeda dari divisi-divisi lainnya.
Divisi Rhodophyta hanya terdiri dari satu kelas, yang Kelas Rhodophyceae, yang mempunyai
pergiliran generasi.
Umumnya para ahli fikologi membagi Kelas Rhodophyceae menjadi dua (2) anak kelas, yaitu
Florideophycidae dan Bangiophycidae.
Alga merah dalam anak kelas ini terdiri dari filamen yang berasal dari meristem ujung,
walaupun ada juga beberpa yang bersifat intercalary atau marginal. Talus ada yang
uniaxial dan multiaxial. Sel-sel berhubungan satu sama lain dengan alat perekat yang
disebut pit connections. Pada anak kelas ini dalam siklus hidupnya ada yang berfase dua
dan ada juga yang berfase tiga.
- Bangsa Acrochaetiales
Terdiri alga merah yng tersebar luas dalam ekosistem laut dunia yang merupakan tersimpel
morfologinya di antara Anak Kelas Florideophycidae dan umumnya sangat kecil (kurang
dari 1 cm panjangnya), selalu uniaxoal, biasanya hidup terpisah atau pada berasosiasi
dengan tumbuhan angiospermae laut, alga besar, sejumlah besar invertebrate atau
menempel pada materi tak hidup. Terdiri hanya satu famili, yaitu Famili Acrochaetiaceae
dengan sekitar 500 spesies. Contoh, Acrachaetium, Audouinella dan Colaconema.
Mencakup hanya empat bangsa dengan sekitar 30 marga dan 110 spesies. Alga merah dalam
kelas ini umumnya memiliki organ vegetative dan organisasi reproduksi yang lebih simple
daripada anak kelas sebelumnya. Sel-selnya selalu uninucleate dan biasanya terdiri dari
kloroplas dengan stellate tunggal dan pyrenoid di tengah. Tiga bangsa dalam anak kelas ini
disajikan sebagai berikut :
- Bangsa Porphyridiales
Terdiri atas 18 marga yang uniseluler, koloni atau pseudofilamentous. Contoh
Chroodactylon dan stylonema.
- Bangsa Compsopogonale
Terdiri dari alga merah yang berstruktur filament sempura atau parenchymatous yang
monospora dibentuk dari pembelahan sel induk. Contoh Compsopogon dan
Erythrocladia.
- Bangsa Bangiales
Merupakan bangsa yang penting dengan mencakup alga merah yang dapat dimakan
secara langsung, yaitu Porphyra yang dipanen secara ekstensif di Jepang dan
Cina. Marga ini bersifat parencchymatous dengan lebih dari 70 spesies. Marga
lainnya adalah Porphyropsis.
Alga yang tergolong ke dalam divisi ini kecil dan siklus hidupnya masih kurang diketahui. Alga
dalam divisi ini seringkali disebut sebagai alga coklat keemasan. Pigmen yang dominan
berasal dari carotenoids. Fucoxanthin juga terdapat pada tiga kelas, sedangkan β-carotene
ditemukan pada 6 kelas. Dalam plastidanya mengandung pigmen carotene dan xanthophil
khusus juga menyipati kelas-kelas tertentu (misalnya violaxanthin dalam kelas
Eustigmatophyceae).
Sel-selnya eukariotik dengan organel khusus. Dinding sel terdiri dari silica dan seluluse.
Cadangan makanannya umumnya terdiri dari chrysolaminarin, leucosin dan oil (minyak).
Meliputi kelompok alga coklat keemasan yang bervariasi dari fitoplankton sampai bentik,
spesies intertidal. Secara morfologi, spesies adalah uniseluler (amoeboid, flagellated dan
coccoid), koloni atau palmelloid, filamentous, dan atau parenchymatous. Terdiri atas beberapa
bangsa antara lain:
- Bangsa Ochromonadales
Terdiri dari alga yang biflagellated dan uniseluler. Contoh Ochromonas dan Dinobryon.
- Bangsa Chromulinales
Contoh Chromulina (marga ini sangat mirip dengan Ochromonas). Marga lainnya adalah
Pseudopedinella.
- Bangsa Phaethamnionales
Bangsa ini memiliki filament (simpel, bercabang, atau thalloid) yang menghasilkan
zoospora biflagellated mirip dengan Ochromonas. Contoh Thallochrysis, Chrysomeris dan
Apistonema.
- Bangsa Craspedomonadales
Bangsa ini tampak sangat berhubungan dengan Bangsa Chromulinales. Contoh
Calliacantha.
(2) Kelas Xanthophyceae (Tribophyceae)
Morfologi bervariasi dari uniselular atau koloni yang motil sampai coccoid atau palmelloid
non-motil dan bentuk filament. Reproduksi umum yang aseksual. Terdiri atas beberapa
bangsa antara lain :
- Bangsa Rhizochloridales
Memiliki ciri-ciri sebagai hewan dan sebagai tumbuhan. Sifat hewannya adalah tidak
berdinding sel, mempunyai stiga yang peka terhadap cahaya dan cara makannya seperti
amoeba. Sifat tumbuhannya adalah berklorofil dan makanan cadangan berupa paramilum. Ciri
lainnya adalah memiliki membrane kloroplas ketiga yang tidak berasal dari retikulum
endoplasma dan memiliki sejumlah organel protist atau animalistic, seperti gullet, trichocycsts
dan pellicle.
Spesiesnya umumnya uniselular, motil dan fotosintetik, walupun beberapa diantaranya bersifat
fotogotofi atau sporofit. Pigmen fotosintesis meliputi klorofil a dan b, β-carotene,
astaxanthin, antheraxanthin, neoxanthin dan diadinoxanthin. Dinding sel berupa protein pollicle.
Bintik mata berlokasi pada bagian sitoplasmanya.
Reproduksinya yang diketahui hanya secra vegetatif dengan membelah diri. Pada beberapa
genus, sel vegetatifnya dikelilingi suatu seludang yang tegar disebut lorika yang sama
sekali tidak berhubungan dengan sitoplasma, seperti pada marga Trachelomonas contoh
lainnya adalah Euglena, Phacus, Lepcinclis dan Eutreptiella. Empat marga yang disebut
pertama banyak hidup di zona intertidal, khususnya di daerah yang unsure hranya cukup.
Divisi Euglenophyta terdiri atas 6 bangsa dengan 40-50 marga dan 1000 spesies.
Meliputi dinoflagellata atau berkaitan dengannya dan merupakan komponen utama komunitas
fitoplankton. Didalamnya terdapat sekitar 130 marga dan 1200 spesies.
Umumnya uniselular berfagel, hanya beberapa yang palmelloid, amoeboid atau filamentous.
Pigmennya meliputi klorofil a dan c bersama-sama dengan beberapa β-carotene. Pigmen
Dinding sel terdiri dari seri membrane yang disebut amphiesmas atau thecae pada Kelas
Dynophyceae. Cadangan makanan utama berupa tepung.
Perkembangan yang cepat atau blooms atau red tide oleh dinoflagellata dapat menyebabkan
racun atau tidak tergantung spesiesnya. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi red
tide antara lain (1) Peningakatan jumlah populasi, (2) Terdapat faktor yang mendukung bloom,
termasuk salinits, temperature, nutrient dan faktor-faktor pertumbuhan, dan (3) Ada
pemeliharaan atau pergerakan bloom faktor-faktor hidrologi dan meteorology.
Divisi pyrrhophyceae terdiri atas dua kelas, yaitu Kelas Desmophyceae dan Kelas
Dinophyceae. Kelas Desmophyceae terdiri atas tiga bangsa (Desmocapsales, Protaspidales
dan prorocentrales). Marga Prorocentrum adalah contoh Bangsa yang ketiga. Kelas
Dinophyceae meliputi 12 bangsa, dua diantaranya adalah Bangsa Peridiniales (contoh
Gonyaulax, Ceratium, Protoperidinium).
Divisi ini meliputi sekitar 24 marga yang spesiesnya umum hidup di laut. Pigmen
fotosintesisnya adalah klorofil a, c2, aloxanthin, α-carotene dan biliprotein. Cadangan
makanan utama adalah tepung.
Anggota divisi ini umumnya unuselular motil, tetapi diantaranya ada yang berbentuk coccoid.
Dinding sel terdiri dari protein pellicle. Falagel ada dua yang sama panjang atau tidak dengan
rambut-rambut tubular.
Evaluasi :
Clayton, M.N. dan King, R.J. (1990). Biology of Marine Plants, Logman Cheshire, Melbourne.
pp 25-212.
Dawes, C.J, (1981). Marine Botany. John Wiley & Sons. New York. pp57-286.
Dring, M.J. (1982). The Biology of Marine Plants. Edward Arnold, London. pp 92-118.
Umar, M.J. (1990). Bahan Ajar Botani Tumbuhan Rendah. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (FKIP) Universitas Nusa Cendana, Kupang. pp 11-35.
Pendahuluan
Rumput laut yang dalam bahasa Inggris disebut “seaweeds” adalah makro (macroalgae) yang
bersifat bentik dan termasuk tumbuhan rendah (Thallophyta). Tumbuhan tersebut memiliki
sistem morfologis dan reproduksi sendiri yang umumnya berbeda dengan tumbuhan tingkat
tinggi (spermatophyta) yang biasa tumbuh di darat.
Usaha untuk memperkenalkan rumput laut kepada masyarakat banyak dilakukan. Beberapa
diantaranya adalah melalui penulisan buku, makalah, artikel dan bentuk penyebaran informasi
lainnya mengenai rumput laut. Namun pada kenyataannya masih banyak anggota masyarakat
(termasuk mahasiswa) yang masih memerlukan bantuan informasi mengenai rumput laut
tersebut terutama mengenai morfologi, sistem reproduksi dan kepentingannya, sistem
reproduksi dan kepentingannya. Kondisi ini mendorong penulis untuk memasukkan materi
rumput laut dalam bahan ajar ini yang pembahasannya tercakup dalam bagian ketiga.
Talus rumput laut pada umumnya terdiri dari organ-organ sebagai berikut:
(1) Holdfast; merupakan organ yang fungsinya antara lain sebagai alat untuk melekat
pada substrat.
(2) Stem-like organ; merupakan bagian tanaman yang menyerupai batang yang fungsi
utamanya sebagai pengokoh dan pendukung bagian di atasnya. Organ ini sering
disebut primary lateral (cabang utama) dan secondary lateral (ranting).
(3) Leaf-like organ; merupakan organ yang menyerupai daun dengan fungsi utama
menyerap zat hara dan tempat berlangsungnys proses fotosintesis. Bagian ini
biasa juga disebut sebagai blade.
(4) Vesicle; merupakan organ yang berfungsi sebagai alat pengapung sehingga absorbs
cahaya maksimal. Organ ini sering disebut organ pelampung.
(5) Receptacle; merupakan bagian tanaman yang berfungsi sebagai organ reproduksi.
Rumput laut hanya ditemukan dalam tiga divisi alga, yaitu Divisi Chlorophyta, Phaeophyta dan
Rhodophyta. Identitas rumput laut pada ketiga divisi tersebut adalah sebagai berikut :
Kehadiran rumput laut sangat penting secara ekologi pada lingkungan laut. Kepentingan
ekologi rumput laut pada suatu habitat lautan antara lain:
Dengan adanya nilai ekologi yang penting tersebut di atas, maka seyogyanya usaha
pelestarian dan konservasi rumput laut perlu terus diupayakan. Termasuk diantaranya adalah
menjauhi pemanenan atau pengambilan di alam secara berlebihan, mengurangi aktivitas
manusia yang dapat berdampak negatif terhadap kehidupan dan penghidupan rumput laut dan
melaksanakan penelitian-penelitian tentang biologi dan ekologi rumput laut.
Rumput laut merupakan salah satu sumberdaya hayati laut yang sangat potensial.
Pemanfaatannya berkembang secara luas baik dalam bentuk raw material maupun dalam
bentuk hasil olahan. Rumput laut disamping digunakan secara langsung sebagai makanan,
yang lebih penting adalah hasil olahannya, misalnya agar-agar, keraginan dan asam
alginat. Berdasarkan kandungan kimianya, rumput laut dibedakan atas agarofit, karaginofit
dan alginofit.
Rumput laut yang dijadikan sumber karagin terutama dari Divisi Rhodophyta. Sumber
utama adalah Chondrus crispus, tetapi rumput laut ini tidak tahan pada suhu tinggi. Rumput laut
lain yang dijadikan sumber karagin antara lain spesies dari marga Carpopeltis, Eucheuma
Furcellaria, Gigartina, halymenia, Hypnea, Iradea, Kappaphycus, Mazzaella dan Sarcothalia.
(C) Agar
Agar banyak terdapat dalam dinding sel rumput laut dari Divisi Rhodophyta, terutama pada
famili Gelidiaceae dan Gracilariaceae. Agar merupakan asam sulfanik, yaitu ester dari galakto
linier dan diperoleh dengan mengekstraksi rumput laut agarophyte.
Pemanfaatan agar-agar kini berkembang cepat. Fungsi utama adalah sebagai bahan
pemantap, bahan penolong atau pembuat emulsi, bahan pengental, bahan pengisi dan bahan
pembuat gel. Berkaitan dengan fungsi tersebut, maka agar-agar rumput laut banyak
digunakan dalam industri:
(c)Phycocolloid lain
Funorin dan iridophycin adalah dua phycocolloid lain yang dihasilkan oleh rumput laut.
Phycocolloid ini kurang penting dari algin, karaginan dan agar, akan tetapi memiliki fungsi
yang spesifik. Misalnya, funorin yang terutama dihasilkan oleh marga Gloiopeltis telah
digunakan sebagai perekat sutera oleh bangsa Cina dan Jepang. Sumber lain funorin adalah
marga Ahnfeltia, Grateloapia dan Iridaea. Marga terakhir juga diketahui menghasilkan
iridophycin yang bermanfaat dalam pengeleman atau perekat akhir dari suatu pakaian di
Jepang.
Rumput laut juga dimanfaatkan sebagai makanan ternak atau pupuk karena adanya
kandungan karbohidrat, asam lemak, vitamin dan sejumlah mineral penting juga subtansi
bioaktif. Rumput laut tertentu yang dimanfaatkan sebagai makanan ternak dengan berbagai
tujuan telah dilaporkan di beberapa Negara. Pada banyak Negara di Asia, spesies dari marga
Sargassum telah lama digunakan sebagai makanan utama dan langsung untuk hewan
peliharaan. Spesies dari marga Rhodomenia dan Allaria digunakan untuk makanan sapi,
kambing dan domba di Skotlandia dan Irlandia. Spesies dari marga Ulva dan Enteromorpha
ditumbuhkan untuk pakan di kolam ikan di Filipina atau sebagai makanan umpan di Taiwan.
Rumput laut tertentu juga telah banyak dimanfaatkan dalam mempercepat laju
pertumbuhan organism budidaya, misalnya Haliotis discus-hannai yang diberi pakan Ulva
finnatifida, Haliotis asinine yang diberi pakan Gracilaria heteroclada dan Trochus niloticus
yang diberi pakan Acanthophora muscoides.
Ketersediaan elemen esensial dalam rumput, khususnya kalium, sodium dan kalsium
menyebabkan tanaman ini cocok digunakan sebagai pupuk. Sebagai pupuk organic,
rumput
Evaluasi:
Daftar Pustaka
Atmadja, W. S., Kadi, A., Sulistijo dan Satari, A. (1996). Pengenalan Jenis-Jenis Rumput Laut
Indonesia. Puslitbang Oseanologi LIPI, Jakarta. p 191.
Dring, M. J. (1982). The Biology of Marine Plants. Edward Arnold, London. pp 119-138.
Indriani, H. dan Sumiarsih, E. (1999). Budidaya, Pengelolaan dan Pemasaran Rumput Laut.
Swadaya, Jakarta. p 99.
Sumich, J. L. (1987). Field Guide & Atlas of the Seaweed Resources of the Philippines.
Bookmark, Makaty City. p 306.
Pendahuluan
Kebalikan dari dominasinya pada ekosistem daratan, hanya sedikit tumbuhan tumbuhan tinggi
atau tumbuhan bunga (angiospermae) yang hidup dalam ekosistem laut. Tetapi pada
habitat tertentu tumbuhan tersebut melimpah dan mendukung terciptanya produktivitas
komunitas yang tinggi. Umumnya angiospermae laut memperlihatkan adaptasi morfologi,
anatomi, fisiologi dan reproduksi yang menjolok terhadap kondisi lingkungan laut.
Tiga kelompok angiospermae dapat ditemukan hidup di laut. Ketiganya adalah lamun
(seagrass), bakau (mangrove) dan tumbuhan rawa asin (salt marsh plant). Dari ketiganya
hanya lamun yang betul-betul seluruh tubuhnya hidup dalam air. Dalam bahan ajar ini
hanya dibatasi pada pembahasan tentang lamun dan bakau.
Lamun adalah tumbuhan bunga yang mampu hidup pada kedalaman 30 m, tetapi pada
umumnya hanya ditemukan dominanan pada perairan yang dangkal di laut (umumnya kurang
dari 10 m). umumnya hidup pada perairan dengan substrat pasir, tetapi ada juga ditemukan
Tubuh lamun terdiri dari bagian rhizoma, daun dan akar. Rhizome merupakan batang yang
terbenam dan merayap secara mendatar, serta berbuku-buku. Pada buku-buku tersebut
tumbuh batang pendek yang tegak ke atas, berdaun dan berbunga. Pada buku tumbuh pula
akar. Dengan rhizoma dan akarnya inilah tumbuhan tersebut dapat menancapkan diri dengan
kokok di dasar laut hungga terhadap hempasan gelombang dan arus.
Lamun ada yang menyerupai rumput-rumputan (graalike) dan ada pula yang tidak (non
grsslike). Kecuali spesies dari Marga Halophyla yang daunnya berbentuk oval atau
alliptical, semua spesies lainnya memiliki daun yang panjang dan tipis dan sepenuhnya
sudah menyesuaikan diri untuk hidup terbenam di laut.
Sebagian besar lamun berumah dua (dioceous), artinya dalam satu tumbuhan hanya ada
bunga jantan saja atau bunga betina saja. Sistem pembiakannya bersifat khas karena
mamp melakukan penyerbukan di dalam air (hydrophilous pollination). Buahnya pun terndam
dalam air.
Struktur internal umumnya seragam bagi spesies lamun dank has sebagai hydrophyta
(tumbuhan tenggelam). Salah satu karakteristik anatomi utama lamun adalah sifat
aerenchyma daun, pucuk, akar dan rhizomanya. Jaringan parenchyma spesifik ini terdiri
dari sederetan ruang udara regular (lacunae) yang berfungsi dalam mengapungkan daun
dan
Lamun kadang-kadang membentuk suatu komunitas yang lebat hingga merupakan padang
lamun (seagraa bed) yang cukup luas. Padang lamun ini merupakan ekosistem yang
sangat produktif. Kebalikan dari rumput laut, relatif sdikit hewan yang mengkonsumsi
lamun. Tr=ermasuk diantaranya adalah bulu babi (sea urchins), beberapa moluska, penyu
dan ikan duyung.
Berbeda dengan tumbuhan berbunga di darat yang jenisnya banyak, tumbuhan bunga di laut
sangat sedikit. Diperkirakan hanya 49 spesies dalam 12 marga lamun yang dapat ditemukan.
Ke-12 marga ersebut tercakup dalam dua family, yaitu:
Dalam sistem klasifikasi lainnya, lamun dimasukkan dalam subclassis Alismatidae (Helobiae)
yang tersebar ke dalam 4 famili, yaitu :
Sebaran geografis lamun tampaknya berpusat pada wilayah, yaitu di Indo Pasifik Barat dan
Karibia. Yang pertama lebih kaya akan jenis (spesies) dari pada yang kedua. Khusus di
Indonesia, hanya 12 spesies yang ditemukan yang tercakup dalam 7 marga. Ketujuh marga
tersebut adalah Cymodocea, Enhalus, Halodule, Halophyla, Syringodium, Thalassia,
Thalassodendron.
Lamun atau padang lamun memiliki peranan yang penting baik dari segi ekologi maupun
ekonomi. Fungsi utamanya adalah:
Perkataan mangrove berasal dari kombinasi kata pohon dalam Bahasa Portugis “mangue” dan
Bahasa Inggris “grove”. Peristilahan mangrove menjelaskan komunitas yang mendominasi
daerah intertidal. Komunitas mangrove disifati oleh pepohonan dan semak. Kata mangrove
dipakai dalam dua hal : sebagai suatu kategori tumbuhan, misalnya Avicennia marina adalah
mangrove; dan sebagai suatu deskripsi dari vegetasi yang didominasi oleh spesies mangrove.
Agar tidak terjadi kebingungan, maka para ahli menyarankan menggunakan kata mangal
untuk vegetasi mangrove.
Vegetasi mangrove tersebar luas di daerah beriklim panas dan subtropik. Mereka memiliki
akar yang melekat di dasar dengan daun-daun dan bunga biasanya di atas air. Akar-akar
aerial khas yang fungsinya dalam penukaran udara pada sistem perakaran ekstensif di bawah
substrat diproduksi oleh banyak mangrove. Pada beberapa marga, biji berkecambah disaat
Bakau atau mangrove tidak tumbuh di pantai yang terjal dan berombak besar dengan arus
pasang surut yang kuat karena kondisi ini akan mengendapkan lumpur atau pasir, subtract
yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya. Mereka umumnya tumbuh dan dominan di
sepanjang pantai yang terlindung atau pantai-pantai yang datar. Kelimpahan mangrove
pada suatu habitat tergantung pada banyak faktor; yang paling penting adalah
penggenangan air, nutrien dan tipe tanah.
Para ahli menyatakan bahwa umumnya mangrove beradaptasi dengan lingkungan dengan
cara:
Bakau atau mangrove juga memperlihatkan adaptasi serofitik, dank arena itu terdapat
perkembangan struktur daun yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan daun dari
tumbuhan dikotil mesofotik, misalnya Ligustum. Secara esensial, semua pohon mangrove
memiliki daun-daun yang mempunyai tipe anatomi nonsucculent “kering”, walaupun mungkin
tebal atau kasar (leathery).
Mangrove tersebar luas di daerah tropic dan subtropik, dengan jumlah spesies terbesar
ditemukan di Asia Tenggara. Di Indonesia, mangrove dikenal memiliki keragaman jenis yang
tinggi, seluruhnya tercatat sebanyak 89 spesies tumbuhan, 35 diantaranya berupa pohon dan
selebihnya berupa tera (5 jenis), perdu (9 jenis), liana (9 jenis), epifit (29 jenis) dan parasit
(2 jenis). Yang berupa pohon misalnya bakau (rhizophora), api-api (Avicennia), pedada
(Sonneratia) dan tanjang (Bruguiera).
Kelompok dikotil
Kelompok Monokotil
Mangrove memiliki peranan yang besar baik dari segi ekologi maupun ekonomi. Secara garis
besar mangrove berfungsi sebagai berikut:
Evaluasi :
Daftar Pustaka:
Allen, D. R. dan Steene, R. (1994). Indo_Pasific Coral Reef Fiel Guide. Tropical Research,
Singapore. Pp 17-26.
Dawes, C. J. (1981). Marine Botany. John Wiley & Sons, New York. pp 468-493/516-538.
Price, I. R. (1990). Marine Plant Life. Dalam M. N. Clayton dan R. J. King (eds), Biology of
Marine Plants. Longman Cheshire, Melbourne. pp 5-24.
Setelah mengikuti perkuliahan baik teori maupun praktek, mahasiswa diharapkan dapat:
Bakteri adalah organism uniselular tanpa inti sejati (prokariotik) yang diperkirakan sebagai
organism pertama yang menghuni bumi. Ukuran selnya sangat kecil (bahkan merupakan
organism terkecil) ; lebar berkisar 0,5-2,0 µm dan panjang sekitar 1,0-8,0 µm.
Sel bakteri terlindung dari lingkungan luarnya oleh dinding selnya yang tersusun atas
hemiselulosa dan senyawa serupa pectin yang mengandung N. Jadi dinding sel bakteri
lebih menyerupai sel hewan. Pada bagian luar dinding sel terdapat selaput atau kapsul.
Dalam sitoplsama bakteri terdapat ribosom yang berperan dalam sintesis protein. Storage
producs seperti asam polihidroksibutirik, glikogen, lemak, sulfur dan granula polifosfat juga
ditemukan dalam sitoplasmanya. Bahkan materi-materi seperti kromosom dan DNA telah
ditemukan keberadaannya di dalam sel bakteri.
Bentuk bakteri umumnya termasuk salah satu dari tiga bentuk dasar, yaitu bakteri
berbentuk bulat (coccus), bakteri berbentuk batang (bacillus) dan bakteri berbentuk spiral
(spirillum). Bakteri yang berbentuk bulat memiliki banyak variasi seperti diplococcus,
strepcococcus, tetracoccus, stafilococcus dan sarcina. Bakteri bentuk basil juga dapat
ditemukan dalam variasi lain seperti diplobacillus.
Bakteri dapat dikelompokkan dengan berbagai cara. Bakteri yang hidup di laut termasuk ke
dalam salah satu dari tiga kelompok fungsional, yaitu saproba, ototrof dan patogenik/parasitik.
Bakteri saproba sangat penting artinya dalam penguraian materi organik menjadi materi
anorganik. Sebagai dekomposer, bakteri saprobe merupakan kunci penghubung pada rantai
makanan.
Bakteri ototrof adalah kelompok yang dapat menghasilkan molekul organik lewat proses
fotosintesis atau komosintetis. Karena itu kelompok bakteri ototrof dibagi menjadi kelompok
bakteri fotosintetik dan bakteri komosintetik. Yang termasuk bakteri fotosintetik adalah bakteri
hijau dan bakteri ungu. Bakteri basi belerang dan sulfur termasuk bakteri kosmosintetik.
Jumlah bakteri yang teridentifikasi di laut masih terbatas dan jumlahnya lebih kecil
dibandingkan darat. Sekitar 20 famili bacteria memiliki spesies yang hidup di laut, yang
tercakup dalam lima bangsa, yaitu Bangsa Pseudomonadales, Eubacteriales,
Actinomycetales, Beggiatoales dan Myxobacteriales. Berdasarkan Bergeyls Manual for
Determinative Bacteriology, bakteri dikelompokkan kedalam dua divisi, yaitu Photobacteria
dan Scotobacteria. Masing-masing tiga kelas terdapat pada kedua divisi, yaitu bakteri hijau
biru (blue-green bacteria), baktri merah (red bacteria) dan bakteri hijau (green bacteria) untuk
Divisi Photobacteria, sedangkan untuk Divisi Scotobacteria meliputi Kelas bakteri
sesungguhnya (true-bacteria), rickettsia dan mycoplasma.
Fungi yang sering disebut jamur, cendawan atau kapang merupakan irganisme eikariotik atau
dengan kata lain bermembran inti sejati. Fungi adalah organism heterotrof sebagai akibat tidak
adanya klorofil dalam sel-selnya. Karena itu jamur hidup baik sebagai saprofit maupun sebagai
parasit. Sifat parasit kadang-kadang dapat menimbulkan penyakit. Sifat ini disebut pathogen.
Bentuk somatik fungi berupa filamen yang bercabang-cabang. Satu filament disebut hifa
dan dikelilingi oleh dinding yang seringkali mengandung kitin sebagai komponen utamanya
dan karbohidrat kompleks lainnya termasuk selulosa. Pertumbuhan hifa hanya terjadi di
bagian ujungnya, jadi hifa memiliki apical growth, dan membentuk cabang secara periodic
di sekitar ujungnya yang nantinya menghasilkan anyaman hifa yang disebut miselium.
Fungi bereproduksi baik secara aseksual maupun secara seksual. Multiplikasi organism yang
uniselular berlangsung dengan pembelahan induk menjadi dua sel anak. Pada organism yang
berbentuk hifa (miselium) terjadi fragmentasi. Fungi membentuk aseksual yang berbeda-beda
bentuk dan ukuran, seperti oidium (artrospora), klamidospora, blastopora dan konidia.
Pembiakan seksual dengan perkawinan berlangsung melalui beberapa cara, seperti kopulasi
planogamet (isogami, anisogami dan oogami), kontak gametongium, kopulasi gametangium,
spermatisasi dan somatogami.
Dalam lingkungan laut, fungi ditemukan dalam semua habitat termasuk laut dalam dimana
oksigen masih tersedia untuk respirasinya. Walupun demikian, umumnya fungi melimpah di
daerah intertidal dan subtidal. Sejumlah bakteri telah ditemukan pada daerah yang bertekanan
tinggi (barophilic) dan bertemperatur rendah (psychrophilic). Bakteri ditemukan pada berbagai
substrat baik pada perairan payau dan asin, seperti sedimen, pasir pantai, buih laut, alga,
tumbuhan vascular dan hewan laut. Fungi melimpah di rawa asin dan mangrove. Nilai
nutrisi detritus di daerah ini lebih tinggi dari nilai nutrisi materi tumbuhan mati yang
disebabkan terutama oleh infestasi fungi laut.
Banyak spesies fungi yang bersifat saproba, yang menguraikan materi-materi organic. Karena
itu fungi merupakan decomposer utama pada ekosistem lautan setelah bakteri, terutama di
perairan rawa asin dan komunitas mangrove.
Fungi juga ditemukan dalam hubungan simbiotik dengan organism laut lainnya. Banyak fungi
parasit pada alga dan vegetasi rawa asin, yang lainnya mutualistik. Fungi parasit pada
rawa asin dan mangrove telah ditemukan menginfeksi alga, diatom, jaringan tumbuhan vaskuler
dan hewan invertebrata. Fungi parasit membawa masalah serius pada industri marikultur
alga merah Porphyra.
Terdapat sekitar 500 spesies fungi laut yang menghuni ekosistem laut dan payau (estuary).
Diantaranya 29 spesies berbentuk filament, 177 spesies jamur ragi dan 100 spesies berupa
jamur simpel (water molds). Diantara fungi berupa filamen, 149 spesies termasuk Kelas
Ascomycetes, 56 spesies dalam Kelas Duteromycetes dan 4 spesies dalam Basidiomycetes.
Berdasarkan klasifikasi Alexopoulos dan Mims, fungi tergolong dalam tiga divisi.
Selengkapnya klasifikasi fungi adalah sebagai berikut :
(1) Divisi Gymnomycota, terdiri dari fungi pagotrofik, tidak terdiri dari fungi pagotrofik,
tidak berdinding sel dan mempunyai fase assimilasi amoeboid, karenanya disebut sebagai
“slime molds”. Dari tiga kelas yang termasuk dalam divisi ini, hanya satu kelas yang
mencangkup spesies yang hidup di laut, yaitu kelas Labyrinthulomycetes. Contoh
Labyrinthula yang menginfeksi beberapa spesies lamun dan alga.
(2) Divisi Mastigomycots, terdiri dari fungi memiliki sifat seperti tumbuhan, memiliki flagel
pada beberapa fase hidupnya dan biasanya seluluse terdapat di dalam dinding selnya. Divisi
ini meliputi empat kelas, yaitu :
- Kelas Chytridiomycetes, contoh spesies Chytridium megastomum yang tumbuh pada
alga merah Ceramium, dan spesies Coenomyces consuens yang hidup pada alga
hijau.
Evaluasi:
Daftar Pustaka:
Dawes. C. J. (1981). Marine Botany. John Wiley & Sons, New York. pp 563-608.
Dring, M. J. (1983). The Biology of Marine Plants. Edward Arnold, London. pp 170-177.
Price, I. R. (1983). Marine Plant Life. Dalam M. N. Clayton dan R. J. King (eds), Biology of
Marine Plants. Longman Cheshire, Melbourne. pp 5-24.
Webber, H. H. dan Thurman, H. V. (1991). Marine Biology. Harper Collins Publishers, New
York. pp 65-81.
Setelah mengikuti perkuliahan baik teori maupun praktek, mahasiswa diharapkan dapat:
9.1. Pendahuluan
Dalam kajian ekologi umum telah kita pahami bahwa setiap organisme memiliki saling
ketergantungan antara satu dengan lainnya. Antara organisme dengan lingkungan tempat
hidupnya juga tak dapat dipisahkan, artinya organisme sangat bergantung pada kondisi yang
ada di sekitarnya.
Sebagaimana dengan organisme lainnya, kehidupan dan penghidupan tumbuhan laut sangat
ditentukan oleh faktor-faktor eksternal, yakni faktor-faktor lingkungan dimana tumbuhan itu
hidup. Jika faktor lingkungan tersebut mendukung, maka kehidupan tumbuhan laut akan
terjamin. Sebaliknya jika faktor lingkungan kurang mendukung, maka kehidupan tumbuhan
laut akan menjadi terganggu, bahkan mungkin akan mati atau punah. Karena itu informasi
tentang faktor ekologis bagi tumbuhan laut sangat diperlukan.
Dalam lingkungan laut terdapat sejumlah faktor yang berpengaruh langsung atau tidak
langsung terhadap tumbuhan laut. Secara garis besar, faktor-faktor tersebut dapat
dikelompokkan menjadi faktor geologis (geological factors), faktor fisik (physical factors), faktor
Sejumlah faktor fisik lingkungan memainkan peranan yang penting dalam pembentukan dan
kelangsungan communitas tumbuhan laut. Faktor-faktor tersebut antara lain, cahaya,
temperature, gelombang, arus, pasang-surut, ombak dan sedimentasi.
9.2.1. Cahaya
Cahaya suatu prasyarat bagi kehidupan di muka bumi ini karena merupakan sumber energi
utama untuk proses fotosintesis. Kemampuan cahaya dalam menembus lautan menciptakan
adanya zona fotik, dan perubahan dalam intensitas dan kualitas dengan kedalaman
menentukan dimana tumbuhan laut dapat hidup.
Sejumlah aktivitas tumbuhan laut sangat bergantung pada cahaya. Kebanyakan alga memiliki
toleransi intensitas cahaya tertentu, mengelantang (bleaching) pada intensitas tinggi dan
berhenti pertumbuhannya saat intensitas cahaya tinggi. Sejumlah aktivitas metabolic
terpengaruh oleh cahaya, termasuk diantaranya adalah produksi pigmen, laju fotosintesis,
pergerakan kloroplas, bioluminesence dan fototaktik. Kulaitas dan fotoperiod juga dapat
mempengaruhi reproduksi. Respon struktur alga juga telah dilaporkan terpengaruh oleh
cahaya, misalnya perubahan dalam ukuran, perbedaan morfologi dan perubahan sitoplasma.
Sejumlah faktor dalam lingkungan laut dapat menghambat penetrasi cahaya. Termasuk
diantaranya adalah turbiditas, penutupan (shading) dan kedalaman. Semakin dalam suatu
tempat, cahaya yang sampai semakin berkurang, bahkan mungkin tidak ada. Adanya partikel
dalam air (turbiditas) juga akan menghambat penetrasi cahaya. Karena itu faktor yang
dapat meningkatkan turbiditas di laut harus dihindarkan, terutama sedimentasi. Adanya
sejumlah tanaman dipermukaan yang menutup air juga merupakan penyebab utama
berkurangnya cahaya yang dapat sampai ke dasar perairan.
Dari seluruh faktor fisik, temperatur merupakan faktor utama yang menentukan distribusi
geografik tumbuhan laut. Sebagai contoh, mangrove tidak dapat tumbuh dan hidup pada
temperature yang rendah dan distribusi alga berkorelasi dengan rejim thermal sepanjang
pantai.
Pengaruh temperatur pada tumbuhan laut seperti fungi, bakteri, alga dan tumbuhan bunga
telah lama diketahui. Toleransi terhadap temperatur ekstrim mungkin suatu respon fungsional,
khususnya selama periode panas dan dingin yang ekstrim. Sebagai contoh alga memiliki
garadien toleransi terhadap temperatur, dimana alga yang berasal dari lingkungan yang airnya
dingin memiliki tingkat toleransi tinggi terhadap temperatur rendah, sementara yang berasal
dari daerah tropic dapat mentoleransi temperature tinggi. Aspek biologi lainnya seperti
fotosintesis, respirasi, pertumbuhan, germinasi spora dan reproduksi juga dipengaruhi oleh
temperatur. Respon struktur dan kimia juga terpengaruh oleh temperatur. Misalnya alga yang
berukuran besar biasanya hanya ditemukan di daerah latitude dingin; dan dalam banyak kasus
konsentrasi protein lebih tinggi pada alga yang berasal dari perairan dingin.
9.2.3. Gelombang
Gelombang umumnya disebabkan oleh hembusan angin. Ada tiga faktor yang menentukan
besarnya gelombang karena angin, yakni kuatnya hembusan, lamanya hembusan dan jarak
tempuh angin. Sekali gelombang telah terbentuk oleh angin maka gelombang itu akan
merambat terus sampai jauh. Umumnya jauh melampaui daerah angin yang
menyebabkannya. Itulah sebabnya di pantai selatan Jawa misalnya sering dapat disaksikan
gelombang yang besar datang dan terhempas ke pantai meskipun angin setempat saat itu
tidak besar. Gelombang besar yang datang itu bisa merupakan gelombang kiriman yang
berasal dari badai yang terjadi jauh di bagian selatan Samudera Hindia.
Gelombang mempengaruhi tumbuhan laut dalam banyak cara: (1) dengan menciptakan
tarikan pada tumbuhan sehingga tumbuhan tercabut, (2) dengan membawa sedimen yang
mengikis atau melongsorkan tumbuhan dan (3) dengan tubrukan yang menyebabkan
Produktivitas daerah pesisir berkorelasi dengan total penutupan alga. Lokasi terlindung
biasanya memiliki diversitas rendah, tetapi biomassa dan produktivitas primer tinggi.
Sebaliknya di daerah terbuka, laju produktivitas rendah dan penurunan biomassa umum
terjadi. Organ yang menyerupai daun pada alga tidak berkembang baik pada areal yang
bergelombang ekstrim karena adanya proses pencukuran.
9.2.4. Pasang-surut
Pasang-surut atau disingkat pasut adalah gerakan naik turunnya muka laut secara berirama
yang disebabkan oleh gaya tarik bulan dan matahari, namun yang paling besar pengaruhnya
adalah bulan. Karena adanya gaya tarik bulan yang kuat, maka bagian bumi yang terdekat ke
bulan akan tertarik membengkak hingga perairan samudera disitu akan naik dan menimbulkan
pasang. Pada saat yang sama, bagian bola bumi dibaliknya akan mengalami keadaan serupa
atau pasang pula. Sementara itu pada sisi lainnya yang tegak lurus terhadap poros bumi-
bulan, air samudera akan bergerak kesamping hingga menyebabkan terjadinya keadaan surut
disitu.
Pasang surut memainkan peranan yang signifikan di daerah intertidal. Zonasi intertidal diyakini
terutama akibat pengaruh dari level pasang surut dan juga oleh faktor fisik lainnya. Arus
pasang dapat menimbulkan erosi, riam pasang dan pencampuran vertikal arus air. Di daerah
yang arus pasangnya tinggi, kekuatan pencukuran aktif sehingga mengurangi atau
menurunkan jumlah dan ukuran spesies alga.
Faktor kimia dalam lingkungan laut yang memainkan peranan penting adalah salinitas,
nutrient, gas terlarut, konduktivitas, pH dan populasi (pencemar)
9.3.1. Salinitas
Kadar garam lautan biasanya disebut salinitas. Salinitas didefinisikan sebagai jumlah berat
semua garam (dalam gram) yang terlarut dalam satu liter air, biasanya dinyatakan dengan
satuan o/oo (per mil, gram perliter).
Di perairan samudera, salinitas biasanya berkisar antara 34-35 o/oo, sebaliknya di daerh dekat
pantai variasi salinitas besar karena berbagai faktor, misalnya pengenceran karena hujan atau
pengentalan akibat penguapan. Ada banyak cara untuk menentukan salinitas, baik secara
kimia maupun fisika. Salah satu alat yang paling popular adalah salinometer yang kerjanya
didasarkan pada daya hantar listrik.
Tingkatan salinitas suatu perairan menentukan tumbuhan yang dapat hidup di dalamnya. Alga
pada umumnya memiliki rentangan toleransi yang sangat besar. Alga pada umumnya memiliki
rentangan toleransi yang sangat besar. Namun beberapa spesies, khususnya yang tergolong
makroalaga atau rumput laut (seaweeds) hanya dapat tumbuh baik pada rentangan
salinitas kecil, misalnya Eucheuma spp. tumbuh baik pada salinitas 27-34 o/oo.
9.3.2. Nutrien
Ketersediaan nutrient dalan perairan laut menarik perhatian banyak ahli tumbuhan laut karena
pengaruhnya sangat besar terhadap komunitas tumbuhan. Empat elemen yang perlu bagi
pertumbuhan tumbuhan adalah oksigen (O), karbon (C), nitrogen (N) dan fosfor (P) dengan
perbandingan 212 O; 106 C; 15 N; 1 P di dalam air laut. Elemen lain seperti boron juga harus
tersedia walaupun kurang penting dibandingkan ke empat elem utama. Dalam menghitung
nutrient biasanya termasuk parts permillion (ppm), milligram per liter (mg/1), microgram atoms
per liter (µg atoms/1) dan micromoles (µ moles).
Kompetisi (competition), parasiik, epifit, pemangsaan (grazing dan predator) merupakan faktor
biologi yang banyak berperan terhadap kehidupan tumbuhan laut. Dalam hal kompetisi,
tumbuhan laut biasanya terutama bersaing dalam mendapatkan ruang (tempat), makanan dan
cahaya.
Pengaruh parasit terhadap kehidupan tumbuhan laut telah lama diketahui. Bakteri dan
sejumlah fungi banyak dilaporkan hidup parasit pada alga dan tumbuhan bunga laut, baik
sebagai endoparasit. Bahkan kadang organisme parasit, terutama yang hidup sebagai
endoparasit dapat menimbulkan penyakit pada tumbuhan inangnya.
Sejumlah organisme laut ditemukan hidup menempel (epifit) pada tumbuhan laut yang besar.
Pada permukaan tubuh beberapa spesies makroalga (rumput laut) sering dijadikan sebagai
habitat bagi beberapa invertebrate dan alga kecil lainnya. Adanya organisme penempel ini
berpengaruh terhadap kehidupan tumbuhan laut karena dapat mengurangi cahaya yang
diterima oleh tumbuhan tersebut sehingga aktivitas fotosintesis juga menurun.
Dalam hal pemangsaan, alga seringkali menjadi sasaran utama. Sejumlah spesies ikan
dan invertebrate memangsa alga. Akibatnya pada suatu daerah yang dihuni oleh banyak
pemangsa, jumlah alga yang dapat hidup sangat kurang. Berbeda dengan alga, pemangsa
lamun tidak terlalu banyak. Hewan yang sering memakan lamun adalah penyu, ikan duyung
dan beberapa spesies moluska.
Evaluasi:
Daftar Pustaka:
Clayton, M. N. dan R. J. King. (1990). Biologi of Marine Plants. Longman Cheshire, Melbourne.
pp 241-382.
Dawes, C. J. (1981). Marine Botany. John Wiley & Sons, New York. pp 287-418.
Rogers. C. S. (1990). Responses of coral reefs and reef organisms to sedimentation. Mar.
Ecol. Prog. Ser. 62:185-202.
Webber, H. H. dan Thurman, H. V.(1991). Marine Biology. Harper Collins Publishers Inc., New
York. pp 368-388.