DAFTAR ISI...................................................................................................i
BAB I..................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang Penelitian.........................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................1
C. Tujuan Penulisan........................................................................2
BAB II.................................................................................................3
PEMBAHASAN....................................................................................3
A. Pengertian Thabaqat Ruwat.........................................................3
B. Macam-macam Thabaqat Ruwat.............................................4
C. Urgensi mempelajari Thabaqat al Ruwat...................................8
D. lmu Tarikh Ar-Ruwat......................................................................8
E. Kitab-Kitab Tarikh Ar-ruwat........................................................10
F. Shahabat Yang Banyak Meriwayatkan Hadits......................12
G. Nama-Nama 12 Thabaqat.......................................................13
BAB III...................................................................................................18
PENUTUP..............................................................................................18
A. Kesimpulan................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................19
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis
dapat merumuskan masalah yaitu sebagai berikut :
1. Apa Pengertian Thabaqoh Ruwat ?
2. Bagaimana Pembagian Tabaqoh Para Perawi Hadits Sejak
Masa Sahabat?
3. Apa saja Faedah Mengetahui Thabaqoh?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Pengertian Thabaqoh Ruwat.
2. Untuk mengetahui Pembagian Tabaqoh Para Perawi Hadits
Sejak Masa Sahabat.
3. Untuk mengetahui Faedah Mengetahui Thabaqoh.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2 Mahmud ath-Thahan, Taisir musthalahul Hadits, (Jakarta: Baerut; Dar al-Qur'an al-
Karim, 1979). Hlm. 299
3
3 Ibid. Hlm. 299
4
dalam periwayatan saja. Maksud berdekatan dalam isnad adalah
satu perguruan atau satu guru atau diartikan berdekatan dalam
berguru. Jadi para gurunya sebagian para periwayat juga dan
menjadi guru bagi sebagian perawi lain.
Kadangkala para muhadditsin menganggap bahwa
kebersamaan dalam menimba ilmu hadits adalah cukup bisa
dikatakan satu thabaqat. Sebab pada umumnya mereka memiliki
kesamaan dalam umur. Peneliti dan pengamat ilmu hadits sangat
dituntut untuk mengetahui tahun kelahiran dan kematian setiap
rawi, murid-muridya, dan guru-gurunya.
Kategorisasi bagi seorang rawi dalam suatu thabaqat bisa
berbeda-beda, bergantung pada segi penilaian dan hal-hal yang
mendasari kategorisasinya. Oleh karena itu, seringkali dua
orang rawi dianggap berada dalam satu thabaqah karena
memiliki kesamaan dalam satu segi, dan dianggap berada
dalam thabaqat yang berlainan karena tidak memiliki kesamaan
dalam
segi lainnya.
Anas b. Malik al-Anshari beserta sahabat junior lain akan
berada di bawah sekian thabaqat Abu Bakar dan sejumlah
sahabat senior, bila dilihat dari segi waktu mereka masuk
Islam. Namun, mereka dapat dianggap berada dalam satu
thabaqat bila dilihat dari kesamaan mereka sebagai sahabat
Nabi SAW. Dengan demikian, seluruh sahabat adalah thabaqat
rawi yang pertama, para tabi’in menempati thabaqat kedua,
para tabi’it tabi’in thabaqat ketiga, dan seterusnya.
5
Para ulama membuat ta’rif Ilmu Thabaqat, ialah “Suatu
ilmu pengetahuan yang dalam pokok pembahasannya diarahkan
kepada kelompok orang-orang yang berserikat dalam satu alat
pengikat yang sama”. Ilmu Thabaqat Ar Ruwah telah muncul
dan berkembang di tangan para ulama hadits sejak abad ke-2
H.
6
Ibnu as-shalah berkata, “Telah sampai kepada kami
dari Abul- mudlaffir As-Sam’ani Al- marwazi, bahwa sanya
dia berkata: “para ulama hadits menyebut istilah shahabat
kepada setiap orang yang telah meriwayatkan hadits atau
satu kata dari beliau SAW, dan mereka memperluas hingga
kepada orang yang pernah melihat beliau meskipun hanya
sekali, maka ia termasuk dari shahabat. Hal ini karena
kemuliaan kedudukan Nabi SAW, dan diberikanlah julukan
shahabat terhadap setiap orang yang pernah melihatnya”.
Dan dinisabatkan kepada Imam para tabi’in sa’id
bin
Al-Musayyib perkataan:”Dapat dikatakan sebagai shahabat
bagi orang yang pernah tingal bersama Rasulullah SAW.
setahun atau dua tahun, dan ikut berperng bersamanya
sekali atau dua kali peperangan”. Ini yang dihikayatkan
para ulama ushul fiqh. Akan tetapi Al-Iraqi
membantahnya,”Ini tdak benar dari Ibnu-Musayyib, karena
Jarir bin Abdillah Albajali termasuk dari shahabat, padahal
dia masuk Islam pada tahun 10 H. Para ulama juga
menggolongkan sebagai shahabat orang yang belum
pernah ikut perang bersama beliau, termasuk ketika
Rasulullah SAW. wafat sedangkan orng itu masih kecil dan
belum pernah duduk bersamanya”.5
Ibnu hajar berkata,”Dan pendapat paling benar yang
aku pegang, bahwasanya shahabat adalah seorang
mu’min yang pernah berjumpa dengan Rasulullah SAW.
dan mati dakam keadaan Islam, termasuk didalamnya
adalah orang yang pernah duduk bersama baik lama atau
sebentar, baik meriwayatkannya darinya atau tidak, dan
orang yang pernah melihat beliau walaupun sekali dan
belum pernah duduk dengannya dan termasuk jugs
orang yang tidak
7
5 Al-Qaththan, Manna. Pengantar Studi Ilmu Hadits, (Jakarta: Pustaka al-Kaitsar, 2006). hlm. 97.
8
melihat beliau SAW. karena ada halangan seperti buta.
(lihat shahih Al-Bukhari tentang keutamaan para shshabat,
ulumul hadits oleh ibnu shalah halaman 263, Al-Baitsul-
Hadits halaman 179, Al-Ishabah 1/4 , fathul-Mughits 4/29,
dan Tadriibur –Rawi halaman 396).
2. Thabaqat yang kedua kibar tabiin,
Seperti Said bin Al-musayyib, dan begitu pula para
mukhodhrom. Mukhodhrom adalah orang yang hidup pada
zaman jahiliyah dan Islam, akan tetapi dia tidak pernah
melihat Rasulullah SAW. dalam keadaan beriman. Misalnya:
seoarang masuk Islam pada Rasulullah SAW. akan tetapi
dia tidak pernah bertemu Rasulullah karena jaraknya jauh
atau udzur ynag lain. Atau seseorang yang hidup pada
zaman Rasulullah SAW. akan tetapi dia belum maduk
Islam
melainkan setelah wafatnya rasulullah SAW.6
3. Thabaqat ketiga adalah thabaqat pertengahan dari
tabi’in seperti al-hasan (al-basri) dan ibnu sirin, dan
mereka adalah thabaqat yang meriwayatkan dari
sejumlah
shahabat nabi SAW.
4. Thabaqat keempat adalah tabi’in kecil mereka adalah
thabaqat yang sesudah sebelumnya yakni thabaqat
ketiga, kebanyakan riwayat mereka adalah dari kinar
tabi’in yakni tabaqat kesatu. Rawi yang dalam thabaqot
ini contohnya
adalah az-zuhri dan qotadah.
5. Thabaqat yang kelimma adalah thabaqat yang
paling kecil dari tabi’in, mereka melihat seseoarang
atau beberapa orang shahabat. Contohnya adalah Musa
bin ‘uqbah dan Al-a’masy.
6. Thabaqat keenam, thabaqat ini adalah thabaqat yang
sezaman dengan thabaqt yang kelima, akan tetapi tidak
9
6 Ibid., hlm. 301
1
tetap khabar bahwa mereka pernah bertemu seoorang
shahabat seperti ibnu juraij.
7. Thabaqat ketujuh yaitu thabaqat kibar tbiut tabi’in seperti
Malik dan Ats-tsauri.
8. Thabaqat ketujuh adalah thabaqat tabiut tabi’in
pertengahan, ibnu uyainah dan ibnu ulaiyyah.
9. Thabaqat kesembilan adalah thabaqat yang paling kecil
dari tabi’ut tabi’in, yazid bin harun, Asy-syafi’i, Abu daud
ath-thoyaalisi, dan Abdurrazaq.
10. Thabaqat kesepuku: thabaqat tertinggi yang
mengambil hadits dari tabi’ut tabi’in, seperti Ahmad bin
hanbal.
11. Thabaqat kesebelas: thabaqat pertengahan dari
rawi yang mengambil hadits dari tabi’ut tabi’in seperti
Adz-
dzuhli dan Albukhari.7
12. Thabaqat kedua belas: thabaqat yang rendah yang
mengambil hadits dari thabi’ut tabi’in, seperti At-turmudzi
dan para imam yang enam lainnya yang tertinggl sedikit
dari wafatnya para tabi’ut tabi’in, seperti sebagian para
Syaikhnya An-nasa’i. Adapun ulama yang membagi
thabaqah shahabah kepeda lima thabaqah, tersusun
sebagai berikut:
a. Ahli Badar.
b. Mereka yang masuk Islam lebih dulu, berhijrah ke
Habsyi dan menyaksikan pertemuan-
pertemuansesudahnya/
c. Mereka yang ikut perang khondaq.
d. Wanita-wanita yang masuk Islam, setelah Mekah
terkalahkan dan sesudahnya.
e. Anak-anak.
1
C. Urgensi mempelajari Thabaqat al Ruwat
1
tanggal lahir dan wafat gurunya, jadi mungkin sekali mereka
tidak saling bertemu, disebabkan kematian gurunya mendahului
daripada kelahirannya. Jika demikian halnya, maka hadist yang
mereka riwayatkan itu sanadnya tidak bersambung.
9 Al-Khathib, Muhammad ‘Ajaj. Ushul Al-Hadits; Pokok-pokok Ilmu Hadits. (Jakarta: PT.
Gaya Media Pratama, 1998). hlm. 85.
1
E. Kitab-Kitab Tarikh Ar-ruwat
1
orang. Baik mereka itu laki-laki maupun perempuan, baik
mereka yang tsiqat maupun yang ghair tsiqat.10
Nama-nama rawi itu disusun secara alfabetis. Akan
tetapi nama yang pertama ditaruhpada bab pendahuluan
adalah nama yang menggunakan nama Muhammad. Setiap
nama dijadikan satu bab dan disusun secara alfabetis
atau arabiyah dengan menggunakan nama leluhurnya.
Kitab terssebut terdiri dari 4 jilid besa-besar. Pada cetakan
haider
abad th. 1362H, kitab tersebut dijadikan 8 jilid.
b. Tarikh Nisabur, karya imam Muhammad bin abdullah Al
Hakim an-Nisabury (321-405H.)kitab ini merupakan kitab
tarikh yang terbesar dan banyak faedahnya bagi ara
puqoha. Hanya saja kitab ini telah hilang. Ia hanya
ditemukan dalam kondisi cuplikan yang terdiri dari
beberapa lembar.
c. Tarikh Bagdad, karya Abu bakar ahmad Ali Al Bagdady,
yang terkenal dengan nama Al khatib Al Bagdady (392-463
H). Kitab yang besar faidahnya ini memuat biografi dari
ulama-ulama besar dalam segala bidang ilmu pengetahuan
sebanyak 7831 orang dan disusun secara alfabetis. Perawi-
perawi yang tsiqat, lemah dan yang ditinggalkan,
haditsnya semuanya dimasukan semuanya didalam kitab
ini. Ia terdiri dari 14 jilid dan dicetak pada tahun 1349 H
(1931 M).
Selain kitab-kitab tersebut diatas masih banyak lagi
kitab-kitab tarikh ar-Ruwat, antara laina iIkmal fi raf’il-
ibtiyab’anil mu’talif wal mukhtalif, karya Al Amir Al Hafidz
Abi nasr ‘ali bin hibatillah bin ja’far yang terkenal dengan
nama Ibnu ma’kula Al Bagdady. Ada pula kitab Tahdzibul
1
kamal fi asmail rijal, karya Al HafidzJamaludin Abil Hajjad
Yusuf Al Mizay ad-dimamasyqy (654-742 H).11
1
sebanyak 60 buah, yang infrada bihi al-Bukhari sebanyak
16 buah dan yang infrada Muslim sebanyak 126 buah.
7. Abu Sa’id al-Khudry r/a. Beliau meriwayatkan hadits
sebanyak 1170, dari jumlah terdebut yang muttafaq ‘alaih
sebanyak 46 buah, yang infrada al-Bukhari sebanyak 16
buah dan infrada buhu Muslim sebanyak 52 buah.
G. Nama-Nama 12 Thabaqat.
1
4. ‘Abdurrahman bin Abi Laila (w 83 H)
5. ‘Atha bin Yasar (w. 94 H)
6. ‘Alqamah (w. 61 H)
7. Masruq (w. 63 H)
3. Thabaqat ketiga (Wustha minat-Tabi’in).
1
2. Tsabit bin aslam (w. 127 H)
3. Sulaiman bin Tharkhan at-Taimi (w. 143 H)
4. Simak bin Harb (w. 123 H)
5. Shalih bin Kaisan Al-Madani (w. Setelah 130 H)
6. ‘Ashim bin Sulaiman al-Ahwal (w. 140 H)
7. ‘Abdullah bin Dinar (w. 127 H)
8. ‘Amr bin Dinar (w. 126 H H)
9. Qatadah (w. 117 H)
10. Muhammad bin muslim bin tadrus (w. 126 H)
11. Ibn syihab az-Zuhri (w. 125 H)
12. Hammam bin munabbih (w. 132 H)
5. Thabaqat kelima (Sughra minat tabi’in)
Thabaqat kelima adalah genesai taabi’in junior,
yaitu yang melihat 1 atau 2 orang shahabat, tapi tidak
pernah mendengar riwaywt hadits dari mereka.
Diantaranya
adalah:
1. Ibrahim an-Nakha’i (w. 96 H)
2. Ayyub bin Abi Taimiyyah (w. 131 H)
3. Al-Hakam bin utaibah (w. 113 H). Dan lain sebagainya.
6. Tthabaqat keenam (Aasharul khamisah)
Thabaqat ini adalah orang-oranng yang hidup
sezaman dengan perawi thabaqat kelima (Tabi’in junior),
namun tidak pernah bertemu dengan shahabat .
diantaranya adalah:
1. Jarir bin hajim (w. 170 H)
2. Sa’id bin abi ‘Arubah (w. 156 H)
3. Suhail bin abi Shalih (w. 138 H). Dan masih banyak yang
lainnya.
7. Thabaqat ketujuh (Kibaru atba’ut tabi’in).
2
1. Ibrshim bin Sa’d (w. 185 H)
2. Ibnu ‘Ulayyah (w. 193 H)
3. Ismail bin ja’far (w. 180 H), dan lain yang sangat panjang
bila disebutkan semua.
9. Thabaqat kesembilan (shughra min atbait tabi’in)
Thabaqat kesembilan adalah generasi junior dari para
pengikut tabi’in. Diantaranya adalah:
1. Adam ibnu abii Iyas (w. 220 H)
2. Bahz bin Asad (w. Setelah 200 H)
3. Hajjaj bin Muhammad (w. 206 H). Dan llain sebagainya.
10. Thabaqat kesepuluh (kibarul Akhidzin ‘an
tabait atba’).
2
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
➢ Thabaqat ar-Ruwat adalah pengelompokan orang yang
menerima, memelihara dan menyampaikan hadits yang
hidup dalam satu generasi atau satu masa dan dalam
perriwayaatan ataau isnad yang sama atau sama dalam
periwayatan saja. Maksud berdekatan dalam isnad adalah
satu perguruan atau satu guru atau diartikan berdekatan
dalam berguru. Jadi . para gurunya periwayat juga
menjadi
guru bagi sebagian perawi lain.
➢ Tingkatan-tingkatan thabaqat secara garis besar dalam
ilmu hadits ada 12 thabaqat.
➢ Ilmu Thabaqat merupakan bagian dari Ilmu rijal al hadits,
dalam Ilmu Thabaqat obyek yang dijadikan
pembahasannya ialah rawi-rawi yang menjadi sanad suatu
hadits. Kalau dalam Ilmu rijal al hadits para rawi
dibicarakan secara umum tentang hal ihwal, biografi, cara-
cara menerima dan memberikan Al Hadits dan lain
sebagainya, maka dalam Ilmu Thabaqat, menggolongkan
para rawi tersebut dalam satu atau beberapa golongan,
sesuai dengan alat pengikatnya.
➢ Kitab-kitab thabaqat karya para ulama antara lain Al-
Thabaqat al-Kubra karya Imam al-Hafizh Muhammad b.
Sa’d dan Al-Thabaqat karya Iman Khalifah b. Khayyath.
2
DAFTAR PUSTAKA