Masukan atau umpan balik yang secara spesifik penulis terima terdapat pada ranah keahlian
berbicara. Memang harus diakui bahwa kemampuan guru bahasa Inggris penulis dalam
melafalkan kosakata bahasa Inggris tidak bisa sama dengan para penutur asli. Karena penulis
memiliki aksen jawa yang kental, sehingga kosakata yang diucapkan dalam bahasa Inggris
pun terlihat ada aksen Jawanya. Yang kedua, penulis cenderung kurang percaya diri ketika
berkomunikais dengan para mentor yang berasal dari luar negeri.
Dua masukan tersebut membuat penulis menjadi sadar akan pentingnya keahlian berbicara
untuk berkomunikasi dengan penutur asli. Dengan lapang dada masukan penulis terima
karena pada dasarnya memang kelemahan penulis pada kompetensi profesional ada pada
ranah berbicara ini.
Pada saat pelatihan setiap satu minggu sekali peserta akan mendapatkan masukan dari
instruktur. Pada saat setelah diberi masukan penulis langsung memperbaiki apa yang diminta
oleh instruktur. Untuk contoh instruktur meminta penulis untuk belajar melafalkan huruf
/p/, /th/ dengan mengikuti penutur asli, membaca kalimat dengan tekanan yang tepat,
berbicara dengan lebih percaya diri dan lain-lain. Meskipun penulis memiliki aksen bahasa
Inggris yang terdengar Jawa, perbaikan itu muncul setelah penulis memperoleh banyak
masukan dan feedback dari instruktur. Aksen jawa yang penulis miliki tidak hilang 100%,
namun ada perubahan dari yang sebelum pelatihan nilai berbicara penulis pada kisaran 70
menjadi 85. Hal itu membuat penulis merasa puas dengan pelatihan yang diikuti dan berkat
kritik atau masukan yang diterima. Tanpa masukan atau feedback, penulis tidak yakin akan
lebih merasa percaya diri berkomunikasi dengan penutur asli.
1. Percaya diri. Tanpa sikap tersebut pada dasarnya setiap manusia enggan untuk
melakukan hal-hal baru karena sudah berada pada zona nyaman. Zona ini dapat
menghambat proses pengembangan diri seseorang, karena sudah merasa nyaman
dengan kondisi yang sedang dilaluinya. Rasa percaya diri ini penulis pupuk dengan
mengikuti berbagai pelatihan baik yang diselenggarakan oleh MGMP, Dinas
Pendidikan, lembaga ataupun kementrian pendidikan. Semakin banyak pelatihan yang
diikuti, semakin besar rasa percaya diri yang penulis peroleh.
2. Memanfaatkan waktu sebaik mungkin.
Pengaturan waktu yang baik akan menghasilkan kedisiplinan diri yang baik juga.
Dalam waktu luangnya di luar jam mengajar, penulis gunakan untuk mempelajari hal
baru, terutama yang berkaitan dengan pembelajaran digital. Pada generasi Z ini,
seorang guru harus bisa mengikuti perkembangan zaman. Metode pembelajaran yang
digunakan pun harus sesuai dengan zamanya. Sperti ketika penulis mengikuti
kegiatan Pembatik yang diselenggarakan oleh Pusdatin, meskipun hanya pada level 3.
3. Belajar dari pengalaman. Hal ini menjadi guru yang sangat berharga. Dengan penulis
pernah melalui suatu permasalahan yang rumit, di masa yang akan datang penulis
dapat menyelesaikan dengan cara yang lebih baik dan tepat. Dengan pengalaman yang
penulis alami, menjadikan penulis lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan dan
bertindak.
4. Hal baru atau berbeda yang digunakan oleh penulis untuk mendukung proses
pengembangan dirinya yaitu dengan bersifat ambisius dalam meraih prestasi. Dengan
sifat ini penulis merasa bersemangat dalam mencapai suatu hal.
Empat hal di atas adalah hal penting yang sudah dilakukan penulis untuk selalu belajar
kapanpun dan dimanapun, dan untuk memperbaiki bakat, kepribadian dan kemampuan yang
dimiliki oleh penulis, terutama dalam hal kegiatan belajar mengajar.
Hal-hal di luar kebiasaan yang penulis lakukan yaitu belajar mandiri diluar dari tuntutan
sebagai guru , belajar mengelola website pribadi, mengembangkan bahan ajar dan
mengunggahnya di website tersebut.
Proses pembelajaran yang penulis terapkan di sekolah yaitu dengan menggunakan Learning
Management System. Dengan menerapkan metode ini penulis merasa lebih produktif dalam
membuat bahan ajar, merancang rencana pembelajaran dan dalam pelaksanaan pembelajaran.
Dengan bahan ajar yang menarik, rancangan pembelajaran yang tidak bertele-tele, dan
pelaksanaan pembelajaran yang interaktif, peserta didik menjadi lebih termotivasi pada
pembelajaran yang penulis ampu. Contoh nyata, penulis memberikan materi berbasis digital
melalui LMS sekolah dan didukung dengan materi pengayaan melalui personal website
penulis. Melalui LMS, peserta didik memperoleh materi dalam bentuk video interaktif, game
dan slide. Untuk penilaian peserta didik juga dilakukan melalui LMS. Di samping LMS,
peserta didik diminta untuk melakukan pengayaan melalui personal website milik penulis.
Dengan menggunakan metode ini, motivasi belajar peserta didik, dan hasil belajar atau nilai
akhir yang diperoleh menjadi lebih baik. Dengan motivasi peserta didik yang tinggi,
semangat penulis dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran menjadi
maksimal.