Alikasalma Anjali1
ABSTRAK
Protein merupakan zat pembangun yang penting dalam siklus kehidupan manusia. Protein
digunakan sebagai zat pembangun tubuh untuk mengganti dan memelihara sel tubuh yang
rusak, reproduksi, mencerna makanan dan kelangsungan proses normal dalam tubuh. Analisa
protein dapat dilakukan dengan beberapa cara yang salah satunya menggunakan metode
biuret. Tujuan dilakukannya analisa protein ini adalah untuk melakukan identifikasi
keberadaan protein secara kulitatif dan mengetahui kadar protein berbagai macam bahan
sumber protein melalui uji kuantitatif biuret. Dengan mengetahui kadar protein dari suatu
bahan makanan maka diharapkan masyarakat dapat menentukan susunan proporsi makanan
yang baik untuk dikonsumsi sehari-hari demi menjaga kesehatannya karena protein memiliki
peranan yang penting bagi tubuh manusia dan adanya dampak buruk apabila mengalami
defisiensi protein. Dari hasil praktikum analisa kadar protein dengan metode Biuret diperoleh
hasil kadar protein tertinggi ada pada sampel putih telur yaitu 3,635 mg/ml dengan faktor
pengenceran sebesar 5, kemudian kadar protein tertinggi yang kedua adalah susu full cream
*Penyusun:
Alikasalma Anjali
195070300111007
5A1
Analisa Protein Biuret
dimana kadar protein susu adalah 2,392 mg/dl. Kemudian dilanjut dengan sampel biscuit
susu yang mempunyai kadar protein 0,553 mg/ml, sampel tempe 0,093 mg/dl, dan kadar
protein terendah ada pada sampel tahu yang mempunyai kadar protein sebesar -0,131 mg/dl.
ABSTRACT
Protein is an important building block in the human life cycle. Protein is used as a body
builder substance to replace and maintain damaged body cells, reproduction, digesting food
and the continuity of normal processes in the body. Protein analysis can be done in several
ways, one of which is using the biuret method. The purpose of this protein analysis is to
identify the presence of protein qualitatively and determine the protein content of various
protein sources through the quantitative biuret test. By knowing the protein content of a food
ingredient, it is hoped that the community will be able to determine the composition of the
proportions of good food for daily consumption in order to maintain their health because
protein has an important role for the human body and there is an adverse impact when
experiencing protein deficiency. From the results of practicum analysis of protein levels with
the Biuret method, the highest protein content was found in egg white samples, namely 3.635
mg/ml with a dilution factor of 5, then the second highest protein content was full cream milk
where the protein content of milk was 2.392 mg/dl. Then it was continued with milk biscuit
samples which had a protein content of 0.553 mg/ml, tempeh samples were 0.093 mg/dl, and
the lowest protein content was in tofu samples which had a protein content of -0.131 mg/dl.
*Penyusun:
Alikasalma Anjali
195070300111007
5A1
Analisa Protein Biuret
1. PENDAHULUAN
Protein merupakan makromolekul yang memegang peranan penting pada hampir semua
proses biologi. Fungsi protein dalam tubuh antara lain membantu perkembangan sel dan
menjaga pertahanan tubuh. Protein merupakan zat pembangun yang penting dalam siklus
kehidupan manusia(1). Protein digunakan sebagai zat pembangun tubuh untuk mengganti
dan memelihara sel tubuh yang rusak, reproduksi, mencerna makanan dan kelangsungan
proses normal dalam tubuh. Sumber protein diantaranya adalah kacang-kacangan dan hasil
Protein tersusun atas polimer asam amino, dimana asam amino merupakan senyawa
yang terdiri dari gugus amina (-NH2), gugus karboksil (-COOH) dan rantai samping (R). Rantai
samping ini yang membedakan antara asam amino satu dengan asam amino yang lainnya(1).
Dua atau lebih asam amino dapat membentuk polipeptida melalui pembentukan ikatan
peptida. Ikatan ini dibentuk antara gugus amina pada asam amino satu dengan gugus
karboksilat pada asam amino yang lain. Gugus amino dan gugus karboksil pada asam amino
tersebut, senyawa ini akan memberikan reaksi kimia yang yang mencirikan gugus-gugusnya.
Analisa protein dilakukan dengan beberapa cara yaitu secara kualitatif dapat dilakukan
dengan Test Biuret, Test Molish, Test Xanthoprotein, Test Millon, Test Ninhidrin sedangkan
secara kuantitatif dapat dilakukan dengan Metode Dumas, Spektrofotometri UV, Titrasi
Uji biuret dapat digunakan dalam analisis untuk mengetahui ada atau tidaknya ikatan
peptide dalam suatu senyawa sehingga uji biuret dapat dipakai untuk menunjukan adanya
*Penyusun:
Alikasalma Anjali
195070300111007
5A1
Analisa Protein Biuret
senyawa protein pada suatu bahan makanan. Metode biuret ini merupakan metode yang baik
untuk menentukan kandungan larutan protein karena seluruh protein mengandung ikatan
peptide(3).
Pada praktikum kali ini dilakukan uji protein pada sampel berupa tempe, tahu, susu full
cream, putih telur dan biskuit susu. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk melakukan
identifikasi keberadaan protein secara kulitatif dan mengetahui kadar protein berbagai
2. METODE
Bahan dan alat yang digunakan dalam analisa protein metode Biuret adalah sampel berupa
tempe, tahu, susu full cream, putih telur dan biskuit susu. Selain itu, dibutuhkan bahan dan
alat untuk proses analisa seperti akuades, BSA (Bovine Serum Albumin), reagen biuret, TCA
10% (Tri Chloroacetic Acid), etil eter, spektrofotometer, sentrifuse, vortex, mortar, tabung
reaksi dan rak tabung, mikropipet dan tip, pipet ukur dan bola hisap serta tabung falcon.
Prosedur Kerja:
Pertama dilakukan pembuatan larutan standart BSA (Bovine Serum Albumin) atau kasein
dalam aquades dengan konsentrasi 5 mg/mL. Kemudian masukkan ke dalam tabung reaksi 0
(blanko), 0,1; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan 1 mL larutan protein standart. Tambahkan aquades sampai
volume total masing masing 4 mL. Tambahkan 6 mL pereaksi biuret ke dalam masing- masing
tabung reaksi lalu homogenkan. Simpan tabung pada inkubator suhu 37⁰C selama 30 menit
sampai terbentuk warna ungu sempurna. Ukur absorbansi larutan standart menggunakan
*Penyusun:
Alikasalma Anjali
195070300111007
5A1
Analisa Protein Biuret
spektrofotometer pada panjang gelombang 540 nm. Kemudian, catat nilai absorbansi tiap
larutan dan buat kurva standartnya. Tahapan kedua yakni penetapan sampel dengan cara
aquades. Hancurkan sampel padat dengan menggunakan blender. Hancuran yang diperoleh
disaring lalu disentrifugasi pada kecepatan 4000 rpm selama 15 menit. Supernatan diambil
untuk dipergunakan sebagai sampel (protein dalam supernatan adalah soluble protein).
Untuk sampel cair yang berupa protein konsentrat dan tidak keruh, maka sampel cukup
diencerkan saja. Jika sampel cair keruh atau mengandung bahan-bahan yang mengganggu
seperti glukosa maka harus dilakukan perlakuan yakni ambil ekstrak sebanyak 0,4 mL dan
masukkan ke dalam tabung reaksi seperti pada waktu penetapan standart, kemudian
tambahkan aquades sampai volume total masing masing 0,6 mL. Tambahkan 10 % TCA (Tri
terdenaturasi. Sentrifus pada kecepatan 3000 rpm selama 10 menit sampai protein yang
eter kedalam endapan, campur merata lalu sentrifus kembali untuk menghilangkan residu
TCA. Biarkan mengering pada suhu kamar. Kemudian tambahkan aquades 4 mL ke dalam
pereaksi biuret, alkali dalam pereaksi ini akan melarutkan endapan yang tersisa. Inkubasi
dalam inkubator pada suhu 37°C selama 30 menit. Setelah itu, ukur absorbansinya
*Penyusun:
Alikasalma Anjali
195070300111007
5A1
Analisa Protein Biuret
Uji biuret merupakan analisa yang dapat digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
ikatan peptide dalam suatu senyawa sehingga uji biuret dapat dipakai untuk menunjukan
adanya senyawa protein. Langkah pengujian yang dapat dilakukan adalah larutan sampel
yang diduga mengandung protein ditetesi dengan reagen biuret yang mengandung NaOH dan
CuSO4 encer(1). Apabila larutan berubah menjadi warna ungu maka larutan tersebut
mengandung protein. Reaksi biuret merupakan reaksi warna yang umum untuk gugus
peptide dan protein. Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya warna ungu karena
terbentuk senyawa kompleks antara Cu2+ dan N dari molekul ikatan peptide(1).
Banyaknya asam amino yang terikat pada ikatan peptide mempengaruhi warna reaksi
ini. Senyawa dengan dipeptida memberikan warna merah. Beberapa protein yang mempunyai
gugus –CS-NH-, CH-NH- dalam molekulnya juga memberi tes warna positif dari reaksi biuret
membentuk suatu senyawa kompleks. Prinsip dasar dari uji biuret ini yaitu memanfaatkan
interaksi Cu2+ dengan ikatan peptida sehingga dihasilkan warna ungu(1). Warna yang
terbentuk akan diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 540
nm(1). Penentuan kadar protein dengan metode ini memerlukan suatu standar (kurva
standar) yang memberikan range tertentu. Agar dapat dihitung banyaknya protein dalam
bahan maka perlu lebih dahulu dibuat kurva standart yang melukiskan hubungan antara
konsentrasi protein dengan optical density (OD) pada panjang gelombang terpilih. Apabila
*Penyusun:
Alikasalma Anjali
195070300111007
5A1
Analisa Protein Biuret
dibandingkan dengan cara Kjeldahl maka biuret lebih baik karena hanya protein atau
Pada pengujian dengan metode biuret ini sampel harus berupa larutan, sehinga sampel
terlebih dahulu dibuat menjadi larutan(3). Sampel berupa padatan harus dihaluskan terlebih
dahulu dibuat menjadi larutan. Untuk hasil yang lebih baik maka dapat menggunakan kontrol
positif dan kontrol negatif sebagai pembanding(3). Pada analisa ini digunakan BSA (Bovine
Serum Albumin) sebagai kurva standart pembanding karena memberikan tingkat keakuratan
yang tinggi, TCA 10% (Tri Chloroacetic Acid) untuk membantu protein terdenaturasi atau
mengendapkan protein, etil eter untuk menghilangkan residu TCA, serta reagen biuret yang
mengandung alkali untuk melarutkan endapan yang tersisa dan sebagai pereaksi yang
membentuk kompleks sebagai indikator positif pada analisa ini dimana CuSO4 yang
menghasilkan perubahan warna menjadi ungu untuk menunjukkan hasil yang positif sehingga
penyebab perubahan warna tersebut merupakan hasil reaksi antar ion Cu2+ dari CuSO4
dalam suasana basa NaOH dengan ikatan peptide protein pada sampel(4).
Dari praktikum yang dilakukan kali ini diperoleh data hasil sebagai berikut:
*Penyusun:
Alikasalma Anjali
195070300111007
5A1
Analisa Protein Biuret
Tabel diatas merupakan tabel absorbansi sampel dan hasil perhitungan konsentrasi
hasil pengenceran. Setelah didapatkan hasil tersebut langkah analisis selanjutnya yaitu
*Penyusun:
Alikasalma Anjali
195070300111007
5A1
Analisa Protein Biuret
Y = 0,4958x + 0,1068
Berdasarkan kurva standart tersebut maka untuk mengitung kadar protein sampel
X = (Y – 0,1068)/0,4958
Berdasarkan kurva standart diperoleh hasil kadar protein sampel seperti yang tertera
diatas. Terlihat dari tabel diatas apabila diurutkan mulai dari kadar yang tertinggi hingga
terenda, kadar protein tertinggi ada pada putih telur yaitu 3,635 mg/ml dengan faktor
pengenceran sebesar 5, kemudian kadar protein tertinggi yang kedua adalah susu full cream
dimana kadar protein susu adalah 2,392 mg/dl. Kemudian dilanjut dengan sampel biscuit
susu yang mempunyai kadar protein 0,553 mg/ml, sampel tempe 0,093 mg/dl, dan kadar
protein terendah ada pada sampel tahu yang mempunyai kadar protein sebesar -0,131 mg/dl.
*Penyusun:
Alikasalma Anjali
195070300111007
5A1
Analisa Protein Biuret
4. KESIMPULAN
Uji biuret dapat digunakan dalam analisis untuk mengetahui ada atau tidaknya ikatan
peptide dalam suatu senyawa sehingga uji biuret dapat dipakai untuk menunjukan adanya
senyawa protein pada suatu bahan makanan. Penambahan pereaksi Biuret akan
menghasilkan perubahan warna menjadi ungu untuk menunjukkan hasil yang positif sehingga
konsentrasi protein pada bahan dapat ditentukan dengan Spektrofotometer. Agar dapat
dihitung banyaknya protein dalam bahan maka perlu lebih dahulu dibuat kurva standart yang
melukiskan hubungan antara konsentrasi protein dengan optical density (OD) pada panjang
gelombang terpilih. Dari hasil praktikum ini diperoleh hasil bahwa kadar protein tertinggi ada
pada sampel putih telur yaitu 3,635 mg/ml dengan faktor pengenceran sebesar 5 dan kadar
protein terendar ada pada sampel tahu yang mempunyai kadar protein sebesar -0,131 mg/dl.
5. DAFTAR PUSTAKA
2. Jufri N. ANALISIS PROFIL PROTEIN IKAN KAKAP MERAH (Lutjanus sp) BERBASIS SDS-
PAGE DENGAN VARIASI LAMA MARINASI DAN KONSENTRASI ASAM CUKA. 2018;1–12.
3. Purnama RC. PERBANDINGAN KADAR PROTEIN SUSU CAIR UHT FULL CREAM PADA
4. Sitorus EAJ. PENETAPAN KADAR PROTEIN PADA SUSU KEDELAI YANG DIJUAL DI
*Penyusun:
Alikasalma Anjali
195070300111007
5A1
Analisa Protein Biuret
LAMPIRAN 1
PERHITUNGAN KONSENTRASI
➢ Volume Stok 1
M1.V1=M2.V2
5 x 1 = M2 x 10
M2 = (5 x 1)/10
= 0,5 mg/dl
*Penyusun:
Alikasalma Anjali
195070300111007
5A1
Analisa Protein Biuret
LAMPIRAN 2
PERGITUNGAN KADAR PROTEIN
1. TEMPE
Kadar protein = (Y – 0,1068)/0,4958
= (0,153 – 0,1068)0,4958
= 0,093 mg/ml
2. TAHU
Kadar protein = (Y – 0,1068)/0,4958
= (0,042 – 0,1068)0,4958
= -0,131 mg/ml
3. SUSU FULL CREAM
Kadar protein = (Y – 0,1068)/0,4958
= (0,344 – 0,1068)0,4958
= 2,392 mg/ml
4. PUTIH TELUR
Kadar protein = (Y – 0,1068)/0,4958
= (0287 – 0,1068)0,4958
= -3,635 mg/ml
5. BISKUIT SUSU
Kadar protein = (Y – 0,1068)/0,4958
= (0,381 – 0,1068)0,4958
= 0,553 mg/ml
*Penyusun:
Alikasalma Anjali
195070300111007
5A1