Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

Sejarah Pembentukan Mahkamah Konstitusi

Dosen pengampu :

Bambang Tri Bawono, SH., MH

Disusun oleh :

Julia Monika ( 30302000164 )

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS

ISLAM SULTAN AGUNG

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Mahkamah Konstitusi (MK) merupakan lembaga peradilan sebagai salah satu
pelaku kekuasaan kehakiman, di samping Mahkamah Agung (MA), yang dibentuk
melalui Perubahan Ketiga UUD 1945. Indonesia merupakan negara ke-78 yang
membentuk MK, pembentukan MK sendiri merupakan fenomena negara modern
abad ke-20. Pembentukan MK RI dapat dipahami dari dua sisi, yaitu dari sisi politik
dan dari sisi hukum:
Dari sisi politik ketatanegaraan, keberadaan MK diperlukan guna
mengimbangi kekuasaan pembentukan undang-undang yang dimiliki oleh DPR dan
Presiden. Hal itu diperlukan agar undang-undang tidak menjadi legitimasi bagi tirani
mayoritas wakil rakyat di DPR dan Presiden yang dipilih langsung oleh mayoritas
rakyat.
Dari sisi hukum, keberadaan MK adalah salah satu konsekuensi perubahan dari
supremasi MPR menjadi supremasi konstitusi (Pasal 1 ayat (1) UUD 1945
menyatakan bahwa Negara Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk
republik).
UUD 1945 Pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa Negara Indonesia berbentuk
republik. Di dalam negara republik penyelenggaraan negara dimaksudkan untuk
kepentingan seluruh rakyat melalui sistem demokrasi, yaitu pemerintahan dari, oleh,
dan untuk rakyat. Penyelenggaraan negara harus merupakan wujud kehendak seluruh
rakyat yang termanifestasikan dalam konstitusi. Oleh karena itu segenap
penyelenggaraan negara harus dilaksanakan berdasarkan konstitusi yang dikenal
dengan prinsip supremasi konstitusi.
Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 secara tegas menyatakan bahwa Negara Indonesia
adalah negara hukum. Hukum adalah satu kesatuan sistem yang hierarkis dan
berpuncak pada konstitusi. Oleh karena itu supremasi hukum dengan sendirinya
berarti juga supremasi konstitusi. Prinsip supremasi konstitusi juga terdapat dalam
Pasal 1 ayat (2) menyatakan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Agar konstitusi tersebut benar-benar
dilaksanakan dan tidak dilanggar, maka harus dijamin bahwa ketentuan hukum di
bawah konstitusi tidak bertentangan dengan konstitusi itu sendiri dengan
memberikan wewenang pengujian serta membatalkan jika memang ketentuan
hukum dimaksud bertentangan dengan konstitusi.
Jadi, sejarah pembentukan MK RI dibentuk melalui Perubahan Ketiga UUD
1945 yang diatur dalam Pasal 24 ayat (2), Pasal 24C, dan Pasal 7B UUD
1945.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah terbentuknya Mahkamah Konstitusi (MK)
tersebut?
2. Apa saja wewenang yang dimiliki oleh Mahkamah Konstitusi
(MK)?
1
3. Bagaimana susunan organisasi dalam Mahkamah Konstitusi
(MK)?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Terbentuk Mahkamah Konstitusi (MK)


Sejarah berdirinya lembaga Mahkamah Konstitusi (MK) diawali dengan
diadopsinya ide MK (Constitutional Court) dalam amandemen konstitusi yang
dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada tahun 2001
sebagaimana dirumuskan dalam ketentuan Pasal 24 ayat (2), Pasal 24C, dan Pasal 7B
Undang- Undang Dasar 1945 hasil Perubahan Ketiga yang disahkan pada 9
Nopember 2001. Ide pembentukan MK merupakan salah satu perkembangan
pemikiran hukum dan kenegaraan modern yang muncul di abad ke-20. Setelah
disahkannya Perubahan Ketiga UUD 1945 maka dalam rangka menunggu
pembentukan MK, MPR menetapkan Mahkamah Agung (MA) menjalankan fungsi
MK untuk sementara sebagaimana diatur dalam Pasal III Aturan Peralihan UUD
1945 hasil Perubahan Keempat.
DPR dan Pemerintah kemudian membuat Rancangan Undang-Undang
mengenai Mahkamah Konstitusi. Setelah melalui pembahasan mendalam, DPR dan
Pemerintah menyetujui secara bersama UU Nomor 24 Tahun 2003 tentang
Mahkamah Konstitusi pada 13 Agustus 2003 dan disahkan oleh Presiden pada hari
itu (Lembaran Negara Nomor 98 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 4316).Dua
hari kemudian, pada tanggal 15 Agustus 2003, Presiden melalui Keputusan Presiden
Nomor 147/M Tahun 2003 hakim konstitusi untuk pertama kalinya yang dilanjutkan
dengan pengucapan sumpah jabatan para hakim konstitusi di Istana Negara pada
tanggal 16
Agustus 2003.Lembaran perjalanan MK selanjutnya adalah pelimpahan perkara dari
MA ke MK, pada tanggal 15 Oktober 2003 yang menandai mulai
beroperasinya kegiatan MK sebagai salah satu cabang kekuasaan kehakiman menurut
ketentuan UUD
1945.

B. Kewenangan Yang Di Miliki Mahkamah Konstitusi


Ada empat kewenangan dan satu kewajiban Mahkamah Konstitusi yang
telah ditentukan dalam UUD 1945 perubahan ketiga Pasal 24C ayat (1) yaitu:
- Menguji (judicial review) undang-undang terhadap
UUD.
- Memutus sengketa kewenangan lembaga Negara yang kewenangannya
diberikan oleh UUD.
- Memutuskan pembubaran partai
politik.
- Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan
umum.
- Selain itu, Mahkamah Konstitusi juga memiliki kewajiban memberikan
putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran hukum oleh presiden
dan wakil presiden menurut UUD.
Dengan demikian ada empat kewenangan dan satu kewajiban konstitusional bagi
3
Mahkamah Konstitusi. Pengadilan yang dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi
merupakan pengadilan tinggal pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final.
Artinya, tidak ada upaya hukum lain atas putusan Mahkamah Konstitusi, seperti yang
terjadi pada pengadilan lain.

4
C. Susunan Organisasi Dalam Mahkamah Konstitusi
Organisasi Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia terdiri atas tiga komponen
yaitu:
- Para hakim
Para hakim konstitusi yang terdiri atas 9 (sembilan) orang sarjana hukum yang
mempunyai kualifikasi negarawan yang menguasai konstitusi ditambah dengan
syarat-syarat kualitatif lainnya dengan masa pengabdian untuk lima tahun
dan sesudahnya hanya dapat dipilih kembali hanya untuk satu periode lima
tahun berikut. Dari antara para hakim itu dipilih dari dan oleh mereka sendiri
seorang Ketua dan seorang Wakil Ketua, masing-masing untuk masa jabatan 3
tahun. Untuk menjamin independensi dan imparsialitas kinerjanya, kesembilan
hakim itu ditentukan oleh tiga lembaga yang berbeda, yaitu 3 orangdipilih oleh
DPR, 3 orang ditunjuk oleh Mahkamah Agung, dan 3 orang lainnya ditentukan
oleh Presiden. Setelah terpilih, kesembilan orang tersebut ditetapkan sebagai
hakim konstitusi dengan Keputusan Presiden. Mekanisme rekruitmen yang
demikian itu dimaksudkan untuk menjamin agar kesembilan hakim Mahkamah
Konstitusi itu benar-benar tidak terikat hanya kepada salah satu lembaga
Presiden, DPR ataupun MA. Dalam menjalankan tugasnya, Mahkamah Konstitusi
diharapkan benar-benar dapat bersifat independen dan imparsial.
- Sekretariat jenderal.
Sekretariat jenderal Mahkamah Konstitusi yang menurut ketentuan UU No.
24
Tahun 2003 dipisahkan dari organisasi kepaniteraan. Pasal 7 UU ini menyatakan:
“Untuk kelancaran pelaksanaan tugas dan wewenangnya, Mahkamah Konstitusi
dibantu oleh sebuah Sekretariat Jenderal dan kepaniteraan. Penjelasan pasal ini
menegaskan bahwa Sekretariat Jenderal menjalankan tugas teknis administratif.
- Kepaniteraan.
Kepaniteraan menjalankan tugas teknis administrasi justisial. Pembedaan dan
pemisahan ini tidak lain dimaksudkan untuk menjamin agar administrasi
peradilan atau administrasi justisial di bawah kepaniteraan tidak tercampur aduk
dengan administrasi non justisial yang menjadi tanggungjawab sekretariat
jenderal. Baik sekretariat jenderal maupun kepaniteraan masing-masing dipimpin
oleh seorang pejabat tinggi yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden.
Dengan demikian, Sekretaris Jenderal dan Panitera sama-sama mempunyai
kedudukan sebagai Pejabat Eselon 1a. Panitera dan Panitera Pengganti memang
merupakan jabatan fungsional, bukan struktural. Akan tetapi, khusus untuk
Panitera diangkat dengan Keputusan Presiden dan karena itu disetarakan dengan
Pejabat Struktural Eselon 1a. Untuk menjamin kemandirian MK di bidang
finansial, maka UU No.24/2003 juga menegaskan bahwa Mahkamah Konstitusi
(MK) mempunyai mata anggaran tersendiri dalam APBN.

5
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
- Sejarah berdirinya lembaga Mahkamah Konstitusi (MK) diawali
dengan diadopsinya ide MK (Constitutional Court) dalam amandemen konstitusi
yang dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada tahun 2001.
DPR dan Pemerintah kemudian membuat Rancangan Undang-Undang mengenai
Mahkamah Konstitusi. Setelah melalui pembahasan mendalam, DPR dan
Pemerintah menyetujui secara bersama UU Nomor 24 Tahun 2003 tentang
Mahkamah Konstitusi pada 13 Agustus 2003 dan disahkan oleh Presiden pada
hari itu (Lembaran Negara Nomor 98 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor
4316).
- Ada empat kewenangan dan satu kewajiban Mahkamah Konstitusi yang
telah ditentukan dalam UUD 1945 perubahan ketiga Pasal 24C ayat (1) yaitu
menguji (judicial review) undang-undang terhadap UUD, memutus sengketa
kewenangan lembaga Negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD,
memutuskan pembubaran partai politik, memutus perselisihan tentang hasil
pemilihan umum, dan memberhentikan presiden dan wakil presiden apabila
melanggar hukum.
- Organisasi Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia terdiri atas tiga
komponen yaitu: para hakim, secretariat jendral dan kepaniteraan

B. SARAN
Negara Indonesia merupakan negara yang demokrasi, sepatutnya kita sebagai
warga negara Indonesia harus benar-benar menjunjung tinggi nilai demokrasi.
Seperti halnya dalam pemilihan Pemilu presiden dan wakil presiden, harus dilakukan
dengan jujur tanpa adanya niat iming-iming atau suap yang dapat merusak nilai citra
negara.

6
DAFTAR PUSTAKA

https://www.bantuanhukum-sbm.co m/art ikel-sejarah-pembentukan-mahkamah-konst itusi.


Diakses pada 24 Oktober 2021

Asshiddiqie, Jimly, Kedudukan Mahkamah Konstitusi,


http://www.jimly.co m/makalah/namafile/23/KEDUDUKAN_MK.doc diakses
Senin, tanggal 23 Desember 2013.

http://www.mahkamahkonst itusi.go.id/index.php?page=web.ProfilMK&id=1 . diakses


Minggu, tanggal 22 Desember 2013.

Soehino, Ilmu Negara, Yogyakarta: tt, 1983.

Strong, C.F., Konstitusi-Konstitusi Politik Modern, Bandung: Nusa Media, 2011.

Syahuri, Taufiqurrohman, Tafsir Konstitusi Berbagai Aspek Hukum, Cetakan I,


Jakarta: Kencana, 2011.

Anda mungkin juga menyukai