Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PROSES TRANSFORMASI DIRI

Dosen pengampu:

M. Yusuf Fadhil, M.Si


Royanulloh, M.Psi.T

Disusun Oleh :

• Fitriyana : 2204046034
• Ibra Norama : 2204046039
• Isni Rosa Nurhaliza : 2204046052
• Anggi Novita Sari : 2204046057
• Cindy Adelia Nur Azizah : 2204046065
• Muhammad Imam Karomen: 2204046112

FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA


TASAWUF DAN PSIKOTERAPI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2023/2024

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .........................................................................................................................................3


BAB 1 ......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN ...................................................................................................................................4
A. Latar Belakang .............................................................................................................................4
B. Rumusan masalah ........................................................................................................................4
1. Apa itu nafs? ............................................................................................................................4
2. Sebutkan dan jelaskan Tingkatan nafs? ...................................................................................4
3. Bagaimana proses Transformasi Diri ......................................................................................4
BAB II .....................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................5
A. Pengertian Nafs............................................................................................................................5
B. Tingkatan Nafs.............................................................................................................................6
1. Nafs Tirani ...............................................................................................................................7
2. Nafs Penuh Penyesalan ..........................................................................................................10
3. Nafs yang Terilhami ..............................................................................................................11
4. Nafs Tentram .........................................................................................................................13
5. Nafs Yang Rida......................................................................................................................14
6. Nafs Yang Diridai Tuhan...........................................................................................................15
7. Nafs Yang Suci ..........................................................................................................................17
C. Proses Transformasi Diri ...............................................................................................................17
BAB III ..................................................................................................................................................20
PENUTUP .............................................................................................................................................20
A. Kesimpulan ................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................21

2
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat serta karunia-
Nya kepada kami, sehingga berhasil menyelesaikan makalah ini ‘tepat pada waktunya yang
berjudul “PROSES TRANSFORMASI DIRI” untuk memenuhi tugas mata kuliah Sufi
Frager.
Makalah ini disusun agar penulis serta pembaca mengetahui bagaimana Proses
transformasi diri yang dimaksud . Materi yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari
berbagi sumber informasi dan referensi. Maka dari itu, kami mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Kami sadar dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang positif dan bersifat membangun dari para
pembaca.

Semarang, 23 Maret 2024

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nafs bagaikan nyala api, baik keindahannya yang tampan maupun kekuatan
merusaknya yang tersembunyi. Walau warnanya menarik hati, ia membakar
diri._Bakharzi Seorang darwis melakukan perjalan jauh, ia berdoa kepada Allah
kirimkanlah ia keledai agar memudahkan ia menaiki bukit. Tiba tiba terdengar ringikan
dan terlihat seekor keledai dan juga datang seorang penjahat dan berkata "keledai
sekecil itu akan mengangkat tuhumu yang besar, lebih baik jika kau angkat keledai itu
ke atas punggungmu." Dan darwis tersebut menuruti perkataan penjahat. Dan
membawa keledai ke atas bukit dan setelah mencapai puncak bukit ia menurunkan
keledai terbit dan kembali berdoa "Ya Allah aku mengetahui bahwa Engkau Maha
Melihat dan Mengetahui segala sesuatu. Namun terkadang Engkau memahaminya
secara terbalik."
Sebagian dari kita membawa keledai tesebut, kita telah bekerja untuk nafs kita, untuk
kepribadian kita, dan bukan menjadikannya bekerja untuk kita. Tuhan menjadikan nafs
sebagai alat bagi kita, dan kita membuat segala sesuatunya menjadi terbalik.
B. Rumusan masalah
1. Apa itu nafs?
2. Sebutkan dan jelaskan Tingkatan nafs?
3. Bagaimana proses Transformasi Diri

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Nafs
Salah satu istilah yang paling umum dalanı psikologi sufi ada-lah nas, atau
diri. Istilah ini kadang diterjemahkan sebagai "ego" atau "jiwa." Makna lain nafs
adalah "intisari" dan "napas" Namun, dalam bahasa Arab, nafs lebih umum digunakan
sebagai "diri": yakni dalam penggunaan bahasa sehari-hari, seperti di riku dan dirimu.
Ketika kebanyakan penulis sufi menggunakan istilah nafs, mereka merujuk pada sifat-
sifat dan kecenderungan buruk kita. Pada tingkatnya yang terendah, nafs adalah yang
membawa kita kepada kesesatan. Kita semua berjuang untuk melakukan hal-hal yang
jelas-jelas kita ketahui harus kita laku- kan. Kita kerap berjuang, bahkan lebih keras
lagi, untuk meng- hindari perilaku-perilaku yang kita ketahui sebagai hal yang
bu. ruh dan merusak. yang bersifat statis. Sama sekali tidak ada yang salah dengan ruh
maupun jasad. Namun, proses yang dihasilkan oleh keduanya dapat saja menyimpang.
Ketika ruh.
Karena nafs berakar di dalam jasad dan ruh, ia mencakup kecenderungan
material dan spiritual. Pada mulanya, aspek material mendominasi; nafs tertarik
kepada kesenangan dan keuntungan duniawi. Apa yang bersifat materi secara alamiah
cenderung tertarik kepada dunia materi. Ketika nafs bertrans- forinasi, ia menjadi
memasuki Nafs, sebagai proses yang dihasilkan oleh interaksi ruh dan jasad, bukanlah
struktur psikologis jasad, ia terbuang dari asalnya yang ber- sifat immateri, kemudian
nafs pun mulai terbentuk. Dengan demikian, ruh pun menjadi terpenjara di dalam
benda materi dan mulai menyerap aspek-aspeknyalebih tertarik kepada Tuhan dan
kurang tertarik pada dunia.
Makna terdalam la ilaha illa Allah mengandung kebenaran sufisme yang
paling tajam. Kalimat ini, lå ilaha illa Allah, juga dikenal sebagai kalimat tauhid. la
menegaskan bahwa tiada sesu atu pun yang suci selain Tuhan. Seluruh kekuatan dan
daya cip. ta adalah milik Tuhan. Pada tingkatan lainnya, ditegaskan bah- wa tiada
sesuatupun yang terpisah dari Tuhan.Banyak orang mengikuti kecenderungannya
sendiri, seolah- olah kehendak pribadi mereka adalah Tuhan. Mereka ditarik kesana-
kemari dari waktu ke waktu. Al-Quran menyebut hal ini sebagai "hawa" atau
"perubahan pikiran secara tiba-tiba."Allah dikenal sebagai nama yang teragung, dan
mengandung seluruh sifat-sifat ilahiah yang diwakili oleh nama-nama lainnya. Salah
satu makna Allah adalah "Yang layak disembah." Tiada se suatu pun selain-Nya yang
layak disembah. Salah satu obat bagi kemunafikan, yakni penyakit utama nafs yang
penuh penyesalan. adalah menyembah Tuhan dan melayani makhluk Tuhan sema- ta
karena-Nya, bukan untuk memuaskan ego kita ataupun untuk mendapatkan
keuntungan material.
Hu sebutan untuk Tuhan tenpa sifat, sebuah cara yang lebih intim dalam
menyapa Tuhan, yang secara sederhana dapat di- terjemahkan "Engkau." Menurut
sebagian sufi, ia adalah pengu- capan huruf "h" pada akhir kata "Allah." Hubungan
dengan Tu- han yang intim dan tanpa kata-kata ini ditemukan di dalam hati. la bersifat
kecil dan lemah pada tingkat nafs yang terilhami, na- mun tumbuh pada tiap-tiap

5
tingkatan nafs secara berurutan. Hu- bungan dengan Tuhan adalah sumber ilham nafs
yang terilhami.
Haqq bermakna "Kebenaran," dan Tuhan adalah kebenar- an yang tidak
berubah-ubah. Seluruh kebenaran yang lain dapat berubah-ubah, dan menjadi tidak
lagi valid ketika segala sesua- tu selain Tuhan berubah. Kepuasan nafs yang tenteram
berasal dari pencarian terhadap Tuhan, bukannya terhadap hal-hal du- niawi yang
terbatas dan terus berubah-ubah. Tingkat nafs yang tenteram adalah tingkat awal
pengetahuan kita akan Kebenaran. Hayy bermakna "Hidup." Segala sesuatu yang
wujud merupakan bagian dari sifat Tuhan ini, seperti halnya Tuhan adalah sumber
kehidupan dan sumber keberadaan segala sesuatu. Seti- ap atom dari seluruh ciptaan
Tuhan menggetarkan nama ini. Ma- nusia memiliki tingkat kehidupan yang berbeda,
tergantung pada pengetahuan dan tindakan mereka. Mereka yang merasakan Tu- han
sebagai Hayy di dalam diri setiap orang dan di dalam sega- la sesuatu telah mencapai
tingkat nafs yang rida.
Qayyim bermakna "Kekal." Keberadaan Tuhan tidaklah her. gantung pada
segala sesuatu selain-Nya. Segala sesuatu di alam semesta ini, selain Tuhan,
bergantung pada sesuatu atau sese. orang di luar dirinya untuk mampu bertahan.
Hanya Tuhan- lah yang kekal dan tidak membutuhkan sesuatu apa pun. Ketika alam
semesta dijalani sebagai bukan sesuatu di luar Tuhan, maka seseorang telah mencapai
tingkat nafs diridai Tuhan.
Qahhår bermakna "Maha Kuat" atau "Maha Kuasa," dan me- rujuk kepada
kekuatan Tuhan yang tak dapat dihentikan atau- pun ditolak, yang seutuhnya
melenyapkan seluruh hambatan. Ti- dak ada yang dapat luput dari Tuhan, dan seluruh
jutaan alam semesta bersujud di hadapan-Nya. Untuk mencapai tingkat nafs yang
suci, seluruh perasaan akan "Aku" yang terpisah haruslah ditiadakan. Pencapaian
akhir ini hanya dimungkinkan melalui kekuatan Tuhan yang tak terbatas.
Warna yang dihubungkan dengan tiap tingkatan nafs kerap digunakan oleh para syekh
pada penafsiran mimpi, un- tuk menentukan derajat para darwis mereka. Ketika para
dar- wis bermimpi mengenakan pakaian berwarna kuning, misalnya. itu mungkin saja
sebuah tanda bahwa mereka telah mulai ma suk ke dalam tingkat nafs yang rida. Sang
syekh akan menam bahkan zikir Hayy pada latihan spiritual mereka, seiring dengan
perubahan-perubahan lainnya di dalam kewajiban-kewajiban spi- ritual mereka.

B. Tingkatan Nafs
Banyak Penulis sufi yang telah menulis tentang tujuh Tingkat perkembangan Nafs
Berdasarkan Al-qur’an. Tiap tingkatan nafs dihubungkan dengan salah satu nama atau
sifat tuhan.

6
1. Nafs Tirani
Sebagian orang yang didominasi oleh nafs tirani ini mungkin melakukan tindakan
keagamaan, tetapi hanya untuk tujuan mendapatkan perhatian orang lain. Seorang
syekh berkata, "Nafs adalah sifat yang menjadi tenang hanya dalam ketidakjujuran;
menjadi tenang hanya oleh segala sesuatu selain Allah, nafs tidak akan pernah tunduk
pada jalan Allah." Kecerdasan kita memerintah kita pada tingkat pertama ini. Ini
adalah kecerdasan yang tidak disertai dengan kepercayaan pada sesuatu di luar diri
kita sendiri. Ia berbakti untuk mengumpulkan kekayaan, kekuatan, dan kebahagiaan
diri, tidak peduli apa yang dipertaruhkan. Karena tidak ada moral batin, tidak ada
cinta kepada Tuhan, pengendalian batin, atau bahkan perasaan bersalah. Ini jelas
terlihat pada psikopat yang licik, mencuri, dan bahkan membunuh tanpa menyesal.

Kecanduan keinginan nafs tirani Karakteristik yang terparah dari tingkat ini
adalah kecanduan akan pujian, suatu kecanduan yang lebih sulit dan lebih
berbahaya daripada obat terlarang dan alkohol, dan kerap lebih jauh berakar di
dalam jiwa.Nafs ingin setiap orang melihat kita dan menganggap kita baik. Ia
menuntut dengan tidak puas. Tak satu pun dari mereka cukup baik untuknya. Kita
menginginkan orang lain mencintai kita jika mereka menyukai kita, dan jika mereka
mencintai kita, kita ingin mereka tunduk kepada kita tanpa syarat. Kita ingin mereka
menyembah kita jika mereka tunduk kepada kita. Untuk mengangkat dirinya
sendiri, bagian diri kita ini akan menghancurkan orang lain. Tingkat nafs terendah
disebutkan oleh guru sufi sebagai berikut:
Salah satu sifat buruk yang tersembunyi dan penyakit rahasia nafs adalah senang
dipuji. Siapa pun yang meneguk air darinya akan menggerakkan tujuh lapis langit
adalah uh lapis bumi dalam sekejap mata. Tanda penyakit ini adalah ketika nafs
dicabun dari pujian, yakni bahwa ia akan jatuh kepada kelambanan dan kelalaian.
Ada dorongan tirani di dalam diri kita yang kadang-kadang mendorong kita untuk
melakukan perbuatan buruk. Kita mencemooh orang lain, menyakiti orang yang
kita sayangi, dan berperilaku sebagai musuh terburuk bagi diri kita sendiri, sebagai
contoh. Tak lama kemudian, kita mulai berpikir tentang apa yang telah kita lakukan
dan percaya bahwa kita memiliki kendali atas kehidupan kita. "Dengan cara yang
sama seperti api, nafs selalu menyebar, bahkan ketika telah dipadamkan. Jika ia
tenang di satu tempat, ia membakar di tempat lain.
Nafs tirani biasanya bekerja tanpa kita sadari. Kita jarang melawannya karena ia
sepertinya berbicara dengan suara kita sendiri dan mengungkapkan hasrat kita yang
terdalam. Ia adalah penguasa yang mahir yang jarang memerlukan pedang.
Kemungkinan pemberontakan sangat kecil jika kekuasaan penguasa dianggap
sebagai keniscayaan. Tanpa kita sadari, tirani menguasai kita; kita bahkan tidak
mencoba melawan pengaruhnya, dan tidak pernah terlintas di benak kita untuk
memberontak. Ini adalah alasan sebagian besar orang menghabiskan sebagian besar
hidup mereka. nya bertindak berdasarkan nafs tiraninya.
Gambaran nafs Pada tahap awal jalan spiritual, selama seseorang masih berada di
bawah pengaruh dan perintah nafs, maka itu dikenal sebagai nafs yang
memerintah.Nafs terus berusaha menarik rohani dan hati seseorang ke tingkat yang
lebih rendah, tempat nafs terbentuk. ia secara konsisten menampilkan dirinya
sebagai objek yang menarik untuk dipuji, membawa kehormatan rohani menuju
kehinaan dan mencemar hati yang suci dengan kecurangan.

7
Tidak peduli apakah Tuhan benar-benar meridlainya, Nafs tetap terobsesi dengan
pendapat yang baik dari orang lain. Hasilnya adalah peningkatan rasa kepemilikan
dan kebanggaan diri sendiri, serta keangkuhan, rasa penting, dan sikap memandang
rendah. Dia menghindari atau mengabaikan hal-hal yang tidak disukai orang lain,
meskipun Tuhan menyukainya. Kemiskinan moral, kemelaratan, dan ketidak
berdayaan adalah contohnya." Selain itu, Nafs selalu tertarik pada sifat-sifat
baiknya, merenungkannya dengan puas dan kagum. Ia melihat hal-hal kecil yang ia
lakukan untuk orang lain sebagai hal yang penting, dan mengingatnya. beberapa
tahun kemudian, terpukau oleh kebaikannya sendiri. Namun, ia melupakan bantuan
orang lain dengan cepat, tidak menganggapnya penting.
Menangani ego negative Nafs tirani memiliki ego negatif yang tak pernah puas,
yang sulit untuk dikendalikan. Latihan meditasi tidak akan efektif. Bahkan, ia sering
menunjukkan keangkuhan yang berlebihan. "Tabir yang paling tebal antara
manusia dan Tuhan adalah kearifan kaum arif, ibadah para ahli ibadah, dan ketaatan
para hamba yang saleh," kata Sufi Bayazid. Mazhab tasawuf Malâmatiyyah
berfokus pada pengendalian ego negatif. Ada beberapa latihan yang dia lakukan
untuk menghindari terlihat oleh orang lain. Dia juga menghindari perilaku atau
penampilan yang mengundang pujian atau perlakuan khusus. Pendekatan
Malâmatiyyah adalah jenis asketisisme psikologis yang canggih yang berfokus
pada mengorbankan keinginan mendapatkan pujian atau penerimaan dari orang
lain. Dalam upaya mereka untuk menghilangkan ketidaktulusan, orang-orang
Malâmî menghilangkan semua tanda-tanda kesalehan luar, bahkan berpura-pura
hina. Mereka juga berusaha menghilangkan semua ego negatif yang
mendukungnya, terutama hasrat untuk dikenal dan dihargai. Kita mungkin tidak
akan pernah menihilkan nafs tirani dalam diri kita. Mereka akan selalu ada, bahkan
pada tingkat nafs yang paling tinggi, jadi yang terbaik adalah mengendalikan
mereka dan membuat mereka tertidur. Nabi Mûsâ, misalnya, memiliki emosi yang
kuat. Ia bahkan melakukan serangan dan membunuh.
Mengendalikan nafs tirani Syekh Nurbakhs, yang juga psikiater, menekankan
bahwa nafs tirani tidak boleh dihancurkan; sebaliknya, itu harus diubah menjadi
sifat dan perilaku yang baik. Menghancurkan tirani nafsu kita sama dengan
menghancurkan diri kita sendiri. Para sufi menggunakan istilah "pembinasaan
nafs" ketika mereka berbicara tentang penghancuran nafs, yang menunjukkan
pembinasaan terhadap sifat-sifat yang terkait dengan manusia sejati. Namun, nafs
itu sendiri tidak terbinasakan. Ketika para sufi mengatakan bahwa si fulan tidak
memiliki nafs, mereka mengatakan bahwa sifat nafs orang tersebut telah diubah
menjadi sifat positif manusia sehingga tidak ada jejak nafs tersebut yang jelas dari
diri mereka.Selain itu, kebaikan dan pengabdian membuka hati. Syekh MuZaffer
sering mengatakan bahwa senyuman dan kata-kata baik akan melembutkan hati,
tetapi kata-kata buruk akan memperkeras hati. Bahkan, orang lain merespons setiap
tindakan kita. ia mengatakan bahwa berperilaku baik adalah sebuah perjuangan:
Permusuhan antara hawa nafsu dan ruh terus berlanjut. Pertanyaannya adalah siapa
yang akan mengajar dan siapa yang akan memimpin. Jika ruh menjadi tuan, maka
Anda akan menjadi seorang yang beriman dan memeluk Kebenaran; jika hawa
nafsu menjadi tuan, maka Anda akan menolak Kebenaran.Ketaatan kepada seorang
syekh adalah cara lain yang efektif untuk mengendalikan nafs tirani, menurut Syekh
Nurbakhs. Ketaatan kepada guru menyebabkan para sufi memilih untuk menjadi

8
puas dengan guru mereka daripada puas dengan nafs mereka, sehingga perhatian
mereka pada nafs dan hasrat mereka berkurang, dan energi nafs mereka berkurang
untuk melayani guru mereka. Akibatnya, kekuatan nafs ini semakin melemah.
Diagram nafs tirani Robert Assagioli, seorang psikiater yang mempelajari teori
Freud dan Jung, membuat diagram jiwa yang sangat mirip dengan model
transformasi sufi. Saya telah mengubah diagram tersebut agar sesuai dengan model
nafs tujuh tingkatan. Pada diagram dasar ini, alam-tak-sadar atas, bagian ketiga
tertinggi dari lingkaran, mewakili ruh spiritual, transendental, atau transpersonal.
Alam-bawah-sadar tengah mencakup wilayah kepekaan, atau bagian kesadaran
terkini dari ruh. Wilayah di luar lingkaran menyimpan memori-memori yang telah
dilupakan, tapi mudah un- tuk kembali; contohnya, nama gadis ibu Anda. "Aku”
ditempatkan di pusat alam-bawah-sadar-tengah. Ia pusat kesadaran kita,
pemahaman yang terbatas mengenai jati diri kita. "Aku" memiliki kemampuan
untuk memengaruhi pengalaman kita dengan cara menyorot kepekaan kita,
mengembangkan atau menyusutkannya.
Bagian bawah sadar yang ketiga berkaitan erat dengan konsep Freud mengenai
alam-bawah-sadar. Alam-bawah-sadar dipenuhi dengan ingatan traumatik yang
terpendam, dan dorongan- dorongan yang kuat dan kerap tidak dapat diterima.
Terdapat batasan represi kuat yang menjadi pemisah antara kesadaran sehari-hari
dan pengalaman traumatik yang lampau, atau ingatan yang sangat menyakitkan.
Jika bentuk materi alam-bawah- sadar-bawah menerobos batasan ini, kita akan
dikejutkan oleh rasa sakit dan kemarahan. Dorongan-dorongan bawah sadar dari
keserakahan dan seks mungkin juga menodai ataupun merusak perilaku kita.
Alam-bawah-sadar-atas adalah wilayah pengalaman manusia yang secara dramatis
ditemui di dalam pengalaman mistik atau keagamaan yang mendalam. Pada masa-
masa tersebut, kita dapat merasakan bahwa tabir antara kita dengan Tuhan secara
tiba-tiba terangkat. Kita merasakan kehadiran Tuhan jauh lebih mendalam dari
sebelumnya, sering kali dalam bentuk merasakan sifat-sifat Tuhan yang mendalam,
seperti cinta, belas kasih, keindahan, atau kesatuan.
Pada tingkat nafs tirani, batasan yang kuat memisahkan alam bawah sadar atas dari
kepekaan. Hidup kita menjadi tidak bersemangat, dipisahkan dari rasa cinta, makna,
ataupun kesenangan. Jika bentuk materi alam-bawah-sadar-atas mampu menerobos
masuk ke dalam kepekaan, kita akan merasakan puncak penga- laman yang
mengejutkan dan tiba-tiba. Kita merasa dikejutkan oleh kegembiraan. Ruh
ditempatkan pada puncak lingkaran oval, walaupun ia sesungguhnya merupakan
pusat keseluruhan ruh.Ruh dapat dikatakan meliputi keseluruhan lingkaran, ia
berbeda, namun tidak terpisah dari bagian ruh yang lain. (Sangatlah sulit untuk
menggambar diagram dari sesuatu yang kompleks seperti ruh hanya dalam dua
dimensi, dan beberapa tindak penyesuaian tidak dapat dihindarkan. Ruh secara
langsung berhubungan dengan Tuhan, bahkan walaupun sang individu tidak
menyadari akan hubungan tersebut. Ia sumber kearifan dan petunjuk yang
mendalam, dan mampu bekerja di luar kendali kepekaan kepribadian yang sadar.
Salah satu prinsip dasar psikologi sufi adalah bahwa hubungan dengan Tuhan ini
senantiasa ada di dalam diri setiap manusia, dan karenanya, setiap individu layak
diperlakukan dengan peng- hormatan dan kasih sayang.Pada tingkat pertama ini,
bagian spiritual ruh pada umum nya dihilangkan. Perbatasan antara alam-bawah-
sadar-tengah dan alam-bawah-sadar-atas cukup tebal dan benar-benar tidak da- pat

9
diterobos. "Aku" dengan salah melihat dirinya sebagai pusat jiwa, karena pusat
yang seharusnya, yakni jiwa, sepenuhnya ber- ada di luar jangkauan.Perbatasan
antara alam-bawah-sadar-tengah dan alam- bawah-sadar-bawah juga tebal, namun
tidak sepenuhnya tak da- pat diterobos. Ia mewakili seorang individu yang tidak
memiliki kepekaan akan dorongan-dorongan id, yang mengakibatkan tim- bulnya
kecenderungan untuk meledak menuju alam sadar. Sema- kin kurang kepekaan kita
terhadap dorongan-dorongan ini, maka semakin besarlah kekuatannya. Karenanya,
individu tersebut sa- ngat kuat didominasi oleh dorongan dari id. Ego "Aku" juga
sangat kuat, karena pada tingkat ini kita tidak memiliki kepekaan akan dimensi
spiritual ataupun alam sadar jiwa.

2. Nafs Penuh Penyesalan


Di bawah kekuasaan nafs tirani, menjadikan tidak peka dan tidak sadar. Kita
tidak dapat melihat wilayah tempat kita berada, dan kita tidak menyadari bahaya
yang kita peruntukkan bagi diri kita sendiri dan orang lain. Walaupun ia bersifat
lemah pada mulanya, namun begitu cahaya iman dan pemahaman batiniah tumbuh,
kita mulai melihat diri kita seсаra jernih. Di dalam Al-Qur'an surat Al-
Qiyamah:75:2, nafs yang penuh penyesalan (nafs lawwamah), adalah, "Dan aku
bersumpah dengan jiwa yang penuh penyesalan”, makna lawwamah ialah menolak
amalan buruk dan memohon ampunan Allah setelah kita menyadari perbuatan
buruk tersebut. Pada tingkat ini, mulai memahami dampak negatif pendekatan egois
kita terhadap dunia, walaupun kita tidak memiliki kemampuan untuk berubah.
Memasuki lingkaran berbuat dosa, menyesali perbuatan tersebut, kemudian
kembali berbuat dosa. Nafs yang meyalahkan diri sendiri (penuh penyesalan)
merupakan nafs yang telah dipancari cahaya hati. Ketika ingatan pada Tuhan telah
menetap di dalam nafs yang menyuruh seseorang pada kejahatan, maka ia bagaikan
lampu di sebuah rumah yang gelap, yang pada titik tertentu ia berubah menjadi
'menyalahkan' (menyesal), karna melihat bahwa rumah tersebut dipenuhi oleh
kotoran hewan merupakan hal yang buruk. Setelah mengamati situasi tersebut,
berjuang untuk membersihkan kotoran dan mengusir binatang tersebut dari rumah,
yang didukung dengan berzikir kepada Tuhan dan perasaan berdosa yang
mendalam, sehingga zikir tersebut membanjiri mereka dan membuat mereka pergi.
Yang berada pada tingkat ini bagaikan para pecandu yang akhirnya menyadari
dampak kecanduannya. Dimana membahayakan keluarga mereka, merusak karir
mereka, membuat teman-teman mereka menjauh, dan merusak tubuh mereka
sendiri. Seberapa jelas dan sakitnya, kesadaran ini tidaklah cukup untuk
menghilangkan kecanduan mereka tersebut. Hal tersebut membutuhkan obat yang
jauh lebih kuat. Para penguasa tingkat ini masih berupa kepandaian duniawi.
Perdana menterinya adalah egoisme atau kecintaan terhadap diri sendiri. Namun,
sifat-sifatnya lebih lembut dari nafs tirani Mereka adalah ujub, kemunafikan,
kekakuan beragama, ketergan tungan terhadap minuman keras dan obat-obatan, dan
menekankan pada pencarian kesenangan duniawi.
Kemunafikan. Salah satu kecenderungan negatif tingkat nafs ini ialah kemunafikan.
Karena kita memiliki pengetahuan mengenai jalan hidup yang benar, maka kita
cenderung berpikir bahwa kita telah sampai pada jalan tersebut. Yang bertentangan
dengan kondisi nafs tirani yang tidak memiliki malu, tingkat ini terbawa oleh apa

10
yang dianggap baik, walaupun ia ti dak mampu mendapatkannya. Tidaklah mudah
untuk mengakui bahwa kita berjuang dan lebih sering mengalami kegagalan dari
pada keberhasilan. Karenanya, kita berpura-pura seakan-akan kita telah
memperoleh sesuatu, bahwa kita seorang yang arif, seorang saleh seperti yang kita
cita-citakan. Bagaikan pencinta yang tidak jujur, yang mengaku mencintai secara
spiritual dengan sepenuh hati. namun masih melirik kemungkinan-kemungkinan
lainnya. Syekh Muzaffer kerap menceritakan kisah ini.Seorang pria jatuh cinta pada
seorang wanita cantik akhirnya ia mengungkapkan cinta sejatinya dengan kata-kata
puitis la melakukannya terus-menerus, sehingga wanita tersebut me rasa terganggu.
"Kalimat-kalimatmu indah, namun saudari perempuanku ikut bersama di
belakangku. Jauh lebih cantik dariku Aku yakin, kau akan lebih memilih dia
daripada aku" Ketika pria tersebut berpaling untuk mencari-cari saudari
perempuannya yang cantik itu, sang wanita menampar tengkuknya dengan keras.
"Aku pikir kau berkata bahwa cintamu padaku utuh dan sejati, serunya. "Begitu
kusebut seorang wanita yang lebih cantik, kau berpaling dariku untuk melihatnya.
Kau bahkan tidak memahami apa arti cinta!"Keikhlasan sejati itu langka. Salah
seorang guru sufi agung menuturkan, "Jika aku mengetahui bahwa aku telah berada
satu langkah di dalam ketulusan, aku tidak akan menghargai apa pun selainnya.”
Diagram nafs yang penuh penyesalan. Model oval dari jiwa, pembatas yang
memisahkan aspek spiritual jiwa menjadi agak lebih tipis pada tingkat ini. Seiring
dengan memancarnya caha ya dari alam bawah sadar atas ke dalam wilayah
kepekaan kita. maka kita mampu melihat dengan lebih jelas jati diri kita, dan
kesalahan-kesalahan kita. Kita tidak dapat tinggal lebih lama di dalam kelalaian dan
keingkaran. Kita juga menjadi lebih peka terhadap dorongan-dorongan alam sadar
bawah kita, dan ke pekaan ini mengurangi kekuatan mereka. Bagaimanapun juga,
dorongan-dorongan alam-bawah sadar ini relatif cukup kuat, dan keangkuhan ego
adalah sangat utuh, terlepas dari kepekaan bariniah kita yang sedang tumbuh.

3. Nafs yang Terilhami


Pada tingkat ketiga ini, mulai merasakan kesenangan sejati di dalam berdoa,
meditasi, dan kegiatan spiritual lainnya. Mulai mengalami sendiri kebenaran
spiritual yang selama ini hanya dengar atau kita baca. Mulai merasakan cinta hakiki
kepada Tuhan dan kepada ciptaanNya. Ini merupakan awal dari praktik tasawuf
yang sejati, Sebelumnya yang terbaik yang dapat kita raih ialah pemahaman palsu
dan pemujaan ritual semata. Penguasa tingkat ini ialah kearifan. Perdana
menterinya ialah cinta. Sifat-sifat tingkat ini mencakup kedermawanan, kanaah,
tawakal, dan tobat. Di dalam tobat, menjadikan peka terhadap perbuatan salah dan
bersumpah untuk tidak melakukannya kembali. Terdapat tiga aspek dalam tobat
yang tulus. Tobat terhadap masa lalu ialah melihat dengan jelas kesalahan-
kesalahan kita tanpa merasionalisasi ataupun mencari cari pembenaran. Tobat masa
sekarang ialah membayar kerugian pada seseorang atau sesuatu yang terlukai oleh
kesalahan- kesalahan masa lalu kita. Tobar masa depan ialah bersumpah dengan
tulus untuk tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Tanda diterimanya tobat
kita oleh Tuhan adalah bahwa hal-hal yang demikian menarik perhatian kita di masa
lalu tidak lagi menjadi menarik Tuhan telah mencerabut godaan tersebut dari hati
kita. Kita telah mengalami kegagalan demi kegagalan dalam mengubah kebiasaan

11
buruk kita. Kemudian tiba-tiba kebiasaan-kebiasaan lama ini kehilangan kendalinya
atas diri kita. Apa yang pada mulanya sangat menarik, menjadi tidak lagi menarik.
Tandanya Tuhan telah menerima tobat kita.Contoh klasik mengenai kekuatan tobat
dapat dilihat dari kisah Nabi Múså dan kaum Israel yang akhirnya meninggalkan
Mesir dan Fir'aun. Inilah simbol tobat. Begitu mereka melaksanakan niat mereka,
Tuhan mengangkat hambatan terakhir dengan membelah Laut Merah. Inilah simbol
penyingkiran godaan-godaan lama yang kita sesali dengan sesungguh- sungguhnya.
Ilham, dimana seseorang mulai mendengar suara nurani mereka. Seperti dituliskan
oleh seorang syekh, "Ketika matahari hidayah Ilahi telah terbit di ufuk langit
petunjuk Kebenaran, maka nafs menjadi terilhami dan diterangi oleh cahaya
matahari itu, sehingga ia mampu membedakan antara yang benar dan yang salah.”
Ada beberapa darwis yang telah mengembangkan keselarasan dengan syekh
mereka, sehingga dapat juga mendengar suara sang syekh di dalam hati mereka.
Mereka dapat menerima ilham dan petunjuk dari syekh mereka, meskipun dalam
keadaan terpisah. Hal ini bisa saja dalam bentuk ingatan tiba-tiba akan salah satu
ceramah ataupun kisah-kisah, atau perasaan berada di hadapan sang syekh.
Kota nafs yang terilhami. Kota Cinta dan Ilham adalah sebuah wilayah yang
kompleks, dengan wilayah positif dan negatif. Egoisme dan kemunafikan masih
merupakan hal yang sangat berbahaya pada tingkat ini. Sang pengembara
memasukinya dengan semata-mata mengucapkan kalimat là ilaha illa Allah. "Tiada
tuhan selain Allah.". Bahaya nafs yang terilhami. Tingkat ini, nafs yang terilhami
ialah titik tolak yang kritis. Keburukan-keburukan nafs tirani dan perjuangan tidak
berujung dari nafs yang penuh penyesalan telah berlalu. Namun, kita belumlah
berada di tempat yang aman. Ego nagatif masih sangat utuh dan dapat membawa
kita ke jalan yang salah, seperti yang telah ditampakkan dengan jelas oleh wilayah
kaum munafik. Dalam perkataan seorang syekh:
“Tidak di satu stasiun pun, selain di stasiun nafs yang terilhami, nafs bersifat rapuh
dan berada di dalam bahaya, yakni tempat ia harus merasakan pembebasan total
dari diri ia selalu memiliki resiko untuk jatuh ke dalam tipu daya bahwa ia telah
mencapai stasiun kesempurnaan dan terpancing ke dalam jebakan godaan setan,
memandang dirinya dengan sombong, rentan terhadap pu- jian, merasa diri penting,
dan mempromosikan diri sendiri."
Salah satu peranan penting garis silsilah sufi ialah untuk mencegah darwis yang
baru terlatih dari upaya mengangkat dirinya sendiri sebagai guru. Tidak seorang
pun dapat menetapkan diri mereka sebagai seorang syekh tanpa persetujuan resmi
dari syekh mereka sendiri. Seorang syekh tidak akan pernah alpa untuk
memberitahukan para darwisnya yang terlalu ambisius, bahwa mereka memiliki
pekerjaan batiniah yang lebih utama untuk dilakukan. Kadang para syekh
memperlihatkan kesalahan para darwis tersebut secara langsung. Di waktu lain,
mereka menceritakan beragam kisah ataupun anekdot yang menjelaskan
pencapaian tingkat spiritual yang layak untuk menjadi seorang syekh.
Tingkat ini dapat menjadi tingkat pertumbuhan nafs yang sangat berbahaya. Untuk
pertama kalinya kita mampu merasakan pengalaman dan pengetahuan spiritual
yang sejati. Namun, jika pengalaman dan pengetahuan ini disaring oleh ego, maka
kita akan melambung dengan dahsyatnya. Dapat kita amati di tengah-tengah para
seniman, penulis, pemusik, dan ilmuwan yang kreatif, mereka mungkin saja

12
merasakan inspirasi dan terobosan kreatif. Bahayanya, mereka mungkin saja
mengira bahwa mereka sendirilah sumber dari inspirasi tersebut.
Diagram nafs yang terilhami. Di dalam diagram oval, energi dan inspirasi-inspirasi
dari alam-bawah-sadar-atas kini lebih besar. Wilayah alam-bawah-sadar-tengah
telah berkembang se iring dengan semakin pekanya seseorang akan kekuatan alam-
bawah-sadar atas dan bawah di dalam ruh. Namun. "Aku" tetap bertindak seolah-
olah ia merupakan pusat jiwa, dan dorongan dari alam-bawah-sadar-bawah juga
masih kuat. Karena itu, dorongan dari alam-bawah-sadar-atas dapat dicemari dan
diguna kan untuk melayani ego, bukan untuk perkembangan dan per- tumbuhan
spiritual.Walaupun tidak terdapat hubungan antara ruh dan "Aku", syekh berperan
sebagai penghubung secara tidak langsung terhadap sifat ilahiah. Menurut teori,
pengalaman ini dilihat sebagai pengantar untuk menemukan sifat ilahiah di dalam
diri seseorang; yakni. syekh adalah langkah lanjutan yang penting sebelum
menemukan sifat ilahiah di dalam diri seseorang. Di dalam sufisme, tahap fana’ fi
al-syaykh, ataupun "penihilan" (dari sifat-sifat buruk kita) di dalam syekh,
mendahului tahap fana’ fi Allah atau penihilan di dalam Tuhan.

4. Nafs Tentram
Sifat-sifat nafs yang tenteram mencakup keyakinan terhadap Tuhan, perilaku
baik, kenikmatan spritual, pemujaan, rasa syukur, dan kepuasan hati. Menurut
Syekh Safer, kita aman dari pengrusakan besar ego negatif hanya setelah kita
sampai pada tingkat ini, dan bahkan pada tingkat ini dan tingkat selanjutnya, ego
negatif masih dapat memengaruhi kita, walaupun hanya sementara.
Ketenteraman jauh berbeda dari keadaan yang biasa kita alami. la adalah
pencapaian spritual sejati yang merasa puas dengan masa sekarang, dengan segala
yang ada, dengan segala yang Tuhan berikan kepada kita. Ketenteraman dan
kepuasan ini ber- akar pada cinta kepada Tuhan. "Ketika nafs tirani disentakkan
oleh cinta yang menyergap, maka ia berubah menjadi nafs yang tenteram."
Salah satu dasar tingkat ini adalah pembukaan hati. Seperti telah kita bahas pada
bab dua, cahaya hati menetralkan kecenderungan-kecenderungan negatif dan
angan-angan tingkat nafs yang lebih rendah. Nafs yang tenteram diterangi oleh
cahaya hati sedemikian rupa se hingga ia mengusir seluruh sifat-sifat buruk dan
menjadi disifati oleh sifat-sifat mulia, dan sepenuhnya memusatkan perhatiannya
pada hati, dan menemaninya dalam perjalanan menuju wilayah kesucian, sementara
dibersihkan dari dosa-dosa dan tekun dalam pengabdiannya.
Wilayah nafs yang tenteram. Pekerjaan batiniah yang diperlukan pada tingkat ini
adalah mengurangi perasaan terpisah dari Tuhan dan mulai menyatukan beragam
kecenderungan yang telah kita bangun. Di dalam manuskrip sang pengembara, sang
pemandu mengirimnya ke wilayah para pejuang spritual.
Diagram nafs yang tenteram. Di dalam diagram oval, energi dari alam-bawah-sadar
atas jauh lebih besar dari sebelumnya dan tekanan dari alam-sadar-bawah berkurang
kekuatan dan ke- efektifannya. Wilayah kesadaran sekarang ini membatasi wilayah
alam bawah-sadar-atas dan alam-bawah-sadar-bawah; seseorang akan lebih peka
terhadap kedamaian jiwanya sendiri. Kepuasaan dan ketenteraman batiniah muncul
dari tingkat kepekaan yang baru ini.

13
Pusat jiwa "Aku" berkembang. "Aku" yang pada mulanya se- cara total disibukkan
oleh hal-hal yang temporal dan terbatas, se- karang ini dikenal dengan sudut
pandang jiwa yang tak terba- tas dan abadi. Petunjuk batiniah jiwa kini lebih jelas
bagi "Aku", dan "Aku" tidak lagi dilihat sebagai sebagai pusat jiwa. Dorong- an
dari Id menjadi melemah dan "Aku" menjadi berubah. Un- tuk pertama kalinya,
sang individu menjadi cukup aman dari kekuatan mereka.

5. Nafs Yang Rida


Seperti yang disebutkan syekh Ragip al-Jerrahi dalam manuskripnya bahwa
pertumbuhan siritual menjadi lebih lembut dan lebih dalam seiring dengan majunya
kita melampaui tingkat yang lebih tinggi. Seperti termaktub dalam Al-Quran, diri
yang tenteram, diri yang rida, dan diri yang diridai Tuhan, semuanya saling
berkaitan erat. "Hai diri yang damai (jiwa yang tenteram), kembalilah kepada
Tuhan- mu, dengan rida dan diridai Tuhan”.
Pada tingkat ini, kita merasa puas terhadap takdir dan segala kesulitan serta ujian
kehidupan, yang juga berasal dari Tuhan. Kondisi nafs ini, kita menyadari bahwa
kita terus-menerus dikelilingi oleh rahmat dan belas kasih Tuhan.
Sultan Mahmûd dari Gazná suatu hari saling berbagi ketimun dengan Ayaz, orang
kepercayaannya yang paling setia. Ayaz dengan gembira mulai memakan separo
bagian dari ketimun tersebut, tetapi ketika sang sultan memakan separo bagian
miliknya, ketimun itu terasa pahit sehingga in meludahkannya. Bagaimana kau
dapat memakan ketimun yang sangat pahit ini?" seru sang sultan- "ia terasa
bagaikan racun pahit." "Sultanku yang tercinta," jawabnya “aku menikmati begiu
banyak pertolongan dan bantuan dari Anda sehingga apa pun yang Anda berikan
padaku terasa manis."
Ketika rasa syukur dan cinta kita kepada Tuhan demikian besarnya, bahkan yang
pahit pun terasa manis bagi kita, maka kita telah mencapai stasiun nafs yang rida.
Ciri-ciri lain tingkat ini adalah keajaiban, kebebasan, ketulusan, perenungan, dan
ingat kepada Tuhan. Keajaiban adalah hal yang mungkin karena Tuhan menjawab
doa yang tulus dari orang-orang yang berada di tingkat ini. Sebagai contoh, begitu
banyak orang suci yang doanya untuk menyembuhkan orang sakit telah di kabulkan
oleh Tuhan. Kebebasan muncul karena kita tidak lagi tergoda oleh sesuatu apa pun
di dunia ini. Perhatian kita di tujukan pada batiniah kita dan pada Tuhan.Wilayah
nafs yang rida. Sang pengembara selanjutnya sampai pada wilayah meditasi, atau
wilayah nafs yang rida.
Ketika aku sampai di wilayah meditasi, aku melihat para penduduknya terlihat
demikian tenang dan damai, mengingat Tuhan secara terus menerus, melantunkan
nama-nama-Nya yang paling indah. Pada masing-masing mereka ada seorang anak
dari sang hati telah dilahirkan.
Perilaku mereka begitu lembut dan penuh sopan santun. Mereka hampir tidak
pernah berbicara sebab takut akan saling menganggu dalam melakukan meditası
yang khusyuk. Mereka begitu ringan bagaikan bulu burung, namun mereka takut
akan membebani orang lain.
Aku menghabiskan bertahun-tahun di wilayah meditasi dan kontemplasi ini akan
tetapi, aku belum juga sembuh dari penyakit dualisme "Aku" dan "Dia" yang masih
membentuk bayang tebal di atas hatiku.Air mataku mengalir deras. Dalam keadaan

14
sangat sedih, lemah, dan sangat terpesona, aku terjatuh dalam suasana yang aneh,
ketika lautan kesedihan terasa mengelilingi diriku.
Saat aku berdiri di sana dengan perasaan tidak berdaya, sedih, tak sadar, muncullah
guru tampan yang kutemui pertama kali di daerah asing ini.... Ia menatapku dengan
mata penuh belas kasih. "Oh budak dirinya yang papa, yang dalam pengasingan di
tanah yang asing! Oh pengembara yang jauh dari kampung halaman! Oh orang yang
berduka, kau tidak akan menemukan obatmu di wilayah ruh ini. Tinggalkanlah
tempat ini. Pergilah ke wilayah nun jauh di sana... nama wilayah itu adalah fana,
penafian diri. Di sana kau akan menemukan para dokter yang telah menafikan diri
mereka. Mereka tidak memiliki raga, yang mengetahui rahasia "Jadilah tiada,
jadilah tiada, jadilah tiada, maka kau akan ada, maka kau akan ada, maka kau
menjadi ada selamanya."
Diagram nafs yang rida. Di dalam diagram oval, kita secara konstan menjadi peka
terhadap beragam aspek dari alam. Bawah-sadar-bawah dan alam-bawah-sadar-
atas; yakni kita telah mencapai tingkat tertentu dari ingatan yang konstan serta
pengetahuan akan diri sendiri. Pusat jiwa "Aku" telah menjadi dalam, dan kita
secara sadar peka terhadap apa yang sebelumnya berada di alam bawah sadar. Bagi
mereka yang tidak pernah melupakan Tuhan, penderitaan dan ujian dunia ini
bagaikan mimpi. Mereka yang mencapai tingkat ini selalu mengingat Tuhan, selalu
bersyukur kepada-Nya, apa pun yang terjadi pada diri mereka.

6. Nafs Yang Diridai Tuhan


Ibn Arabi menunjukkan bahwa ini adalah tingkat pernikahan batiniah antara diri
dan ruh. Di dalam bahasa Arab, diri adalah feminim dan ruh adalah maskulin. Ia
menuliskan bahwa pernikahan batiniah ini menghasilkan seorang anak, yang berada
di dalam hati. Ruh memberi ilham kepada diri untuk mengangkat dirinya sendiri,
kemudian diikuti oleh hati. Pertempuran batiniah dan perasaan kesebraragaman
telah tiada. Kita tidak lagi terpisah antara hasrat materi kita dan hasrat kita akan
Tuhan. Pada tingkat ini, kita memperoleh kesatuan batiniah yang sejati dan utuh;
kita merasakan dunia sebagai suatu kesatuan yang utuh. Kita menjadi manusia yang
sejati.
Pada tingkat ini, kita menyadari bahwa seluruh kekuatan untuk bertindak datang
dari Tuhan, kita tidak melakukan sesuatu apa pun dengan sendirinya. Kita tidak lagi
merasa takut terhadap segala sesuatu atau meminta sesuatu apa pun. Kita tidak lagı
memiliki hasrat untuk berbicara atau berkomunikasi. Hiasan luar kita telah
dibinasakan, namun hiasan dalam kita telah menjadi istana. Hati kita berada di
dalam ekstase.
Seorang Syekh menggambarkan kesatuan batiniah yaitu “Aku memilih kondisi apa
pun yang Tuhan pilihkan untuk diriku. dan menempatkanku di dalamnya. Jika
Tuhan membuatku kaya, aku tidak akan lupa, dan jika Tuhan menghendakiku
miskin, aku tidak akan tamak dan mengingkarinya.”
Wilayah nafs yang diridai Tuhan
Segera aku berangkat ke wilayah penafian diri. Aku melihat para penduduknya
membisu, terdiam, seolah-olah mati, tanpa kekuatan di dalam dirinya untuk
melontarkan sepatah kata pun. Mereka telah meninggalkan harapan untuk

15
memperoleh keuntungan dari berbicara, dan siap menyerahkan jiwa mereka pada
malaikat maut, Mereka sama sekali tidak perduli akan keberadaanku.
Bahkan, di tempat itu, di tengah-tengah mereka, aku merasakan penderitaan yang
pedih. Namun, ketika aku hendak menggambarkan gejala penyakitku, aku tak dapat
menemukan raga ataupun eksistensi yang dapat kukatakan sebagai "Ini tubuhku"
atau "Ini aku". Kemudian, aku tahu bahwa untuk mengatakan, "Raga tersebut
milikku," adalah sebuah kebohongan, dan berbohong adalah dosa bagi setiap
manusia. Dan aku tahu bahwa bertanya mengenai pemilik sejati apa yang disebut
sebagai "Milikku" adalah syirik tersembunyi yang justru ingin Skulenyapkan dari
diriku. Aku merasa putus asa. Jika aku harus berdoa kepada-Nya dan berkata,"Ya
Tuhan," maka akan ada dua-aku dan Dia, zat yang pada-Nya aku memohon
pertolongan, kehendak dan yang dikehendaki, hasrat dan yang dihasrati, pecinta dan
yang dicintai, sungguh begitu banyak. Aku tidak mengetahui obatnya.Ratapan
tersebut membuat iba malaikat pemberi ilham (yang) membacakan padaku kitab
ilham Tuhan; "Mula-mula, fanakanlah tindakan-tindakanmu." Ia memberikannya
padaku sebagai hadiah. Ketika kuulurkan tangan untuk menerimanya, kulihat tiada
tangan. la hanyalah campuran air, tanah, eter dan api. Aku tidak memiliki tangan
untuk mengambilnya. Aku tidak memiliki kekuatan untuk bergerak. Hanya satu
yang memiliki kekuatan, Yang Mahakuat. 'Tindakan apa pun yang muncul
melaluiku. maka ia milik Yang Mahakuasa. Seluruh kekuatan, seluruh tindakan,
kuserahkan pada-Nya, dan kuserahkan segala yang terjadi padaku dan melaluiku
di dunia ini.
Kemudian, aku berdoa... untuk meninggalkan sifat-sifatku, yakni sifat-sifat yang
membentuk kepribadian seseorang. Ketika aku lihat, apa yang aku saksikan
bukanlah milikku. Ketika aku berbicara, apa yang kukatakan bukanlah milikku.
Tidak satu pun milikku. Sama sekali tak berdaya, aku dilepaskan dari seluruh sifat,
baik yang terlihat maupun tersembunyi, yang membedakan aku dari sifat-sifat luar
dan dalam yang telah menjadikan diriku sebagai "Diriku."
Dengan seluruh raga, perasaan, dan rohku, aku menganggap diriku sebagai sesuatu
yang suci. Kemudian aku merasa bahwa bahkan ini adalah dualitas... bahwa bahkan
esensiku telah diambil dariku. Aku masih saja menginginkan dan mengharapkan
diri-Nya. Aku merasakan makna dari "Mereka yang mengharapkan diriku adalah
hambaku yang sejati.... Tuhan Yang "Maha meliputi segala sesuatu," "Yang
terdahulu dari yang terdahulu, terkini dari yang kini dan semua yang wujud dan
tersembunyi, yang Maha Mengetahui segala sesuatu"--menjadi wujud di dalam
misteri hatiku.
Bahkan, setelah itu aku berharap bahwa misteri "mati sebelum mati" mewujud
dalam diriku. Oh, terkutuklah, kembali dualitas yang tersembunyi dari Aku dan
Yang kuharapkan, muncul di dalam diriku. Hal ini juga tentunya bukanlah
kebenaran.Dalam nafs yang diridai Tuhan nafs dan jiwa telah menyatu tidak lagi
ada dikotomi ataupun dualitas di dalam jiwa. Ketika individu menjadi utuh,
kesatuan ilahiah dari dunia kini tampak jelas. Seperti ditulis Rūmî, dunia tampak
menjadi keserbaragaman, bagaikan cermin pecah yang merefleksikan bayangan
yang sama. Jika kita menyatukan pecahan kaca tersebut dan menjadi utuh kembali,
maka ia kemudian akan memantulkan hanya satu bayangan.

16
7. Nafs Yang Suci
Nafs yang suci merupakan tingkatan nafs yang paling tinggi, karena orang yang
mencapai tingkatkan ini telah melampaui dirinya secara utuh. tidak lagi memikirkan
ego maupun dirinya, karna yang ada dipikirannya hanyalah Tuhan. ini kondisi yang
biasa dinamakan dengan "mati sebelum mati". Jadi jika masih ada sifat ego di dalam
diri, seseorang tidak akan dapat mencapai tingkatan ini. Mereka yang mencapai
tingkatan ini berada didalam doa yang konstan. karena mereka tidak lagi memiliki
kehendaknya sendiri. orang yang mencapai tingkatan ini akan menyerahkan pilihan
sepenuhnya kepada sang penguasa dan mengabdikan diri sepenuhnya kepadanya.
Yang ada dipikirannya hanya Tuhan.
Diagram nafs yang suci. Di dalam diagram puncak nafs, ti- dak lagi ada perasaan
diri terpisah atau identitas terpisah. Tak ada batas yang jelas antara diri dan Tuhan.
Diri telah menjadi garam yang larut dalam lautan. Yang ada hanyalah Tuhan.

C. Proses Transformasi Diri


Menurut psikologi sufi, kita adalah ruh yang telah menyatu dengan tubuh, dan
sifat dasar kita adalah cinta, kearifan, dan kegembiraan. Namun, kita terlalu sering
merasa bingung, tertekan, dan kecewa, yang tentunya bertolak belakang dari sifat dasar
spritual kita. Ego negatif ditujukan untuk membuat kita bingung dan tidak bahagia, dan
merupakan musuh dari sifat spritual kita. Pada latihan ini kita akan memberi wujud
pada ego negatif kita dan meyebutnya sebagai gremlin batiniah. Di dalam kamus,
dijabarkan bahwa gremlin adalah makhluk kecil khayalan yang mengganggu
kelancaran suatu rencana atau kerja mesin-mesin.
Gremlin batiniah kita adalah narator dari kepala kita. Ia memengaruhi diri Anda
sepanjang hidup Anda dan selalu menyertai Anda kemana pun Anda pergi. Gremlin
Anda tersebut ingin meyakinkan Anda bahwa ia adalah teman sekaligus pelindung
Anda, dan la sangat menaruh perhatian terhadap hati. la mengatakan pada diri Anda
perihal diri Anda, ia menafsirkan pengalaman bagi Anda Namun, ia ingin
menghancurkan segala kebahagiaan dan hubungan bermakna yang telah Anda
usahakan. Sebagian alat terbaik gremlin tersebut adalah menghadirkan kembali masa
lalu, mencemaskan masa depan, dan menafsirkan pengalaman Anda dalam keterangan
yang seburuk mungkin.
Salah satu senjata utamanya adalah imajinası palsu. Ia men coba meyakinkan Anda
bahwa penafsirannya mengenai kehidup. Gremlin Anda adalah sebuah kenyataan.
Gremlin Anda mungkin saja mengatakan bahwa Anda adalah seorang pecundang. Ia
berusaha meyakinkan Anda dan bertindak atas dasar hal tersebut. Atau, ia bisa saja
memberikan Anda perasaan yang tidak realistis dan melambung tentang diri Anda,
yang menjebak Anda pada sebuah kegagalan dan membuat Anda merasa tidak mungkin
untuk hidup dengannya. Gremlin Anda menggerogoti ketakutan batiniah, rasa tidak
aman, dan rasa ketidakberdayaan tersembunyi yang kita semua alami.
Cara terbaik menjinakkan gremlin Anda adalah dengan peka terhadapnya. Semakin
Anda menyadari tipu daya gremlin Anda, maka semakin lemah kekuatan yang ia miliki.
Tutup mata Anda dan bayangkan gremlin Anda dengan sedetail-detailnya. Jika gremlin
Anda berubah bentuk atau memiliki lebih dari satu samaran, kenalilah dengan baik.
Jika Anda telah memiliki bayangan dasar gremlin tersebut, jawablah pertanyaan berikut
ini:

17
1. Gambarkan secara detail gremlin Anda dan cara kerjanya dalam hidup Anda. Kapan
ia muncul? Apakah ada pemicu yang membuat ia muncul? Apakah gremlin Anda selalu
berada dalam kondisi tersebut? Ingatkah Anda kapan pertamakali ia muncul? Apa saja
dugaan terbaik yang Anda miliki mengenai lahirnya gremlin Anda?
2. Jika Anda harus mempersonifikasi gremlin Anda, seperti apakah rupanya? Siapakah
nama atau julukannya? Bagaimana pakaiannya? Apakah ekspresi atau perilaku
khasnya? Jika Anda ingin menggambar, cobalah Anda gambarkan gremlin Anda.
(Semakin baik Anda mengenalnya, maka semakin le. mah kekuatannya atas Anda)
3. Berdialoglah dengan gremlin Anda. Bahas mengenai sifat. sifat baiknya, dan
bagaimana ia telah menolong Anda di masa lalu, dan bagaimana ia telah mencegah
Anda untuk berubah dan tumbuh.
4. Berilah tugas pada gremlin Anda. Wilayah manakah dari kehidupan Anda yang
mungkin saja diuntungkan oleh perhatian gremlin Anda tersebut? Jika Anda dapat
membuatnya bekerja dengan positif, maka ia cenderung untuk tetap sibuk dengan tugas
tersebut dan tidak lagi mengganggu Anda di wilayah kehidupan Anda yang lain.
5. Dapatkah Anda memberi wujud pada diri spritual Anda? Tutuplah mata Anda dan
bayangkan sifat batiniah yang bertolak belakang dari gremlin Anda. Sifat ini bisa
menjadi bantuan yang sangat kuat. Untuk dapat menjadi lebih dekat dengan sifat
batiniah ini, laksanakanlah cara 1, 2., dan 3 di atas.
Latihan ini di ambil dari sebuah buku kecil yang bagus, berjudul Taming Your Gremlin:
A guide to enjoying your self, di tulis oleh Richard Carson.
Menyingkap Nafs Tirani. Pikirkanlah masa di mana Anda berada di dalam sergapan
nafs tirani Anda. Anda mungkin saja telah dikuasi oleh amarah, harga diri, atau ego
yang sakit, atau Anda tidak lagi bernubungan dengan hati Anda, dan kehilangan rasa
belas kasih dan empati. Anda mungkin telah mengata kan atau berbuat sesuatu yang
membuat Anda sangat menyesal.
1. Apa yang menyebabkan Anda jatuh dalam kondisi nafs tirani?
2. Bagaimana rasanya berada di dalam kondisi ini? Bagaimana Anda berhubungan
dengan orang lain? Apakah motivasi utama Anda? Apakah Anda merasa terpisah dari
hati Anda?
3. Bagaimana Anda keluar dari kondisi ini? Apakah ada peristiwa atau pengalaman
yang memicu hal tersebut?
Jurnal Nafs Tirani. Sulit untuk menyadari kekuatan dan kemampuan nafs tirani, karena
ia kerap bekerja secara tidak disadari. Selama satu minggu, catatlah di dalam jurnal
setiap kali Anda merasakan pengaruh nafs tirani Anda. Ini bisa saja mencakup harga
diri, amarah, dengki, ketamakan-keadaan ketika Anda berkata atau bertindak tidak baik
atau tidak berbelas kasih. Cobalah dan catatlah peristiwa-peristiwa ini sedetail
mungkin. Amatilah nafs tirani Anda tanpa menghakimi, bagaikan pengamat terpisah
ataupun saksi yang adil. (Sikap menghakimi dan kritik pada diri sendiri kerap
merupakan tipu daya dari nafs tirani dan bekerja secara efektif untuk menjauhkan kita
dari usaha untuk melakukan perubahan batiniah).
Merasakan Nafs yang terilhami. Ingatlah masa ketika Anda berada pada kondisi nafs
yang terilhami, yang berhubungan dengan intuisi dan pengetahuan intuitif yang kuat,
yang berlawanan dengan jenis pengetahuan yang bersifat kurang pasti, atau lebih
bersifat intelektual.
1. Adakah pengalaman tertentu atau peristiwa yang memicunya?

18
2. Gambarkanlah kadar pengetahuan dan pemikiran yang Anda alami dan ilham
apa sajakah yang muncul pada Anda? Ilham manakah yang kemudian terbukti lebih
tepat? Apakah ada yang tidak tepat? Jika ada, mengapa?
Contoh Nafs yang Tenteram. Apakah Anda mengenal seseorang yang dapat dijadikan
sebagai contoh nafs yang tenteram seseorang yang benar-benar lebur di dalam cinta
kepada Tuhan, sehingga dunia telah kehilangan kekuatannya untuk mengusik
keseimbangannya?
1. Sifat-sifat apakah yang paling berkesan dari orang ini?
2. Apakah Anda pernah merasakan kondisi seperti ini? Tampak seperti apakah
ia?
Melatih Tobat. Tobat yang sebenar-benarnya bukanlah semata-mata menyesali
kesalahan-kesalahan kita. Ia berpaling darinya secara total. Seperti telah disebutkan
sebelumnya di dalam bab ini, tobat memiliki tiga aspek: masa lampau, masa kini, dan
masa depan. Melatih tobаt berarti menyesali tindakan-tindakan di masa lalu,
memperbaiki kesalahan di masa kini, dan berkomitmen untuk tidak mengulangi
kesalahan di masa depan. Tobat masa lalu melibatkan mengakui kesalahan tanpa alasan
atau penilaian. Tobat masa kini berarti mengoreksi kesalahan dan meminta maaf jika
diperlukan. Tobat masa depan adalah bersumpah untuk tidak mengulangi kesalahan.
Tanda tobat yang diterima adalah ketika godaan tidak lagi menarik.
Dalam bertobat, lakukan hal berikut:
1. Tinjau kembali contoh-contoh masa lalu tanpa menghakimi.
2. Bertobat atas akibat tindakanmu, kembalikan yang pernah diambil dari orang
lain, dan mohon maaf atas perbuatan yang menyakiti orang lain. Jika tidak bisa
langsung, minta maaf melalui telepon atau surat.
3. Berjanji tulus untuk mencegah pengulangan kesalahan di masa lalu. Lakukan
perubahan sebagai jaminan tidak mengulangi kesalahan. Misalnya, jika ingin
berhenti minum alkohol, tinggalkan tempat yang mengandung alkohol dan
hilangkan alkohol dari rumah.

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Nafs adalah paling umum dalanı psikologi sufi ada-lah nas, atau diri. Istilah ini
kadang diterjemahkan sebagai "ego" atau "jiwa”. Nafs berakar di dalam jasad dan ruh,
ia mencakup kecenderungan material dan spiritual. Pada mulanya, aspek material
mendominasi; nafs tertarik kepada kesenangan dan keuntungan duniawi. Apa yang
bersifat materi secara alamiah cenderung tertarik kepada dunia materi. Ketika nafs
bertrans- forinasi, ia menjadi memasuki Nafs, sebagai proses yang dihasilkan oleh
interaksi ruh dan jasad, bukanlah struktur psikologis jasad, ia terbuang dari asalnya
yang ber- sifat immateri, kemudian nafs pun mulai terbentuk.Tujuh Tingkat
Perkembangan Nafs berdasarkan Al-Qur’an yaitu, Nafs Tirani, Nafs Penuh
Penyesalan, Nafs yang terilhami, nafs tentram, Nafs yang rida, nafs yang diridai tuhan
dan Nafs yang suci, Latihan transformasi diri yaitu dengan Gremlin batiniah
menggunakan berbagai strategi, seperti menghadirkan masa lalu yang buruk dan
mencemaskan masa depan, untuk menghancurkan kebahagiaan dan hubungan yang
bermakna dalam hidup kita. Untuk mengatasi gremlin batiniah, kita perlu berdialog
dengannya, memberikan tugas positif, dan mengaktifkan sifat-sifat batiniah yang kuat
dan positif

20
DAFTAR PUSTAKA

Robert Frager, Ph.D (Syekh Ragib al-Jerrahi), Sufi Psychology Psikologi Pertumbuhan,
Keseimbangan, dan Keselarasan Batin Manusia. Qaf Media Kreative. Jakarta.
Robert Frager, Ph.D (Syekh Ragib al-Jerrahi), Psikologi Sufi Untuk Transformasi Hati, Jiwa
Dan Ruh

21

Anda mungkin juga menyukai