Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“Issu Issu Dalam Pendidikan Jasmani”

Disusun Oleh :
Kelompok 2
Yedit jon luminda A42121050
Junaedi Gunawan A42120210
Sigit Dwi Guntoro A42121015
Aulia Vandana A42121055
Liana A42121120
Fahrul Rozi A42121115
Muh Iqrawan A42118279
Akbar Rizki A42121075
Riki Saputra A42121070

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2024
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas
makalah tentang “Issu Issu Dalam Pendidikan Jasmani”.

Kami ucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Wahyu Firmansyah,S.Pd.,M.Pd selaku
dosen pengampu mata kuliah, serta pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini. Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain
berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala penulis dapat
teratasi.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa. Kami sadar bahwa makalah
ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada Dosen pengampu mata
kuliah kami meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah kami di masa yang
akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Kelompok 2

Maret 2024

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................................iii
BAB I.............................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................................................1
Latar Belakang...........................................................................................................................................1
Rumusan Masalah......................................................................................................................................1
Tujuan Penulisan Makalah.........................................................................................................................1
BAB II............................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN............................................................................................................................................2
A. Issu, Tantangan dan Masa Depan Pendidikan Jasmani dan Olahraga........................................2
B. Issu Krisis Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Jasmani..........................................................2
C. Issu Global Pendidikan Jasmani.......................................................................................................4
D. Untuk Apa Pendidikan Jasmani.......................................................................................................4
E. Issu Implementasi Kurikulum Pendidikan Jasmani.......................................................................4
BAB III........................................................................................................................................................05
PENUTUP....................................................................................................................................................05
A. KESIMPULAN...................................................................................................................................06
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................................1

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Issu adalah suatu berita yang ramai di bicarakan, tentunya berita yang aktual yang
dijadikan acuan perubahan khususnya dalam penjas. Ukuran keberhasilan kinerja atau
efektivitas PBM Penjas tersebut dinilai dari aspek lain yang seharusnya terintegrasi
dalam Penjas. Sebagai contoh kualitas proses yang seharusnya dapat terlihat dari Penjas
yang baik, bagaimana guru menerapkan model pengembangan disiplin, pengajaran yang
bernuansa DAP (Developmentally Appropriate Practice), kesadaran guru dalam
mengembangkan bukan hanya aspek fisik dan motorik, tetapi aspek kognitif dan mental
sosial serta moral anak.
Bersamaan dengan semakin populernya kebugaran jasmani dan semakin meningkatnya
kesenangan masyarakat, khususnya anak-anak terhadap olahraga, dampak kemamapuan
gerak dan olahraga menjadi salah satu tujuan Pendidikan Jasmani. Untuk meraih target
tersebut, selain pendekatan teknis, kini muncul berbagai model, misalnya yang cukup
populer adalah PENDEKATAN TAKTIS, Sport Education, Cooperative Teaching.
Fokus utamanya adalah terjalinnya keseimbangan antara peningkatan keterampilan gerak
dan bermain

1
B. Rumusan Masalah
Dari survey yang dilakukan oleh Pusat Kesegaran jasmani Depdiknas, diperoleh
informasi bahwa hasil pembelajaran Penjas di sekolah secara umum hanya mampu
memberikan efek kebugaran jasmani terhadap kurang lebih 15 persen dari keseluruhan
populasi siswa. Sedangkan dalam penelusuran sederhana lewat test Sport Search
dalam aspek yang berkaitan dengan kebugaran jasmani siswa SMU, siswa
Indonesia rata-rata hanya mencapai kategori "Rendah" (Ditjora, 2002). Hal tersebut
perlu mendapatkan perhatian kepada kita, bahwa mutu kebugaran jasmani siswa sekolah
dari seluruh jenjang pendidikan di Indonesia masih tergolong sangat rendah.

C. Tujuan Penulisan Makalah


Untuk mengetahui issu dalam penjas dan tantangan apa saja yang dialami guru penjas
saat ini, dalam menghadapai perkembangan kurikulum baru yang diterapkan pemerintah
dari tahun ke tahun, sehingga guru penjas dapat menyesuaikan perubahan tersebut.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Issu,Tantangan dan Masa Depan Pendidikan Jasmani dan Olahraga

Dari survey yang dilakukan oleh Pusat Kesegaran jasmani Depdiknas, diperoleh
informasi bahwa hasil pembelajaran Penjas di sekolah secara umum hanya mampu
memberikan efek kebugaran jasmani terhadap kurang lebih 15 persen dari keseluruhan
populasi siswa. Sedangkan dalam penelusuran sederhana lewat test Sport Search
dalam aspek yang berkaitan dengan kebugaran jasmani siswa SMU, siswa
Indonesia rata-rata hanya mencapai kategori "Rendah" (Ditjora, 2002). Hal tersebut
perlu mendapatkan perhatian kepada kita, bahwa mutu kebugaran jasmani siswa sekolah
dari seluruh jenjang pendidikan di Indonesia masih tergolong sangat rendah.

Rendahnya mutu hasil pembelajaran pendidikan jasmani pun dapat disimpulkan dari
keluhan masyarakat olahraga yang mengindikasikan bahwa mutu bibit olahragawan usia
dini dari sekolah-sekolah kita sangat rendah. Keluhan ini dapat dikaitkan dengan dua
hal. Pertama, para calon atlet kita rata-rata mengandung kelemahan dalam hal
kemampuan motoriknya, dari mulai kecepatan, kelincahan, koordinasi, keseimbangan,
dan kesadaran ruangnya; kedua, para calon atlet kita pun sekaligus memiliki
kekurangan dalam hal kemampuan fisik (kebugaran jasmani), terutama dalam hal daya
tahan umum, kekuatan, kelentukan, power, dan daya tahan otot local

Ukuran keberhasilan kinerja atau efektivitas PBM Penjas tersebut dinilai dari aspek
lain yang seharusnya terintegrasi dalam Penjas. Sebagai contoh kualitas proses yang
seharusnya dapat terlihat dari Penjas yang baik, bagaimana guru menerapkan model
pengembangan disiplin, pengajaran yang bernuansa DAP (Developmentally Appropriate
Practice), kesadaran guru dalam mengembangkan bukan hanya aspek fisik dan motorik,
tetapi aspek kognitif dan mental sosial serta moral anak, yang dipercayai oleh para ahli
dapat mengembangkan nilai-nilai dan karakter positif pada diri anak.

B. Issu Krisis Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Jasmani

3
Krisis pendidikan jasmani (penjas) disebabkan karena pengajaran yang tidak
membangkitkan terjadinya proses belajar, sehingga penjas menjadi kurang bermakna;
akarnya bukan karena kelangkaan infrastruktur atau biaya. Salah satu penyebab utamanya
karena pendekatan mengajar guru dalam proses belajar mengajar belum sesuai dengan
karakteristik siswa, materi ajar, dan tujuan yang harus dicapai. Salah satu cara untuk
mengatasi masalah di atas adalah melalui penerapan pendekatan taktis dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran penjas. Pendekatan taktis pada hakekatnya adalah
suatu pendekatan pembelajaran keterampilan teknik dan sekaligus diterapkan dalam
situasi permainan. Tujuan utama dari pendekatan taktis dalam pembelajaran adalah untuk
meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep bermain yang sesungguhnya.

C. Issu Global Pendidikan Jasmani

Isu global sekaligus tantangan berat dalam upaya mempersiapkan peserta didik melalui
Pendidikan Jasmani adalah Semakin Besarnya Tuntutan akan Disain Implementasi
Kurikulum Pendidikan Jasmani (Penjas) yang Relevan dan Akuntabel.

1. Tuntutan tersebut antara lain dipicu oleh

a. perubahan nilai budaya dan gaya hidup yang berujung pada rendahnya kualitas fisik,
prestasi olahraga, meningkatnya obesitas pada anak, angka sakit, dan yang lebih parah
lagi adalah bahwa Indonesia sudah termasuk 6 besar negara Asia yang prevalensi
penyakit tidak menular (kurang gerak). Angka kematian akibat penyakit tidak menular
di Indonesia terus meningkat, dari 41,7% (1995) naik menjadi 49,9% (2001),
kemudian 59,5% (2007).
b. Tuntutan lain juga adalah semakin meningkatnya aksi kekerasan para pelajar dan
penyalahgunaan NARKOBA yang akhir-akhir ini semakin memprihatinkan hingga
mengkhawatirkan semua pihak.
c. demikian juga jumlah penduduk yang cukup besar yang diperkirakan akan mencapai
260 juta pada tahun 2020 dengan struktur usia muda yang dominan, yang mengandung
arti tanggungjawab pendidikan akan semakin meningkat karena jumlah siswa sekolah

4
berikut berbagai permasalahannya semakin meningkat, semakin memerlukan
penanganan khusus, sistematis, dan terintegrasi.

D. Untuk Apa Pendidikan Jasmani

Pendidikan Jasmani memiliki potensi untuk mengatasi permasalahan tersebut karena


Pendidikan Jasmani memiliki dampak fisikal, sosial, afektif, maupun kognitif.

1. Dampak Fisik Pendidikan Jasmani

Tidak diragukan lagi bahwa keuntungan fisik merupakan dampak Pendidikan Jasmani
(Penjas) yang paling populer di masyarakat dan diposisikan sebagai kontribusi unik
Penjas karena dampak ini tidak didapatkan melalui mata pelajaran lain. Dampak fisik dari
penjas ini dikelompokkan ke dalam kebugaran jasmani, keterampilan olahraga, dan Gaya
hidup aktif.

Berdasarkan perspektif sejarah, dampak kebugaran jasmani merupakan target


tujuan Penjas yang paling awal. Kebugaran jasmani dimaksud ditujukan pada dua sisi,
yaitu rehabilitasi kelainan postur tubuh dan peningkatan fungsi tubuh. Beberapa program
populer untuk meraih target ini, misalnya senam sistem Swedia, Erobik, dan Fitness
Education.

Bersamaan dengan semakin populernya kebugaran jasmani dan semakin


meningkatnya kesenangan masyarakat, khususnya anak-anak terhadap olahraga,
dampak kemampuan gerak dan olahraga menjadi salah satu tujuan Pendidikan
Jasmani. Untuk meraih target tersebut, selain pendekatan teknis, kini muncul berbagai
model, misalnya yang cukup populer adalah PENDEKATAN TAKTIS, Sport
Education, Cooperative Teaching. Fokus utamanya adalah terjalinnya keseimbangan
antara peningkatan keterampilan gerak dan bermain.

2. Dampak Sosial Pendidikan Jasmani

5
Selain memberi keuntungan pada dimensi fisik, Penjas juga memberi keuntungan
pada dimensi sosial seperti kerjasama, leadership, dan empathy. Nauer (2010:1)
melaporkan bahwa siswa yang memperoleh skor leadership skills tinggi adalah mereka
yang secara fisik lebih aktif, dan mereka juga memperlihatkan skor empathy yang
tinggi. Keuntungan dimensi sosial ini diperkuat oleh best practices di Australia Barat
yang memanfaatkan olahraga sebagai instrumen untuk merehabilitasi dan mengalihkan
perilaku kriminal dan anti sosial para anak muda di kota Perth (DSR, 2010). Hal serupa
juga dilakukan oleh Presiden Nelson Mandela, yang meyakini bahwa olahraga memiliki
kekuatan sebagai pemersatu bangsa dengan cara-cara yang tidak banyak dimiliki media
lain. Olahraga mampu menembus rintangan ras dan kesukuan.

Dalam konteks ini olahraga tidak lagi ditempatkan untuk kepentingan politis
melainkan untuk kemaslahatan hidup, menolong masyarakat menjadi lebih kuat, sehat,
bahagia, dan nyaman (DSR, 2010). Melalui olahraga siswa belajar hidup dan bekerja
kompetitif dan kolaboratif agar siap dan mampu hidup dalam kehidupan sosial yang
penuh kompetisi. Pelajaran berharga yang dapat dipetik dari olahraga kompetitif adalah,
Selalu bekerja keras, fair play, menghargai lawan, menerima kenyataan, ‘when the
contest is over, it is over’. Dengan demikian tidak terlalu mengherankan Adolf Ogi,
mantan Presiden Swiss, menyatakan bahwa nilai-nilai olahraga identik dengan nilai-
nilai PBB, dan karena itu olahraga perlu terus dipromosikan demi kemaslahatan umat
manusia. Lebih jauh ia menyatakan: “Sport teaches life skill – sport remains the best
school of life.”

3. Dampak Afektif Pendidikan Jasmani

Para ahli Penjas juga meyakini bahwa aktivitas fisik dapat meningkatkan
kesehatan psikologis anak seperti self-esteem, self-perception and psychological well-
being. Pengakuan dampak positif afektif ini dituangkan dalam sejumlah dokumen
kebijakan Penjas baik nasional seperti dalam dokumen KTSP (mendorong penghayatan
nilai-nilai; sikap-mental-emosional-sportivitas-spiritual-sosial) maupun dalam dokumen
internasional seperti dalam dokumen World Health Organisation (1998) dan dokumen
Council of Europe (Svoboda, 1994).

6
Fox (2000) mengemukakan bahwa self-esteem anak dapat meningkat sebagai
akibat dari partisipasi dalam olahraga; pengalaman menyenangkan selama melakukan
aktivitas fisik dan olahraga dapat menumbuhkan self-esteem (Williams and Gill 1995;
Sonstroem 1997). Gilman (2001) menyatakan bahwa mereka yang biasa berolahraga
secara signifikan memiliki perasaan lebih senang daripada mereka yang tidak biasa
berolahraga. Selain itu mereka yang biasa berolahraga juga memiliki angka hadir
sekolah yang lebih tinggi, dan menyenangi berbagai pengalaman belajar yang diberikan
di sekolahnya (Fejgin, 1994).

Berdasarkan sudut pandang neurosain, aktivitas fisik juga dapat memicu


pelepasan neurotrofin, NGF (nerve growth factor), dopamine, dan adrenalin-
noradrenalin yang dapat meningkatkan pertumbuhan, mempengaruhi suasana hati,
menyimpan memori, dan meningkatkan koneksi antar neuron, struktur otak, serta
efisiensi persyarafan (brain structure and neural efficiency); aktivitas fisik berkorelasi
positif dengan neurogenesis dan neurogenesis berkorelasi negatif dengan perasaaan
depresi (Brown, Burton & Heesch, 2007)

4. Dampak kognitif dari Pendidikan Jasmani

Walaupun beredar keyakinan bahwa partisipasi siswa dalam olahraga


berpengaruh negatif terhadap rata-rata nilai akademik, namun keyakinan tersebut
belum pernah terbukti dan malah bertentangan dengan teori dan bukti empiris.
Bailey ( 2009: 6) mengatakan bahwa, untuk berhasil belajar gerak, pelaku perlu
konsentrasi, tekun, ulet, teliti, dan melakukan proses yang sama seperti yang
dilakukan para ilmuwan dari disiplin ilmu lain. Berdasarkan perspektif teori proses
informasi, bahwa untuk dapat menampilkan gerak yang baik, pelaku harus
mengidentifikasi stimulus yang datang, memilih respon yang sesuai, mengorganisir
sistem gerak, dan melakukan gerakan yang dipilihnya (respon programing stage),
sebagai produk dari proses informasi.

Dari sisi yang lainnya, semboyan klasik “men sana in corpore sano”, akhir-
akhir ini terbukti sejalan dengan temuan kajian neuroscience yang telah mampu

7
menjelaskan keterkaitan aktivitas fisik dan keberfungsian kognitif yang tidak
terungkap melalui disiplin ilmu manapun, yaitu a. latihan fisik memiliki korelasi
positif dengan neurogenesis (produksi sel-sel baru), b. neurogenesis memiliki
korelasi positif dengan peningkatan kemampuan belajar dan peningkatan
kemampuan memory, dan c. latihan fisik memiliki korelasi positif dengan
pelepasan BDNF (brain-derived neurotrophic factor), sebuah molekul penting
bagi pertumbuhan sel-sel otak dan sinap-sinap syaraf otak. Jensen (2008)
mengatakan bahwa promosi Pendidikan Jasmani setara dengan promosi fungsi
otak dan otak akan memperoleh keuntungan dari aktivitas fisik melalui berbagai
sisi.

Perspektif teori neurosain ini sejalan dengan fakta di lapangan. Misalnya


penelitian Hervet (1952), Dwyer et al. (1983), dan terakhir Martin K. (2010:5)
dari University of Western Australia melaporkan bahwa a. penambahan jam
pelajaran Penjas tidak mengganggu perolehan hasil akademik siwa meskipun
waktu belajar akademiknya dikurangi; b. pada beberapa outcome tertentu
(konsentrasi, kesiapan belajar, semangat belajar), penambahan jam pelajaran
Penjas dapat menguntungkan bagi peningkatan perolehan hasil akademik; c.
keterkaitan fungsi kognitif dan aktivitas fisik semakin kuat manakala program
Pendidikan Jasmani dilakukan terus menerus dalam waktu yang lama.

E. Issu Implementasi Kurikulum Pendidikan Jasmani

Dari perspektif dokumen, kurikulum penjas sudah akomodatif terhadap tuntutan nilai-
nilai hakiki dan tantangan Pendidikan Jasmani, perbandingan learning outcome dimensi
fisik (35%) lebih rendah daripada dimensi non fisik (65%). namun dari perspektif
kurikulum sebagai proses, pembelajaran Penjas di sekolah-sekolah masih menyisakan
masalah besar meskipun perubahan kurikulum sudah berkali-kali dilakukan. Hasil
penelitian Suherman, A. (2007) terungkap bahwa: 1. nilai rujukan yang berkembang di
kalangan guru Penjas berbanding terbalik dengan nilai rujukan kurikulum, demikian juga

8
orientasi nilai rujukan tradisional (kebugaran dan sport skill) mendominasi pelaksanaan
pembelajaran Penjas.

Ini mengandung arti bahwa perubahan kurikulum Penjas tidak kompatibel dengan
proses pembelajaran yang terjadi di kelas. Salah satu penyebabnya adalah lemahnya
pengendalian proses transfer dari kurikulum sebagai dokumen ke dalam kurikulum
sebagai proses pembelajaran Pendidikan Jasmani di sekolah. Lemahnya proses ini,
selain menyebabkan ketidak selarasan antara kurikulum sebagai dokumen dan sebagai
proses juga menyebabkan lemahnya kemampuan personal guru Pendidikan Jasmani di
indonesia dalam menghadapi perubahan dan tantangan.

Dalam rangka memperkecil kesenjangan antara kurikulum sebagai dokumen dan proses
pembelajaran pendidikan jasmani, maka koordinasi harmonis semua pihak perlu
dilakukan.

Dari perspektif pemerintah, perlu dibangkitkan kembali program “Sport for All”
sebagai bagian integral dari promosi gaya hidup aktif di Indonesia. Kebijakan Sport for
All yang di Indonesia diluncurkan pada tahun 1983 melalui gerakan “Mengolahragakan
Masyarakat Dan Memasyarakatkan Olahraga” pernah disambut dengan meriah oleh
masyarakat yang ditandai dengan munculnya berbagai kegiatan seperti Senam Pagi
Indonesia (hingga beberapa seri), senam erobik, senam Poco-Poco, hari Krida, program
olahraga rekreasi dan olahraga tradisional, program tes kebugaran jasmani siswa sekolah,
Community Sport Development (CSD) dan School Sport Development (SSD).

Pemerintah juga perlu mendorong tumbuh dan berkembangnya organisasi profesi


pendidikan, khususnya profesi Pendidikan Jasmani untuk mengembangkan jati dirinya,
spesifikasi produk dan programnya, serta target capaiannya sehingga eksistensinya
diakui. Organisasi profesi Pendidikan Jasmani perlu menggalakkan kembali
program dan target kebugaran jasmani pelajar melalui program tes kebugaran jasmani
yang dulu pernah diluncurkan dengan menambahkan program dan target gaya hidup aktif
pelajar dan masyarakat sebagaimana dilakukan juga di negara-negara maju.

9
Perlu juga dibuat regulasi yang menyebabkan orang harus aktif secara fisik, seperti,
penataan ruang terbuka, akses pejalan kaki, ruang parkir, transportasi, penggunaan lift
dan tangga di perkantoran dan gedung-gedung pemerintah maupun swasta. Kebijakan
dan program ini perlu terus dipromosikan dengan cara persuasif dan edukatif sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan kualitas hidup bangsa Indonesia.

Dari perspektif Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), penguatan


terhadap pendampingan dan pengendalian proses transfer dari kurikulum sebagai
dokumen ke dalam kurikulum sebagai proses pembelajaran Pendidikan Jasmani di
sekolah merupakan hal yang urgen dilakukan, beberapa diantaranya adalah

1. Meningkatkan kemampuan calon guru dalam menerapkan berbagai inovasi


untuk lebih menjamin implementasi kurikulum di sekolah

Pengenalan dan penguatan guru dan calon guru terhadap berbagai inovasi model
kurikulum dan pembelajaran Penjas telah mampu menghantarkan para guru Penjas
menjadi lebih efektif dalam mengartikulasi dan menghantarkan program pendidikan
jasmani sejalan dengan standar kurikulum Pendidikan Jasmani yang berlaku. Demikian
juga model pembelajaran telah mampu membantu para guru Penjas menyadari,
meredefinisikan, dan menyesuaikan model yang digunakan dengan perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran Penjas. Melalui penerapan dan pengembangan
berbagai model kurikulum dan pembelajaran, para guru Penjas mampu melakukan
sinkronisasi tujuan, materi, metode, dan penilaian sebagai bagian integral dari
perencanaan pembelajarannya.

2. Penguatan Program Pengalaman Lapangan (PPL)

10
Melalui PPL, calon guru Penjas meningkat tanggung jawab mengajar hariannya,
tidak terlalu shock dalam menjalankan tugas mengajar yang sebenarnya, dan dapat
mengembangkan pembelajaran yang berorientasi pada siswa (Child-centered), serta lebih
fokus pada penciptaan pembelajaran efektif dalam meraih tujuan. Namun demikian masih
ada kecenderungan LPTK kurang memperhatikan program PPL ini dengan cara:
membiarkan mahasiswa calon guru mencari sekolah sendiri untuk melaksanakan PPL,
melakukan proses pembelajaran dengan Teacher-centered, dan membiarkan mahasiswa
PPL mendapat kesulitan dalam mengembangkan proses pembelajaran yang lebih
bermakna karena kurang mendapat supervisi, bimbingan, dan feedback yang memadai
dari dosen pembimbing dan guru modelnya

3. Penguatan Program Mentoring

Program mentoring dibuat dalam rangka memfasilitasi idealisme calon guru Penjas
dalam melaksanakan inovasi untuk meraih standar profesional mengajar. Menyadari
bahwa banyak permasalahan yang harus diatasi dalam pembelajaran Penjas, para calon
guru pergi melaksanakan PPL tidak dengan pikiran kosong melainkan dengan membawa
sejumlah gagasan dan berbagai inovasi yang ingin direalisasikan, pada kesempatan
tersebut, keberadaan para mentor yang berpengalaman, terlatih, dan profesional dari
universitas akan sangat membantu dalam menguasai dan mengimplementasikan Subject
Spesific Pedagogy (SSP) yang sudah didapatkan selama di bangku perkuliahannya. Fokus
terhadap proses belajar yang dilakukan dalam real setting melalui program mentor inilah
yang menyebabkan calon guru lebih siaga dalam mengatasi berbagai masalah dan
diharapkan berhasil dalam meminimalisir marginalisasi Pendidikan Jasmani.

11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Meskipun banyak faktor yang menentukan kualitas hidup bangsa, namun berdasarkan
uraian di atas, Pendidikan Jasmani memiliki peranan yang sangat strategis (dapat
menjangkau semua ranah perilaku seperti domain fisik, sosial, afektif, kognitif) dan unik
(memiliki kontribusi yang tidak dimiliki mata pelajaran lain) yang salah satunya adalah gaya
hidup aktif dan sehat sepanjang hayat, yang di negara-negara maju, merupakan target utama
Penjas, karena terbukti memberi dampak keuntungan luar biasa dan tak terhingga pada
berbagai aspek kehidupan suatu negara seperti dijelaskan dalam naskah ini.

Oleh karena itu, upaya meningkatkan sinkronisasi kurikulum sebagai ide, dokumen, dan
proses merupakan suatu pekerjaan yang sangat berharga, mulia, dan harus merupakan
tanggung jawab bersama. Pekerjaan mulia ini bukan hanya tanggung jawab guru Penjas
semata namun tanggung jawab kita semua insan pendidikan dan semua orang yang mencintai
dan mendambakan kehidupan yang lebih baik, beradab, bermartabat, dan diakui dunia. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini saya mengajak semua pihak untuk bersama-sama
Membangun Kualitas Hidup Bangsa Yang Lebih Baik Melalui Pendidikan Jasmani.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://berita.upi.edu/2013/02/15/membangun-kualitas-hidup-bangsa-melalui-pendidikan-jasmani/

13

Anda mungkin juga menyukai