Oleh :
NIM.I1D118011
i
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Pembimbing 1
Pembimbing 2
ii
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya sampaikan ke hadirat Allah SWT. Tuhan yang
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan
akhir yang berjudul “Penulisan Naskah Drama Antagonisme: Datuk Tun Telanai”
menyelesaikan Program Strata 1 Sarjana Seni Drama Tari dan Musik tahap
proposal ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna,
proposal ini. Semoga proposal ini dapat dimanfaatkan bagi siapapun khususnya
Penulis
iii
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Judul 1
1.2 Latar Belakang Penulisan Naskah Lakon 2
1.3 Ide Naskah Lakon 5
1.4 Tujuan Penulisan Naskah Lakon 8
1.5 Manfaat Penulisan Naskah Lakon 9
1.6 Kajian Pustaka 9
DAFTAR PUSTAKA 26
iv
v
DAFTAR TABEL
v
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Judul
Rakyat Melayu Jambi” merupakan hasil dari pengamatan dan pengalaman batin
Kata martabat memiliki arti pangkat atau derajat yang dimiliki manusia sebagi
manusia. Dengan memiliki martabat ini maka manusia menjadi beda dengan
makhluk lain.1 Martabat manusia bukan dilihat hanya berasal dari sisi tertentu
saja, melainkan pada seluruh diri manusia. Tubuh dan jiwa manusia adalah dua
hal yang membentuk pribadi manusia yang utuh. Keberadaan manusia yang
adalah seorang pribadi yang utuh. Ia adalah sebuah realitas yang personal. Persona
berarti manusia adalah pribadi yang utuh, pesona juga berarti manusia adalah
seorang individu yang tidak ada duanya. Persona juga dapat berarti “personeita”
yang berarti seorang pribadi yang mampu untuk merefleksikan dirinya sendiri. Ia
Namun penggunaan kata Martabat pada judul ini ialah mengekspresikan suatu
permasalahan yang mana perihal ini merujuk pada pertentangan antara dua paham
(orang dan sebagainya) yang berlawanan diantara keluarga pengkarya yang mana
setiap kedua belah pihak memiliki sifat atau pribadinya masing-masing dan
1
Frans Magnis-Suseno, Berfilsafat dari Konteks, (Jakarta: Gramedia, 1991), Hal. 95
2
A. Heuken, Ensiklopedi Gereja, (Jakarta: Yayasan Cipta Loka Cakra, 2005), Hal. 200
1
2
ide penulisan naskah menggunakan alur cerita Datuk Tun Telanai yang mana juga
berisi tentang perebutan sengketa dan konflik yang terjadi antar pihak tentang
negeri asal yang dikuasai Tun Telanai demi mempertahankan martabatnya sebagi
jalan cerita yang sama dengan apa yang dialami pengkarya, tentang perjuangan
mempertahankan martabat serta harga diri pribadi atas suatu kekuasaaan dan
maksud dari cerita yang ingin dibangun dalam karya naskah drama ini.
Seni teater identik dengan penulisan naskah lakon. Sebuah drama biasanya
terdiri dari dua aspek, yang pertama adalah aspek cerita sebagai bagian dari sastra,
yang kedua adalah aspek pengarahan yang berkaitan erat dengan seni drama atau
drama. Naskah drama tidak ditulis khusus untuk dibaca seperti novel atau cerita
gerak.3 Naskah yang dibuat oleh penulis menyampaikan ide dan sebuah pikiran,
kemudian segala ide tersebut dituangkan ke dalam bentuk kata sehingga menjadi
teks naskah drama yang utuh. Tentu saja menulis memerlukan kepekaan terhadap
diri sendiri dan lingkungan. Banyak hal yang bisa dijadikan ide ketika menulis
membangkitkan kesadaran.
3
Semi, Atar. Anatomi Sastra. Angkasa Raya (Bandung: 1989) Hal.157
3
bahkan karakter yang dramatik. Secara umum teks drama terbagi menjadi
beberapa babak. Babak adalah bagian dari naskah drama yang merangkum semua
peristiwa yang terjadi di suatu tempat pada urutan waktu tertentu. Suatu babak
biasanya dibagi lagi ke dalam adegan. Untuk menghidupkan cerita peristiwa ini,
mendukung setiap peristiwa yang terjadi dalam plot. Naskah drama menyajikan
susunan kata, frasa, skenario, bahkan karakter yang mengesankan. Secara umum
naskah drama terbagi menjadi beberapa adegan. Aksi merupakan bagian alur
dramatik yang merangkum seluruh peristiwa yang terjadi di suatu tempat tertentu
dalam urutan kronologis tertentu. Suatu aksi sering kali dibagi menjadi beberapa
Alur dibuka dengan fase ini perkenalan latar dan karakter cerita. Tahap ini
disebut tahap inisiasi cerita dan melibatkan penyampaian informasi awal atau
disebut juga dengan penyituasian (situation). Kedua, cerita akan masuk pada
(Rising Action), yakni konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya
terjadi pada para tokoh cerita mencapai intensitas puncak. Kelima, tahap
Ide dasar dari penciptaan Martabat ini berasal dari pengalaman batin
dasar keegoisan masing-masing pihak. Setiap keluarga memiliki kisah dan makna
yang berbeda, dan dengan sudut pandang yang berbeda pula. Dalam kedua belah
haknya ada yang secara hukum juga agama. Konflik yang otoriter membuat
pengkarya tidak bisa menjadi diri sendiri, sulit menentukan pilihan, juga tidak
percaya terhadap diri sendiri, dan tidak merasa tentram atas kondisi tersebut.
Perasaan itu selalu terngiang di dalam benak pengkarya. Dalam hidup hukum
sebab akibat sering terjadi, yaitu keduanya saling berkaitan dan terikat, yang mana
dengan kisah manusia yang tidak lepas dari hukum sebab dan akibat”.5
Dari rangkaian tersebut naskah drama yang utuh bisa diperankan oleh
aktor guna untuk menghidupkan naskah yang dibuat oleh penulis. Aktor akan
ekspresi wajah, vokal dan hal penunjang lainnya. Kenyataan yang sama dengan
apa yang dikutip di atas, ditemui pula pada naskah cerita Tun Telanai. Dari setiap
unsur – unsur struktural ditemukan dalam cerita Tun Talanai dengan tema
yang dinandungkan dapat terhayati oleh aktor dan penonton yang mendengar.
Pada naskah drama juga telah dianalisis sesuai dengan alur cerita dan latar
kisah pengkarya menggunakan konsep yang sama dengan cerita rakyat Jambi
yakni Tun Telanai. Pengkarya akan memakai beberapa nama karakter tokoh dan
tokoh yang mana cerita tersebut juga telah di analisis menggunakan alur yang
sama yakni alur maju atau progresi yang nantinya akan dikaitkan dengan cerita
melatar belakangi agar terciptanya ide garapan dalam membuat karya naskah
lakon. Berikut latar ide garapan dan ide garapan dari karya naskah lakon
kehidupan terutama dalam kebijakan dan sikap seseorang dalam bertindak. Pada
Datuk Tun Telanai adalah mata rantai penting dalam sejarah peradaban Melayu
dan pilihan atas dirinya sendiri ataupun terkait tentang sesuatu. Begitu juga cerita
tersebut yang mengisahkan sebuah konflik yang terjadi karena adanya perbedaan
6
Wawancara Narasumber Lembaga Adat Melayu Jambi, 1 September 2023
6
dalam pemahaman dan perebutan tahta. Tidak terlepas juga dengan perihal yang
Daerah tempat Raja Tan Talanai ini yang pertama di Jambi di antaranya
adalah Tanjung Jabung. Di pantai sebelah timur Pulau Sumatera, kita mengenal
sebuah selat yang dinamakan Selat Berhala, yang sangat penting untuk lalu lintas
ibu kotanya Kuala Tungkal. Perlu kita ketahui bahwa daerah Tanjung Jabung itu
yang paling terkenal dan ramai adalah Negeri Tunggal atau Kuala Tungkal yaitu
negeri yang menjadi ibu kota Kabupaten Tanjung Jabung sekarang ini. Pada saat
ceritera ini terjadi, Selat Berhala itu dalamnya masih sedalam lutut, karena pada
waktu itu Pulau Berhala masih berhubungan atau bersatu dengan Pulau Sumatera.
Pada masa itu di Pagar Ruyung (Sumatera Barat) memerintah seorang raja
yang bemama raja Beramah, yang mempunyai 3 (tiga) orang anak perempuan.
Yang tua bemama Putri Selaras Pinang Masak, yang tengah bernama Putri
Panjang Rambut, dan yang paling muda bernama Putri Bungsu. Tidak berapa
lama kemudian, dengan takdir Tuhan raja Beramah pun mangkat, yang
menyebabkan ketiga putri Baginda dan segala hamba rakyat berkabung tanda
berduka cita. Tetapi hal itu tidak pula berapa lama berlakunya, karena atas
kebijaksanaan Perdana Menteri Datuk Perpatih, kedudukan yang tak terhingga itu
berganti dengan suka ria yang tak terpadai, karena dinobatkannya Putri Bungsu
berdasarkan hukum syarak dan hukum adat. Pada masa itu Jambi berajakan Si
Pahit Lidah, dan kemudian beberapa waktu pula lamanya, Negeri Jambi tidak
mempunyai raja.
7
raja keturunan Siam yang bernama Tun Telanai, seorang bangsa Hindu lengkap
dengan alat kerajaan serta hamba rakyatnya. Mereka datang ke Jambi, lalu
membuat istana di Muara Jambi Kecil dan di ujung Tajung Jabung, beserta
dengan berhalanya. Itulah pula yang menjadi asal nama Pulau Berhala yang
sekarang.7 Raja Tun Telanai pun memerintahkan tahtanya di sana dengan segala
menyabung ayam. Itulah sebabnya daerah itu dinamakan Tanjung Jabung, karena
di tempat itu dahulunya dilakukan penyabungan ayam. Dari bagian alur cerita di
babak awal ini menggambarkan sebuah kekuasaan tahta Tun Talanai yang
berpijak pada aspek morfologi cerita rakyat Jambi Tun Telanai. Pengertian
morfologi di sini mengacu pada arti morfologi dalam kajian linguistik ialah ilmu
Tokoh dalam cerita Tun Telanai bisa berjumlah 5 sampai 13 orang dan di
antaranya ada tokoh utama dan tokoh pendukung. Tokoh utama adalah Putra Tun,
Datuk Tun Telanai, Putri Pinang Masak, Datuk Bandar Laut, Datuk Mandaliko,
sedangkan tokoh pendukung adalah Ahli Nujum, Permaisuri, Putri Siam, Datuk
7
Wawancara Narasumber Lembaga Adat Melayu Jambi, 1 September 2023
8
Laralenjana Edelweis, Morfologi adalah Cabang Ilmu Linguistik Tentang Bentuk Kata,
https://www.merdeka.com/jatim/morfologi-adalah-cabang-ilmu-linguistik-tentang-bentuk-kata-ini-
selengkapnya-kln.html, (diakses pada 3 September 2023, pukul 14.40)
8
Laksamana, Pangeran Wiro Kusumo, Si Pahit Lidah, Datuk Emping Besi, Ratu
berbedanya peran yang dibawakan. Para pemain dan sejumlah tokoh dengan peran
kekuasaan adalah pondasi terbentuknya karakter seseorang. Dari latar awal ini
akan bersambung menuju konflik yang terjadi berikutnya sebagaimana awal mula
hidup pengkarya dalam pola asuh orang tua dalam keluarga di awal kehidupannya
ungkapkan dalam bentuk naskah drama dan segala bentuk penokohan dan model
naskah cerita Datuk Tun Telanai tersebut akan dijadikan acuan dalam membuat
karya penulisan naskah Martabat agar menjadi sebuah karya yang lebih menarik
dan kreatif.
berikut:
Melayu Jambi.
Adapun manfaat karya seni penulisan naskah drama ini diharapkan adalah
sebagai berikut :
1.5.3 Dapat menjadi landasan dan apresiasi dalam menciptakan karya seni
berkarya.
penyusunan suatu karya karena berguna sebagai sumber inspirasi atau penunjang
lakukan terdiri atas dua sumber ilmiah dan juga sumber audio visual.
10
referensi yang didapat dari buku sebagai acuan dalam berkarya. Adapun buku-
mengarang atau menulis naskah drama. Pada buku ini memaparkan tentang
karakter penokohan yang terdapat pada buku ini. Hal ini sangat membantu
pengkarya dalam proses mengarang dan menuangkan ide kedalam bentuk karya
1.6.1.2 “Dialektika seni” karangan Damar tri Afrianto tahun 2019, dalam
buku ini memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai ide garapan dan
elemen-elemen yang ada dalam teater. Saat proses merancang karya naskah drama
yang berjudul “Martabat” sangat membantu untuk mengembangkan ide yaitu seni
satunya ialah puncak proyeksi filsafat terhadap pendidikan seni yang berasal dari
dalam hati.
1.6.1.3 “Tun Telanai Dan Dua Cerita Rakyat Jambi” disusun oleh Proyek
cerita rakyat Jambi yang berkisah tentang sebuah penguasaan wilayah akibat
kesalahpahaman dan keegoisan dalam tokoh. Saat proses merancang karya naskah
yaitu seni yang membicarakan kehidupan dan bukan hanya membicarakan tentang
salah satunya ialah kesamaan filosofis atau makna dalam kisah rakyat tersebut
Naskah drama berjudul Martabat yang akan ditulis ini terdiri atas beberapa
2.1.1 Tema
Tema adalah makna cerita, gagasan sentral, atau dasar cerita. Pengkarya
dalam menulis ceritanya bukan sekedar mau bercerita, tapi mau mengatakan
sesuatu pada pembacanya.9 Sesuatu yang mau dikatakannya itu bisa suatu masalah
kehidupan ini. Sehingga dapat dikatakan tema pada suatu karya sastra merupakan
pikiran yang akan ditemui oleh setiap pembaca yang cermat sebagai akibat
Pada karya naskah lakon Martabat yang akan di munculkan memiliki tema
sesuai dengan alur dan kisah sebenarnya dibalaik cerita rakyat Tun Telanai.
Dalam hal ini setiap kedua belah pihak memiliki sifat atau pribadinya masing-
9
Sumardjo. Apresiasi Kesusastraan. (Jakarta:PT.Gramedia, 1986). Hal.65
12
13
2.1.2 Penokohan
pesan dan kesan yang telah dirancang oleh pengkarya. Tokoh adalah bagian
sesuai dengan naskah yang disediakan dan dilakukan di atas panggung. Peristiwa
karakter masing-masing tokoh hingga sampai pada dasar uatamanya yaitu konflik
dalam suatu pertunjukan. Rancangan yang telah dibuat bisa disampaikan kepada
untuk menghidupkan tokoh maka diperlukan karakteristik yang jelas. Dalam buku
yang ditulis oleh Soediro Satoto, ada tiga dimensional penokohan yaitu sebagai
berikut:
seseorang seperti usia, jenis kelamin, ciri-ciri tubuh dan bentuk wajah.
seseorang.10
10
Soediro Satoto, Analisis drama dan teater, ( Yogyakarta: Ombak 2016 ), h. 41.
14
Tanpa adanya tiga dimensional tersebut maka tokoh yang akan dihadirkan
akan terlihat pincang. Pada karya naskah lakon Martabat yang akan di munculkan
memiliki dimensi penokohan sendiri. Dalam hal ini pengkarya akan menggunakan
13 karakter tokoh yang terdiri dari 9 orang laki-laki dan 4 orang perempuan.
menjadi tokoh central dan tokoh pendukung. Tokoh central atau tokoh utama
dalam naskah Martabat ini ialah Putra Tun, karakter dari tokoh Putra Tun adalah
Antagonis. Selanjutnya tokoh Tun Telanai, Putri Pinang Masak, Datuk Bandar
Permaisuri, Pangeran Wiro Kusumo, Si Pahit Lidah, Datuk Emping Besi, Putri
Siam, Ratu Siam, Datuk Laksamana memiliki watak protagonis dan Ahli Nujum
lurus
5 Permaisuri Cantik,mata besar, Tegas, setia, Seorang anak
senyum yang manis telmi,murah raja, seorang
dan tubuh yang ideal, senyum ratu dan ibu.
kulit putih.
6 Putra Tun Tubuh tinggi,berat Tegas, Seorang anak
badan ideal, muda, pendendam. raja
hidung mancung
dengan kulit putih dan
rambut lurus
7 Si Pahit Tubuh tinggi,berat Tegas,bijaksana. Seorang raja
Lidah badan ideal, muda,
hidung mancung
dengan kulit sawo
matang dan rambut
lurus.
8 Datuk Tubuh tinggi,berat Tegas,idealis,bija Seorang
Emping Besi badan ideal, muda, ksana. keturunan
hidung mancung bangsawan
dengan kulit sawo
matang dan rambut
lurus.
9 Putri Siam Cantik,mata sipit, Lemah lembut, Rakyat Biasa
senyum yang manis setia, telmi,murah
dan tubuh yang ideal, senyum
kulit putih.
10 Ratu Siam Cantik, mata Sipit, Lemah Seorang ratu
senyum yang manis lembut,murah dan ibu.
dan tubuh yang ideal, senyum
kulit putih.
11 Datuk Tubuh besar Tegas,idealis,bija Seorang
Laksamana tinggi,berat badan ksana. keturunan
ideal, muda, hidung bangsawan
mancung dengan kulit
sawo matang dan
rambut lurus.
12 Ahli Nujum Tubuh tinggi Penghasut, Rakyat Biasa
sedang,berat badan Bermuka dua
ideal, muda, hidung
mancung dengan kulit
sawo matang dan
rambut lurus
13 Pangeran Tubuh besar Tegas,idealis,bija Seorang raja,
Wiro tinggi,berat badan ksana. keturunan
Kusumo ideal, muda, hidung bangsawan
mancung dengan kulit
sawo matang dan
rambut lurus.
16
memperhatikan kostum dan hand property (Properti Aktor atau Tokoh). Kostum
atau tata busana adalah apa saja yang dipakai oleh pemain dari rambut hingga
kaki. Busana juga menjadi ciri dari waktu, tempat, dan suasana, sekaligus
merupakan salah satu bagian yang terpenting dalam sebuah karya karena hal itu
membentuk karakter tokoh yakni meliputi hand property yang mana keduanya
2.1.3 Pembabakan
Karya Martabat dibuat menjadi lima bagian atau babak. Menurut ”Gustav
babak untuk menampilkan cerita yang ingin dibangun sebagai karya yang utuh.
Awal mula kisah (pengantar) dituliskan pada babak 1 dan 2, kesalahpahaman dan
pertengkaran dituliskan pada babak 2 dan 3 , selanjutnya climax atau puncak laku
pada babak 5.
2.1.3.1 Babak 1
12
Harymawan, Dramaturgi, (Bandung: Departemen pendidikan dan Kebudayaan 1993),
h.19.
18
pemerintahan raja si Pahit Lidah (Di Jambi), datanglah seorang raja dari negeri
Siam, yang bemama Tun Talanai, seorang bangsa Hindu lengkap dengan alat
kerajaan serta hamba rakyatnya. Mereka datang ke Jambi, lalu membuat istana di
Muara Jambi Kecil dan di ujung Tajung Jabung, beserta dengan berhalanya. Itulah
pula yang menjadi asal nama Pulau Berhala yang sekarang. Raja Tun Talanai pun
Palembang, Bangka, dan Mentok menyabung ayam. Itulah sebabnya daerah itu
penyabungan ayam.
2.1.3.2 Babak 2
Pada abad ke-15, setelah kematian Raja Si Pahit Lidah, Jambi dipimpin
makmur, damai dan sejahtera. Tun Talanai yang bijaksana begitu dicintai
juga memiliki keturunan. Tersebutlah cerita tentang Tuan Putri Selaras Pinang
Masak, ketika itu amat mashur beritanya, karena kecantikannya, sehingga sukar
untuk mencari bandingannya. Sampai pula berita ini kepada Raja Tun Talanai,
Pagaruyung untuk meminang Tuan Putri Selaras Pinang Masak. Di masa yang
diwakili oleh perdana menterinya, kabar itu diterima oleh Putri Selaras Pinang
19
Masak dengan suatu persyaratan, ia harus sanggup untuk membuatkan candi dan
menyudahkannya dalam satu malam di hadapan sang Putri, jika berhasil orang
itulah yang menjadi suaminya, permintaan itu kemudian diterima oleh Raja Tun
Telanai. Candi itu akan jadi mas kawin dan arti candi itu akan tangga naik ke
kayangan. Keesokan harinya Putri Selaras Pinang Masak serta hamba rakyatnya
sekalian pergi untuk melihat candi, tetapi alangkah kecewanya karena yang
tampak hanyalah batu-batu bakal untuk membuat candi yang berkaparan yang tak
Putri tak keluar ke dari istananya, yang mana dalam artian ini Raja Tun Telanai
Setelah kegagalan Raja Tun Telanai untuk melamar Putri Pinang Masak
Tiap, maka akhirnya raja dipertemukan jodohnya dari Tanah Siam. Beliau
Jambi. Namun dari pernikahannya tersebut mereka juga belum kunjung dikarunia
seorang anak. Setiap malam Raja Tun berdoa memohon untuk mendapatkan anak
dari pernikahannya dengan permaisuri yang jelita. Dia terus menerus berdoa
sampai doa itu pun terkabul. Permaisuri mengandung. Dari kehamilan itu, Tun
hanya sementara. Ia terusik oleh kehadiran ahli nujum istana yang membisiki
sebuah kabar seram. “Saat bayi ini dewasa, dia akan membunuh Raja,” yakin ahli
nujum, yang ramalannya selalu terbukti benar. Raja Tun Telanai menjadi sangat
bingung dan sedih. Ia tidak mungkin membunuh darah dagingnya sendiri, anak
yang begitu ia tunggu-tunggu sekian lama. Tapi ia juga tidak ingin membiarkan
jelas tidak berharap anak laki-laki pertamanya itu akan mati. Tun Telanai hanya
ingin dia pergi sangat jauh, hidup berbahagia di tempat yang lain, dan tak pernah
bisa kembali ke Jambi untuk membunuhnya. Bayi itu terbawa arus hingga jauh ke
2.1.3.3 Babak 3
Pada suatu hari Datuk Bandar Laut membawa hasil dagangannya ke Johor,
untuk sebuah perahu). Isinya seorang anak laki-laki yang berumur kira-kira 40
hari, anak itu pun diambil oleh Datuk Bandar Laut. Sekarang di Tanjung tempat
perahu itu berada dinamai Tanjung Labu, letaknya pada batas Jambi dengan
anak yang didapatnya itu pun dibawanya ke Johor, sambil mebawa upeti (hasil)
kepada Sultan Johor. Setiap orang yang melihat anak itu sangat heran, karena
tingkah lakunya dan budi bahasanya amat baik, serta elok parasnya.
Kabar ini akhirnya diberitahukan oleh datuk Bandar Laut kepada Tun
Mendengar itu Tun Telanai sangat terkejut, dan teringatlah ia bahwa anak itu
adalah anaknya sendiri, yang dilahirkan oleh istrinya dan dibuangnya karena
sebuah ramalan. Raja pun sangat menyesal atas perbuatan yang kejam itu.
Baginda bertitah kepada Datuk Bandar Laut, bahwa anak itu akan diangkat
2.1.3.4 Babak 4
21
Putra Tun sangat marah begitu tahu ia dulu dibuang ke laut oleh ayahnya
sendiri saat masih bayi. Ia bertekad mencari Tun Talanai di Jambi dan membalas
sakit hati. Bujukan Putri Siam agar ia memaafkan kesalahan Tun Telanai, tidak ia
dengarkan. Pemuda itu bersiap pulang ke tanah kelahirannya untuk balas dendam.
Diam-diam seorang Putri Siam yang pada waktu itu ikut bersama datuk Bandar
Laut mengirim kabar ke Jambi tentang rencana ini. Raja Tun sangat kaget. Ia
Jambi. Untuk pertama kali sepanjang ingatannya, Putra Tun akhirnya bertatap
2.1.3.5 Babak 5
Tidak berapa lama sampailah anak Tun Talanai di Mudik yaitu di hadapan
ayahnya, perang pun terjadi antara bapak dengan sang anak, namun keduanya
imbang dan sama kuat. Akhimya Baginda Raja Tun Talanai berkata kepada
anaknya: "Kalau engkau mau membunuh bapak, ambilah batu! pacung sekali! dan
arahkan kepadaku! barulah engkau dapat mematikan aku". Dengan tidak berpikir
panjang lagi anak Tun Talanai langsung menikamkan batu tersebut kepada
ayahnya. Matilah Raja Tun Talanai dalam tangan anaknya sendiri. Jenazah
Baginda Tun Talanai dibawa oleh anaknya ke tanah Siam. Kini anak Tun Talanai
bahwa Raja Siam asalnya dari Jambi. Raja Jambi yang laki-laki asalnya dari Turki
dan yang perempuan asalnya dari Pagaruyung. Hingga saat ini kekuasaan Jambi
akhirnya tidak jatuh pada kerajaan Siam melainkan diwasiatkan oleh Tun Telanai
2.1.4 Plot
Plot atau alur cerita adalah rangkaian peristiwa yang satu sama lain
aksi-aksi atau insiden yang membuat adanya tragedi dan bumbu menarik dalam
cerita.13 Alur suatu cerita sering disebut dengan kerangka naratif. Artinya, alur
ini pengkarya menggunakan alur maju atau progresi yang mana suatu cerita yang
dimulai dari awal beranjak ke tengah kemudian masuk tahap penyelesaian cerita
2.1.4 Dialog/Bahasa
biasanya aspek “berita” dan “komentar” cukup menonjol, namun dalam drama
dialoglah yang menempati posisi utama. Sehingga pada lakon ini nantinya tata
bahasa/dialog yang digunakan pada naskah Lakon Martabat ini adalah Bahasa
13
Alien Wariatunnisa. Seni Teater: Pertunjukan Teater Mancanegara di Luar Asia. Pusat
Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional Tahun. (Jakarta: 2010). Hal. 171
14
Apri Kartikasari HS dan Suprapto, Edi. Kajian Kesusastraan (Sebuah Pengantar).
Magetan: CV. AE Media Grafika. 2018. Hal.120
23
metode penciptaan yang ditulis pengkarya dapat dilihat dari penyajian ide dan
sebuag naskah drama yang berjudul “Martabat” sesuai dengan apa yang
dengan objek karya ini. Dengan cara melakukan survey penelitian yaitu dengan
atau data kepada narasumber mengenai objek dari yang paling umum hingga
khusus. Hasil dari pengumpulan data berupa naskah Tun Telanai berbentuk buku
digital, dan informasi yang diperoleh dari wawancara dengan sejarahwan Jambi.
Setelah mengumpulkan data, memilah mana yang merupakan struktur dan tekstur
ide dan rancangan untuk penulisan naskah drama. Rancangan dari naskah drama
tersebut memuat judul, tokoh, plot dan tema. Dalam buku Arthur S. Nalan
25
naskah, seniman dan teman- teman untuk memperkuat konsep garapan agar
mudah merancang ide yang telah ditentukan. Proses ini dilakukan dengan waktu
meditasi dan berdiskusi kembali agar tahap penulisan dapat sesuai kaidahnya.
telah dibuat dalam karya naskah lakon “Martabat”. Sebelum itu pencipta
menulis alur hingga membentuk suatu premis yang menarik, dan menentukan
latar cerita. Kemudian, untuk memperkuat suasana yang dibangun dalam karya,
15
Artur S. Nalan. Metode Kreatif Menulis Lakon, (Bandung: Prodi Seni Teater STSI
Bandung,2014), h. 25
26
Penulisan naskah ini akan dilakukan sebanyak tiga kali dalam satu
minggu, hal ini dirasa cukup untuk membuat garapan karya penulisan lakon
dengan judul “ Martabat” adapun jadwal yang dibuat yakni sebagai berikut:
Bulan
Jenis Kegiatan
Sep Okt Nov Des Jan
1. Penyusunan judul proposal
a. Pengajuan judul proposal
b. bimbingan proposal
c. seminar proposal
2. Persiapan penulisan
a. Wawancara Lanjutan
b. Penggarapan Naskah
3. Penyusunan
4. Sidang Hasil S
DAFTAR PUSTAKA
Artur S. Nalan. 2014. Metode Kreatif Menulis Lakon. Prodi Seni Teater STSI.
Bandung.
Bandung.
Bentuk Kata.
26