Anda di halaman 1dari 32

DIALOG RUU KUHP SERENTAK

DI SELURUH KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

Badan Pembinaan Hukum Nasional


Kementerian Hukum dan HAM RI
Sejarah KUHP/WvS
Penal Code Nederlandsch berlaku efektif 1. Peraturan
diterapkan
PERANCIS

Belanda

Belanda

Hindia Belanda

Indonesia
Pemerintah
Perancis Tahun Wetboek van pada 1 di hindia Nomor 2 Tahun
1810. Strafrecht September 1945 Tentang
menggantikan (WvS) disahkan 1886 belanda Badan-badan Dan
Crimineel pada 3 Maret sejak 1 Peraturan
Pemerintah Dulu
Wetboek voor 1881 Januari
het Koningrijk 2. undang-undang
1918 no. 1 tahun 1946
Holland tentang Peraturan
Hukum Pidana,
3. undang-undang
nomor 73 tahun
1958,
pemberlakuan UU
no 1/46
MENGAPA KUHP YANG BERLAKU SAAT INI PERLU DILAKUKAN PEMBARUAN?

• KUHP saat ini merupakan aturan hukum pidana


peninggalan Belanda (WVS NI), Berasal dari code
penal prancis. sudah berlaku di Indonesia sejak
tahun 1918 (+/- hampir 104 tahun & telah direvisi
secara parsial).
• KUHP sebagai produk hukum abad 17 perlu
disesuaikan dengan perkembangan zaman & kebutuhan
hukum modern, karena mempertahankan kakunya
penerapan Asas Legalitas (Pasal 1 ayat 1 KUHP)
yang memiliki kecenderungan menghukum (punitive) &
tidak memiliki alternatif sanksi pidana, serta
belum memuat Tujuan & Pedoman Pemidanaan.
Draft RUU 2015
Rancangan KUHP Rancangan KUHP Draft RUU
FINAL (Pembahasan Draft 2019
Buku I 1964 Buku I 1993 Maret 1997/1998
DPR)

Rancangan KUHP Rancangan KUHP


Draft RUU2002 Draft RUU 2014 Draft 2022
Buku I 1967 Buku I 1992

Rancangan KUHP Sejarah Usaha


Buku I 1973 Rancangan KUHP
(Revisi Draft Buku 1
Tahun 1967)
Buku I 1991 Januari
Draft RUU 2004 Draft RUU 2012
Penyusunan
RUU KUHP (26 Draft RUU)
Rancangan KUHP
Rancangan KUHP • Pembaharuan KUHP sendiri
Buku I 1987 Draft RUU 2005 Draft RUU 2010 telah dilakukan sejak 1961 dan
Buku I Juni 1980
November
DRAFT RUU Konsep pertama
terapat pada tahun 1964 (Buku
I) sampai Konsep 2015 (Buku I
Rancangan KUHP Rancangan KUHP Draft RUU Juli Draft RUU Februari dan II). Terdapat 26 Draf RUU.
Buku I Juli 1981 Buku I 1984 Maret 2006 2008 Artinya sampai tahun 2022,
sudah 61 thn usaha
pembaharuan hukum pidana.
Rancangan KUHP
Rancangan KUHP Draft RUU 28
Buku I 1982 Draft RUU 2007
Buku I 1982 September 2006
(Lokakarya)
Seminar Hukum Nasional I tahun 1963
yang menyerukan agar rancangan Perkembangan Penyiapan konsep RUU KUHP
kodifikasi hukum pidana nasional selekas
mungkin diselesaikan. Periode Prof. Mardjono Reksodiputro tahun 1987-1992),
disusun Konsep Lengkap Kodifikasi KUHP, yang hanya
Pada tahun 1964, keluarlah Konsep Buku I KUHP terdiri dari dua buku, menggabungkan Aturan Umum
yang bermaksud menggantikan Buku I WvS. (Buku I) dengan Aturan Khusus tentang Tindak Pidana
Konsep Buku I ini berkembang terus, dan sempat (Buku II). Awalnya Buku II Konsep berasal dari
muncul Konsep Buku I th. 1967 dan Konsep Buku I ”Kejahatan” (Buku II WvS), namun dalam periode Prof.
tahun 1973. Mardjono, mulai dimasukkan delik-delik yang dulunya
Ketua: Brigjen Moehono / Soegondo Soemodiredjo berasal dari ”Pelanggran” (Buku III WvS). Hasil akhir
dari periode Prof. Mardjono adalah Konsep 1991/1992
Periode pada tahun 1977 di ketuai R.A. Koesnon yang kemudian direvisi pada 13 Maret 1993. Konsep
SH. menghasilkan Buku II (tentang "Kejahatan") terakhir inilah yang kemudian dikenal dengan ”Naskah
dan Konsep Buku III (tentang "Pelanggaran"), Rancangan KUHP (Baru) 1991/1992 edisi revisi 13 Maret
dilanjutkan, Periode Prof. Oemar Senoadji tahun 1993”. Kemudian terdapat penyempurnaan Buku Kedua
sesuai dengan perkembangan UU terkait Pidana diluar
1979/1980-1981/1982, KUHP dilakukan hingga Draf RUU terakhir tahun 2015
periode Prof. Sudarto tahun 1982-1986, periode yang kemudian diserahkan ke DPR RI.
Prof. Roeslan Saleh tahun 1986/1987.
MISI PEMBARUAN HUKUM APA YANG DIUSUNG DALAM
RKUHP NASIONAL?
• Dekolonialisasi: Upaya menghilangkan nuansa kolonial dalam substansi KUHP
lama, yaitu mewujudkan Keadilan Korektif-Rehabilitatif-Restoratif, Tujuan &
Pedoman Pemidanaan (Standard of Sentencing), & memuat alternatif Sanksi
Pidana;
• Demokratisasi: Pendemokrasian rumusan pasal tindak pidana dalam RKUHP
sesuai Konstitusi (Pasal 28 J UUD 1945) & Pertimbangan Hukum dari Putusan
MK atas pengujian pasal-pasal KUHP yang terkait;
• Konsolidasi: Penyusunan kembali ketentuan pidana dari KUHP lama dan
sebagian UU Pidana di luar KUHP secara menyeluruh dengan Rekodifikasi
(terbuka-terbatas);
• Harmonisasi: Sebagai bentuk adaptasi & keselarasan dalam merespon
perkembangan hukum terkini, tanpa mengesampingkan hukum yang hidup
(living law);
• Modernisasi: filosofi pembalasan klasik (Daad-strafrecht) yang berorientasi
kepada perbuatan semata-mata dengan filosofi integratif (Daad-
Daderstrafrecht-Slachtoffer) yang memperhatikan aspek perbuatan, pelaku
dan korban kejahatan (pemberatan dan peringanan pidana).
BERAPA JUMLAH BAB & PASAL RKUHP,
MENGAPA JUMLAHNYA BANYAK SEKALI?

• RKUHP terdiri dari 37 Bab & 632 Pasal yang terdiri dari 2 (dua)
buku, yaitu Buku Kesatu (Aturan Umum) dan Buku Kedua (Tindak
Pidana);
• Jumlah pasal RKUHP sedikit lebih banyak jumlahnya dari KUHP
Lama (569 Pasal), karena konsekuensi dari misi konsolidasi &
harmonisasi yang ada dalam Buku I RKUHP sebagai operator sistem
hukum pidana modern;
• Dihilangkannya pembedaan antara kejahatan (buku II KUHP) dan
pelanggaran (buku III KUHP) menjadi Tindak Pidana (Buku Kedua
RKUHP).
1. Bertitik tolak dari asas keseimbangan;
17 KEUNGGULAN RKUHP 2. Rekodifikasi Hukum Pidana yang terbuka dan terbatas;
SEBAGAI HUKUM PIDANA & 3. Tujuan Pemidanaan;
SISTEM PEMIDANAAN 4. Pedoman Pemidanaan;
MODERN 5. pertimbangan bagi hakim sebelum menjatuhkan pemidanaan;
6. Penentuan sanksi pidana dengan Modified Delphi Method;
7. Putusan Pemaafan Oleh Hakim (Judicial Pardon);
8. Pertanggungjawaban pidana korporasi;
9. Mengutamakan pidana pokok yang lebih ringan;
10. Perluasan jenis pidana pokok (Pengawasan dan Kerja Sosial);
11. Pembagian Pidana dan Tindakan ke dalam 3 kelompok (umum, anak,
korporasi);
12. Pidana denda diatur dalam 8 kategori;
13. Mengatur penjatuhan pidana mati secara bersyarat sebagai jalan
tengah pro kontra pidana mati;
14. Mencegah penjatuhan pidana penjara utk TP Max 5 Tahun;
15. Mengatur alternatif pidana penjara berupa pidana denda,
pidana pengawasan, dan pidana kerja sosial;
16. Mengatur Pemidanaan Dua Jalur, yaitu berupa Pidana & Tindakan;
17. Mengatur Pertanggungawaban Mutlak (Strict Liability) &
Pertanggungjawaban Pengganti (VicariousLiability).
Perkembangan Jenis Pidana
PIDANA POKOK PIDANA TAMBAHAN PIDANA YANG BERSIFAT KHUSUS TINDAKAN

KUHP/WvS 1. pidana mati; 1. pencabutan hak-hak tertentu;


2.
3.
4.
pidana penjara;
pidanakurungan;
Pidana denda;
2. perampasan barang-barang
tertentu;
3. pengumuman putusan hakim.
- -
5. pidana tutupan.

KUHP Baru a. pidana penjara; a. pencabutan hak tertentu; pidana mati a. konseling;
b. pidana tutupan; b. perampasan Barang tertentu b. rehabilitasi;
c. pidana pengawasan; dan/atau tagihan; c. pelatihan kerja;
c. pengumuman putusan hakim; d. perawatan di
d. pidana denda; dan
d. pembayaran ganti rugi; lembaga; dan/atau
e. pidana kerja sosial.
e. pencabutan izin tertentu; dan e. perbaikan akibat
f. pemenuhan kewajiban adat setempat. Tindak Pidana.
• RKUHP mengusung model keadilan
Korektif-Rehabilitatif-Restoratif, dan
mengatur Tujuan & Pedoman
Pemidanaan yang tidak diatur dalam
KUHP saat ini. • Data per Agustus
2022: jumlah penghuni Lapas dan
Rutan mencapai 276.534 orang (209%)
dari total kapasitas sebanyak 132.107
orang (belum termasuk Rutan POLRI).
• Dengan diaturnya:
a. Model Putusan Pemaafan Oleh Hakim
PERAN RKUHP UNTUK (judicial pardon);
MENGATASI OVERCAPACITY DI b. Alternatif sanksi selain pidana
LEMBAGA PEMASYARAKATAN? penjara, yaitu Pengawasan, Pidana
Denda, & Kerja Sosial;
c. Adanya pedoman hakim untuk tidak
menjatuhkan pidana penjara bagi
tindak pidana yang diancam dengan
pidana penjara di bawah 5 tahun.
• Tidak, karena Buku I KUHP terdiri
dari 103 Pasal, sedangkan Buku I
RUU KUHP 187 Pasal • Buku II dan
III KUHP terdiri dari 466 Pasal,
sedangkan Buku II RUU KUHP 445
Pasal (sudah termasuk 18 pasal TP
khusus yang diambil dari 5 UU). •
Bahkan beberapa pasal dalam
KUHP di dekriminalisasi, seperti:
a. Tukang yang lalai mengembalikan
APAKAH RKUHP perkakas (Pasal 514 KUHP);
MELAKUKAN b. Sabung ayam atau jangkrik (Pasal
OVERKRIMINALISASI? 544 KUHP);
c. Penafsiran mimpi/ramalan (Pasal
545 KUHP); d. Menjual jimat
(Pasal 546 ayat (1) KUHP)
KEBEBASAN BERPENDAPAT DALAM RUU KUHP
• Penyusunan Tindak Pidana dalam RUUKUHP sudah mengacu pada Pertimbangan
Putusan MK:

⮚Putusan MK No. 013-022/PUU-IV/2006: Pengujian Pasal 134, 136 Bis & 137 KUHP
tentang Penghinaan Presiden: Penghinaan terhadap presiden selaku pejabat dapat
menggunakan Pasal 207 KUHP sebagai Delik Aduan.
⮚Putusan MK No. 6/PUU-V/2007: Pengujian Pasal 154 KUHP tentang Penghinaan
Terhadap Pemerintah: perubahan pasal 154 KUHP (setuju dengan rumusan Pasal
240 RUU KUHP yang mengubah delik formil menjadi delik materiil yang telah
disusun secara demokratis)
⮚Putusan MK No. 31/PUU-XIII/2015: Pengujian Pasal 319 jo. 316 KUHP tentang
Penghinaan Terhadap Pejabat sebagai Delik Biasa: menjadi jadi Delik Aduan.
• RUU KUHP juga tidak membatasi kebebasan pers & tidak ada pengaturan TP baru
dalam RUU KUHP yang secara khusus ditujukan ke Pers (Bandingkan Pasal 3, 4, dan 5
Kode Etik Jurnalistik)
RUU KUHP DAN RUANG PRIVAT MASYARAKAT
TERKAIT KESUSILAAN • Pengaturan Tindak Pidana
yang berkaitan dengan
• Tidak mungkin untuk ruang privat masyarakat
• Menyusun RUU KUHP di
memperoleh satu misalnya Tindak Pidana
Indonesia yang multi
rumusan yang hanya Perzinaan dan Tindak
etnis, multi religi dan
Pidana Hidup Bersama Di
multi kultur disepakati oleh satu
Luar Perkawinan diatur
membutuhkan suatu kelompok saja. sebagai Delik Aduan,
upaya bersama untuk • Pengaturan Tindak Pidana sehingga hanya dapat
mencapai kesepakatan terkait kesusilaan dalam diproses secara hukum
dan keseimbangan di RUU KUHP merupakan apabila ada pengaduan
tengah
kebhinnekaan/kemajemu jalan tengah yang dipilih dari pihak yang dirugikan
sebagai penghormatan langsung, yaitu suami
kan bangsa Indonesia
nilai-nilai kehidupan atau istri; atau Orang Tua
bermasyarakat di atau anaknya.
Indonesia
APAKAH RKUHP SUDAH SELESAI
DIBAHAS & SEJAUH MANA
SOSIALISASINYA ?

September 2019: Tahun 2021: Agustus 2022:

• Presiden Jokowi • Telah • Presiden Jokowi


memberikan diselenggarakan kembali
sosialisasi RUU KUHP
arahan agar di 12 daerah dengan memberikan arahan
Kemenkumham melibatkan kepada jajarannya
menyerap aspirasi akademisi, praktisi, untuk memastikan
masyarakat atas K/L, organisasi
masyarakat, RUU KUHP dipahami
pasal RUU KUHP mahasiswa, dll. oleh masyarakat dan
yang masih Sampai sekarang, menyerap
menjadi Pemerintah masih masukan/usulan dari
kontroversi (14 isu menerima masukan
dari masyarakat. masyarakat.
krusial RUU KUHP)
BAGAIMANA RKUHP PASCASOSIALISASI & KAPAN
RKUHP AKAN DISAHKAN SERTA BERLAKU EFEKTIF?

• Pasca sosialisasi & diskusi publik di 12 kota besar di Indonesia,


Pemerintah melakukan sejumlah reformulasi pasal, menghapus 2 pasal
kontroversial (pasal advokat curang & dokter tanpa izin), serta
memberikan tambahan penjelasan dari RKUHP sesuai masukan dari
elemen masyarakat & lembaga terkait.
• RKUHP sudah masuk dalam Prolegnas Jangka Menengah Tahun 2020-
2024 dan Prolegnas Prioritas 2022, serta direncanakan akan
diselesaikan pembahasannya pada masa sidang DPR RI tahun 2022,
dengan tetap melakukan sosialisasi kepada masyarakat secara pararel
dan menjamin partisipasi bermakna (meaningful participation)
• Apabila sudah disahkan, maka RKUHP baru mulai akan berlaku efektif 2
(dua) tahun terhitung sejak tanggal diundangkan (Pasal 632 RKUHP)
sebagai masa transisi dari KUHP lama
Living Law dalam RUU
KUHP (Pasal 2 & 601RKUHP)
• Sebagai bentuk pengakuan & penghormatan terhadap hukum adat (delik adat) yang masih hidup akan
tetapi dibatasi oleh Pancasila, UUD NRI 1945, HAM, dan asas-asas hukum umum.
• Hukum pidana adat (delik adat) yang berlaku didasarkan pada penelitian empiris dan akan ditegaskan
dalam Peraturan Daerah.
• Memberlakukan hukum pidana adat melalui Peraturan Daerah memperkuat kedudukan hukum pidana
adat.
• Penegasan hukum pidana adat menjadikan ketentuan tersebut memiliki kepastian hukum.
• Sanksinya berupa pemenuhan kewajiban adat (Pasal 601) yang dianggap sebanding dengan Pidana
Denda kategori II (10 juta Rupiah), dan dapat dikenakan pidana pengganti berupa ganti rugi jika
kewajiban adat setempat tidak dijalankan (Pasal 96)
• Sesuai pertimbangan Putusan MK No. 35/PUU-X/2012 yang menyebutkan pengukuhan dan hapusnya
masyarakat hukum adat ditetapkan dengan Perda dan ketentuan lebih lanjut diatur dalam PP.
Menurut Mahkamah merupakan delegasi wewenang yang diatur dalam Pasal 18B ayat (2) UUD 1945
yang menyatakan “Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat
beserta hak-hak tradisionallnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat
dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur UU.”
PIDANA MATI DALAM RUU KUHP
(PASAL 67 & 100 RUU KUHP)

• RUU KUHP telah mengatur bahwa • Ketentuan ini sudah sesuai dengan
Hakim dapat menjatuhkan pidana pertimbangan Putusan MK Nomor 2-3/PUU-
mati dengan masa percobaan selama V/2007, yang menyatakan bahwa perumusan,
10 (sepuluh) tahun dengan penerapan, maupun pelaksanaan pidana mati
mempertimbangkan: rasa penyesalan dalam sistem peradilan pidana di Indonesia
terdakwa dan ada harapan untuk hendaknya dapat dijatuhkan dengan masa
memperbaiki diri; peran terdakwa percobaan selama sepuluh tahun yang apabila
dalam Tindak Pidana; atau ada terpidana berkelakuan terpuji dapat diubah
alasan yang meringankan (Pasal 100 dengan pidana penjara seumur hidup atau
ayat 1). selama 20 tahun.
PENGHINAAN PRESIDEN DALAM RUU
KUHP (Pasal 218 RKUHP)
• Tidak dimaksudkan untuk • Pasal ini tidak membatasi demokrasi • Pasal ini menutup kemungkinan
menghidupkan kembali Pasal dan kebebasan berpendapat, karena “dilaporkannya” Penghinaan
134 KUHP tentang Penghinaan Pasal 218 ayat (2) RUU KUHP secara Presiden/Wapres oleh
Presiden yang telah dianulir tegas telah membedakan kritik dan relawan/simpatisan
MK, tetapi justru mengacu pada penghinaan, dan menegaskan bahwa Presiden/Wapres, karena hanya
pertimbangan dan Putusan MK kritik dimaksudkan untuk Presiden/Wapres yang dapat
Putusan MK No. 013-022/PUU- kepentingan umum sehingga tidak mengajukan pengaduan.
IV/2006 mengenai Pasal 207 bisa dipidana.
KUHP yang menyatakan bahwa
dalam hal penghinaan ditujukan • Ketentuan ini selaras dengan
kepada Presiden dan/atau Wakil pengaturan penghinaan terhadap
Presiden selaku pejabat tetap kepala negara sahabat, dan juga
bisa dituntut dengan Pasal merupakan pemberatan dari
Penghinaan Terhadap penghinaan terhadap warga negara
Penguasa Umum tapi sebagai biasa dan penghinaan terhadap
Delik Aduan. pejabat.
TINDAK PIDANA MENYATAKAN DIRI MEMILIKI KEKUATAN
GAIB UNTUK MENCELAKAKAN ORANG (Pasal 252 RUU
KUHP)
• Delik ini justru untuk
• RUU KUHP tidak pernah mencegah timbulnya • Pasal ini juga melindungi
mengatur tindak pidana kejahatan baru berupa religiusitas yang
santet. Yang dipidana penipuan, pemerasan, terkandung dalam sila
adalah mengaku pertama Pancasila.
memiliki kekuatan gaib atau timbulnya korban
yang dapat akibat adanya orang
menimbulkan penyakit, yang mengaku
kematian, atau mempunyai kekuatan
penderitaan mental gaib.
atau fisik.

• Pasal ini jenisnya adalah Delik Formil, yaitu yang dilarang adalah
perbuatannya saja, tanpa memperhatikan adanya akibat yang ditimbulkan
dari perbuatan itu.
• Sesuai dengan Putusan MK No.
4/PUU-V/2007 yang
menghapuskan sanksi pidana
penjara bagi dokter/dokter gigi
yang menjalankan pekerjaan
PENGHAPUSAN PASAL tanpa izin.
TENTANG DOKTER/DOKTER
GIGI YANG MENJALANKAN • Sudah diatur dalam Pasal 76 UU
PEKERJAAN TANPA IZIN No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran.
MEMBIARKAN
UNGGAS YANG
MERUSAK • Bukan merupakan rumusan
KEBUN/TANAH delik yang baru, karena
YANG TELAH ketentuan sudah diatur dalam
DITABURI BENIH Pasal 548 KUHP;
(Pasal 277 RKUHP) • Pasca sosialisasi RUU KUHP,
telah dilakukan penambahan
frasa “yang menimbulkan
kerugian” (menjadi Delik
Materiil);
• Pasal ini masih diperlukan guna
melindungi kepentingan
hukum para petani.
TINDAK PIDANA GANGGUAN ▪ Pasal ini diperlukan untuk
& PENYESATAN PROSES menjaga ketertiban jalannya
PERADILAN (CONTEMPT OF persidangan;
COURT) (PASAL 280 RKUHP) ▪ Untuk mencegah
dilakukannya live streaming
terhadap proses persidangan
tanpa izin hakim;
▪ Untuk melindungi integritas
dan wibawa pengadilan;
▪ Tidak mengurangi kebebasan
pers untuk mempublikasikan
berita setelah persidangan.
PENGHAPUSAN TINDAK
PIDANA ADVOKAT CURANG

• Pasal ini telah dihapus karena berpotensi bias dan menimbulkan


diskriminasi terhadap salah satu profesi penegak hukum.
• Tindakan kecurangan di peradilan dapat dilakukan oleh para
penegak hukum lainnya (polisi, jaksa, dan hakim), termasuk
panitera pengadilan.
• Ketentuan tersebut dapat diatur dalam UU Sektoral masing-
masing
TINDAK PIDANA TERHADAPAGAMA
(PENODAAN AGAMA)
(PASAL 302 RUU KUHP)

• Masih diperlukan pengaturannya di Indonesia yang multi religi agar tidak terjadi perbuatan main
hakim sendiri.
• Ketentuan dalam RUU KUHP sesuai dengan Pasal 20 ayat (2) Konvensi Internasional Hak Sipil &
Politik yang telah diratifikasi melalui UU No. 12 Tahun 2005 dan Pasal 5 UU PNPS No.1/1965
tentang Pencegahan Penyalahgunaan Penodaan Agama.
• Perbuatan yang dilarang dalam pasal ini adalah menunjukkan permusuhan, kebencian, dan
hasutan untuk melakukan permusuhan, Kekerasan, atau diskriminasi terhadap agama dan
kepercayaan orang lain.
• Telah diberikan penjelasan sebagai berikut:
Uraian tertulis atau lisan yang objektif (ilmiah) yang disertai penjelasan dengan usaha untuk
menghindari kata-kata yang bersifat permusuhan atau penghinaan, bukanlah tindak pidana.
TINDAK PIDANA
PENGANIAYAAN HEWAN
(PASAL 340 AYAT (1) RKUHP)

• Bukan merupakan tindak pidana


yang baru, karena ketentuan
serupa sudah diatur dalam Pasal • Ketentuan ini masih diperlukan
302 KUHP yaitu Tindak Pidana dan telah diberikan penjelasan
Penganiayaan Ringan Terhadap pasal bahwa tujuan yang
Hewan. dimaksud dengan “tujuan yang
tidak patut” antara lain, selain
untuk konsumsi, ilmu
pengetahuan, penelitian dan
medis.
TINDAK PIDANA MEMPERTUNJUKAN
ALAT PENCEGAH KEHAMILAN
KEPADA ANAK DALAM RKUHP
(PASAL 412RKUHP)

• Bukan merupakan hal baru, karena ketentuan yang hampir serupa sudah diatur dalam Pasal 534 KUHP dan Pasal 535
KUHP Tentang Tindak Pidana Menunjukkan Alat Pencegah Kehamilan.
• Ketentuan ini ditujukan untuk melindungi anak dari perilaku seks
bebas.
• Pengecualian: Penyampaian informasi dan/atau peragaan alat, obat, dan cara kontrasepsi yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan dan tenaga lain yang terlatih di tempat dan dengan cara layak, untuk kepentingan program KB,
pencegahan PMS, pendidikan dan ilmu pengetahuan.
• Pasal 28 UU No 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan & Pembangunan Keluarga melarang
mempertunjukan alat pencegah kehamilan kepada umum.
• Bukan merupakan hal baru, karena ketentuan
yang hampir serupa sudah diatur dalam Pasal 534
KUHP dan Pasal 535 KUHP Tentang Tindak Pidana
Menunjukkan Alat Pencegah Kehamilan.
• Ketentuan ini ditujukan untuk melindungi anak dari
perilaku seks bebas.
• Pengecualian: Penyampaian informasi dan/atau
PENGGELANDANGAN peragaan alat, obat, dan cara kontrasepsi yang
MENGGANGGU dilakukan oleh tenaga kesehatan dan tenaga lain
KETERTIBAN yang terlatih di tempat dan dengan cara layak, untuk
(PASAL 429 RKUHP) kepentingan program KB, pencegahan PMS,
pendidikan dan ilmu pengetahuan.
• Pasal 28 UU No 52 Tahun 2009 Tentang
Perkembangan Kependudukan & Pembangunan
Keluarga melarang mempertunjukan alat pencegah
kehamilan kepada umum.
ABORSI DALAM RUUKUHP
(Pasal 467 RUU KUHP)

• Bukan merupakan Tindak Pidana baru, karena sudah diatur dalam


Pasal 346, 347, 348 dan 349 KUHP.
• Pengecualian:
• adanya indikasi kedaruratan medis atau
• perempuan merupakan korban perkosaan atau kekerasan
seksual yang mengakibatkan kehamilan dengan usia kehamilan
tidak lebih dari 12 minggu. (Jangka waktu ini sesuai dengan
standar WHO.)
TINDAK PIDANA PERZINAAN (Pasal 415),
KOHABITASI (Pasal 416) & PERKOSAAN
DALAM PERKAWINAN (Pasal477)

Tujuan: Pembatasan:
• Delik aduan yang hanya dapat diproses bila ada
pengaduan dari pasangan, orang tua, atau anak.
“Mengejawantahkan nilai- • Pengaduan tidak wajib diikuti dengan pengajuan
gugatan perceraian seperti dalam Pasal 284
nilai masyarakat Indonesia KUHP.
& penghormatan terhadap • Untuk mencegah terjadinya main hakim sendiri
lembaga perkawinan” oleh masyarakat.
• Syarat kepala desa sebagai pengadu dihapuskan.
• Melengkapi Pasal 477 RUU KUHP dengan marital
rape yang diatur dalam Pasal 53 UU PKDRT
PARTISIPASI DIGITAL RUU KUHP

Dalam hal menampung segala bentuk masukan


masyarakat mengenai RUU KUHP, Kementerian
Hukum dan HAM melalui BPHN telah membuka
ruang dialog publik online melalui platform
PARTISIPAKU yang dapat diakses melalui laman
http://partisipasiku.bphn.go.id/ .
Catatan Penutup

1. RUU KUHP Bersifat Kodifikasi Terbuka, yaitu mengumpulkan


generic crime dan membuka pengaturan pidana diluar KUHP
(Pidana Administratif dan Pidana Khusus)
2. RUU KUHP Tidak mengatur/ Mengubah mengenai kewenangan
lembaga yang telah diatur dalam UU diluar KUHP
(KPK,BNN,dll)
3. RUU KUHP Tidak mengatur/ Mengubah mengenai Hukum Acara
Khusus yang telah diatur dalam UU diluar KUHP
“Hukum untuk manusia,
bukan manusia untuk hukum”
-Satjipto Rahardjo dalam teori hukum progresif-

TERIMA KASIH Badan Pembinaan Hukum Nasional


Kementerian Hukum dan HAM RI

MARI BERDIALOG…

Anda mungkin juga menyukai