Anda di halaman 1dari 10

BAB I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bentuk morfologi koloni bakteri merupakan karakteristik visual yang
penting dalam identifikasi dan klasifikasi mikroorganisme. Beberapa bentuk
morfologi koloni yang umum diamati meliputi bulat, berbentuk kubah, filamen,
membran, serta tidak beraturan. Koloni bakteri berbentuk bulat biasanya tampak
seperti titik atau bola kecil dengan tepi yang rata, sementara koloni berbentuk
kubah memiliki penampilan yang menyerupai kubah dengan tepi yang lebih tinggi
daripada pusatnya. Koloni berbentuk filamen memiliki struktur yang menyerupai
serat atau benang panjang, sedangkan koloni membran menyerupai lapisan tipis
yang menutupi permukaan media pertumbuhan.
Pencatatan bakteri merupakan tahap penting dalam proses identifikasi dan
karakterisasi mikroorganisme. Salah satu metode pencatatan yang umum
dilakukan adalah dengan mengamati adanya perubahan warna pada media
pertumbuhan yang mengindikasikan aktivitas metabolik bakteri. Adanya gas juga
bisa diamati dengan melihat adanya gelembung gas yang terbentuk di dalam
tabung uji, yang menunjukkan bahwa bakteri mampu menghasilkan gas sebagai
hasil dari fermentasi karbohidrat. Pencatatan hasil memberikan informasi penting
tentang kemampuan metabolik bakteri dan membantu dalam identifikasi jenis
spesifik dari mikroorganisme yang diuji.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk memperkenalkan
morfologi berbagai koloni bakteri pada macam-macam media.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Identifikasi pada mikroorgansime dilakukan melalui pengamatan


morfologi untuk melakukan karakterisasi terhadap bakteri tersebut. Identifikasi
pada mikroorganisme dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara mikroskopik
maupun secara makroskopik. Identifikasi makroskopik dilakukan dengan melihat
warna, bentuk, tepian, dan elevasi suatu koloni bakteri. Identifikasi secara
mikroskopik berguna untuk mengamati sel bakteri dan mengidentifikasi bakteri
tersebut secara fisiologis (Finanda et al., 2021).
Identifikasi terhadap suatu mikroorganisme umumnya menggunakan
teknik konvensional. Teknik konvensional dilakukan dengan melihat
perbandingan antara bakteri yang diidentifikasi dengan jenis-jenis bakteri yang
sudah pernah diidentifikasi. Jenis bakteri yang diidentifikasi ditentukan
berdasarkan seberapa besar kemiripan sifat dan karakteristiknya dengan bakteri
yang telah teridentifikasi. Teknik konvensional membantu dalam identifikasi
bakteri, namun tidak dapat digunakan untuk menemukan spesies baru pada bakteri
(Saputri et al., 2016).
Identifikasi dari morfologi suatu mikroorganisme baru dapat dilakukan
apabila mikroba tersebut telah dibiakkan sehingga mendapatkan koloni biakan
murni. Pengamatan dapat dilakukan dengan melihat cawan petri dari samping
untuk menentukan bentuk permukaan koloni. Jenis tepian koloni yang terbentuk
pengamatannya dapat dilihat dari bagian atas cawan petri yang berisi isolat.
Pengamatan morfologi sel mikroorganisme ini dilakukan dengan melihat isolat
yang tumbuh di media agar secara langsung (Sarmita et al., 2018).
Pengamatan bentuk sel bakteri dan identifikasi fisiologisnya dilakukan
dengan berbagai metode uji biokimia dan uji sifat fisiologis, serta pewarnaan
gram. Pewarnaan gram mengelompokkan bakteri ke dalam kelompok gram positif
dan gram negatif sesuai dengan reaksinya terhadap zat warna. Uji biokimia pada
sel bakteri dilakukan melalui uji katalase, fermentasi gula, fermentasi karbohidrat,
motilitas, uji urea dan indol, serta uji simon sitrat. Uji sifat fisiologis pada bakteri
menggunakan uji pada berbagai ukuran suhu, pH, dan kadar garam (Sari et al.,
2016).
BAB III. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah ose, petridis,
laminar, botol durham dan incubator. Adapun bahan yang digunakan pada
praktikum ini adalah suspense mikroorganisme (bakteri asam laktat, kapang, dan
khamir), media selektif untuk pertumbuhan mikroorganisme (MRSA, PDA, dan
MEA), glukosa, sukrosa, dan maltosa.

3.2 Cara Kerja


3.2.1 Morfologi Mikroorganisme
Adapun cara kerja diambil isolat bakteri mikroorganisme yang sudah
ditumbuhkan pada media selektif. Diamati morfologinya (bentuk koloni, tepi
koloni, aspek koloni, elevasi, dan warna koloni). Dicocokkan hasil pengamatan
yang didapat dengan sifat fisik dari berbagai jenis mikroorganisme.
3.2.2 Pembuatan Media Karbohidrat
Adapun cara kerja ditimbang 1 gram gula dan ditimbang 1,5 gram NaCl
serta pepton 3,5 gram. Dimasukkan kedalam botol duran dan ditambahkan
aquades hingga mencapai batas 100 ml. Ditambahkan indikator bromoserol violet
hingga berubah warna menjadi ungu. Disterilkan menggunakan autoclave selama
15 menit pada suhu 121 oC.
3.2.3 Uji Fermentasi Karbohidrat
Adapun cara kerja diambil isolat bakteri menggunakan ose dan
dimasukkan kedalam botol durham yang telah berisi media karbohidrat.
Diinkubasi pada suhu 37 oC selama 48 jam. Diamati perubahan yang terjadi,
apabila hasil positif (+) terjadi perubahan warna dari ungu menjadi kuning,
apabila negatif (-) tidak terjadi perubahan warna.
3.2.4 Uji Ketahanan Suhu
Adapun cara kerja diambil ose suspense mikroorganisme dan dimasukkan
kedalam media MEA. Diinkubasi pada masing-masing suhu 35 oC, 37 oC, 40 oC,
dan 42 oC selama 24 jam. Diamati perubahan yang terjadi.
3.2.5 Uji Katalase
Adapun cara kerja diteteskan H2O2 3% kedalam objek gelas berisi isolat
bakteri. Diamati reaksi yang terjadi, apabila positif (+) ditandai dengan adanya
gelembung gas, sedangkan negatif (-) ditandai dengan tidak terbentuknya gas.
BAB IV. DATA HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan

Tabel 1. Identifikasi Mikroorganisme pada Media MRSA

No Bahan Media Morfologi Fisiologis


Bentuk Pinggiran Permukaan Kepadatan Pembentukan Perubahan Uji Uji
Gambar
koloni koloni pigmen Medium katalase Oksidase

1 MRSA Bintik Rata Keriput Padat Putih susu Nonhaemolisis


tanpa kecil
pengenc
eran

Yogurt
2 Green- MRSA Bintik Tidak rata Cembung Padat Putih susu Nonhaemolisis
10-1
flieds
3 Semi MRSA Bintik Tidak rata Cembung Padat Putih susu Nonhaemolisis
10-2
Solid
4 MRSA Bintik Tidak rata Cembung Padat Putih susu Nonhaemolisis
10-3

5 MRSA Bundar Rata Halus dan Padat Putih susu Nonhaemolisis


10-4 rata

6 MRSA Bundar Rata Halus dan Padat Putih susu Nonhaemolisis


Ne Negatif
10-5 rata
gat
7 MRSA Bundar Rata Halus dan Padat Putih susu Nonhaemolisis if
-6
10 rata

8 MRSA Echinu Tidak rata Berbenang Padat Putih susu Nonhaemolisis


di late
media
tegak
4.2 Pembahasan
Data hasil pengamatan yang diperoleh dari praktikum identifikasi
mikroorganisme menghasilkan terdapatnya bakteri asam laktat pada petridis.
Bakteri asam laktat (BAL) merupakan kelompok bakteri gram-positif yang tidak
membentuk spora dan memiliki kemampuan untuk melakukan fermentasi
karbohidrat dengan menghasilkan asam laktat sebagai produk utama. Bentuk sel
bakteri asam laktat dapat bervariasi tergantung pada kondisi lingkungan tempat
bakteri hidup, pada pengamatan kelompok I diperoleh bahwa bakteri asam laktat
berbentuk bulat dengan isi dalam bakteri asam laktat berbentuk batang. Bakteri
asam laktat tidak memiliki spora, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Manalu et al., (2020) menjelaskan bahwa asam laktat tidak memiliki
kemampuan untuk membentuk spora, sebaliknya asam laktat cenderung berbentuk
batang atau bulat tergantung pada spesiesnya, hal ini sesuai dengan pengamatan
yang didapat oleh kelompok I (Manalu et al., 2020).
Lempeng agar menawarkan lingkungan pertumbuhan yang lebih terkontrol
dan terisolasi, memungkinkan observasi yang lebih stabil terhadap bakteri yogurt.
Distribusi bakteri cenderung merata di seluruh permukaan agar pada lempeng
agar, yang memfasilitasi pengamatan yang lebih baik terhadap interaksi bakteri.
Pengukuran volume pertumbuhan bakteri juga lebih mudah dilakukan karena
ukuran lempeng dapat diukur dengan akurat. Adapun disisi lain, media agar tegak
memberikan lingkungan yang lebih kompleks dan seringkali heterogen, dapat
memengaruhi distribusi dan pertumbuhan bakteri. Distribusi bakteri dalam media
agar tegak mungkin tidak merata, bahkan bisa terkonsentrasi di area tertentu,
seperti di pinggiran media. Selain itu, pengukuran volume pertumbuhan bakteri
dalam media agar tegak menjadi lebih sulit karena variasi bentuk dan ukuran
media. Perbedaan-perbedaan ini memberikan wawasan yang berharga dalam
pemahaman terhadap pertumbuhan bakteri yogurt dan implikasinya dalam riset
ilmiah serta industri produksi yogurt.

Bakteri asam laktat, yang merupakan kelompok mikroorganisme penting


dalam proses fermentasi, dapat dibedakan menjadi dua jenis utama
homofermentatif dan heterofermentatif. Perbedaan kunci antara keduanya terletak
pada cara mereka melakukan fermentasi dan produk akhir yang dihasilkan.
Bakteri homofermentatif menggunakan piruvat sebagai sumber energi utama dan
mengubahnya menjadi laktat melalui jalur metabolisme glikolisis. Hal ini
menghasilkan asam laktat sebagai produk akhir utama, tanpa menghasilkan CO2
secara signifikan. Contoh bakteri homofermentatif meliputi Streptococcus,
Enterococcus, Lactococcus, Pediococcus, dan Lactobacillus. Adapun disisi lain,
bakteri heterofermentatif juga menggunakan piruvat sebagai sumber energi, tetapi
menghasilkan kombinasi asam laktat, asam asetat, etanol, dan CO2 dalam proses
fermentasinya. Proses fermentasi heterofermentatif melibatkan enzim seperti
fosfoketolase dan mengikuti jalur metabolisme yang berbeda dari
homofermentatif. Contoh bakteri heterofermentatif termasuk Leuconostoc dan
beberapa spesies Lactobacillus. Perbedaan utama lainnya adalah enzim yang
digunakan dan jalur metabolisme yang diikuti oleh masing-masing jenis bakteri.
Pemahaman tentang perbedaan ini penting dalam aplikasi fermentasi, baik dalam
produksi makanan dan minuman fermentasi maupun dalam konteks kesehatan dan
ilmu pangan.
Salah satu bakteri yang ditemukan dalam produk pangan seperti yoghurt
adalah Lactobacillus rhamnosus. Berikut adalah identifikasi dan karakteristik dari
Lactobacillus rhamnosus. Adapun bentuk Lactobacillus rhamnosus ditemukan
dalam bentuk koloni yang berbentuk hemisferik dengan warna putih atau
kuning. Adapun pewarnaan koloni ini dapat diidentifikasi melalui pengujian
morfologi dan biokemikal, termasuk penggunaan mikroskop fluoresen untuk
pengujian morfologi awal. Adapun morfologi koloni Lactobacillus rhamnosus
yang diisolasi dalam medium pertumbuhan MRS (MRS agar) memiliki bentuk
yang berbentuk rod atau berbentuk bola. Koloni ini adalah gram-positif dan
negatif terhadap reaksi catalase Lactobacillus rhamnosus merupakan spesies yang
penting dalam produksi yoghurt karena memiliki kemampuan untuk fermentasi
homofermentatif, yang menghasilkan asam laktat. Asam laktat ini berkontribusi
pada rasa asam dan tekstur yang khas dari yoghurt.
BAB V. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang terdapat pada praktikum ini adalah sebagai


berikut :
1. Bakteri BAL berwarna ungu yang menandakan bahwa hasilnya positif.
2. Bentuk morfologi bakteri BAL pada cawan petri berbentuk bintil.
3. Cawan petri permukaan koloni bakteri BAL rata, berkilat, dan cembung.
4. Media agar pada tabung tegak berbentuk echinulate atau berduri.
5. Tabung tegak permukaan koloni bakteri BAL gelembung, dan kasar.
DAFTAR PUSTAKA

Finanda, A., Mukarlina, and Rahmawati, 2021. Isolat dan Karakterisasi Genus
Bakteri Asam Laktat dari Fermentasi Daging Buah Pisang Kepok
(Musa paradisiaca L.). Jurnal Protobiont, 10(2), pp. 37-41.
Hendarto, D.R., Handayani, A.P., Esterlita, E., and Handoko, Y.A., 2019.
Ekanisme Biokimiawi dan Optimalisasi Lactobacillus bulgaricus
dan Streptococus thermophilus Dalam Pengolahan Yogurt yang
Berkualitas. Jurnal Sains Dasar, 8(1), pp. 13-19.
Pratiwi, I.S.E., Darusman, F., Shalannandia, W.A., and Lantika, U.A.,
2020.Review: Peranan Probiotik dalam Yogurt Sebagai Pangan
Fungsional Terhadap Kesehatan Manusia. Prosiding Seminar
Farmasi UNISBA, 6(2), pp. 119-124.
Saputri, R.A., Widyorini, N., and Purnomo, P.W., 2016. Identifikasi dan
Kelimpahan Bakteri pada Jenis Karang Acropora sp. di Reef Flat
Terumbu Karang Pulau Panjang Jepara. Indonesian Journal of
Fisheries Science and Technology, 12(1), pp. 35-39.
Sari, R., Deslianri, L., and Apridamayanti, P., 2016. Skrining Aktivitas
Antibakteri Bakteriosin dari Minuman Ce Hun Tiau. Journal of
Pharmaceutical Sciences and Research, 3(2), pp. 88-96.
Sarmita, Halim, A., Sapriati, A.N., and Kursia, S., 2018. Isolasi dan Identifikasi
Bakteri Asam Laktat dari Liur Basa (Limbah Sayur Bayam dan
Sawi). Jurnal Asy-Syifaa, 10(2), pp. 141-151.
Yanti, D.1.W., Dali, F.A., 2013. Karakterisasi Bakteri Asam Laktat yang Diisolasi
Selama Fermentasi Bakasang. Jurnal Hasil Pengolahan Perikanan
Indonesia, 16(2), 133-141

Anda mungkin juga menyukai