Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR
ACARA IV
MORFOLOGI DAN PEWARNAAN YEAST

Oeh :
Habib Achmad Prasetyo
H0922046
B

PROGRAM STUDI ILMU TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2023
ACARA IV
MORFOLOGI DAN PEWARNAAN YEAST

A. TUJUAN
Tujuan dari Praktikum Mikrobiologi Acara IV “Morfologi dan
Pewarnaan Yeast” adalah mahasiswa mampu mempelajari bentuk sel,
membedakan sel-sel yang mati dan hidup, dan menghitung presentase
kematian khamir/yeast.
B. METODOLOGI
1. Alat
a. Gelas beaker
b. Gelas objek dan gelas penutup
c. Hot plate
d. Label
e. Mikroskop cahaya
f. Pengaduk
g. Pipet tetes
h. Pipet volume
i. Timbangan analitik
j. Tissue
2. Bahan
a. Alkohol 70%
b. Aquadest
c. Fermipan
d. Methylene blue 0,01%
3. Cara Kerja
a. Preparasi Preparat Yeast

Pengukuran aquades sebanyak 9 ml

Pemasukan ke dalam gelas beaker

Pemanasan sampai suhu 40-50°C

1 gr Yeast Penambahan

Pendiaman selama 10 menit

Pelarutan yeast pengenceran10−1

Pembuatan larutan yeast


pengenceran10−2

Pembuatan larutan yeast


pengenceran10−3

Gambar 4.1 Diagram Alir Preparasi Yeast


b. Pewarnaan dan Perhitungan Yeast

Pembuatan larutan yeast


pengenceran10−2

Methylene blue Penetesan ke gelas objek

Larutan yeast Penetesan ke gelas obje yang sudah


10−3 diberi methylene blue

Penutupan dengan gelas penutup

Pengamatan dengan mikroskop


perbesaran 400x

Penghitungan sel mati dan sel hidup

Gambar 4.2 Diagram Alir Pewarnaan Yeast


C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Yeast atau khamir adalah mikroorganisme uniseluler yang berukuran
5 − 20 μm. Yeast memiliki lapisan dinding luar yang tersusun atas
polisakarida kompleks. Yeast dapat tumbuh pada media padat dan cair,
bersifat uniseluler, dapat membelah diri dengan cara bertunas, saprofitik,
serta dapat ditemukan pada bunga, daun, dan eksudat tanaman (Buckle,
1985). Yeast yang digunakan dalam praktikum adalah Saccharomyces
cerevisiae, yang berkarakteristik memiliki warna putih, berbentuk tepi
sirkular, selnya tumbuh bergerombol, tidak memiliki flagel, memiliki suhu
optimum yang tinggi (25 − 30°C), dan memiliki pH optimum yang rendah
(4,5-5), serta memiliki sifat toleransi tinggi terhadao alkohol (Fleet et al,
1998). Saccharomyces cerevisiae dapat memproduksi etanol yang berguna
sebagai penghasil atau pengubah glukosa yang baik untuk dijadikan arak
(Simbolon et al., 2018).
Berdasarkan video referensi, metode pewarnaan yeast untuk
menghitung persentase kematian sel diawali dengan mempersiapkan alat
dan bahan yang diperlukan berupa Saccharomyces cerevisiae di dalam
tabung reaksi yang steril dan tertutup. Langkah kedua adalah pembersihan
kaca preparat dengan menggunakan tisu yang telah diberi alkohol 70%, lalu
panaskan batang ose pada Bunsen hingga nyala membara untuk selanjutnya
digunakan untuk mengambil sampel. Batang ose digunakan untuk
mengambil sampel pada media cair, sedangkan batang enten digunakan
untuk mengambil sampel pada media agar atau padat. Setelah itu, penutup
tabung reaksi dan mulut tabung langsung dipanaskan dengan menggunakan
Bunsen. Batang ose ditempelkan pada dinding dalam tabung reaksi untuk
proses pendinginan sebelum sampel diambil, lalu panaskan kembali mulut
tabung dan tutup tabung reaksi sebelum kembali diletakkan pada rak tabung
reaksi. Sampel kemudian diletakkan pada kaca preparat, lalu ditutup
menggunakan tutup preparat untuk selanjutnya diamati dengan
menggunakan mikroskop. Metode ini kurang sesuai dengan teori yang
dipaparkan oleh Suryaningsih et al. (2018) yang menggunakan methylene
blue untuk menambah warna pada yeast dalam identifikasi morfologi secara
mikroskopis. Perbedaan ini terjadi akibat pewarnaan pada yeast merupakan
pilihan. Metode perhitungan persentase kematian sel yeast berdasarkan
referensi video adalah dengan peletakkan preparat pada mikroskop dengan
perbesaran lemah kemudian diatur fokusnya sampai sampel dapat terlihat
dengan jelas. Perbesaran 400× dilakukan untuk mengamati yeast. Sel yang
berwarna biru menunjukkan sel mati, sedangkan sel yang transparan atau
pudar menunjukkan sel hidup. Warna yang dihasilkan berasal dari
methylene blue yang digunakan untuk membantu proses perhitungan
persentase sel hidup. Sel dengan lingkaran-lingkaran biru kecil di dalamnya
merupakan tunas. Perhitungan persentase kematian dilakukan dalam satu
bidang pandang, kemudian penentuan jumlah sel yang berwarna (mati) dan
yang pudar (hidup). Misalnya, dalam bidang pandang yang pertama terdapat
100 total sel dengan 10 sel mati (berwarna biru) maka persentase
kematiannya adalah 10% dan persentase kehidupannya adalah 90%.
Penentuan sel hidup dan sel mati tersebut sudah sesuai dengan yang
dilakukan oleh Suryaningsih et al. (2018). Perhitungan persentase kematian
sel juga sudah sesuai dengan rumus yang ada, yaitu:
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑠𝑒𝑙 𝑚𝑎𝑡𝑖
%𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 ∶ 𝑥 100%
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑠𝑒𝑙 𝑚𝑎𝑡𝑖 + 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑠𝑒𝑙 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝

(Nurhayati dkk., 2006)


Berdasarkan rumus tersebut presentase kematian sel didapatkan dari
hasil rata-rata jumlah sel mati dibagi dengan total sel berupa jumlah ratarata
sel mati dan rata-rata sel hidup.
Penambahan Methylene blue pada proses pewarnaan yeast berfungsi
sebagai pewarna dasar atau utama untuk memberi warna sel mati agar dapat
dibedakan dengan sel hidup. Methylene blue memproduksi warna jika
terdapat reaksi redoks. Warna akan memudar saat reduksi dan menyulut saat
oksidasi. Sel yeast yang dapat mereduksi pewarna ini adalah sel yang hidup
dan warnanya akan pudar (Fugelsang dan Edwards, 2007). Perbedaan warna
ini juga dapat terjadi akibat sel yeast yang hidup mampu menahan pewarna,
sedangkan sel yeast yang mati sudah tidak memiliki sifat selektif
permeabelnya sehingga pewarna dapat masuk dan mengoksidasi pewarna
methylene blue dan mengakibatkan sel berwarna biru. Methylene blue juga
sering digunakan untuk keperluan industri tekstil, wool, sutra, dan kosmetik
(Fitriani et al., 2015)
Pembiakan yeast dapat menggunakan tiga media yaitu YME, SDA,
dan PDA. YME (Yeast Malt Extract) merupakan media yang telah
diperkaya dan digunakan untuk isolasi jamur seperti yeast. YME
mengandung glukosa sebesar 50 g/l, ekstrak malt sebesar 3 g/l, ekstrak
khamir sebesar 3 g/l, dan pepton sebesar 5 g/l dengan pH (Lin dan Chen,
2007).Lalu ada SDA (Sabouraud Dextrose Agar) merupakan media
pertumbuhan yang sangat baik untuk pakan media pertumbuhan yang sangat
baik untuk yeast karena media ini mengandung suplemen pepton dengan
dextrose yang berfungsi sebagai nutrisi dan sumber energi bagi
pertumbuhan jamu (Tominik dan Haiti, 2020). SDA memiliki pH asam,
yaitu 5,6 sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen
(Murwani, 2015). Yang terakhir PDA (Potato Dextrose Agar) merupakan
media yang umum digunakan dalam pembiakan yeast karena memiliki nilai
pH yang rendah sehingga yeast dapat tumbuh dengan baik pada media ini
(Rohmi et al., 2019).
Tabel 4.1 Hasil Pewarnaan Yeast
NO Gambar Keterangan
1 Pada Gambar 4.3 ditunjukan
morfologi dari Saccaromyces
cerevisiae dimana terlihat pada
gambar sel berbentuk bulat hingga
oval, sel yang berwarna biru
merupaan sel yang mati dan sel

Sumber : Hasil Pengamatan yang berwarna putih merupakan

Gambar 4.3 Pewarnaan sel yang hidup

Saccaromyces cerevisiae Hasil


Praktikum
2 Pada Gambar 4.4 ditunjukkan
morfologi dari Saccaromyces
cerevisiae yang tumbuh pada
media PDA memiliki bentuk oval
atau coccus dan terdapat
askospora (Wachid dan Mutia,
2019)

Sumber : (Wachid dan Mutia, 2019)


Gambar 4.4 Morfologi
Saccaromyces cerevisiae yang
tumbuh pada media PDA
No Gambar Keterangan

3 Pada Gambar 4.5


ditunjukkan morfologi sel
dengan ciri-ciri memiliki
warna krem, permukaan
mengkilap, bentuk sel oval,
Sumber : (Suryaningsih et al., 2018) tepiannya rata dan memiliki
Gambar 4.5 Morfologi Sel khamir ukuran 3,5 𝜇𝑚 (Suryaningsih
dengan perbesaran 20x10 et al., 2018).
menggunakan pewarna Methylene
Blue
Sumber : (Suryaningsih et al., 2018)
Berdasarkan Tabel 4.1 didapatkan dua jenis yeast yang bisa dilihat
pada Gambar 4.3 – Gambar 4.5 yaitu secara berurutan Rhizopus oryzae
dan sel khamir pada sirsak. Pewarnaan yang dilakukan pada Saccaromyces
cerevisiae dengan menggunaan MB, didapatkan keterangan morfologi yeast
yang berbentuk bulat hingga oval berupa coccus dan juga askospora
(Wachid dan Mutia, 2019), pada gambar juga dapat dilihat terdapat dua
warna yeast yaitu biru dan putih yang menandakan bahwa pewarna MB
bekerja dengan seharusnya (Fitriani et al., 2015) Selanjutnya pada
pewarnaan sel khamir pada sirsak (Isolat IK-2) menggunakan MB
didapatkan morfologi sel berbentuk koloni bulat, berwarna putih agak krem
,elevasi menonjol, permukaan mengkilap, tepian rata, dan bentuk sel oval.
Hal ini sudah sesuai dengan teori dimana MB aan menghasilkan warna etia
terjadi reaksi reduksi oksidasi yang menyebabkan warna memudar dan
muncul warna biru (Fuelsang dan Edwards., 2007)
D. KESIMPULAN
Berdasarkan Praktikum Mikrobiologi Acara IV “Morfologi dan
Pewarnaan Yeast” ini dapat diambil kesimpulan, yaitu sel khamir umumnya
berbentuk bulat, semi bulat, oval, elips, atau silindris. Sel mati memiliki
warna biru karena membran selnya dapat ditembus oleh methylene blue,
sedangkan sel hidup tidak memiliki warna karena membran selnya tidak
dapat ditembus oleh methylene blue. Persentase kematian khamir dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑠𝑒𝑙 𝑚𝑎𝑡𝑖
%𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 ∶ 𝑥 100%
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑠𝑒𝑙 𝑚𝑎𝑡𝑖 + 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑠𝑒𝑙 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, K.A., Edwards, R.A., Fleet, G.H., Wooton, M. 1987. Ilmu Pangan.
Jakarta: UI Press.
Fitriani, D., Oktiarni, D., Lusiana. 2015. Pemanfaatan Kulit Pisang Sebagai
Adsorben Zat Warna Methylene Blue. Jurnal Gradien. 11(2): 1091-
1095.
Fleet, G. H. (1998). The microbiology of alcoholic beverages. Microbiology
of fermented foods, 217-262.
Lin, E., dan Chen, Y. 2007. Factors Affecting Mycelial Biomass and
Exopolysaccharide Production in Submerged Cultivation of
Antrodia Cinnamomea Using Complex Media. Bioresource
Technology. 98(13): 2511–2517.
Murwani, S. 2015. Dasar-Dasar Mikrobiologi Veteriner. UB Press. Malang.
Nurhayati, Awik P. D., Nurlita Abdulgani, dan Rachmat Febrianto. 2006. Uji
Toksisitas Ekstrak Eucheuma Alvarezii terhadap Artemia Salina
sebagai Studi Pendahuluan Potensi Antikanker. Akta Kimindo. 2(1)
: 41-46.
Rohmi, Fikri, Z., dan Pujasari, N. K. R. 2019. Ubi Jalar Putih (Ipomoea
Batatas L.) Media Alternatif Pertumbuhan Aspergillus niger. Jurnal
Kesehatan Prima. 13(2): 143–150.
Simbolon, N. C., Wijaya, I. M. M., & Gunam, I. B. W. (2018). Isolasi dan
Karakterisasi khamir Potensial Penghasil Bioetanol dari Industri
Arak di Karangasem Bali. Jurnal Rekayasa dan manajemen
Agroindustri, 6(4), 316-326
Suryaningish, Vivi, Rejeki S. Ferniah, dan Endang Kusdiyantini. 2018.
Karakteristik Morfologi, Biokimia, dan Molekuler Isolat Khamir
IK-2 Hasil Isolasi dari Jus Buah Sirsak (Annona muricata L.). Jurnal
Biologi. 7(1) : 18- 25.
Prescott, S.C., Dunn, C.G. 1999. Industrial Microbiology 3 Ed. New York:
Mc Graw Hill Book Company Inc.
Santana, J. K. G. et al. 2018. Staining Fungal Structures with Artificial Dyes
Used in The Industry of Juices. Ciência Rural. 48(9) : 1-4.
Tominik, V. I., dan Haiti, M. 2020. Limbah Air AC Sebagai Pelarut Media
Sabouraud Dextrose Agar (SDA) Pada Jamur Candida albicans.
Jurnal Masker Medika. 8(1): 15 20.
Wachid, M., & Mutia, P. (2019). Optimasi media kulit singkong pada
pertumbuhan Sacharomyces cerreviceae. Reka Buana: Jurnal Ilmiah
Teknik Sipil dan Teknik Kimia, 4(2), 92-101
LAMPIRAN PERHITUNGAN

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑎𝑡𝑖


%𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑦𝑒𝑎𝑠𝑡 = × 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑙 𝑦𝑒𝑎𝑠𝑡

14
%𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑦𝑒𝑎𝑠𝑡 = × 100%
41

%𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑦𝑒𝑎𝑠𝑡 = 34,146%


LAMPIRAN DOKUMEN TASI

Gambar 4.6 Persiapan alat dan bahan

Gambar 4.7 Pensterilan kaca preparat dengan alkohol 70%

Gambar 4.8 Penetesan methylene blue


Gambar 4.9 Peletakan yeast pada aca preparate

Gambar 4.10 Pengamatan dengan menggunakan mikroskop

Anda mungkin juga menyukai