Anda di halaman 1dari 20

FUNGSI DAN FALSAFAH

TONGKONAN

​ ​
EZRA LASINGKANG, S.Pd.,Gr
SMAN 1 TANA TORAJA


​ ​ ​
Tongkonan merupakan salah satu
rumah tradisional di Sulawesi
Selatan.

​ ​

​ ​

​ ​ ​​ ​ ​ ​ ​

Tongkonan berasal dari kata
tongkon artinya duduk.
Tongkonan berarti tempat duduk


(tempat berkumpul bagi keluarga
besar)
​ ​

​ ​

​ ​ ​​ ​ ​ ​ ​

Dalam kepercayaan aluk to dolo
diakui adanya aluk tallu oto’na
(tiga dasar kepercayaan) yakni
percaya kepada:
Puang Matua

Deata-Deata

​ ​

To Membali Puang (para



arwah)

​ ​ ​

Berdasarkan kepercayaan kepada
tiga oknum ini, muncullah istilah
Puang Titanan Tallu Tirindu Batu
Lalikan :
1.Aluk rampe matallo (ritus pemala’

rambu tuka’)

​ ​

2. Aluk rampe matampu (ritus



pemala’ rambu solo’)
3. Aluk mangola tangnga.

​ ​ ​

Aluk mangola tangnga ,
berhubungan dengan harapan dan
ditujukan kepada Puang Matua.
Upacaranya dilakukan pagi hari atau
malam hari.


​ ​


NILAI-NILAI KEHIDUPAN DALAM
MASYARAKAT TORAJA


​ ​


Kebahagiaan (identik dengan tallu lolona)
Persekutuan (tongkonan)
Harga diri
Kesopanan (longko’ dan siri’)
Penghargaan terhadap tamu
Kerajinan
Disukai semua orang
Pernikahan
Kerendahan hati
Kepemimpinanan (tallu bakaa: kinaa, manarang, sugi’ na barani)


​ ​
Prinsip dasar setiap Tongkonan ialah setiap
keluarga, mulai dari sepasang suami istri berhak
membangun rumah. Rumah ini kemudian
menjadi tongkonan tidak hanya bagi anak-anak
atau cucu-cucu, tetap bagi setiap keturunan dari
yang mendirikan tongkonan itu.


​ ​
Ikatan-ikatan persekutuan keluarga melalui
tongkonan tampak melalui:
Gotong-royong dengan motif tolong
menolong
Kehadiran dan partisipasi pada ritus-ritus
rambu solo’ dan pesta adat lainnya.
Kehidupan bertetangga yang baik tampak
dalam peristiwa-peristiwa darurat.


​ ​
Ikatan-ikatan persekutuan keluarga melalui
tongkonan nampak melalui:
Kehadiran pada suatu ritus adat merupakan
tanda persekutuan.
Pembayaran hutang pada rambu tuka’ dan
rambu solo’ tidak boleh dinilai sebagai
tindakan ekonomi, tetapi merupakan
tindakan pengakuan hubungan dalam
persekutuan.


​ ​
Ikatan-ikatan persekutuan keluarga melalui
tongkonan nampak melalui:
Nilai persekutuan sangat tinggi dapat dilihat
dari ungkapan misa’ kada dipotuo pantan
kada dipomate.
Tengko situru’ batakan siolanan menyangkut
kesepakatan dan pendirian dalam perbuatan.
sangkutu’ banne sangboke amboran, artinya
bersatu bagaikan bibit padi di dalam ikatan.


​ ​
Ikatan-ikatan persekutuan keluarga melalui
tongkonan nampak melalui:
Semua nilai dasar harus dilihat dalam
hubungan tallu lolona (lolo tau, lolo patuan,
dan lolo tananan)


​ ​
Karapasan (ketentraman dan ketertiban dalam
persekutuan/komunitas) merupakan nilai dasar.
unnalli melo (membeli kebaikan, artinya apa
yang baik dalam konteks kedamaian dan
harmoni) dapat dianggap sebagai bukti bahwa
orang Toraja mencintai kedamaian dan
hubungan yang baik.


​ ​
Tongkonan Sebagai Lambang dan Pusat
Pa’rapuan
Tongkonan merupakan tempat untuk duduk bersama rumpun
keluarga atau pa’rapuan untuk membahas segala yang berhubungan
dengan urusan pa’rauan, termasuk kegiatan rambu tuka’ dan rambu
solo’.
Pa’rapuan berasal dari kata rapu yang berarti keluarga berdasarkan
hubungan darah baik secara vertikal (bati’) maupun horisontal (hub.
pernikahan/sibalinna.


​ ​
Proses Berdirinya Tongkonan

Tongkonan Banua Puan disebut sebagai Tongkonan tertua di


Toraja. Tongkonan Banua Puan ini didirikan oleh Tandilino
bersama istrinya Buen Manik. Sebuah tongkonan berdiri ketika
terjadi pernikahan.
Dalam sejarah masyarakat Toraja, Tongkonan selalu berkaitan
dengan pangala tondok, dan setiap tempat ada pangala tondoknya.
selain banua puan sebagai tongkonan tertua di Toraja, pada saat
yang bersamaan To Manurun mendirikan beberapa tongkonan lagi
yaitu Banua Ditoke’ di Kandora, tongkona Kesu’ di Kesu’

Tongkonan Kaero di Sangalla’.

Kewajiban dan Hak Pa’rapuan

Tongkonan memiliki aset atau harta pusaka. Harta pusaka itu


berupa bangunan rumah, tanah yang ditumbuhi bambu dan poho-
pohon, liang (pemakaman keluarga). di atas rumah terdapat gayang,
kandaure, maa’, dan semua peralatan yang digunakan pada ritus
rambu tuka’ dan rambu solo’.
Semua pusaka tongkonan tidak boleh dijual, dipelihara oleh semua
pa’rapuan yang diwakili oleh yang tinggal di tongkonan (to urrambu
tongkonan)
Pa’rapuan wajib merenovasi bangunan yang sudah lapuk.


Fungsi Tongkonan

Tongkonan mempunyai fungsi dan peran baik dalam keluarga


maupun masyarakat.
Membina persekutuan pa’rapuan
Sebagai pusat adat, tempat persekutuan, dan membicarakan hal
yang berkaitan dengan adat


Struktur Tongkonan
Tongkonan layuk, tongkonan yang mulia berada di tampuk pimpinan
Tongkonan anak patalo, artinya tongkonan keturunan tongkonan layuk
Tongkonan pesiok aluk, yaitu tongkonan yang bertanggung jawab atas
implementasi ketentuan-ketentuan aluk dan adat
Tongkonan pebalian, tongkonan yang membantu, artinya yang
mendampingi tongkonan yang berada di atasnya
Tongkonan patulak, yaitu tongkonan yang membantu dengan tugas-
tugas tertentu
Tongkonan bulo dia’pa’, yaitu tongkonan yang merdeka, orang
kebanyakan
Tongkonan kaunan, yaitu tongkonan para budak
Tongkonan nonor 6 dan 7 tidak diikutsertakan dalam kepemimpinan

dan fungsi-fungsi kemasyarakatan yang diemban oleh tongkonan.


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai