Anda di halaman 1dari 26

TUGAS ILMIAH KEPANITERAAN KLINIK FK UMS

REFERAT

CACAR MONYET (MONKEY POX)


Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Pendidikan
Dokter Umum Stase Ilmu Penyakit Paru

Disusun oleh:
Aliffia Setyawibowo Putri, S.Ked J510225015
Dwi Permatasari Utomo Putri, S.Ked J510225040
Fajri Khoirul Annam, S.Ked J510225047
Farah Nabila Ryani, S.Ked J510225048
Faridita Khoirun Nisa', S.Ked J510225049

HALAMAN JUDUL

PEMBIMBING:
dr. Ratna Lusiawati, Sp. P, M. Kes

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT PARU


RSUD Ir. SOEKARNO SUKOHARJO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2023
HALAMAN PENGESAHAN
Tugas Ilmiah Kepaniteraan Klinik FK UMS
REFERAT

Prodi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran


Universitas Muhammadiyah Surakarta
Judul : Cacar Monyet “Monkey Pox”

Penyusun :

Penyusun I Penyusun II

Aliffia Setyawibowo Putri, S.Ked Dwi Permatasari Utomo Putri, S.Ked


Penyusun III Penyusun IV

Fajri Khoirul Annam, S.Ked Farah Nabila Ryani, S.Ked


Penyusun V

Faridita Khoirun Nisa', S.Ked

Pembimbing : dr. Ratna Lusiawati, Sp.p M. Kes

Sukoharjo, 30 November 2023

Menyetujui
Pembimbing

dr. Ratna Lusiawati, Sp. P M. Kes

Mengetahui,
Kepala Program Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran UMS

dr. Sulistiyani, Sp.N

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
ABSTRAK ................................................................................................................................. 1
Abstract ...................................................................................................................................... 1
DEFINISI ................................................................................................................................... 2
ETIOLOGI ................................................................................................................................. 2
EPIDEMIOLOGI ....................................................................................................................... 2
FAKTOR RISIKO ..................................................................................................................... 4
PATOFISIOLOGI DAN PATOGENESIS ................................................................................ 6
MANIFESTASI KLINIS ........................................................................................................... 8
MANIFESTASI KLINIS TERHADAP PARU ....................................................................... 10
PENEGAKKAN DIAGNOSIS ................................................................................................ 11
TATALAKSANA .................................................................................................................... 13
DIAGNOSIS BANDING......................................................................................................... 17
KOMPLIKASI ......................................................................................................................... 18
PROGNOSIS ........................................................................................................................... 19
PENCEGAHAN ...................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 22

iii
CACAR MONYET

Aliffia Setyawibowo Putri1, Dwi Permatasari Utomo Putri1, Fajri Khoirul Annam1, Farah Nabila Ryani1,
Faridita Khoirun Nisa1, Ratna Lusiawati2
1
Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta
2
Departemen Paru, Rumah Sakit Ir. Soekarno Sukoharjo
Correspondence to: Aliffia Setyawibowo Putri, email: aliffiasputri@gmail.com

ABSTRAK

Cacar monyet atau monkeypox merupakan penyakit yang disebabkan infeksi virus MPX. Infeksi ini
ditularkan dari hewan ke manusia (zoonosis). Virus monkeypox merupakan virus berkapsul,linear,
dan memiliki DNA untai ganda dari genus Orthopoxvirus, subfamili Chordopoxvirinae, famili
Poxviridae. Cacar monyet merupakan penyakit langka dan endemik di Afrika, Penyakit ini pertama
kali ditemukan menginfeksi manusia pada tahun 1970 di Zaire atau yang saat ini dikenal sebagai
Republik Demokratik Kongo. Delapan puluh persen transmisi infeksi virus MPX terjadi melalui
hewan ke manusia. Penularan dari manusia ke manusia dapat terjadi akibat kontak erat berlangsung
lama dengan droplet, Penyebaran MPXV melalui partikel pernapasan biasanya membutuhkan waktu
yang lama dan berhubungan dengan orang yang kontak dekat dengan kasus aktif.Berdasarkan
klasifikasi genetik penelitian sebelumnya, virus MPX dibagi dalam dua subtipe utama; Klad Central
African (Congo Basin) dan Klad West African.Terapi simtomatik adalah antipiretik, anti nyeri,
nutrisi, dan hidrasi yang baik, serta menjaga kebersihan orofaring dengan berkumur antiseptik/air
garam.Pencegahan yang baik dengan mengurangi risiko infeksi pada manusia, mengendalikan infeksi
dalam lingkup perawatan kesehatan, mencegah ekspansi Monkeypox melalui pembatasan.

Kata kunci: Monkeypox,virus, penyakit menular, Terapi.

Abstract

Monkey pox or monkeypox is a disease caused by infection with the MPX virus. This infection is
transmitted from animals to humans (zoonosis). Monkeypox virus is an encapsulated, linear, double-
stranded DNA virus from the genus Orthopoxvirus, subfamily Chordopoxvirinae, family Poxviridae.
Monkey pox is a rare and endemic disease in Africa. This disease was first discovered infecting
humans in 1970 in Zaire or what is now known as the Democratic Republic of Congo. Eighty percent
of transmission of MPX virus infection occurs through animals to humans. Human-to-human
transmission can occur due to prolonged close contact with droplets. The spread of MPXV via
respiratory particles usually takes a long time and is associated with people who are in close contact
with active cases. Based on the genetic classification of previous research, the MPX virus is divided
into two main subtypes; Central African (Congo Basin) clade and West African clade. Symptomatic
therapy is antipyretic, anti-pain, nutrition and good hydration, as well as maintaining cleanliness of
the oropharynx with antiseptic/salt water gargling. Good prevention by reducing the risk of infection
in humans, controlling infection in the healthcare sphere, preventing the expansion of Monkeypox
through restrictions.

Keywords: Monkeypox, virus, infectious disease, therapy.

1
DEFINISI Virus ini berukuran 200 - 250 nm,
Monkeypox merupakan penyakit berbentuk oval atau seperti batu bata saat
zoonosis (penyakit yang ditularkan dari dilihat menggunakan mikroskop elektron;
hewan ke manusia) akibat virus merupakan virus kompleks dan terbesar
monkeypox (genus Orthopoxvirus dalam pada hewan. Poxviridae memiliki empat
keluarga Poxviridae) dengan gejala mirip komponen utama, yaitu inti, dinding
cacar (human smallpox), meskipun klinis lateral, membran luar, dan kapsul luar
lebih ringan.1,3 Genus Orthopoxvirus juga berupa lipoprotein. Virus monkeypox tidak
mencakup virus variola (penyebab cacar), tahan panas dan tidak aktif setelah 30
virus vaccinia (digunakan dalam vaksin menit di lingkungan dengan suhu 56°C.
cacar), dan virus cowpox. 3 Dengan Virus ini dapat dengan mudah menjadi
eradikasi cacar pada tahun 1980 yang tidak aktif dengan pemberian pelarut
diikuti dengan penghentian vaksinasi organik seperti formaldehyde, methanol,
cacar, virus monkeypox merupakan sodium dodecyl sulfonate (SDS), phenol,
orthopoxvirus paling penting. Monkeypox dan chloroform. Virus monkeypox tahan
terjadi secara sporadis di bagian tengah terhadap pengeringan dan suhu rendah,
dan barat hutan hujan tropis Afrika (WHO, serta dapat disimpan pada suhu 4°C atau -
2018). 20°C dalam jangka waktu singkat atau
pada suhu -70°C dalam jangka waktu
ETIOLOGI
Virus monkeypox merupakan virus lama.
berkapsul,linear, dan memiliki DNA untai Meskipun virus monkeypox adalah
ganda dari genus Orthopoxvirus, subfamili virus DNA, seluruh siklus hidupnya terjadi
Chordopoxvirinae, famili Poxviridae. di sitoplasma sel terinfeksi. Semua protein
Virus ini memiliki karakteristik morfologi yang diperlukan untuk replikasi DNA
yang sama dengan Orthopoxvirus lainnya. virus, transkripsi, perakitan virion, dan
Virus monkeypox ditularkan secara jalan keluar dikodekan oleh genom virus
zoonosis melalui inhalasi droplet dan monkeypox. Invasi sel inang dilakukan
melalui kontak langsung lesi kulit melalui tiga langkah, yaitu adsorpsi, fusi
terinfeksi dan melalui bahan-bahan membran, dan invasi inti (Gong Q, et al.,
terkontaminasi virus monkeypox. Masa 2022).
inkubasi virus ini 6 - 13 hari
EPIDEMIOLOGI
(rentangwaktu 5 - 21 hari). Cacar monyet merupakan penyakit
langka dan endemik di Afrika. Infeksi

2
MPX pada monyet pertama kali ditemukan setelah pemberantasan kasus smallpox.
pada tahun 1958 di laboratorium Denmark, Angka kematian kasus mencapai 9,8%
sehingga digunakan istilah cacar monyet pada individu yang belum mendapat
hingga saat ini. Penyakit ini pertama kali vaksinasi smallpox; 72% kasus tersebut
ditemukan menginfeksi manusia pada merupakan transmisi secara zoonosis dan
tahun 1970. Kasus pertama ditemukan menyerang paling banyak pada anak-anak
pada seorang bayi laki-laki berusia 9 bulan dengan rata-rata usia 4,4 tahun.3,4 Pada
di Zaire atau yang saat ini dikenal sebagai tahun 1986–1992, WHO melaporkan
Republik Demokratik Kongo. Sejak saat penurunan angka kejadian infeksi virus
itu, infeksi MPX menjadi endemik dan MPX dengan jumlah kasus baru sebanyak
menyebar ke beberapa negara di Afrika, 13 kasus dan pada tahun 1993-1995 tidak
terutama Afrika tengah dan Afrika Barat ditemukan kembali kasus baru (Pratama A
(Republik Demokratik Kongo, Kamerun, dkk, 2023).
Republik Afrika Tengah, Nigeria, Pantai Pada tahun 1996-1997, infeksi
Gading, Liberia, Sierra Leone, Gabon, dan MPX kembali terjadi di Republik
Sudan Selatan) (Pratama A dkk, 2023). Demokratik Kongo, dengan insiden
Virus monkeypox telah berevolusi mencapai 22 kasus per 1000 penduduk.
dan terbagi ke dalam dua klad, yaitu klad Transmisi virus monkeypox telah
Afrika Barat dan klad Cekungan Kongo. meningkat 20 kali lipat sejak tahun 1980-
Epidemiologi dan gejala klinis kedua tipe an dan risiko infeksi MPX 21 kali lipat
virus monkeypox berbeda. Angka lebih tinggi pada orang yang tidak
kematian akibat virus monkeypox pada mendapatkan vaksinasi smallpox. Sejak
klad Cekungan Kongo mencapai 10%, September 2017, infeksi MPX telah
sedangkan pada klad Afrika Barat mewabah kembali di Nigeria dengan total
mencapai 1%. Kejadian kematian pada kasus yang terkonfirmasi sebanyak 183
klad Afrika Barat terjadi pada individu kasus pada bulan November 2019. Pada
yang mengalami koinfeksi HIV. Pada bulan Mei 2022, WHO melaporkan kasus
tahun 1970–1979, terdapat 47 kasus baru infeksi virus MPX pada negara-
infeksi MPX pada manusia di lima negara negara non-endemis dan pada individu
Afrika Tengah dan negara-negara Afrika dengan riwayat bepergian ke daerah
Barat terutama 38 kasus di Republik endemis. Wabah ini muncul pertama kali
Demokratik Kongo. Pada tahun 1981– di Inggris pada tanggal 7 Mei 2022. The
1986, ditemukan 338 kasus per 5 juta United Kingdom Health Security Agency
populasi di Republik Demokratik Kongo (UKHSA) mengonfirmasi adanya kasus

3
infeksi MPX pada individu yang memiliki warga negara Indonesia (Pratama A dkk,
riwayat perjalanan ke Nigeria. Pada 2023).
tanggal 14 Mei, UKHSA kembali
melaporkan terdapat dua kasus baru yang FAKTOR RISIKO
tidak berhubungan dengan kasus Delapan puluh persen transmisi

sebelumnya. Selain itu, ditemukan empat infeksi virus MPX terjadi melalui hewan

kasus baru pada tiga kluster di klinik ke manusia. Proses penularan tersebut

kesehatan seksual pada individu terjadi langsung melalui darah, cairan

homoseksual, biseksual, atau laki-laki seks tubuh, lesi kulit dan mukosa dari hewan

laki-laki (Pratama A dkk, 2023). terinfeksi. Hewan pengerat diketahui

Angka kejadian infeksi MPX sebagai salah satu pejamu alami dari virus

kembali meningkat pada bulan Juni 2022 monkeypox. Selain itu, hewan-hewan yang

dengan jumlah kasus lebih dari 1350 terdapat di Afrika Barat, seperti prairie

kasus; 60% kasus dilaporkan pada dog, kelinci, tikus, tupai, lemur, monyet,

beberapa negara, seperti Portugal, landak, dan rusa, dianggap sebagai pejamu

Spanyol, dan Inggris. Centers for Disease dari virus ini. Proses inokulasi terjadi

Control and Prevention (CDC) Amerika melalui kulit atau lesi mukosa hewan yang

melaporkan terdapat 45 kasus pada 15 mengalami luka terbuka. Faktor risiko lain

negara bagian dan distrik Colombia.5 Pada dari penularan infeksi MPX secara

22 Juni 2022, WHO melaporkan terdapat zoonosis adalah asupan daging mentah dan

3.413 kasus infeksi MPX yang tersebar bahan makanan lain yang berasal dari

pada 50 negara. Jumlah kasus terbanyak hewan yang terinfeksi dan tidur di luar

terdapat pada wilayah Eropa dengan rumah atau di tanah atau di lingkungan

jumlah kasus terkonfirmasi 2.933 kasus yang diketahui terdapat hewan terinfeksi,

(86%), diikuti oleh wilayah ayah Afrika kontak antara manusia dan hewan sakit

dengan 73 kasus (2%), wilayah Amerika atau riwayat membersihkan kandang

381 kasus (11%), wilayah Mediterania hewan terinfeksi, bersentuhan, dan

Timur dengan 15 kasus (<1%), dan tercakar hewan yang terinfeksi virus

wilayah Pasifik Barat 11 kasus (<1%).19 monkeypox (Pratama A dkk, 2023).

Pada tanggal 20 Agustus 2022, Penularan dari manusia ke manusia

Kementerian Kesehatan Republik dapat terjadi akibat kontak erat

Indonesia (Kemenkes-RI) mengumumkan berlangsung lama dengan droplet, kontak

terdapat 1 kasus terkonfirmasi positif pada dengan lesi kulit terinfeksi, atau kontak
dengan benda-benda yang telah

4
terkontaminasi. Penularan dapat terjadi anggota keluarga, dan kontak dekat
dari ibu ke janin melalui plasenta. Faktor dengan kasus aktif. Urutan penyebaran
risiko peningkatan kasus infeksi MPX dari yang dapat diprediksi di masyarakat telah
manusia ke manusia adalah menggunakan meningkat di era sekarang dari enam
perlengkapan tidur yang sama, berbagi menjadi sembilan yang berulang dari
makanan dan minuman dengan individu manusia ke manusia dan hal ini dapat
terinfeksi MPX. Pekerja di tempat menunjukkan berkurangnya perlindungan
pemotongan hewan liar, pecinta hewan, pada manusia karena berakhirnya
pekerja di fasilitas penangkaran binatang, imunisasi cacar (Ullah M dkk, 2023).
serta pekerja yang berkontak langsung Namun penghentian vaksinasi cacar
dengan pasien terinfeksi MPX memiliki smallpox sebagai risiko munculnya
risiko tertular penyakit ini (Pratama A dkk, kembali infeksi MPX masih menjadi
2023). Salah satu faktor risiko terkait yang perdebatan karena tidak ditemukan kasus-
serius bagi pasien dan petugas kesehatan kasus baru infeksi MPX pada negara yang
adalah infeksi MPXV nosokomial pernah terdapat kasus ini sebelumnya,
(nosokomial infeksi, juga disebut sebagai seperti pada Afrika Barat (Pratama A dkk,
infeksi terkait pelayanan kesehatan (HAI), 2023).
adalah infeksi yang didapat selama proses Berdasarkan investigasi penyakit,
penerimaan pelayanan kesehatan baik di perhatian utamanya lebih pada anak-anak
daerah enzootik dan non-enzootik. Cacar dan orang dewasa dengan gangguan sistem
juga terutama disebabkan oleh kejadian imun, seperti orang yang menderita infeksi
nosokomial dengan tingkat penyebaran HIV. MPXV terbukti dapat meningkatkan
tertinggi terjadi di dalam puskesmas dan kemungkinan tertular virus karena
rumah sakit. Hasil multifaktorial ini bermutasi secara genetis. Mutasi ini
mencakup individu-individu yang rentan mungkin terjadi karena menurunnya
terhadap penyakit, pola sanitasi kekebalan terhadap cacar. Faktor
puskesmas, dan penggunaan tindakan yang tambahan yang diakui dalam distribusi
menghasilkan aerosol (Ullah M dkk, topografi penyebaran MPX saat ini bersifat
2023). seksual interaksi, khususnya antar laki-laki
Penyebaran MPXV melalui yang berhubungan seks dengan laki-laki
partikel pernapasan biasanya lain (Ullah M dkk, 2023).
membutuhkan waktu yang lama dan
berhubungan dengan orang yang bekerja
sebagai petugas kesehatan masyarakat,

5
melemahkan kemampuan dan virulensi
virus tersebut (Pratama A dkk, 2023).
Virus akan masuk melalui sistem
pernapasan manusia dan berinokulasi
terutama di mukosa orofaring. Ukuran
virus MPX lebih besar dibandingkan virus
lain, sehingga menghambat proses
endositosis untuk menembus bagian
desmosom mukosa. Selain itu, virus MPX
memiliki pergerakan yang lambat
dibandingkan virus lain, sehingga dapat
dideteksi dengan mudah oleh sistem imun
manusia. Untuk menghindari proses
respons imun, virus MPX dilengkapi
dengan berbagai protein modulator untuk
menghambat proses respons imun. Virus
MPX menempel pada mukosa orofaring
melalui empat protein, di antaranya
terdapat 2 protein struktural 11 dan 12
non-glikosilasi yang sangat berperan
Gambar 1. Rute transmisi dari virus MPX dalam proses penempelan dan endositosis
virus MPX. Setelah melakukan perlekatan
PATOFISIOLOGI DAN
PATOGENESIS pada mukosa, virus MPX akan
Berdasarkan klasifikasi genetik memasukkan virion matang dan virion
penelitian sebelumnya, virus MPX dibagi berselubung ekstraseluler ke dalam sel
dalam dua subtipe utama; Klad Central mukosa orofaring. Setelah melalui proses
African (Congo Basin) dan Klad West endositosis, virus MPX melepaskan materi
African. Klad Central African merupakan genetik DNA dan melakukan proses
penyebab utama yang dapat meningkatkan replikasi dengan memanfaatkan badan
angka penularan, morbiditas, dan Guarnieri yang terdapat pada sitoplasma
mortalitas. Perbedaan genetik kedua virus makhluk hidup. Berbeda dari virus lain,
tersebut terletak pada delesi dan proses replikasi virus MPX berlangsung
fragmentasi struktur genetik yang dalam sitoplasma. Badan Guarnieri
merupakan struktur padat mengandung

6
DNA yang dihasilkan pada tahap awal itu, protein virotransducer juga
infeksi virus MPX yang berasal dari menghambat proses aktivasi sel T dengan
retikulum endoplasma. Pada tahap akhir marker CD4+ yang akan mengaktivasi
siklus replikasi, kompleks protein akhir makrofag melalui limfosit T-helper 1 dan
perakitan membran virus menghasilkan produksi antibodi oleh sel B melalui
struktur berbentuk bulan sabit sebagai limfosit T-helper 2. Selain protein
substrat untuk perakitan virion imatur yang intraseluler, virus MPX memiliki protein
selanjutnya diolah menjadi virion matur. ekstraseluler yang disekresikan dalam
Virion matur merupakan bagian virus yang bentuk glikoprotein; viroreceptor dan
bersifat infeksius dan disintesis dalam virokines yang berperan dalam modulasi
jumlah banyak (Pratama A dkk, 2023). respons imun. Viroreceptor menempel dan
Virion matur keluar dengan proses berkompetisi secara kompetitif pada
fusi melalui membran sitoplasma, fase ini sitokin proinflamasi yang disekresikan
dinamai fase viremia primer. Setelah pejamu, sehingga mencegah dampak dari
melalui fase viremia primer dengan masa sitokin proinflamasi. Glikoprotein
inkubasi 7 hingga 14 atau 21 hari, virus virokines berperan menyerupai sitokin
MPX akan menginfeksi kelenjar getah proinflamasi tubuh dalam bentuk kemokin,
bening (KGB) lokal di sekitar area sitokin proinflamasi, dan growth hormone
orofaring dan melakukan replikasi virus untuk mencegah respons imun. Kedua
kembali untuk membuat virion-virion protein tersebut menyebabkan virus MPX
matur dalam jumlah banyak. Virus MPX dapat tetap hidup dalam pejamu (Pratama
dilengkapi dengan protein intraseluler dan A dkk, 2023).
ekstraseluler yang memungkinkan virus Setelah menginfeksi KGB lokal
terhindar dari respons imun. Protein dan melakukan replikasi kembali untuk
intraseluler terdiri dari protein memproduksi virus- virus baru dalam
virotransducer dan virostealth. Protein jumlah banyak, selanjutnya virus MPX
virotransducer berperan menghambat keluar dari KGB lokal; fase ini disebut
aktivasi interferon, reaksi oksidatif, dan viremia tahap kedua. Virus MPX
reaksi apoptosis pada sel yang terinfeksi menginfeksi kembali KGB jauh kemudian
virus, sedangkan protein virostealth menyebar secara hematogen. Target utama
berperan menghambat aktivasi respons virus MPX adalah kulit diikuti mukosa
imun melalui major histocompability saluran napas, mukosa saluran
complex class-I (MHC-I) yang berakhir gastrointestinal, mukosa mata, dan genital.
pada aktivasi limfosit T sitotoksik. Selain Fase tersebut dinamai fase prodromal.

7
Pada fase prodromal, pejamu mengalami pembesaran kelenjar getah bening,
gejala dan tanda, dan berpotensi menular nyeri otot dan punggung, tidak
(Pratama A dkk, 2023). bertenaga.8 Dapat dijumpai nyeri
tenggorokan, batuk, sesak napas,
diare, dan nyeri perut. Fase ini
merupakan fase menular.
Pembesaran kelenjar getah bening
(diameter 1-4 cm) di maksila,
servikal, atau inguinal dapat terjadi
sebelum (1-2 hari) ataupun
bersamaan dengan muncul ruam.
Pembesaran kelenjar getah bening
bersifat solid, lunak, dan kadang
disertai nyeri, dan terjadi pada 90%
kasus di kelompok yang belum
tervaksinasi cacar. Pembesaran
kelenjar getah bening merupakan
karakteristik khas pada infeksi
cacar monyet yang tidak ditemukan
pada infeksi cacar dan varisela.
(Gambar 1).

Gambar 2. Patogenesis dari virus MPX

MANIFESTASI KLINIS
1. Periode Inkubasi
Periode ini terjadi selama 4-21 hari
dengan rata-rata 6-16 hari. Pada
periode ini belum muncul gejala Gambar 3. Pembesaran kelenjar getah
bening servikal
dan belum menular.
3. Periode Erupsi atau Eksantema
2. Periode Prodromal atau Pre-
Periode ini terjadi pada hari ke-1
erupsi
hingga ke-10 setelah demam,
Periode ini berlangsung 1-5 hari.
periode ini menular. Lesi mulai
Gejala meliputi demam (38,5-
muncul di mulut, kemudian
40ºC), lemas, nyeri kepala,

8
menyebar secara sentrifugal ke berikutnya. Hal ini yang
seluruh badan termasuk wajah, membedakan lesi kulit cacar
telapak tangan dan kaki. Pada 30% monyet dengan varisela. Lesi pada
dan 20% kasus lesi juga dapat cacar monyet juga dapat disertai
muncul di genital dan konjungtiva pruritus, petekiae, ulkus, tetapi
Lesi cacar monyet mirip dengan jarang disertai nyeri. Selain itu,
lesi kulit cacar, yaitu lesi bersifat demam akan turun 1-3 hari sejak
monomorfik, padat, terdapat onset eksantema dan dapat muncul
umbilikasi sentral pada beberapa kembali ketika lesi berkembang
lesi, berukuran seperti kacang menjadi pustul. Lesi pada anak bisa
polong di atas dasar eritematus. tidak spesifik, yaitu berupa papula
Lesi sering dideskripsikan sebagai kemerahan berukuran 1-5 mm
“dew drops in a rose petal”. Lesi menyerupai gigitan serangga. Masa
yang berjumlah beberapa hingga penularan berakhir saat seluruh
ribuan ini akan mengalami krusta sudah terkelupas. Namun,
perubahan dari makula, papula, bekas lesi dapat meninggalkan
vesikel, dan pustula, dan krusta. bekas hiperpigmentasi/
Krusta akan terlihat 10 hari sejak hipopigmentasi ataupun skar
lesi awal muncul dan menghilang atrofik pada kulit makula pada
total 2-4 minggu kemudian. telapak tangan dan kaki; E: lesi
(Piggot et al, 2012) subungual; F dan G: papul; H:
tanda panah menunjuk pada abses.
A dan D: vesikel dan pustul; B dan
C : makula pada telapak tangan dan
kaki; E: lesi subungual; F dan G:
papul; H: tanda panah menunjuk
pada abses (Piggot et al, 2012).
Gambar 4. Manifestasi klinis cacar
monyet.

Lesi kulit pada cacar


monyet ditemukan berada pada
stadium yang sama dan bertahan
hingga 1-2 hari sebelum
berkembang ke stadium

9
Gambar 5. Lesi kulit pada penderita cacar berbicara, dan menempel pada selaput
monyet. A dan D: vesikel dan pustul; B dan C :
makula pada telapak tangan dan kaki; E: lesi lendir pejamu yang rentan. Partikel-
subungual; F dan G: papul; H: tanda panah
menunjuk pada abses. partikel besar ini biasanya hanya bergerak
dalam jarak pendek yaitu <2 m dan
MANIFESTASI KLINIS TERHADAP
penyebaran patogen dalam partikel yang
PARU
Penularan MPXV dapat timbul dari sangat kecil (misalnya aerosol) yang juga
berbagai kombinasi jalur dan sumber dapat dihasilkan melalui bersin, batuk, dan
infeksi. Rute penularan MPXV berbicara, dan tetap berada di udara untuk
diperkirakan mencakup paparan perkutan, jangka waktu lama, sehingga tidak
seperti melalui paparan langsung pada memerlukan kontak dekat dengan individu
kulit, terutama kulit yang rusak; paparan yang terinfeksi. Kedua jenis partikel
langsung pada selaput lendir, seperti yang tersebut bisa menular jika terhirup atau
terdapat di mulut, vagina, dan rektum; dan bersentuhan dengan selaput lendir
menghirup partikel menular ke dalam seseorang. Materi partikular yang berasal
saluran pernapasan. Berbeda dengan virus dari lesi (misalnya keropeng) dari lesi non-
pernapasan seperti SARS-CoV-2 dan oral juga dapat terhirup ketika tersuspensi
influenza yang lebih suka mengikat di udara (Benites et al., 2022).
reseptor spesifik yang ditemukan di sel Secara historis, laporan kasus
saluran pernapasan manusia, virus MPXV pada manusia mencakup gejala
ortopoks seperti MPXV tidak berikatan saluran pernafasan atas atau bawah, namun
dengan satu jenis reseptor spesifik untuk bisa juga tidak ada. Gangguan pernafasan
perlekatan permukaan sel virus. yang parah atau pneumonia telah
Sebaliknya, untuk masuk ke dalam sel, ditemukan pada akhir perjalanan penyakit
virus orthopox melalui makropinositosis dengan MPXV clade I. Lesi pada mulut,
dan selanjutnya menyebar dari sel ke sel selain tanda dan gejala orofaring lainnya
melalui aktin (Adler et al., 2022). (misalnya, lesi tonsil, faringitis,
Penularan penyakit menular odynophagia, dan epiglotitis) telah
melalui saluran pernapasan sering kali dilaporkan pada saat wabah penyakit clade
melalui tetesan (droplet) dan penularan II tahun 2022. Sakit tenggorokan
melalui udara (airborne). Penularan droplet dilaporkan terjadi pada 17–37% pasien
mengacu pada penyebaran patogen melalui pada tahun 2022. Sebelum tahun 2022,
partikel besar (misalnya droplet) yang batuk merupakan gejala yang terjadi pada
dihasilkan saat bersin, batuk, atau sekitar setengah pasien dengan MPXV
clade I dan clade II, namun dalam laporan

10
wabah tahun 2023, gejala batuk lebih seropositif HIV dan sifilis serta
sering bersamaan dengan dyspnea dan riwayat penyakit menular seksual
hidung tersumbat (Beeson et al., 2023). lainnya perlu ditelaah lebih lanjut
(Kuncoro, C.S, 2023).
B. Pemeriksaan Fisik
Salah satu cara
mendiagnosis cacar monyet adalah
dengan menganalisis gambar lesi
kulit untuk menentukan apakah
pasien benar-benar menderita cacar
monyet atau bukan. Namun,
menganalisis gambar lesi kulit
dengan cara klasifikasi citra
Gambar 6. Gambaran rontgen thorax PA
pneumonia pada pasien monkeypox membutuhkan proses yang
panjang. Oleh karena itu,
PENEGAKKAN DIAGNOSIS
diperlukan teknik deep learning
A. Anamnesis
dan klasifikasi citra digital untuk
Jika terdapat kecurigaan terhadap
dapat mendiagnosis monkeypox
infeksi monkeypox, perlu
secara cepat dan akurat
dilakukan anamnesis detail
berdasarkan citra lesi kulit (Ahsan
mengenai riwayat perjalanan yang
et. al, 2022).
baru kembali dari wilayah
Metode pemeriksaan yang
terjangkit monkeypox, riwayat
optimal dan dianjurkan
kontak erat dengan orang sekitar
berdasarkan panduan WHO adalah
yang dianggap suspek atau kasus
deteksi material genetika dari lesi
konfirmasi monkeypox. Riwayat
pada kulit menggunakan PCR
perilaku yang berkaitan dengan
(polymerase chain reaction)
kontak erat seperti tidur / tinggal di
dan/atau sequencing. Idealnya
tempat yang sama, dan makan dan
lebih dari 1 spesimen diambil dari
minum dari wadah yang sama perlu
dua atau lebih lesi yang berbeda
ditanyakan. Selain itu, faktor resiko
pada area tubuh yang berbeda. Lesi
seperti riwayat kontak seksual yang
kulit yang tidak biasa terutama
beresiko, riwayat berganti
pada daerah anogenital sebaiknya
pasangan seksual, riwayat
diperiksa lebih lanjut. Perlu

11
dilakukan unroofing pada lesi muncul lesi. Pemeriksaan ini
untuk mengambil sampel sekret juga dapat mendeteksi adanya
yang mengandung virus (Ahsan et. riwayat infeksi virus orthopox
al, 2022) sekalipun hasil PCR negatif.
C. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan IgG dapat
(Kuncoro, C.S, 2023). digunakan untuk mendeteksi
1. Polymerase Chain Reaction riwayat paparan virus orthopox
(PCR) dan vaksinasi cacar, sedangkan
PCR merupakan modalitas pemeriksaan IgM mendeteksi
pilihan untuk konfirmasi infeksi paparan yang baru terjadi.
virus cacar monyet mengingat Namun, pemeriksaan serologis
akurasi dan sensitivitasnya. ini berisiko terjadinya reaksi
Pemeriksaan ini cukup sensitif silang virus lain yang berasal
dan dapat dari grup yang sama, sehingga
mendeteksi susunan DNA virus tidak secara spesifik
secara spesifik. Spesimen dapat mengkonfirmasi virus cacar
diambil dari atap lesi/cairan monyet.
vesikel atau pustul yang masih 3. Pemeriksaan Histologis
intak, krusta, dan biopsi lesi Pada lesi papul ditemukan
kulit. Sampel PCR yang berasal akantosis, nekrosis keratinosit,
dari darah bersifat inkonklusif vakuolisasi pada bagian basal,
karena durasi viremia yang disertai infiltrasi limfosit dan
relatif pendek Sampel dari histiosit perivaskular dermis.
orofaring tingkat akurasinya Pada lesi vesikel terlihat
masih terbatas, sehingga hasil spongiosis dengan degenerasi
negatif perlu diintepretasikan balon dan degenerasi retikuler.
secara hati-hati. Dapat ditemukan pula sel datia
2. Deteksi Antibodi IgM/IgG dengan inti multipel. Pada
Orthopoxvirus pustul ditemukan nekrosis
Spesimen diambil dari serum epidermis dengan banyak
atau plasma. IgM dapat eosinofil dan neutrofil, serta
terdeteksi sejak hari ke-5 dari karioreksis.
timbulnya lesi, sedangkan IgG Nekrosis dapat meluas hingga
terdeteksi minimal 8 hari sejak ke seluruh lapisan epidermis.

12
Pada biopsi kulit, tampilan 1. Antivirus
histologis lesi cacar monyet a. Tecovirimat (ST-246 atau
tidak dapat dibedakan dengan TPOXX).
pada lesi cacar Obat ini sudah
disetujui oleh European
Medicines Agency (EMA)
TATALAKSANA
untuk mengobati cacar,
Terapi simtomatik adalah
cacar monyet, cacar sapi,
antipiretik, antinyeri, nutrisi, dan hidrasi
dan komplikasi akibat
yang baik, serta menjaga kebersihan
imunisasi vaccinia. Namun,
orofaring dengan berkumur antiseptik/air
United States Food and
garam. Penderita cacar monyet harus
Drug Administration (US
diisolasi selama fase menular. Manajemen
FDA) dan Health Canada
lesi kulit perlu dilakukan dengan benar
mengijinkan
agar mengurangi ketidaknyamanan,
penggunaannya baru
mempercepat penyembuhan lesi,
terbatas untuk cacar.
mencegah komplikasi seperti infeksi
Mekanisme kerjanya adalah
sekunder, dan eksfoliasi kulit. Penderita
dengan menghambat
dianjurkan agar tidak menggaruk lesi,
pembentukan selubung
menjaga agar lesi tetap bersih dan kering
(envelope) virus dengan
untuk mencegah infeksi sekunder, dan lesi
menargetkan protein virus
tidak perlu dirawat tertutup. Jika terjadi
p37 yang menghambat
komplikasi pada lesi kulit seperti abses
langkah akhir pematangan
jaringan subkutan atau dermis, drainase
dan pelepasan virus dari sel
perlu dilakukan secara aseptik oleh tenaga
yang terinfeksi sehingga
kesehatan yang ahli. Terapi dan profilaksis
menghambat penyebaran
antibiotik tidak disarankan pada infeksi
virus di dalam inang yang
cacar monyet tanpa komplikasi, melainkan
terinfeksi. Studi terkait
diperlukan pemantauan ketat terkait tanda
penggunaan tecovirimat
infeksi sekunder. Pada infeksi sekunder
untuk cacar monyet baru
dapat diberikan antibiotik yang sensitif
terbatas pada binatang,
terhadap Streptococcus pyogenes dan
sedangkan pada manusia
Staphylococcus aureus (Kuncoro dan
terbatas pada studi kasus.
Chynthia, 2023).
Meskipun kemanjuran agen

13
ini pada manusia terhadap Tecoviramat
cacar monyet belum diuji, merupakan antivirus
penelitian telah melaporkan pertama yang diindikasikan
peningkatan kelangsungan untuk pengobatan cacar
hidup dari infeksi virus pada pasien dewasa dan
cacar monyet yang anak-anak dengan berat
mematikan pada hewan badan minimal 3 kg dan
yang diobati dengan dianggap sebagai
tecovirimat dibandingkan pengobatan pilihan. Pada
dengan hewan yang diobati pasien dengan penyakit
dengan plasebo pada parah, terapi ganda
berbagai tahap penyakit. tecovirimat dan
Dalam studi keamanan brincidofovir dapat
yang diperluas terhadap 359 digunakan. Dalam
sukarelawan yang diberikan penelitian kecil, tecovirimat
tecovirimat, profil efek digunakan dalam kombinasi
samping plasebo sebagian dengan vaksin
besar mirip dengan imunoglobulin (VIG) pada
tecovirimat. Sebuah studi pasien dengan komplikasi
kasus pada manusia dari vaksin cacar, seperti
menunjukkan pemberian vaksin eksim. Protokol
tecovirimat per oral 600 mg Baru Investigasi Akses
dua kali sehari selama 14 Darurat yang
hari mengurangi durasi dari diselenggarakan CDC
gejala penyakit dan masa mengizinkan penggunaan
penularan virus serta tidak tecovirimat untuk infeksi
didapatkan efek samping. virus ortopox non-variola
Namun, penelitian lebih seperti cacar monyet.
jauh terkait penggunaan, Protokol ini juga mencakup
keamanan, dan efikasi obat izin untuk membuka kapsul
terhadap cacar monyet oral dan mencampur isinya
masih perlu dilakukan dengan cairan atau
(Kuncoro dan Chynthia, makanan lunak untuk
2023) pasien anak dengan berat

14
badan kurang dari 13 kg. berpotensi hamil disarankan
Tecovirimat tersedia menggunakan alat
melalui Strategis Nasional kontrasepsi selama
Timbun sebagai formulasi pengobatan setidaknya 2
kapsul oral atau botol bulan sejak dosis terakhir
intravena (Rizk dkk, 2022). (Kuncoro dan Chynthia,
2023).
b. Brincidovir (CMX 001)
Obat ini disetujui c. Cidofovir
oleh EMA dan FDA untuk Obat ini digunakan
pengobatan cacar dan untuk retinitis
dilaporkan memiliki efek. sitomegalovirus terkait
antivirus terhadap virus AIDS dan infeksi virus pox
DNA untai ganda termasuk seperti moluskum
poxvirus. Mekanisme kontagiosum dan virus orf.
kerjanya adalah Mekanisme kerjanya adalah
menghambat sintesis DNA dengan menghambat DNA
polimerase, sehingga polimerase, sehingga
menghambat replikasi replikasi virus akan
virus. Pada tiga studi terhambat. Obat ini
terhadap manusia, diberikan secara intravena,
pemberian oral sebanyak tetapi belum ada data
200 mg sekali seminggu terkait penggunaan
tidak memberi manfaat cidofovir untuk cacar
klinis yang meyakinkan. monyet pada manusia.15
Efek samping yang Studi in vitro dan pada
dilaporkan adalah terutama hewan, cidofovir efektif
peningkatan transaminase terhadap orhopoxvirus.
hepar, diare, mual, muntah, Efek samping yang
nyeri perut, toksisitas dilaporkan adalah toksisitas
embrio-fetus, sehingga pada ginjal dan gangguan
tidak disarankan diberikan elektrolit (Kuncoro dan
untuk ibu hamil. Selain itu, Chynthia, 2023).
wanita usia subur yang

15
Antivirus lain yang setelah paparan monkeypox dapat
memiliki potensi tinggi membantu mencegah timbulnya
sebagai terapi spesifik virus penyakit atau lebih ringan. CDC
MP dan masih dalam proses merekomendasikan agar vaksin
penelitian lebih lanjut diberikan dalam 4 hari sejak
adalah ribavirin, tiazofurin, paparan untuk mencegah timbulnya
nioch-14,S- penyakit. Jika diberikan antara 4-
adenosylhomocysteine 14 hari setelah paparan, vaksinasi
hydrolase (SAH) inhibitor, dapat mengurangi gejala, tetapi
DNA polymerase inhibitors mungkin tidak mencegah
HPMA dan adenosine N1 timbulnya penyakit. Orang yang
oxide (ANO). Saat ini terpajan virus monkeypox dan
hanya tecovirimat dan yang belum menerima vaksin cacar
cidofovir yang telah dalam 3 tahun terakhir, harus
terbukti aman secara uji mendapat vaksin cacar. Bagi
klinis dan mendapatkan izin kebanyakan orang yang telah
Food and Drugs terpapar monkeypox, risiko
Administration (FDA) dan penyakit monkeypox lebih besar
CDC dalam Expanded daripada risiko terkait vaksin cacar.
Access - Investigational Umumnya orang yang mendapat
New Drug (EA-IND) untuk vaksin cacar hanya mengalami
mengobati infeksi MPX reaksi ringan, seperti demam
dan tergolong aman bagi ringan, kelelahan, kelenjar
ibu hamil dan menyusui. bengkak, serta kemerahan dan gatal
2. Vaksin di tempat pemberian vaksin.
Oleh karena virus Namun, vaksin cacar memiliki
monkeypox terkait erat dengan risiko yang lebih serius;
virus yang menyebabkan cacar, diperkirakan 1 sampai 2 orang dari
vaksin cacar dapat melindungi setiap 1 juta orang yang divaksinasi
orang terhadap monkeypox. Data akan meninggal akibat komplikasi
dari Afrika menunjukkan bahwa yang mengancam jiwa terkait
vaksinasi cacar setidaknya 85% vaksin (Gupta A dkk, 2023).
efektif mencegah monkeypox. Para Vaksin yang digunakan
ahli juga percaya bahwa vaksinasi adalah VIG yang merupakan

16
globulin hiperimun yang
dilisensikan oleh FDA untuk
pengobatan komplikasi tertentu
dari vaksinasi vaccinia. Ini
termasuk vaksin eksim, vaksin
progresif, vaksin umum yang
parah, infeksi vaksinia pada
individu yang memiliki kondisi
kulit, dan infeksi menyimpang
yang disebabkan oleh virus
vaksinia (kecuali dalam kasus
keratitis terisolasi, misalnya infeksi
mata). Meskipun berpotensi
sebagai pengobatan, data mengenai
efektivitas VIG terhadap cacar
monyet dan cacar masih kurang,
Gambar 7. Perawatan suportif monkeypox
dan penggunaan VIG untuk cacar
monyet atau cacar belum diuji pada
manusia. Karena vaksinasi dengan DIAGNOSIS BANDING
vaksin virus vaccinia merupakan
kontraindikasi pada pasien dengan
imunodefisiensi parah pada fungsi
sel T, pasien dengan riwayat
paparan dapat diberikan VIG
sebagai alternatif (Rizk dkk, 2022).

17
(malaria, varisela, HIV) dan komorbiditas
(malnutrisi) juga dapat berkontribusi
penting terhadap manifestasi klinis
penyakit (Ortiz dkk, 2023).
Komplikasi infeksi Mpox yang
berpotensi parah adalah bronkopneumonia.
Perkembangan nekrosis paru fokal,
konsolidasi paru difus, dan
bronkopneumonia fulminan pada primata
bukan manusia yang terpapar Mpox telah
KOMPLIKASI berulang kali dibuktikan. Ortiz dkk
Monkeypox terutama terjadi di
melaporkan bahwa bronkopneumonia
masyarakat dengan prevalensi tinggi
disertai gangguan pernapasan masing-
malnutrisi, infeksi parasit, dan kondisi
masing terjadi pada 11,7% dan 11%
penurunan kesehatan signifikan lainnya,
infeksi pada hewan dan manusia, terutama
yang dapat berdampak pada prognosis
terjadi pada tahap akhir penyakit. Pada
penderita. Penderita dapat mengalami
manusia, kejadian
berbagai komplikasi meliputi infeksi kulit
(bronkopneumonia/gangguan
sekunder, bronkopneumonia, sepsis,
pernapasan/keduanya) lebih tinggi pada
ensefalitis, dan infeksi kornea yang diikuti
pasien yang tidak divaksinasi. Dalam
hilangnya penglihatan. Monkeypox dapat
wabah yang terjadi saat ini di negara-
memiliki dampak signifikan pada berbagai
negara non-endemik, data dari penelitian
sistem organ penderita, seperti
multisenter di AS melaporkan pneumonitis
mengganggu fungsi pelindung kulit dan
pada 11% kasus Mpox di antara pasien
permukaan mukosa, memicu respons
yang tidak divaksinasi. Orang yang hidup
inflamasi limfatik yang kuat, dan
dengan HIV (ODHA) dibandingkan
gangguan fungsi paru. Pada kasus ruam
dengan populasi tanpa HIV dimana tidak
berat, pengelupasan luka yang signifikan
ada laporan kasus pneumonitis, hal ini
dapat menyebabkan risiko dehidrasi dan
menunjukkan bahwa komplikasi
kehilangan protein. Peradangan serius dan
pernapasan mungkin lebih sering terjadi
bronkopneumonia dapat mengganggu
pada mereka yang mengidap HIV(Ortiz
pernapasan dan mengurangi kemauan
dkk, 2023).
dan/atau kemampuan pasien untuk
Meskipun dampak infeksi saluran
menelan makanan dan cairan. Koinfeksi
pernafasan sekunder pada wabah saat ini

18
masih belum jelas, penelitian pada hewan sering pada anak-anak. Hal ini dipengaruhi
menunjukkan bahwa superinfeksi bakteri oleh segitiga epidemiologi yaitu derajat
dapat memperburuk penyakit. manifestasi kesehatan, tingkat paparan, status
penyakit paru dan mengakibatkan hasil vaksinasi, komorbid, dan tingkat
yang parah, termasuk kematian.[3] Dalam keparahan komplikasi. Orang yang sudah
serangkaian kasus deskriptif Mpox yang tervaksinasi memiliki gejala penyakit lebih
dilaporkan dari London, infeksi saluran ringan disertai jumlah lesi sedikit dan lebih
pernapasan bawah akibat bakteri kecil. Tingkat mortalitas berkisar 1%-10%,
dilaporkan pada satu pasien dengan sistem sebagian besar pada anak-anak dan orang
kekebalan yang lemah. Koinfeksi dengan yang belum tervaksinasi. Paparan tidak
virus pernafasan, termasuk SARS-CoV-2 langsung terhadap virus bisa menyebabkan
dan influenza, telah dilaporkan, terutama infeksi subklinis atau asimtomatik,
pada pasien dengan sistem kekebalan yang misalnya pada orang yang tinggal di atau
lemah.[8] Koinfeksi semacam itu dapat berdekatan dengan hutan (Likos, et
memperburuk gejala pernafasan dan al.,2005).
membuat pasien rentan terhadap infeksi
bakteri sekunder. Mengingat infeksi Mpox PENCEGAHAN
telah dikaitkan dengan potensi komplikasi 1. Mengurangi Risiko Infeksi pada

pernafasan yang parah, perhatian terhadap Manusia

status pernafasan sangatlah penting. Selama terjadi wabah

Pemantauan harus mencakup pengukuran monkeypox pada manusia, kontak

detak jantung, laju pernapasan, dan dekat dengan penderita adalah

oksimetri nadi. Dalam beberapa kasus, faktor risiko paling signifikan

spirometri insentif, fisioterapi dada, untuk penularan. Mengingat tidak

oksigen tambahan, dan bantuan adanya pengobatan atau vaksin

pernapasan mungkin diindikasikan. Terapi khusus, satu-satunya cara untuk

antibiotik diindikasikan jika terbukti atau mengurangi infeksi pada manusia

dicurigai adanya infeksi bakteri (Ortiz dkk, adalah dengan meningkatkan

2023). kesadaran tentang faktor risiko dan


mendidik langkah- langkah untuk
PROGNOSIS mengurangi pajanan virus.
Infeksi virus cacar monyet bersifat
Pengawasan dan identifikasi cepat
swasirna antara 14-21 hari. Kasus parah
kasus baru sangat penting untuk
yang memerlukan perawatan intensif lebih

19
penanggulangan wabah (WHO, Kontak fisik erat
2018). dengan manusia terinfeksi
Pesan pendidikan kesehatan monkeypox atau bahan
masyarakat harus fokus pada hal terkontaminasi harus
berikut: dihindari. Sarung tangan
a. Mengurangi risiko dan peralatan pelindung
penularan dari hewan ke harus dipakai saat merawat
manusia. penderita. Mencuci tangan
Upaya mencegah teratur setelah merawat atau
penularan di daerah mengunjungi orang sakit.
endemik harus fokus pada Dianjurkan isolasi penderita
menghindari kontak dengan baik di rumah atau di
tikus dan primata, fasilitas kesehatan (WHO,
membatasi paparan 2018).
langsung terhadap darah 2. Mengendalikan Infeksi dalam
dan daging, serta Lingkup Perawatan Kesehatan
memasaknya secara matang a. Isolasi pasien yang
menyeluruh sebelum dicurigai menderita
dikonsumsi. Sarung tangan monkeypox di ruang
dan pakaian pelindung lain bertekanan udara negatif
yang sesuai harus dipakai sesegera mungkin. Apabila
saat menangani hewan sakit ruang bertekanan udara
atau jaringan terinfeksi dan negatif tidak tersedia,
selama prosedur tempatkan pasien di ruang
pemotongan hewan. tersendiri.
Menjaga kebersihan tangan, b. Pemakaian masker bedah di
misalnya mencuci tangan atas hidung dan mulut
dengan sabun dan air atau pasien selama ditoleransi
menggunakan pembersih oleh pasien, dan menutupi
tangan berbahan dasar luka kulit terbuka dengan
alkohol (CDC, 2016). kain atau gaun.
b. Mengurangi risiko c. Petugas kesehatan yang
penularan dari manusia ke merawat pasien infeksi
manusia. virus monkeypox

20
terkonfirmasi, atau digunakan pasien
menangani spesimen (misalnya, sprei tempat
penderita, harus tidur, handuk, pakaian
menerapkan tindakan pribadi) untuk menghindari
pencegahan dan kontak dengan bahan luka.
pengendalian infeksi Cucian kotor tidak boleh
standar. diguncang atau ditangani
d. Petugas kesehatan dan dengan cara yang dapat
orang lain yang merawat menyebarkan partikel
atau terpapar pasien infeksius.
monkeypox atau sampel g. Isolasi harus dilakukan
pasien harus hingga semua luka telah
dipertimbangkan agar sembuh dan lapisan kulit
diimunisasi terhadap cacar baru telah terbentuk.
melalui otoritas kesehatan Keputusan penghentian
nasional. Vaksin cacar tidak isolasi harus melalui
boleh diberikan kepada konsultasi dengan
orang dengan penurunan departemen kesehatan
fungsi sistem kekebalan setempat. Setelah
tubuh. penghentian isolasi, pasien
e. Sampel dari orang dan harus menghindari kontak
hewan yang diduga erat dengan orang yang
terinfeksi virus monkeypox mengalami gangguan
harus ditangani oleh staf kekebalan tubuh (misalnya
terlatih di laboratorium penderita HIV, penyakit
yang lengkap. Transportasi kronis: diabetes, kanker,
spesimen pasien harus emfisema, atau gagal
memastikan pengemasan jantung; mendapat terapi
yang aman dan mengikuti imunosupresif: radiasi,
pedoman untuk bahan kemoterapi sitotoksik, atau
infeksius. steroid) sampai semua
f. Berhati-hatilah saat krusta hilang (WHO, 2018).
mencuci alat dan 3. Mencegah Ekspansi Monkeypox
perlengkapan yang melalui Pembatasan

21
Membatasi atau melarang kematian terkait dengan cacar monyet:
tinjauan sistematis dan meta-analisis.
perdagangan hewan dan
Ann Clin Mikrobiol Antimikroba
pemindahan mamalia kecil dan 2022; 21:36
Gong Q, Wang C, Chuai X, Chiu S.
kera dari Afrika akan
Monkeypox virus: A re-emergent
memperlambat ekspansi virus di threat to humans. Virol Sin [Internet].
2022 Jul 9. Available
luar Afrika. Hewan tangkapan yang
from:https://www.sciencedirect.com/s
berpotensi terinfeksi monkeypox cience/article/pii/S1995820X2200120
1?via%3Dihub
harus diisolasi dari hewan lain dan
Gupta, A. K., Talukder, M., Rosen, T., &
ditempatkan di karantina langsung. Piguet, V. (2023). Differential
Diagnosis, Prevention, and Treatment
Hewan apa pun yang kontak
of mpox (Monkeypox): A Review for
dengan hewan yang terinfeksi Dermatologists. American Journal of
Clinical Dermatology, 1-16.
harus dikarantina, ditangani dengan
Kuncoro, C. S. (2023). Monkeypox:
tindakan pencegahan standar dan Manifestasi dan Diagnosis. Cermin
Dunia Kedokteran, 50(1), 11-15.
diamati untuk gejala monkeypox
Kuncoro, Cynthia, S. 2023. Monkeypox:
selama 30 hari (WHO, 2018). Manifestasi dan Diagnosis. CDK
Journal, vol 5 (1)

DAFTAR PUSTAKA Likos, A. M., Sammons, S. A., Olson, V.


A., Frace, A. M., Li, Y., Olsen-
Adler H, Gould S, Hine P, dkk. Gambaran Rasmussen, M., ... & Damon, I. K.
klinis dan pengelolaan cacar monyet (2005). A tale of two clades:
pada manusia: studi observasional monkeypox viruses. Journal of
retrospektif di Inggris. Lancet General Virology, 86(10), 2661-2672.
Menginfeksi Dis 2022; 22: 1153–62 Monkeypox. CDC [Internet] 2016.
Ahsan, M. M., Uddin, M. R., Farjana, M., Available from:
Sakib, A. N., Momin, K. Al, & Luna, https://www.cdc.gov/poxvirus/monke
S. A. (2022). Image Data collection ypox/treatment.html
and implementation of deep learning- Monkeypox. WHO [Internet] 2018 .
based model in detecting Monkeypox Available from:
disease using modified VGG16. https://www.who.int/en/news-
https://doi.org/https://doi.org/10.4855 room/fact-sheets/detail/monkeypox.
0/arXiv.2206.01862 Ortiz‐Martínez Y, Montalvo‐Campana M,
Beeson A, Styczynski A, Hutson CL, Saul Z, Gopalratnam K, Wolff AJ,
Whitehill F, Angelo KM, Minhaj FS, Rodríguez‐Morales AJ. Respiratory
Morgan C, Ciampaglio K, Reynolds manifestations and complications of
MG, McCollum AM, Guagliardo SAJ. monkeypox. Int J Mycobacteriol
Mpox respiratory transmission: the 2023;12:367-8.
state of the evidence. Lancet Microbe. Piggott C, Friedlander SF, Wynnis T.
2023 Apr;4(4):e277-e283. doi: Poxvirus infection. In: Fitzpatrick’s
10.1016/S2666-5247(23)00034-4. dermatology in general medicine. 8th
Benites-Zapata VA, Ulloque-Badaracco ed. New York: McGraw Hill; 2012 .p.
JR, Alarcon-Braga EA, dkk. 2411-4.
Gambaran klinis, rawat inap dan

22
Pratama, A. Y., Toisuta, R. J. S., &
Tamba, J. Y. (2023). Tinjauan atas
Monkeypox. Cermin Dunia
Kedokteran, 50(2), 75-81.
Rizk, J. G., Lippi, G., Henry, B. M.,
Forthal, D. N., & Rizk, Y. (2022).
Prevention and treatment of
monkeypox. Drugs, 82(9), 957-963.
Ullah, M., Li, Y., Munib, K., & Zhang, Z.
(2023). Epidemiology, host range, and
associated risk factors of monkeypox:
an emerging global public health
threat. Frontiers in Microbiology, 14,
1160984.

23

Anda mungkin juga menyukai