Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENGANTAR FILSAFAT DAN DASAR-

DASAR PENGETAHUAN
Dosen Pengampu: Erna Herawati M.Pd

Disusun Oleh:
Ike Diah Ayu P. (19610028)
Firdaus masitha (19610033)

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN ILMU TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-
Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta
kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat
nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah mata kuliah filsafat yang berjudul “Pengantar
Filsafat dan Dasar-Dasar Pengetahuan”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Malang, 09 Februari 2019


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat merupakan disiplin ilmu perihal kebijaksanaan.
Kebijaksanaan merupakan titik ideal bagi kehidupan manusia, dengan
kebijaksanaan menjadikan manusia bersikap dan bertindak dengan dasar
kemanusiaan dan tidak asal bertindak. Filsafat ilmu merupakan cabang
dari pembahasan filsafat. Filsafat ilmu fungsinya semakin meluas ketika
ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju. Ada semacam
kekhawatiran bahwa kemajuan iptek dapat mengancam eksistensi umat
manusia serta alam. Untuk memahami perkembangan iptek, maka
kehadiran filsafat ilmu sebagai upaya meletakkan peran dan fungsi iptek
sesuai tujuan semula.

B. Rumusan Masalah
1. Mengapa filsafat penting bagi kehidupan Manusia?
2. Bagaimana perbedaan filsafat dan filsafat ilmu?
3. Bagaimana Dasar-dasar pengetahuan?

C. Tujuan
1. Mengetahui pentingnya filsafat bagi kehidupan manusia
2. Mengetahui perbedaan filsafat dan filsafat ilmu
3. Mengetahui dasar-dasar ilmu pengetahuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat
Filsafat secara etimologis berasal dari bahasa Yunani Philosophia, Philos
artinya suka, cinta atau kecenderungan pada sesuatu, sedangkan Sophia artinya
kebijaksanaan. Dengan demikian secara sederhana filsafat dapat diartikan cinta
atau kecenderungan pada kebijaksanaan. (Mustansyir dan Munir, 2013: 2)
Sedangkan filsafat menurut pendapat para ahli :
1. Plato memiliki berbagai gagasan tentang filsafat. Antara lain, Plato pernah
mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha meraih
kebenaran yang asli dan murni. Selain itu, ia juga mengatakan bahwa
filsafat adalah penyelidikan tentang sebab-sebab dan asas-asas yang paling
akhir dari segala sesuatu yang ada.
2. Aristoteles (murid Plato) juga memiliki beberapa gagasan mengenai
filsafat. Antara lain, ia mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu
pengetahuan yang senantiasa berupaya mencari prinsip-prinsip dan
penyebab-penyebab dari realitas ada. Ia pun mengatakan bahwa filsafat
adalah ilmu pengetahuan yang berupaya mempelajari “ peri ada selaku
peri ada” (being as being) atau :peri ada sebagaimana adanya” (being as
such).
3. Rene Descartes, filsuf Prancis yang termasyhur dengan argumen je pense,
donc je suis, atau dalam bahasa latin cogito ergo sum (“aku berpikir maka
aku ada”), mengatakan bahwa filsafat adalah himpunan dari segala
pengetahuan yang pangkal penyelidikannya adalah mengenai Tuhan, alam,
dan manusia.
4. William James, filsuf Amerika yang terkenal sebagai tokoh pragmatism
dan pluralism, filsafat adalah suatu upaya yang luar biasa hebat untuk
berpikir yang jelas dan terang. (Rapar, 1996: 15)
5. R.F. Berling dalam bukunya Filsafat Dewasa ini mengatakan bahwa
filsafat “memajukan pertanyaan tentang kenyataan seluruhnya atau tentang
hakikat, asas, prinsip, dan kenyataan”. (Berling, 1966: 22)
Sebenarnya, masih banyak lagi pendapat para ahli mengenai filsafat. Gagasan
mengenai filsafat yang begitu banyak ini tidak perlu dibingungkan, justru ini
menunjukkan bahwa filsafat mempunyai artian yang sangat luas. Perbedaan-
perbedaan dari filsafat ini merupakan suatu keharusan, karena kesamaan
pemikiran dan pandangan justru akan mematikan dan menguburkan filsafat
selama-lamanya.
Langeveld dalam bukunya Op Weg Naar Wijsgerig Denken mengatakan
bahwa filsafat adalah hasil dari berfilsafat. Berfilsafat ialah mencari kebenaran
dari kebenaran untuk kebenaran, tentang segala sesuatu yang dimasalahkan,
dengan berpikir secara radikal, sistematis dan universal. Bertolak dari kata
kerjanya, kita dapat merumuskan kata bendanya: filsafat adalah sistem kebenaran
tentang segala sesuatu yang dipersoalkan sebagai hasil dari berpikir secara radikal,
sistematis dan universal. (Gazalba, 1990: 24)
Filsafat juga disebut sebagai mater scientiarum atau induk dari segala ilmu
pengetahuan, maka cukup banyak pula orang yang menganggap filsafat sebagai
ilmu yang paling istimewa, ilmu yang menduduki tempat paling tinggi dari antara
seluruh ilmu pengetahuan yang ada. Karena itu, filsafat hanya dapat dipahami
oleh orang-orang jenius. Filsafat hanya dapat dipelajari oleh orang-orang yang
memiliki kemampuan intelektual yang luar biasa. Sehubungan dengan anggapan
itu, ada banyak mahasiswa yang sengaja menghindari mata kuliah filsafat karena
dianggap terlampau sukar dan pelik. (Rapar, 1996: 11-12)
Sebaliknya, ada pula yang berpendapat bahwa filsafat itu tidak berharga untuk
dipelajari. Filsafat tidak lebih dari sekedar lelucon yang tak bermakna alias
“omong kosong”. Apa gunanya mempelajari filsafat yang tidak sanggup memberi
petunjuk tentang bagaimana seseorang dapat meningkatkan keuntungan bagi
perusahaannya? Apa gunanya mempelajari filsafat yang tak mampu memberi
petunjuk tentang bagaimana merancang sebuah bangunan yang bisa memikat
banyak orang sehingga laku di pasaran? Singkatnya, mereka hendak mengatakan
bahwa filsafat tidak memiliki kegunaan praktis. (Rapar, 1996: 12)
Beberapa kesalahpahaman dan kekeliuran tersebut justru menunjukkan
ketidaktahuan tentang apa sesungguhnya filsafat. Memang pengamatan sekilas
terhadap keberadaan filsafat dapat menyesatkan. Akan tetapi, apabila benar-benar
disimak secara lebih serius dan lebih mendalam, filsafat akan semakin diminati,
semakin menarik, semskin memikat, dan semakin memukau. (Rapar, 1996: 13)
Berfilsafat adalah berfikir, tetapi berfikir bukan berfilsafat. Berfikir yang
dikatakan berfilsafat adalah apabila berfikir itu mengandung tiga ciri: radikal,
sistematis, dan universal.
1. Radikal berasal dari radix (bahasa Yunani) yang berarti akar. Berpikir
radikal mempunyai artian berpikir sampai ke akar-akarnya, tidak
tanggung-tanggung, sampai kepada konsekuensinya yang terakhir, berpikir
itu tidak setengah-setengah, tidak berhenti di tengah jalan, tetapi langsung
sampai ke ujungnya.tidak ada yang tahu, tidak ada yang suci, tidak ada
yang terlarang bagi berpikir radikal itu.
2. Sistematis, berpikir sistematis adalah berpikir logis, yang bergerak
selangkah demi selangkah dengan penuh kesadaran, dengan urutan yang
bertanggung jawab dan saling berhubungan yang teratur.
3. Universal artinya umum, berpikir universal artinya berpikir mengenai hal-
hal yang umum dan tidak terbatas pada bagian-bagian tertentu, tapi
mencakup keseluruhannya. Berpikir mengenai hujan misalnya, bukan
terbatas dengan kemarin atau yang hari ini, tapi keseluruhan hujan.
Berpikir tentang manusia tidak hanya mengenai manusia Indonesia,
manusia Afrika, manusi Eropa, tapi manusia sebagai makhluk. Lawan dari
umum (universal) adalah khusus, perkara yang khusus masuk lapangan
ilmu. (Gazalba, 1990: 27)
Pada tahap awal kelahiran filsafat, apa yang disebut filsafat itu sesungguhnya
mencakup seluruh ilmu pengetahuan. Kemudian, filsafat berkembang sedemikian
rupa menjadi semakin rasional dan semakin sistematis. Seiring dengan
perkembangan itu, wilayah pengetahuan manusia semakin luas dan bertambah
banyak. Karena banyaknya masalah pokok yang yang harus dibahas dan
dipecahkan, filsafat pun dibagi ke dalam bidang-bidang studi yang sesuai dengan
kelompok permasalahan pokok yang dihadapinya. Bidang-bidang studi filsafat
juga disebut sebagai cabang-cabang filsafat.
Pembagian cabang-cabang filsafat sejak kelahirannya hingga kini tidak pernah
sama kendati itu tidak berarti sama sekali berbeda. Aristoteles membagi filsafat ke
dalam tiga bidang studi sebagai berikut:
1. Filsafat spekulatif atau teoritis, flsafat ini bersifat objektif. Termasuk
dalam bidang ini adalah fisika metafisika, biopsikologi, dan sebagainya.
Tujuan utama filsafat spekulatif ialah pengetahuan demi pengetahuan itu
sendiri.
2. Filsafat praktika. Filsafat praktika ini memberi petunjuk dan pedoman bagi
tingkah laku manusia yang baik dan sebagaimana mestinya. Termasuk
dalam bidang ini ialah etika dan politik. Sasaran terpenting bagi filsafat
praktika ialah membentuk sikap dan perilaku yang akan memampukan
manusia untuk bertindak dalam terang pengetahuan itu.
3. Filsafat produktif ialah pengetahuan yang membimbing dan menuntun
manusia menjadi produktif lewat suatu keterampilan khusus. Termasuk
dalam bidnag ini ialah kritik sastra, retorika, dan estetika. Adapun sasaran
utama yang hendak dicapai lewat filsafat ini ialah agar manusia sanggup
menghasilkan sesuatu, baik secara teknis maupun secara puitis dalam
terang pengetahuan yang benar.
Will Durant dalam bukunya yang berjudul The Story of Philosophy yang
diterbitkan sejak tahun 1926, mengemukakan lima bidang studi filsafat sebagai
berikut:
1. Logika. Logika adalah studi tentang metode berpikir dan metode
penelitian ideal, yang terdiri dari observasi, introspeksi, deduksi dan
induksi, hipotesis dan eksperimen, analisis dan sintesis, dan sebagainya.
2. Estetika. Estetika adalah studi tentang bentuk ideal dan keindahan, estetika
juga disebut sebagai filsafat seni.
3. Etika. Etika adalah studi tentang perilaku ideal.
4. Politika. Politika adalah studi tentang organisasi sosial yang ideal, yaitu
tentang monarki, aristokrasi, demokrasi, sosialisme, anarkisme, dan
sebagainya.
5. Metafisika. Metafisika terdiri dari ontologi, filsafat psikologi, dan
epistemologi. (Durant, 1953: 27-28)
Masih banyak pembagian lain yang ditawarkan oleh filsuf. Akan tetapi, saat
ini pada umumnya filsafat dibagi ke dalam enam bidang studi atau cabang utama
sebagai berikut:
1. Epistomologi;
2. Metafisika: ontologi, kosmologi, teologi metafisik, antropologi;
3. Logika;
4. Etika;
5. Estetika;
6. Filsafat tentang berbagai disiplin ilmu. (Rapar, 1996: 33-36)
Berdasarkan pembagian cabang filsafat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
tampak demikian luas bidang penelaahan filsafat itu. Padahal, cabang-cabang
tersebut masih dapat diperinci lagi menjadi ranting-ranting, dan sebagiannya
bahkan berkembang menjadi bidang filsafat yang berpengaruh. Hal ini kembali
kepada ciri filsafat yaitu bersifat umum, universal dan ultimate (tertinggi). Jadi,
ilmu apa pundifinalkan dengan pembahasan fundamen filosofis dari ilmu dan
disiplin ilmu.

B. Pengertian ilmu
Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang disusun secara sistematis,
konsisten, dan kebenarannya telah diuji secara empiris. Dalam
perkembangannya ilmu mempunyai cabang cabang yang berkembang dari
dua cabang utama, yaitu filsafat alam yang menjadi rumpun ilmu-ilmu alam
(natural sains) dan filsafat moral yang berkembang menjadi ilmu-ilmu sosial.
Ilmu alam merupakan ilmu yang mempelajari zat yang membentuk alam.
Pembahasan ilmu alam sangat luas, dari setiap cabang dari ilmu alam seperti
fisika, kimia, dan astronomi akan membentuk cabang lagi dibawahnya.
Begitu pula dengan ilmu sosial memiliki banyak cabang, diantaranya
antropologi, psikologi, ekonomi, sosiologi dan ilmu politik. Perkembangan
ilmu sosial adalah aplikasi konsep ilmu sosial terhadap suatu bidang sosial.
C. Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu merupakan cabang filsafat yang lahir pada abad ke-18
disebut sebagai filsafat pengetahuan dimana logika, filsafat bahasa,
matematika, metodologi, merupakan komponen-komponen pendukungnya.
Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran yang reflektif terhadap persoalan-
persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun
hubungan ilmu dengan segala hal yang menyangkut segala segi dari
kehidupan manusia. (Adib, 2010: 57) Objek dalam filsafat ilmu merupakan
hakikat dari ilmu pengetahuan, yang berarti filsafat ilmu membahas tentang
permasalahan mendasar ilmu pengetahuan.
Filsafat ilmu hendak menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai hakikat
ilmu tentang objek yang ditelaah ilmu, proses memperoleh ilmu, dan
kegunaan ilmu. Pertanyaan-pertanyaan inilah yang dibicarakan pada landasan
pengembangan ilmu, yang terdiri dari landasan ontologis, epistomologi, dan
aksiologi.
1. Landasan Ontologi
Ontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hakikat sesuatu yang ada
dengan berdasarkan logika semata. Aspek ontologi dari ilmu pengetahuan
tertentu diuraikan secara: a) metodis; menggunakan cara ilmiah, b)
sistematis; saling berkaitan satu sama lain secara teratur dalam suatu
keseluruhan, c) koheren; unsur-unsurnya tidak boleh mengandung uraian
yang bertentangan, d) rasional; berdasar pada kaidan berpikir yang benar, e)
komprehensif; melihat objek tidak hanya pada satu sudut pandang, f) radikal;
duraikan sampai akar pengetahuan, g) universal; muatan kebenarannya
sampai tingkat umum yang berlaku dimana saja.
2. Landasan Epistomologi
Epistemologi adalah ilmu yang membahas tentang pengetahuan dan cara
memperolehnya. Epistomologi juga disebut sebagai teori pengetahuan, yaitu
cabang filsafat yang membicarakan tentang cara memperoleh pengetahuan,
hakikat pengetahuan, dan sumber pengetahuan. Dengan kata lain,
epistomologi adalah suatu cababg filsafat yang membahas tata cara, teknik,
atau prosedur mendapatkan ilmu dan keilmuan dengan beberapa metode.
Metode tersebut yaitu metode ilmiah, metode non ilmiah, dan metode
problem solving. Tujuan utamanya adlah untuk menemukan teori-teori,
prinsip-prinsip, generalisasi, dan hukum-hukum.
3. Landasan Aksiologi
Aksiologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang orientasi atau
nilai suatu kehidupan. Disebut juga teori nilai, karena dapat menjadi sarana
orientasi manusia dalam usaha menjawab pertanyaan fundamental, yakni
bagaimana harus hidup dan bertindak. Aksiologi adalah ilmu yang menyoroti
masalah nilai dan kegunaan ilmu pengetahuan. Aksiologi berhubungan
dengan penggunaan ilmu tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan
manusia. Tujuan dasarnya menemukan kebenaran atas fakta yang ada atau
sedapat mungkin ada kepastian kebenaran ilmiah.
Tujuan filsafat ilmu:
a) Sarana pengujian filsafat ilmiah
b) Usaha merefleksi, menguji, mengkritik asumsi, dan metode keilmuan.
c) Memberikan pendasaran logis erhadap metode keilmuan

D. Dasar-dasar pengetahuan
Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh manusia.
Pengetahuan terdiri atas unsur yang diketahui serta kesadaran akan hal yang
ingin diketahui. Subjek pengetahuan adalah yang mempunyai kesadaran
untuk mengetahui segala sesuatu dan yang dihadapinya adalah hal yang ingin
diketahuinya.
Pengetahuan yang diperoleh manusia menurut Burhanuddin salam
dikelompokkan menjadi beberapa, yaitu;
1. Pengetahuan biasa (common sense) adalah pengetahuan karena
seseorang memiliki sesuatu karena menerima dengan baik.
2. pengetahuan ilmu adalah pengetahuan yang bersifat kuantitif dan
objektif.
3. pengetahuan fisafat adalah pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran
sifatnya kontemflatif dan spekulatif. Lebih menekan kepada hal yang umum
dan kedalaman pembahasan tentang sesuatu.

Ilmu dan pengetahuan merupakan hal yang berbeda. Ilmu merupakan


pengetahuan yang positif dan sistematis sedangkan pengetahuan hasil
pemikiran manusia dalam memahami suatu objek. Unsur-unsur yang
mempengaruhi manusia dalam memperoleh pengetahuan, diantaranya:
1. Pengalaman
2. Ingatan
3. Kesaksian
4. Minat dan rasa ingin tahu
5. pemikiran dan penalaran
6. logika
7. Bahasa
8. Kebutuhan hidup manusia

Teori untuk mengetahui hakikat pengetahuan ada dua, yaitu:


a. Idealisme
Menegaskan bahwa untuk mendapatkan pengetahuan yang sesuai dengan
kenyataan yang ada adalah mustahil. Pengetahuan merupakan proses psikologis
yang besifat subjektif. Subjektif adalah sesuatu yang mengetahui, yaitu dari orang
yang membuat gambaran tersebut. Oleh karena itu pengetahuan menurut teori ini
tidak menggambarkan hakikat kebenaran. Pengetahuan hanyalah gambaran
menurut pandangan atau pendapat subjek.
b. Realisme
menjelaskan pandangan relistis terhadap alam. Pengetahuan menurut teori
ini adalah gambara yang sebenarnya dari yang ada pada alam nyata. Dengan
demikian teori ini berpendapat bahwa pengetahuan adalah benar atau tepat sesuai
dengan kehidupan.
Hal yang menjadi Dasar-dasar pengetahuan
1. Penalaran
Penalaran adalah proses berpikir dalam menarik kesimpulan yang akan
menjadi pengetahuan. Setiap orang menghasilkan pemikiran yang berbeda, oleh
karena itu dalam menghasilakan pengetahuan yang benar juga berbeda-beda.

2. Logika
Logika merupakan bidang penyelidikan yang membahas fikiran dan
dinyatakan dengan bahasa. Secara luas logika adalah cabang filsafat yang
membicarakan prinsip dserta norma yang sah. Logika dibagi menjadi dua cabang
pokok, yaitu Logika deduktif dan Logika Induktif

3. Sumber Pengetahuan
Sumber untuk mendapatkan pengetahuan seperti telah disebutkan pada unsur-
unsur pengethuan diatas, diantaranya:
a. akal atau rasio
b. Pengalaman
c. Intuisi
d. wahyu

4. Kriteria Kebenaran
Setiap manusia memiliki pandangan yang berbeda terhadap apa yang
dianggap benar. Berdasarkan teori koherensi sebuah pernyataan dianggap benar
jika konsisten terhadap sesuatu yang dianggap benar.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Filsafat merupakan ilmu pengetahuan yang sangat erat bagi kehidupan
manusia. Filsafat yang menjadi motor penggerak pada kehidupan manusia.
Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran yang reflektif terhadap persoalan-
persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun
hubungan ilmu dengan segala hal yang menyangkut segala segi dari
kehidupan manusia. Filsafat ilmu sangat erat hubungan nya dengan dasar-
dasar pengetahuan, karena dalam mendapatkan pengetahuan dibutuhkan
pemikiranf-pemikiran filsafat.
3.2 Saran
Dalam mempelajari ilmu pengetahuan, kita dianjurkan untuk mempelajari
filsafat dengan berbagai macam cabang ilmunya. Karena, dengan cara
kerjanya yang bersifat sistematis, universal (menyeluruh) dan radikal, yang
mengupas, menganalisa sesuatu secara mendalam, ternyata sangat relevan
dengan problematika hidup dan kehidupan manusia serta mampu menjadi
perekat antara berbagai macam disiplin ilmu yang terpisah kaitannya satu
sama lain. Dengan demikian, menggunakan analisa filsafat, berbagai macam
disiplin ilmu yang berkembang sekarang ini, akan menemukan kembali
relevansinya dengan hidup dan kehidupan masyarakat dan akan lebih mampu
lagi meningkatkan fungsinya bagi kesejahteraan hidup manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Adib, Mohammad. 2010. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Rizal, Mustansyir dan Misnal Munir. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Rapar, Jan Hendrik. 1996. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: KANISIUS
Gazalba, Zidi. 1990. Sistematika Filsafat. Jakarta. PT Bulan Bintang

Anda mungkin juga menyukai