Anda di halaman 1dari 10

MENGEMBANGKAN BUDI DAYA TANAMAN SESUAI DENGAN SYARIAT

ISLAM, MENGEMBANGKAN BUDI DAYA DAN CONTOH TOKOH-TOKOH


PERTANIAN DALAM ISLAM.

DISUSUN OLEH :

M. IKHSAN AULIA

227510033

KRIMINOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

2022/2023

1
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan karunia-
Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah ini dengan tepat waktu. Tidak lupa
shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.

Penulisan makalah berjudul “Mengembangkan Budi Daya Tanaman Sesuai Dengan


Syariat Islam, Mengembangkan Budi Daya Dan Contoh Tokoh-Tokoh Pertanian Dalam
Islam.” dapat diselesaikan. Saya berharap makalah ini dapat menjadi referensi bagi pihak yang
tertarik dan membutuhkan. Selain itu, kami juga berharap agar pembaca mendapatkan sudut
pandang baru setelah membaca makalah ini.

Penulis menyadari makalah bertema bahasa ini masih memerlukan penyempurnaan,


terutama pada bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi
penyempurnaan makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon
maaf.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca.

Pekanbaru, 8 Mei 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I4PENDAHULUAN...............................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................................4
BAB II5PEMBAHASAN................................................................................................................5
A. Mengembangkan Budi Daya Tanaman Sesuai dengan Syariat Islam..................................5
B. Tokoh-Tokoh Pertanian Dalam Islam..................................................................................8
BAB III10PENUTUP....................................................................................................................10
A. Kesimpulan.........................................................................................................................10

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertanian merupakan sebuah isu penting di seluruh belahan dunia. Bukan saja pertanian
sebagai alat pemenuhan kebutuhan pangan, melainkan juga pertanian merupakan sebuah
sektor yang mampu mendongkrak kemajuan sektor industri dan sektor lainnya. Al-Qur’an
sebagai sebuah kitab suci tidak hanya berisi tentang panduan beribadah sebagai seorang
hamba saja, tetapi al qur‟an juga berisi mengenai kisah-kisah kejadian masa lampau yang
bisa diambil pelajaran hikmah, pelajaran serta ilmu pengetahuan darinya. Terdapat kisah-
kisah tentang pertanian dalam alquran, kisah buahbuahan, biji-bijian, tumbuh-tumbuhan dan
sistem pengelolaan hasil pertanian.

Salah satu hal yang Islam ajarkan dalam Kitab suci Al-Qur’an adalah pengelolaan
pertanian. Islam telah mengajarkan kepada manusia bahwa pemanfaatan sumber daya alam
yang ada dibumi dilakukan secara efektif berarti bahwa pengelolaan pertanian harus
didasarkan pada kebijaksanaan dan rasa syukur kepada Allah SWT. Namun pada kenyataan
banyak manusia yang melakukan kerusakan terhadap alam padahal manusia memiliki
ketergantungan yang tinggi terhadap alam.

Membangun kejayaan pertanian salah satu tujuanya adalah untuk memenuhi kebutuhan
manusia yang sangat bergantung pada alam, namun walaupun alam diciptakan untuk
manusia bukan berarti manusia semena-mena terhadap pengelolaan alam. karena itu
dibutuhkan ilmu dan pemahaman yang utuh yang Allah SWT telah ajarkan dalam kitab suci
Al-Qur’an. Para ilmuan-ilmuan muslim telah mencontohkan bagaimana membangun
kejayaan pertanian dengan konsep Al- Qur’an.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka perumusan masalah pada makalah
ini ialah sebagai berikut:

1. Bagaimana mengembangkan budi daya tanaman sesuai dengan syariat islam?


2. Siapa saja tokoh-tokoh pertanian dalam islam?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang hendak dicapai oleh penulis dalam hal ini ialah:
1. Untuk mengetahui bagaimana mengembangkan budi daya tanaman sesuai dengan
syariat islam.
2. Untuk mengetahui siapa saja tokoh-tokoh pertanian dalam islam.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Mengembangkan Budi Daya Tanaman Sesuai dengan Syariat Islam


Pertanian atau bercocok tanam mendapat perhatian penting dalam ajaran Islam. Sejak
14 abad silam, Islam telah menganjurkan umatnya untuk bercocok tanam serta
memanfaatkan lahan secara produktif. Tak hanya itu, Rasulullah Saw juga telah
mengajarkan tata cara sewa lahan serta pembagian hasil bercocok tanam. Berikut ini adalah
beberapa Hadits Nabi Muhammad SAW yang menganjurkan umatnya untuk bercocok
tanam:

- Dari Jabir bin Abdullah RA, dia bercerita bahwa Rasulullah Saw bersabda:
"Tidaklah seorang Muslim menanam suatu tanaman melainkan apa yang dimakan dari
tanaman itu sebagai sedekah baginya, dan apa yang dicuri dari tanaman tersebut
sebagai sedekah baginya dan tidaklah kepunyaan seorang itu dikurangi melainkan
menjadi sedekah baginya." (HR Imam Muslim)

- Dari Anas bin Malik RA, Rasulullah Saw bersabda:


"Tidaklah seorang Muslim menanam pohon, tidak pula menanam tanaman kemudian
hasil tanaman tersebut dimakan oleh burung, manusia atau binatang melainkan
(tanaman tersebut) menjadi sedekah baginya." (HR Imam Bukhari).

Kedua hadits itu menunjukkan betapa bercocok tanam tak hanya memiliki manfaat
bagi seorang Muslim saat hidup di dunia. Bertani atau bercocok tanam juga memberi
manfaat untuk kehidupan di akhirat kelak. Sebab, tanaman yang dikonsumsi dan menjadi
sumber kehidupan bagi manusia, hewan dan burung akan menjadi sedekah bagi orang yang
menanamnya.

Sebab tidak ada satupun di alam semesta ini yang tidak terkait dengan Allah. Seluruh
benda yang ada di jagad raya pasti berasa dari-Nya. Namun ini banyak terjadi, pemahaman
seseorang tentang kegiatan yang dikategorikan sebagai kegiatan islam tidak lebih dari solat,
membaca Al-Qur'an, tabligh akbar dan ceramah islami. Sebaliknya jika melihat seorang
petani yang bersimbah keringat sedang sibuk mencangkul tanah garapannya dianggap bukan
kegiatan (simbol) Islam. Ini sedikit dari bukti bahwa sampai abad ini nilai-nilai islam masih
belum menyeluruh diterjemahkan ke dalam komponen kehidupan. Padahal bekerjanya
seorang petani di ladang adalah untuk menafkahi istri dan anaknya dirumah, pun juga
merupakan bentuk rasa syukur ia pada karunia Allah SWT karena diberikan kondisi badan
yang sehat.

5
Rasulullah pada zamannya juga aktif dalam sektor pertanian, mulai dari menentukan
tanaman yang cocok untuk ditanami sesuai dengan kondisi topografi tanah sampai mengatur
jalur irigasi. Seperti yang kita tau bahwa Rasulullah adalah ahli tata ruang, ia menyusun tata
kota madinah dengan sedemikian rupa sehingga tertata dengan baik.

Secara umum, ada tiga tahapan perkembangan pertanian berdasarkan tingkat


kemajuan dan tujuan pengelolaan sektor pertanian.

1. pertanian tradisional, yang dicirikan dengan tingkat produktivitas sektor


pertanian yang rendah.
2. tahapan komersialisasi, namu penggunaan teknologi dan modal yang masih
rendah.
3. tahap seluruh produk pertanian ditujukan untuk melayani keperluan pasar
komersial dengan ciri penggunaan teknologi serta modal yang tinggi dan
mempunyai produktivitas yang tinggi pula.

Dari perkembangan itu, jika kita memakai pembangunan dari perspektif Islam, maka
tahap-tahap tersebut tidak hanya untuk komersialisasi kebutuhan pasar semata, namun
pertanian ditujukan untuk kepentingan dan kebermanfaatan masyarakat secara luas dengan
prinsip-prinsip ke-iḥsān-an (Iḥsān berasal dari rangkaian huruf aḥ-sa-na ( ‫( )أحسن‬fi‟il tsulatsy
mazīd) yang memiliki makna literal „berbuat baik‟; „melakukan dengan baik‟; dan
„melampaui atau mengetahui dengan baik‟. Adapun kata kerja dasar ḥa-su-na, maka artinya
adalah „baik‟ atau „bagus‟. ).

Maka, pendidikan petani dan penguasaha (sebagai pelaku utama) perlu diarahkan
agar mengajarkan prinsip keihsanan. Hal ini karena sikap inilah yang sesuai dengan
paradigma pembangunan yang berasaskan prinsip-prinsip kesejahteraan dan pembangunan
dari perspektif Islam dan juga sejalan dengan tujuan pembangunan pertanian Nasional.
Keihsanan akan membawa kebaikan untuk manusia secara luas dan kebaikan secara pribadi
dirinya sendiri di dunia dan akhirat.

Bercocok tanam atau pertanian menjadi anjuran Nabi, karena bernilai jariyah bagi
pelakunya. Dari Anas bin Malik Rodhiyallahu „Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu „Alaihi
Wa Sallam bersabda: “Tidaklah seorang muslim menanam pohon, tidak pula menanam
tanaman kemudian pohon/tanaman tersebut dimakan oleh burung, manusia atau binatang
melainkan menjadi sedekah baginya.”22

Pada abad ke-12 revolusi bidang pertanian di dunia islam berkembang pesat,
Andalusia menjadi salah satu pusat revolusi pertanian. Iklim yang sejuk dan air yang
melimpah menopang perkembangan sektor pertanian. Perekonomian berkembang dengan
pesat dan banyak ahli pertanian muncul di Andalusia, salah satunya adalah Ibnu al-Awwam.

6
Ilmuwan yang bernama lengkap Abu Zakariya Yahya ibnu Muhammad ibnu Ahmad al-
Awwam alIshbili. Ia menyandang predikat sebagai ahli pertanian terkemuka.

Ibn AI-Awwam memberikan banyak kontribusi di bidang pertanian dan ia juga


penulis risalah terkenal tentang pertanian yang berjudul Kitab AlFilaha, yang mana dianggap
sebagai karya Muslim yang paling penting. Ibnu AIAwwam merevolusi bidang pertanian
selama era peradaban Islam karena untuk hampir setiap peradaban, pertanian selalu menjadi
kegiatan utama karena menyediakan makanan dan berbagai herbal untuk keperluan
pengobatan bagi masyarakat.

Melalui karyanya, ia menggambarkan bagaimana dirinya betul-betul menguasai


bidang yang digeluti. Ia menghasilkan karya yang luar biasa dalam bidang pertanian dan
peternakan. Judulnya kitab al-Filaha atau buku tentang pertanian. Ini adalah salah satu
literatur bidang pertanian yang begitu penting di dunia Islam. Secara keseluruhan, buku ini
terdiri dari 34 bab. Sebanyak 30 bab menjelaskan pertanian dan 4 bab terakhir menjelaskan
tentang peternakan. Didalam buku ini juga diterangkan kurang lebih 585 jenis tanaman dan
cara penananam 50 jenis pohon buah. Hal-hal yang dibahas didalam bukunya ialah sebagai
berikut:

1. Pada bagian pertama, Ibnu al-Awwam menjelaskan secara sistematis bagaimana


memilih tanah yang akan dijadikan lahan pertanian. Ia memperkirakan kesuburan
tanah. Penyiapan lahan pertanian juga mencakup ketersediaan sumber air
( termasuk didalamnya dijelaskan mengenai tanda-tanda tanah yang sehat, yang
rusak, dan juga cara mengetahui kualitas tanah), cara menyuburkan tanah secara
alami, macam-macam jenis tanah dan cara penanganannya, cara mengetahui
ketersediaan air tanah dan cara mengetahui kedekatan dengan sumber air, serta
hal-hal lain yang berkaitan dengan tanah.
2. Teknik pengaturan kebun, penanaman pohon di tanah kering dan pemberian
irigasi, cara perawatan pohon, dahan dan tunas. Teknik penanaman segala
macam buah-buahan anggur, orange, lemon, tin dan buah- buahan lainnya. Cara
pemangkasan cabang dan pemilihannya, juga pemangkasan pucuk dan
pemilihannya.
3. Teknik pembibitan/penyemaian, penggandaan tanaman, pembenihan dari biji,
transpalntasi/pencangkokan dan pengaturan tanah/media dan jarak pembibitan,
penanganan bibit tanaman dan hal-hal yang perlu diperhatikan dari bibit setiap
jenis tanaman.
4. Pengenalan kondisi udara, angin dan musim tanam, setiap petani mutlak perlu
tahu tentang tanaman apa dan kapan ditanam. Pengenalan musim yang utamanya
menyangkut suhu dan angin serta pemilihan tanamantanaman yang sesuai untuk
masing-masing musim dan untuk daerah-daerah tertentu.
5. Lalu, membahas detail kondisi (tanah, air, angin, suhu, musim dlsb) yang sesuai
untuk masing-masing jenis tanaman seperti zaitun, delima, carob, almond,

7
cherry, chestnut, walnut, tin, bunga mawar, jasmine, jeruk, orange, lemon, apple,
peach, plum, kurma, anggur, kayu manis, sampai tebu dlsb.
6. Selanjutnya dibahas pula tahapan pertumbuhan tanaman, kebutuhan masing-
masing tanaman pada masing-masing tahapan pertumbuhan dan waktu yang
terkait masing-masing tahapan pertumbuhan, jumlah/jarak tanam yang sesuai,
penyuburan tanaman, waktu penyuburan, jenis dan jumlah penyubur tanaman
serta pemeliharaan tanaman.

Pertanian sendiri bukan hanya soal bercocok tanam, namun sebuah rangkaian
sinergi dari bidang-bidang lain dalam kegiatan bercocok tanam. Rangkaian itu terdiri dari
komponen etos kerja, kemampuan mengolah tanah, seni membaca musim, merawat tanaman
dengan menyeimbangkan air dan penggunaan pupuk, memilih bibit, kesabaran dan keuletan,
hingga spiritualitas.

B. Tokoh-Tokoh Pertanian Dalam Islam


- Al- Dinawari

Al Dinawari adalah seorang ilmuwan muslim yang ahli dibidang tumbuh-tumbuhan.


Beliau lahir pada tahun 820 H di Kota Dinawari yang pernah hancur karena serangan bangsa
Mongol. Beliau memiliki nama lengkap Ahmad bin Daud al-Dinawari Al Hanafi atau Abu
Hanifah. AL Dinawari terkenal sangat cerdas dan aktif pada masanya. Beliau mempelajari ilmu
astronomi, matematika, dan mesin di Isfahan Irak. Disamping itu, beliau juga belajar ilmu
Bahasa dan Puisi di Kufa dan Basra, Irak. Sehingga tak heran jika Al Dinawari menjadi ahli
diberbagai bidang seperti astronomi, ilmu hwan, sejarah, ilmu humi, bahasa dan etnografi (ilmu
tentang kebudayaan suku-suku bangsa).

Beliau juga dikenal sebagai ahli tumbuh-tumbuhan. Beliau memiliki minat yang besar
pada dunia tumbuh-tumbuhan. Beliau banyak melakukan penelitian untuk mendalami tempat
tumbuh-tumbuhan itu hidup dan iklim yang sesuai untuk pertumbuhan tumbuh-tumbuhan
tersebut. Untuk mendukung penelitian, beliau menggunakan hadis-hadis dan syair-syair tentang
tumbuh-tumbuhan. Al Dinawari juga mencatat berbagai nama tumbuhan dan nama buah-

8
buahan. Salah satu karya Al Dinawari ialah Kitab Al-Nabat yang menjelaskan tentang tumbuh-
tumbuhan.

- Ibnu Al-Awwam

Ilmuwan bernama lengkap Abu Zakariya Yahya ibnu Muhammad ibnu Ahmad al-
Awwam al-Ishbili ini hidup sekitar abad ke-12. Sumbangan pemikirannya mampu memberi
dampak positif bagi terus berseminya periode revolusi pertanian pada masa pemerintahan
Islam.

Ia menghasilkan karya luar biasa dalam bidang pertanian dan peternakan. Judulnya
Kitab al-Filaha atau Buku tentang Pertanian. Ini adalah salah satu literatur bidang pertanian
yang begitu penting di dunia Islam. Secara keseluruhan, kitab ini terdiri atas 34 bab. Sebanyak
30 bab menjelaskan pertanian dan empat bab terakhir membahas peternakan.

Berkat keahlian dari seorang Ibnu Al-‘Awwam dan kitab “al-Filahah” , karyanya
tersebut menjadi rujukan soal pertanian dan memiliki pengaruh yang kuat di Eropa hingga abad
ke-19. Bisa dibilang, keahlian Ibnu Al-‘Awwam telah banyak menyuburkan tanah Eropa lewat
pertanian yang tepat guna pada masa itu.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pertanian adalah salah satu piranti yang menjaga keseimbangan daulah Islam selama
qurun yang panjang. Hal ini ditinjau dari sisi fungsinya memenuhi kebutuhan gizi di berbagai
wilayah Islam. Bercocok tanam atau pertanian juga menjadi anjuran Nabi, karena bernilai
jariyah bagi pelakunya.

Dalam suatu hadis riwayat al-Bukhari (2152) dan Ahmad (12038) disebutkan, “Tidak
lah seorang muslim yang berkebun dan bertani, lalu ada burung, manusia atau hewan yang
memakan darinyaa, kecuali bernilai sedekah bagi muslim tersebut.” Hadis lain riwayat Ahmad
(12512) juga menyebutkan, “Kalaupun kiamat datang, lalu di tangan seorang muslim
tergenggam sebatang tunas tanaman, maka hendaklah ia menanamnya selagi sempat, karena
demikian itu terhitung pahala baginya.”

Pertanian atau bercocok tanam mendapat perhatian penting dalam ajaran Islam. Sejak
14 abad silam, Islam telah menganjurkan umatnya untuk bercocok tanam serta memanfaatkan
lahan secara produktif. Tak hanya itu, Rasulullah Saw juga telah mengajarkan tata cara sewa
lahan serta pembagian hasil bercocok tanam.

10

Anda mungkin juga menyukai