Anda di halaman 1dari 25

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/379447468

TB 1 STUDI KELAYAKAN BISNIS_ PAPER KELOMPOK 1 _ "LINGKUNGAN BISNIS


DALAM USAHA EVERLOOM KNITS DAN PEMANGKU KEPENTINGAN DI
DALAMNYA"

Research · March 2024

CITATIONS READS
0 17

3 authors, including:

Rona Tumiur Mauli Carolin Simorangkir Fitri Wahyu Ningsih


Universitas Mercu Buana Universitas Mercu Buana
63 PUBLICATIONS 56 CITATIONS 6 PUBLICATIONS 0 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Fitri Wahyu Ningsih on 01 April 2024.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PAPER

STUDI KELAYAKAN BISNIS


“LINGKUNGAN BISNIS DALAM USAHA EVERLOOM KNITS
DAN PEMANGKU KEPENTINGAN DI DALAMNYA”
Dosen Pengampu: Rona Tumiur Mauli C.Simongkir, SE, MM

Disusun Oleh:

Fitri Wahyuningsih 43122010380


Annisa Septiani 43122010444
Jihan Fadhilah Budianto 43122010424
Lidia Anggini Siregar 43122010406
Hilmy Azzam 43122010421

Dibuat pada:
29 Maret 2024

PRODI MANAJEMEN S1 FAKULTAS EKONOMI & BISNIS


UNIVERSITAS MERCU BUANA

2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia dan
penyertaan-Nya, paper ini yang berjudul “LINGKUNGAN BISNIS DALAM USAHA
EVERLOOM KNITS DAN PEMANGKU KEPENTINGAN DI DALAMNYA” dapat
terselesaikan meskipun masih terdapat kekurangan di dalamnya.

Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Dan juga Saya
berterima kasih kepada ibu Rona Tumiur Mauli C.Simongkir, SE, MM selaku Dosen mata kuliah
Studi Kelayakan Bisnis yang telah memberikan Tugas ini. Tugas ini pun dapat membantu para
pembaca agar semakin menambah wawasan pengetahuan dan mengerti akan hal-hal yang akan
dibahas dan dapat mengetahui solusi yang dapat dilakukan untuk masalah yang dibahas di
dalamnya.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan tersebut. Maka dari itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan paper ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.

Jakarta, 29 Maret 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2
1.3 Tujuan .............................................................................................................................. 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA .......................................................................................................... 3
2.1 Lingkungan Bisnis................................................................................................................. 3
2.2. Fungsi Dan Unsur-unsur Manajemen .................................................................................. 4
2.3 Pengertian Analisis SWOT Dan Implementasi Pada Bisnis Everloom Knits ....................... 6
2.4 Pemangku Kepentingan Dalam Bisnis .................................................................................. 6
2.5 Analisa AMDAL ................................................................................................................... 7
2.6 Hak Merek Pada Bisnis ....................................................................................................... 10
2.7 Peluang dan Hambatan Dalam Bisnis ..................................................................................11
BAB III PEMBAHASAN ............................................................................................................. 13
3.1 Lingkungan Bisnis Pada Perusahaan.............................................................................. 13
3.2 Analisa SWOT Pada Bisnis Everloom Knits ................................................................. 13
3.3 Pemangku Kepentingan Pada Everloom Knits .............................................................. 14
3.4 Analisa AMDAL Pada Everloom Knits ......................................................................... 15
3.5 Hak Merek pada Everloom Knits ................................................................................... 16
3.6 Peluang dan Hambatan pada Everloom Knits ................................................................ 17
3.7 Studi Kasus..................................................................................................................... 18
Usaha Everloom Knits Berhasil Ubah Limbah Tekstil Menajadi Benang, Serbet hingga
Karpet. ......................................................................................................................................... 18
BAB IV KESIMPULAN .............................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di tengah era globalisasi dan peningkatan kesadaran akan isu-isu lingkungan dan sosial,
tuntutan terhadap bisnis tidak lagi hanya sebatas mencari keuntungan semata. Perusahaan kini harus
mampu mempertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat. Everloom Knits adalah
salah satu contoh perusahaan rajutan tangan yang menyadari pentingnya menjaga keseimbangan
antara pertumbuhan bisnis dan tanggung jawab sosial.

Bisnis rajutan tangan Everloom Knits, yang berfokus pada produksi rajutan berkualitas tinggi,
beroperasi di lingkungan yang kompleks dan dinamis. Lingkungan bisnis memainkan peran penting
dalam keberhasilan dan keberlanjutan perusahaan-perusahaan tersebut. Dalam hal ini, kami
mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi Everloom Knits dan bagaimana perusahaan
berinteraksi dengan berbagai pemangku kepentingan.

Menurut Keith Davis, lingkungan bisnis adalah “kumpulan dari semua kondisi, peristiwa, dan
pengaruh yang mengelilingi dan mempengaruhinya.” Lingkungan ini mencakup faktor-faktor seperti
sosial ekonomi, teknologi, pemasok, pesaing, dan pemerintah. Dalam hal ini, Everloom Knits akan
memahami dan menavigasi lingkungan ini dengan bijaksana.

Pemangku kepentingan adalah individu atau kelompok yang mempunyai kepentingan


terhadap keberhasilan suatu perusahaan. Pemangku kepentingan Everloom Knits meliputi pelanggan,
karyawan, pemasok, komunitas lokal, dan masyarakat luas. Melalui komunikasi berkelanjutan dengan
para pemangku kepentingan, perusahaan dapat mengidentifikasi peluang, mengatasi tantangan secara
efektif, dan membangun hubungan jangka panjang.

Everloom Knits bergantung pada pemasok bahan baku, keterampilan tenaga kerja, dan tren
mode. Lingkungan bisnis yang dinamis memungkinkan perusahaan untuk mengidentifikasi peluang
baru dan membuka batas pertumbuhan. Dengan memahami lingkungan sosial, hukum, dan ekonomi,
Everloom Knits dapat mengambil langkah-langkah strategis untuk pertumbuhan berkelanjutan.

1
Dalam rangka mencapai tujuan bisnis dengan berkelanjutan dan bertanggung jawab,
kesadaran tentang lingkungan bisnis dan interaksi yang efektif dengan pemangku kepentingan
menjadi kunci penting bagi Everloom Knits.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana lingkungan bisnis pada bisnis Everloom Knits?


2. Bagaimana unsur-unsur dan fungsi manajemen?
3. Bagaimana peluang bisnis Everloom Knits di lingkungan bisnisnya?
4. Bagaimana pengaruh pemangku kepentingan pada bisnis Everloom Knits?
5. Apakah bisnis Everloom Knits mendukung keberlanjutan?
6. Bagaimana legalitas hukum pada bisnis Everloom Knits?
7. Bagaimana peluang bisnis dan hambatan pada bisnis Everloom Knits?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui lingkungan bisnis pada Everloom Knits.


2. Untuk mengetahui unsur-unsur dan fungsi pada manajemen.
3. Untuk mengetahui peluang bisnis Everloom Knits di lingkungan bisnisnya.
4. Untuk megetahui apa pengaruh pemangku kepentingan pada bisnis Everloom Knits.
5. Untuk mengetahui apakah bisnis Everloom Knits mendukung keberlanjutan.
6. Untuk mengetahui legalitas hukum pada bisnis Everloom Knits.
7. Untuk mengetahui peluang bisnis dan hambatan pada bisnis Everloom Knits.

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Lingkungan Bisnis

Lingkungan bisnis (businessenvironment) memiliki pengaruh yang kuat terhadap organisasi


perusahaan, terlebih kondisi saat dunia bisnis sudah tidak terbatas oleh suatu teritorial Negara
(borderless world), beralihanya hard technology ke smart technology serta perubahan fundamental
lainnya berdampak terhadap kebijakan yang akan diambil oleh manajemen perusahaan (Hunger,
Wheelen: 2007, Brooks:1997, Lumpkin. Taylor:2005). Indikator yang paling sederhana misalnya
dengan maraknya penyempitan secara besar besaran jumlah karyawan baik di indonesia maupun di
negara lain. Fenomena ini menunjukkan bahwa eksistensi perusahaan tidak akan terlepas dari dampak
apa yang terjadi disekitarnya yang merupakan salah satu faktor esensi yang akan mempengaruhi
kinerja perusahaan.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan diantaranya faktor lingkungan
bisnis eksternal seperti kebijakan pemerintah, kekuatan hukum dan politik, teknologi, sumberdaya,
pesaing, selera pelanggan dan pengelolaan perusahaan. Lingkungan bisnis eksternal merupakan
lingkungan yang berada diluar organisasi, namun dipertim-bangkan dalam pengambilan keputusan
bisnis. Lingkungan bisnis (business environment), dapat dibedakan atas lingkungan eksternal dan
lingkungan internal (Wheelen & Hunger: 2007).

Dari sudut pandang perusahaan semua faktor diatas merupakan faktor yang berada diluar
kendali perusahaan (faktor eksternal). Semua faktor eksternal memberikan peluang dan ancaman
(tantangan) bagi perusahaan untukmewujudkan visi, misi dan tujuan perusahaan. Faktor eksternal
diatas tidak dapat dikendalikan perusahaan tanpa adanya strategi yang tepat dan sesuai dengan situasi
perubahan lingkungan. Strategi yang dirumuskan perusahaan merupakan keahlian manajemen dalam
mengelola perusahaan. Strategi sebenarnya merupakan aktivitas manajemen untuk memperkuat posisi
organisasi. Tanpa strategi dalam mengelola perusahaan, seorang manajer seolah-olah melangkah
dalam ketidakpastian. Manajemen dengan segala keahliannya dituntut untuk menyusun strategi yang
cocok untuk perusahaan yang dipimpinnya. Perencanaan strategik merupakan suatu proses
manajemen yang sistematis yang dapat diartikan sebagai suatu proses pengambilan keputusan atas

3
programprogram yang akan dilaksanakan oleh organisasi dan perkiraan jumlah sumber daya yang
akan dialokasikan dalam setiap program selama beberapa tahun ke depan (Govindarajan :2004).

Pearce (2005) mengemukakan model lingkungan bisnis ekstemal yang mempengaruhi


organisasi, lingkungan bisnis ekstemal yang mempengaruhi organisasi terdiri dari lingkungan jauh
dan lingkungan industri. Lingkungan jauh (remote environment) dikenal juga dengan lingkungan
makro terdiri dari; kekuatan hukum dan politik, kekuatan teknologi, kekuatan ekonomi, kekuatan
sosial dan kekuatan ekologi. Model lingkungan industri diambil dari model lima kekuatan bersaing
Michael Porter (1986) terdiri dari: (a). Ancaman masuknya pendatang baru yang potensial (Threat of
New Entrants), (b). Kekuatan tawar menawar pembeli (Bargaining Power of Buyers); (c). Kekuatan
tawar menawar pemasok (Bargaining Power of Supplies); (d). Ancaman masuknya produk pengganti
atau substitusi (Threat of Substituties); dan (e). Persaingan diantara perusahaan yang ada dalam
industri (Intensity of tyvalry) Wright et.al (1996) membagi lingkungan makro atas empat kekuatan
pokok: politik dan hukum, ekonomi, teknologi dan sosial. Manajemen perlu mengamati trend (trend-
watching) perubahan lingkungan makro agar perusahaan dapat beroperasi secara efektif dan dapat
memberikan value bagi customer.

Wright et.al (1996) mengemukan bahwa ada hubungan positif antara intensitas pengelolaan
perusahaan dengan intensitas scanning lingkungan perencanaan strategik yang baik, berisi yang akan
datang. Selanjutnya juga dibahas bagaimana perusahaan beroperasi dalam lingkungan bisnis yang
demikian perlu memperhatikan sumberdaya yang diperlukan, pasar yang akan dimasuki, perubahan
dalam biaya dan teknologi yang diperlukan. Perencanaan strategic merupakan kunci sukses
manajemen dalam pengelolaan penisahaan (Hunger, Wheelen:2007).

2.2. Fungsi Dan Unsur-unsur Manajemen

George R. Terry mengemukakan bahwa fungsi manajemen terdiri dari empat unsur, sebagai
berikut:

1. Perencanaan (planning). Fungsi manajemen di posisi pertama adalah perencanaan (planning).


Segala sesuatu aktivitas yang dilakukan diawali dari perencanaan. Perencanaan merupakan
suatu proses yang berkaitan dengan usaha untuk menganstisipasi situasi yang kemungkinan
terjadi pada masa depan untuk mewujudkan tujuan organisasi (Sule & Saefullah,2018).

4
2. Pengorganisasian (organizing). Pengertian organisasi dan pengorganisasian tentu berbeda.
Organisasi adalah berkumpulnya dua orang atau lebih membentik kerja sama untuk mencapai
suatu tujuan. Sedangkan pengorganisasian (organizing) merupakan suatu kumpulan kegiatan
yang dibutuhkan di dalam menentukan tugas, fungsi, dan susunan organisasi, serta kedudukan
dan keterkaitan antara unit-unit yang ada dalam organisasi.
3. Penggerakan (actuating). Penggerakan (actuating) adalah bagaimana menggerakan seluruh
anggota kelompok atau organisasi agar bersedia bekerja dengan sungguh- sungguh, mampu
bekerja sama dengan anggota lain, dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan sesuai
dengan rencana secara efektif dan efisien (Hasibuan, 2016).
4. Pengawasan (controlling). Pengawasan merupakan suatu proses untuk menjamin bahwa
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah organisasi dan manajemen dapat tercapai
dengan baik sesuai harapan. Hal ini berkaitan dengan strategi dalam menyusun kegiatan
sesuai dengan rencana (Iman dan Siswandi, 2009).

Dalam manajemen memiliki unsur-unsur penting bagi terlaksananya kegiatan secara efektif
dan efisien. Secara umum, unsur yang ada dalam manajemen dikenal dengan 6-M (Abbas et al., 2020;
Agustini, 2013; Brantas, 2019), yaitu:

1. Man. Manusia (man) merupakan unsur penting di dalam manajemen, manusialah yang
melakukan aktivitas untuk menjalankan roda organisasi demi tercapainya tujuan bersama.
Manusia adalah aset yang sangat berharga badi organisasi. Manusia sebagai salah satu sumber
daya yang memiliki kemampuan, keterampilan, dan kompetensi yang dibutuhkan oleh
organisasi.
2. Materials. Material (bahan) merupakan salah satu unsure manajemen, yang tak kalah
pentingnya di dalam pelaksanaan kegiatan, untuk mengubah input menjadi output, dibutuhkan
bahan-bahan atau material. Mengubah bahan mentah menjadi bahan siap pakai atau bahan jadi
di dalam proses produksi sangat tergantung pada bahan yang tersedia.
3. Machine. Selain bahan, mesin (peralatan) juga dibutuhkan untuk proses produksi.
Pemanfaatan mesin-mesin memudahkan pekerjaan manusia sehingga dapat tercapai efisiensi
dan efektivitas.
4. Method. Metode atau cara yang digunakan di dalam melakukan kegiatan secara efektif dan
efisien. Metode merupakan sarana atau alat yang digunakan untuk mencapai tujuan.

5
5. Money. Uang atau modal merupakan sarana penting di dalam suatu kegiatan. Kegiatan dapat
terwujud karena adanya modal atau uang yang digunakan. Tanpa adanya unsur money, maka
seluruh kegiatan tidak dapat dilakukan.
6. Market. Market (pasar) merupakan unsur penting dalam manajemen. Dalam kegiatan industri,
setelah proses produksi selesai, maka tentu hasil produksi akan dipasarkan.

2.3 Pengertian Analisis SWOT Dan Implementasi Pada Bisnis Everloom Knits

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan
strategi perusahaan. Metode perencanaan strategi yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan
(strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu
proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT
(strengths, weaknesses, opportunities, threats). SWOT adalah singkatan dari lingkungan Internal
Strengths dan Weaknesses serta lingkungan eksternal Opportunities dan Threats yang dihadapi dunia
bisnis (Rangkuti 2008, 19).

2.4 Pemangku Kepentingan Dalam Bisnis

Stanford Research Institute (1964) mendefinisikan stakeholder sebagai kelompok-kelompok


yang tanpa dukungannya organisasi itu akan tidak ada lagi. Secara umum konsep mengenai pemangku
kepentingan adalah tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh sebuah organisasi dan bagaimana
harus organisasi tersebut dikonseptualisasikan. Hill dan Jones (1992) memberikan definisi pemangku
kepentingan sebagai konstituen yang memiliki klaim sah terhadap perusahaan, sehingga terjalin
melalui adanya hubungan pertukaran. Pemangku kepentingan ini memasok perusahaan dengan sumber
daya penting (kontribusi) dan sebagai imbalannya masing-masing mengharapkan kepentingannya
dipenuhi. Pemangku kepentingan, menurut Clarkson (1994) menanggung beberapa bentuk risiko
akibat menginvestasikan semacam modal, manusia atau keuangan, sesuatu yang bernilai, di sebuah
perusahaan.

Proses manajemen perusahaan juga terdapat aktor-aktor yang merupakan pemangku


kepentingan. Friedman dan Miles (2006) mengklasifikasikan pemangku kepentingan dengan
mempertimbangkan Komunikasi Pemangku Kepentingan kelompok orang dengan hubungan yang

6
dapat dibedakan dengan perusahaan. Kelompok pemangku kepentingan yang paling umum untuk
dipertimbangkan adalah:

1. Shareholder (pemilik modal dan pemegang saham)


2. Customers (pelanggan)
3. Suppliers and distributors (pemasok dan distributor)
4. Employees (para karyawan)
5. Local communities (masyarakat sekitar).

Para aktor tersebut menjadi aktor utama pamangku kepentingan dalam arti yang sempit, karena
terbatas pada mereka yang penting dalam pencapaian tujuan perusahaan saja. Pemangku kepentingan
yang nyata (real stakeholder), pada dasarnya pemangku kepentingan klasik dalam pendekatan sempit,
yaitu mereka yang memiliki kepentingan nyata, yang berdedikasi dengan minat yang benar-benar
positif dan (atau setidaknya diharapkan) loyal pada perusahaan.

Sedangkan menurut Friedman & Miles (2006:14), terdapat pemangku kepentingan di luar
pemangku kepentingan utama, mereka diantaranya adalah:

1. NGO (LSM) yang terkadang dianggap sebagai representasi atau perwakilan dari pemangku
kepentingan;
2. Pesaing;
3. Pemerintah, pembuat peraturan, dan pembuat kebijakan lainnya;
4. Pemodal selain pemegang saham (kreditor, pemegang obligasi, penyedia utang);
5. Media;
6. Masyarakat pada umumnya;
7. Aspek non-manusiawi Bumi, lingkungan alam;
8. Mitra bisnis;
9. Akademisi;
10. Generasi masa depan;
11. Generasi sebelumnya, seperti pendiri organisasi perusahaan.

2.5 Analisa AMDAL

7
AMDAL pertama kali diperkenalkan pada tahun 1969 oleh National Environmental Policy Act
di Amerika Serikat. Menurut UU No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan Lingkungan Hidup dan PP
no 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL). Jika Indonesia
mempunyai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan yang harus dibuat jika seseorang ingin
mendirikan suatu proyek yang diperkirakan akan memberikan dampak besar dan penting terhadap
lingkungan, Belanda pun mempunyai milieu effect apportage disingkat m.e.r. Sebenarnya Indonesia
dan Belanda bukanlah penemu sistem ini, tetapi ditiru dari Amerika Serikat yang diberi nama
Environmental Impact Assesment (EIA). AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting
suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah hasil studi mengenai DAMPAK
suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup, yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan. Pemerintah membentuk Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup
(Bapedal) melalui Keputusan Presiden Nomor 77 Tahun 1994 untuk melengkapi pelaksanaan
peraturan tersebut. Ada tingkat pusat dan daerah, meskipun keduanya tidak memiliki hubungan
hierarki struktural. Bapedal pusat kini berada di bawah Kementerian Lingkungan Hidup. Badan-badan
lingkungan tersebut menjadi lokomotif pelindung kepentingan ekologi. Pada kenyataannya
kepentingan lingkungan sering kalah oleh kepentingan praktis materialis yang disebut kepentingan
ekonomi. Studi amdal menjadi formalitas saja.

Pada dasarnya Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah keseluruhan proses
yang meliputi penyusunan berturut-turut sebagaimana diatur dalam PP nomor 27 tahun 1999 yang
terdiri dari:

a. Kerangka Acuan (KA) adalah ruang lingkup kajian analisis mengenai dampak lingkungan
hidup yang merupakan hasil pelingkupan.
b. Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) adalah telaahan secara cermat dan mendalam
tentang dampak besar dan penting suatu rencana usaha atau kegiatan.
c. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) adalah upaya penanganan dampak besar dan
penting terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan akibat dari rencana usaha dan atau
kegiatan.

8
d. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) adalah upaya pemantauan komponen
lingkungan hidup yang terkena dampak besar dan penting akibat dari rencana usaha atau
kegiatan.

Dampak besar dan terpenting dalam studi AMDAL menurut pedoman penyusunan AMDAL
hendaknya dimuat hal-hal sebagai berikut:

1. Perkiraan secara dampak usaha dan atau kegiatan pada saat prakonstruksi konstruksi operasi
dan pasca operasi terhadap lingkungan hidup.
2. Penentuan arti penting perubahan lingkungan hidup yang diprakirakan bagi masyarakat
diwilayah studi rencana usaha dan atau kegiatan dan pemerintahan dengan mengacu pada
pedoman penentuan dampak besar dan penting.
3. Dalam melakukan telaah butir 1 dan 2 tersebut diperhatikan dampak yang bersifat langsung
dan atau tidak langsung.
4. Mengingat usaha dan atau kegiatan masih berada pada tahap pemilihan alternatif usaha aau
kegiatan (lokasi atau teknologi yang digunakan) sehubungan dengan AMDAL merupakan
komponen dari studi kelayakan maka telaahan dilakukan untuk masing-masing alternatif.
5. Dalam melakukan analisis prakiraan dampak penting agar digunakan metode-metode formal
secara matematis.

Analisa Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) perlu disusun degan sistematik, sehingga
dapat:

1. Langsung mengemukakan masukan penting yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan,


perencanaan, dan pengelolaan rencana usaha dan atau kegiatan.
2. Mudah dipahami oleh semua pihak.
3. Memuat uraian singkat tentang.
a. Rencana usaha atau kegiatan.
b. Keterangan mengenai kemungkinan adanya kesenjangan data informasi.
c. Hal-hal yang dipandang sangat perlu untuk melengkapi ringkasan.

Kegunaan dan keperluan mengapa rencana usaha dan atau kegiatan harus dilaksanakan, baik
ditinjau dari segi kepentingan pemprakarsa maupun dari segi menunjang program pembangunan yaitu:

9
1. Penentuan batas-batas lahan yang langsung akan digunakan oleh rencana usaha atau kegiatan
harus dinyatakan dengan peta berskala memadai dan dapat memperlihatkan hubungan tata
kaitan dan tata letak antara lokasi rencana uasa atau kegiatan dengan usaha atau kegiatan lain.
2. Hubungan antara lokasi rencana usaha dan atau kegiatan dengan jarak dan tersedianya
sumberdaya air dan energi, sumberdaya alam hayati dan sumber daya alam non-hayati serta
sumber daya manusia yang diperlakukan oleh rencana usaha dan atau kegiatan setelah usaha
dan atau kegiatan ini beropersai
3. Alternatif usaha dan atau kegiatan berdasarkan hasil studi kelayakan.
4. Tata letak usaha dan atau kegiatan dilengkapi dengan peta, yang berskala memadai, yang
memuat informasi tentang letak bangunan dan struktur lainnya yang akan dibangun dalam
lokasi rencana usaha atau kegiatan serta hubungan bangunan dan struktur tersebut dengan
bangunan yang sudah ada disekitar rencana usaha dan atau kegiatan.
5. Tahap pelaksanaan usaha dan atau kegiatan tahap prakontruksi, konstruksi, jangka waktu msa
operasi, hingga rencana waktu pasca operasi.

2.6 Hak Merek Pada Bisnis

Pada dasarnya merek berfungsi sebagai pembeda antara suatu produk barang atau jasa tertentu
dengan produk barang atau jasa tertentu lainnya. Fungsi ini menjadi salah satu unsur pengertian merek
yang ada. Dalam Pasal 1 a UU Merek dan Indikasi Geografis (UU No. 20 Tahun 2015), didefenisikan
merek sebagai tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa gambar, logo, nama, kata, huruf,
angka, susunan warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3 (tiga) dimensi, suara, hologram, atau
kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut untuk membedakan barang dan/atau jasa yang
diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam kegiatann perdagangan barang dan/atau jasa.

Merek merupakan penanda untuk membedakan (pembeda), yang digunakan dalam dunia
perdagangan dan merek itu dipribadikan untuk menunjukkan asal dan kualitasnya. Kekuatan pribadi
yang ada pada merek merupakan hak (intelektual). Menurut O. K. Saidint kelahiran hak Merek
seringkali diawali dengan temuan temuan dalam bidang hak kekayaan intelektual lainnya, misalnya
hak cipta, dalam hak merek bukan hak cipta dalam bidang seni yang dilindungi tetapi mereknya itu
sendiri sebagai tanda pembeda. Merek sebagai tanda pada mulanya merupakan iklan bagi pembuat

10
merek, kemudian berkembang lagi untuk memenuhi fungsi menghindarkan sengketa tentang siapa
pembuat merek itu, lalu kemudian merek berfungsi untuk menegaskan kualitas barang yang dilekati
merek. Merek merupakan defenisi hukum yang memberikan perlindungan dan upaya pemulihan jika
suatu tanda perdagangan digunakan oleh pihak yang tidak memiliki kewenangan untuk itu.

Sebuah benda bermerek mengandung daya di dalamnya untuk menarik minat konsumen untuk
meresponnya dengan cara membeli. Suatu merek memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:

1. Fungsi pembeda, yakni membedakan produk satu perusahaan dengan produk perusahaan lain.
2. Fungsi jaminan reputasi, yakni selain sebagai tanda asal usul produk, juga secara pribadi
menghubungkan reputasi produk bermerek tersebut dengan produsennya, sekaligus memberikan
jaminan kualitas akan produk tersebut.
3. Fungsi promosi, yakni merek juga digunakan sebagai sarana memperkenalkan produk baru dan
mempertahankan reputasi produk lama yang diperdagangkan, sekaligus untuk menguasai pasar.
4. Fungsi rangsangan investasi dan pertumbuhan industri, yakni merek dapat menunjang
pertumbuhan indsutri melalui penanaman modal, baik asing maupun dalam negeri dalam
menghadapi pasar bebas. (Dr. Zulkifli Makkawaru. S, H, M, H, 2020).

2.7 Peluang dan Hambatan Dalam Bisnis

Munculnya peluang berbagai fasilitas berbasis internet di era ekonomi digital. Hal ini dapat
memudahkan pelaku usaha dalam mengembangkan dan meningkatkan penjualannya melalui media
sosial, e- commerce, hingga pinjaman dana untuk pengembangan usaha mikro. Tingginya angka akses
internet di Indonesia. Jangkauan pasar yang luas, mulai dari nasional hingga internasional. Masih
sedikitnya jumlah UKM yang telah menerapkan penjualan online. Internet juga dapat memfasilitasi
pelaku UKM dalam mengembangkan produknya dengan berbagai informasi yang ada didalamnya.
Menghemat modal usaha, karena penjualan melalui internet tidak mengharuskan pelaku usaha untuk
mempunyai toko toko. Ancaman Dalam persaingan global dan kelonggaran pasar akan mengundang
pesaing dari sesame negara berkembang, sehingga persaingan harga akan semakin ketat. Derasnya
arus digital yang mudah sekali berubah-ubah setiap waktu, sehingga dapat mengubah trend yang akan
dapat menjadi ancaman bagi permintaan produk. Muncul banyak pesaing dengan produk yang sama.
Hal ini akan menyulitkan UKM.

11
Hambatan terbesar yang harus dihadapi adalah meningkatkan aksesibilitas dan kapabilitas
usaha mikro untuk go-digital sehingga dapat menghasilkan produk yang mampu bersaing dengan
produk-produk asing yang ada di e-commerce Indonesia. Hal tersebut sangat penting mengingat
sebagian besar usaha mikro berada di daerah pedesaan dengan akses internet yang masih terbatas dan
banyak yang belum digital- literacy. Apabila pelaku usaha mikro sudah mampu beradaptasi di era
ekonomi digital, maka akan banyak peluang tercipta. Jika sebelumnya pelaku usaha mikro kesulitan
menempatkan produknya di pasar, kini pelaku tersebut lebih mudah memasarkan produknya melalui e-
commerce dan social media. Jangkauannya tidak hanya pasar domestik saja, melainkan juga pasar
internasional atau setidaknya melintas ke pasar regional ASEAN.

12
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Lingkungan Bisnis Pada Perusahaan

Lingkungan bisnis Everloom Knits sangat penting untuk memahami bagaimana


perusahaan menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dan tanggung jawab lingkungan.
Perusahaan mengambil pendekatan holistik dalam mengelola aspek lingkungan dalam operasi
bisnisnya. Salah satu strategi utamanya adalah penggunaan bahan baku ramah lingkungan dan
proses produksi hemat energi. Misalnya, Everloom Knits secara aktif memilih bahan rajutan
yang terbuat dari sumber berkelanjutan, seperti serat organik dan daur ulang, serta mengurangi
limbah dengan menggunakan kembali kelebihan bahan dalam produk baru dan proyek kreatif
lainnya. Selain itu, Everloom Knits menghargai transparansi dan akuntabilitas dalam
hubungannya dengan pelanggan dan pemangku kepentingan lainnya. Mereka secara terbuka
berbagi informasi tentang sumber bahan mentah, proses produksi, dan praktik ketenagakerjaan
berkelanjutan. Hal ini tidak hanya membangun kepercayaan pelanggan, namun juga
meningkatkan kesadaran konsumen terhadap isu lingkungan.

3.2 Analisa SWOT Pada Bisnis Everloom Knits

Dalam menjalankan suatu bisnis, diperlukan suatu analisis pasar untuk memahami faktor-
faktor apa saja yang dapat mendorong kesuksesan dari bisnis yang kita kelola. Dalam hal ini,
Everloom Knits melakukan analisis peluang bisnis dengan memanfaatkan metode analisis SWOT
(Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats).

1. Strengths (Kekuatan)
Everloom Knits memiliki keunggulan pada nilai artistik, yaitu terletak pada desain yang unik
dan kreatif, dihasilkan dari teknik rajutan tangan yang memberikan fleksibilitas tinggi dalam
menciptakan berbagai motif dan gaya yang berbeda. Selain itu, konsumen juga dapat memilih/custom
warna dan pola yang tersedia. Melalui sentuhan yang membutuhkan ketelitian serta keuletan tangan
dalam tahapan pembuatan secara handmade, setiap produk rajutan yang Everloom Knits hasilkan
menjadi sebuah karya yang khas dan eksklusif. Everloom Knits berkomitmen untuk menggunakan

13
bahan ramah lingkungan, baik dari serat tumbuhan maupun serat sintetis yang dapat didaur ulang,
sehingga mendukung nilai-nilai keberlanjutan yang semakin ditekankan dalam industri saat ini.

2. Weaknesses (Kelemahan)
Dalam hal bisnis Everloom Knits, kapasitas produksi Everloom Knits masih terbatas, sehingga
belum mampu memenuhi permintaan yang besar. Di lain sisi pada produk rajutan, karakteristik
rajutan yang lembut membuat produk lebih rentan terhadap aus dan robek. Selain itu, perawatan
produk juga memerlukan ketelitian ekstra karena beberapa jenis rajutan atau bahan mungkin
membutuhkan perlakuan khusus untuk menjaga keindahan dan daya tahan. Pada Produk rajutan tas,
dari segi keamanan, rajutan yang terbuka atau pola yang longgar dapat membuat tas lebih rentan
terhadap pencurian atau akses yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, Everloom Knits merancang
produk dengan pertimbangan keamanan yang optimal tanpa mengurangi gaya dan kenyamanan.

3. Opportunities (Peluang)
Everloom Knits melihat peluang peningkatan minat pada produk unik dan handmade di pasar.
Saat ini konsumen semakin mencari produk yang unik, berbeda dari kebanyakan produk yang beredar
di pasaran, dan memiliki nilai artistik sehingga produk Everloom Knits dapat menarik segmen pasar
yang mencari barang-barang unik hingga stylish, karena produk rajutan handmade memberikan
sentuhan khusus dan eksklusivitas.

4. Threats (Ancaman)
Setiap bisnis selalu menghadapi ancaman dalam prosesnya. Dalam hal ini, Everloom
Knits menghadapi ancaman eksternal berupa persaingan di industri fashion yang sangat ketat
terutama usaha yang menjual produk serupa dengan inovasi yang lebih baik. Selanjutnya,
terdapat perubahan tren fashion yang cepat membuat produk Everloom Knits menjadi tertinggal.
Maka dari itu, Everloom Knits melakukan riset secara konsisten untuk mempelajari model dan
style terbaru melalui media sosial serta Google Trend. Tentunya, Everloom Knits juga
mengupayakan untuk mencari dan mengetahui hal apa yang dapat membedakan diri dari pesaing,
hal tersebut dapat berguna untuk meminimalisir adanya ancaman.

3.3 Pemangku Kepentingan Pada Everloom Knits

14
Dalam bisnis usaha “Everloom Knits” pemangku kepentingan internal dan eksternal di
dalamnya yaitu:

Pemangku kepentingan internal:


1. Shareholder (pemilik modal dan pemegang saham).
2. Customers (pelanggan).
3. Suppliers and distributors (pemasok dan distributor).
4. Employees (para karyawan).
5. Local communities (masyarakat sekitar).

Pemangku kepentingan ekternal:


1. Pesaing;
2. Pemerintah, pembuat peraturan, dan pembuat kebijakan lainnya.
3. Pemodal selain pemegang saham (kreditor, pemegang obligasi, penyedia utang).
4. Media.
5. Masyarakat pada umumnya.
6. Aspek non-manusiawi Bumi, lingkungan alam.
7. Mitra bisnis.

3.4 Analisa AMDAL Pada Everloom Knits

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah alat penting untuk memahami
dampak kegiatan bisnis terhadap lingkungan, dan Everloom Knits tidak terkecuali. Melalui AMDAL,
perusahaan dapat mengidentifikasi potensi dampak negatif dari operasionalnya, seperti penggunaan
sumber daya alam yang berlebihan, limbah produksi, dan pencemaran lingkungan. Oleh karena itu,
Everloom Knits dapat menyusun strategi mitigasi yang tepat untuk memitigasi dampak tersebut
seoptimal mungkin.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) merupakan dasar penting bagi Everloom
Knits untuk memahami dampak lingkungan dari kegiatan produksi rajutan tangan. Contoh penting
AMDAL adalah penggunaan bahan rajutan. Misalnya, perusahaan-perusahaan ini harus memastikan
bahwa bahan mentah yang mereka gunakan memiliki dampak yang signifikan terhadap ekosistem
tempat mereka diekstraksi, seperti menggunakan bahan mentah dari hutan yang tidak lestari atau

15
menggunakan bahan kimia berbahaya dalam proses pengolahannya. Memahami dampak-dampak ini
memungkinkan Everloom Knits mengevaluasi sumber bahan baku alternatif yang lebih ramah
lingkungan dan mengadopsi praktik produksi yang lebih berkelanjutan.

Selain itu, AMDAL juga memungkinkan Everloom Knits memahami dampak sosial dari
operasinya terhadap masyarakat lokal. Perusahaan-perusahaan ini dapat menilai dampak kegiatan
produksi mereka terhadap kondisi sosial dan ekonomi masyarakat lokal, misalnya kesejahteraan
pekerja, keadilan hubungan kerja, dan kontribusi terhadap pembangunan masyarakat lokal. Memahami
dampak ini memungkinkan Everloom Knits mengidentifikasi peluang untuk meningkatkan dampak
positif, seperti program pelatihan dan pembangunan infrastruktur lokal.

Oleh karena itu AMDAL memberikan kerangka kerja penting bagi Everloom Knits untuk
memahami dampak lingkungan dan sosial dari operasinya dan mengembangkan strategi yang
tepat untuk meningkatkan keberlanjutan operasinya secara keseluruhan.

3.5 Hak Merek pada Everloom Knits

Peran merek pada Everloom Knits mempunyai dampak yang signifikan dalam
memperkuat identitas perusahaan, meningkatkan kepercayaan pelanggan, dan membedakan
produk di pasar. Sebagai perusahaan rajutan tangan yang berkomitmen terhadap nilai-nilai
keberlanjutan dan kualitas, merek Everloom Knits mencerminkan komitmen kami terhadap
kesadaran lingkungan, keunggulan kerajinan, dan membangun masyarakat yang lebih baik.
Strategi merek ini tidak hanya menjadi faktor kunci dalam mempengaruhi preferensi pembeli,
namun juga merupakan platform untuk mengkomunikasikan pesan-pesan yang tertanam secara
mendalam di dalam perusahaan.

Maka dari itu, HAKI (Hak Kekayaan Intelektual) berperan penting dalam melindungi
identitas Everloom Knits dan mencegah penggunaan tanpa izin dan peniruan produk kami.
Sebagai perusahaan rajutan tangan yang berkomitmen terhadap kualitas dan keberlanjutan,
merek Everloom Knits tidak hanya mencerminkan produk kami yang berkualitas tinggi, tetapi
juga nilai-nilai perusahaan kami. Melalui pendaftaran merek dagang, Everloom Knits dapat
secara hukum melindungi identitas mereknya, termasuk logo, nama dan desainnya, serta
melindungi reputasi mereknya dari penggunaan yang tidak sah. Penggunaan merek asli
memberikan keyakinan tambahan kepada konsumen terhadap kualitas produk yang ditawarkan.

16
Konsumen dapat dengan mudah mengidentifikasi produk Everloom Knits dan merasa yakin
bahwa mereka membeli produk asli dari perusahaan yang mereka kenal dan percayai. Hal ini
tidak hanya membantu membangun loyalitas pelanggan, namun juga memberikan kepercayaan
diri kepada konsumen untuk menghindari produk palsu yang mungkin tidak memenuhi standar
kualitas yang sama.

Oleh karena itu, hak merek dagang yang terkait dengan hak kekayaan intelektual
memberikan perlindungan penting bagi Everloom Knits, memungkinkan untuk mempertahankan
reputasi merek, membangun kepercayaan konsumen, dan terus berinovasi dalam bisnis rajutan
tangan.

3.6 Peluang dan Hambatan pada Everloom Knits

Seperti halnya bisnis lain, Everloom Knits menghadapi banyak peluang dan kendala
dalam menjalankan bisnis rajutan tangan. Salah satu peluang utama bagi Everloom Knits adalah
meningkatkan kesadaran konsumen akan keberlanjutan dan pentingnya produk yang
bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan. Dengan komitmen terhadap praktik produksi
berkelanjutan dan penggunaan bahan baku ramah lingkungan, perusahaan-perusahaan ini dapat
memanfaatkan tren ini untuk meningkatkan pangsa pasar dan membangun kepercayaan dengan
pelanggan.

Selanjutnya, penerapan teknologi dan strategi pemasaran digital juga menjadi peluang
bagi Everloom Knits untuk memperluas jangkauan dan meningkatkan brand awareness. Dengan
memanfaatkan platform online dan media sosial, Everloom Knits dapat menjangkau konsumen
baru, memperluas pasar melampaui batas geografis, dan membangun komunitas yang secara
aktif terlibat dengan merek. Namun seiring dengan peluang tersebut, Everloom Knits juga
menghadapi banyak kendala. Salah satunya adalah ketatnya persaingan pasar produk rajutan
tangan baik dari perusahaan besar maupun kompetitor lokal. Agar tetap kompetitif, Everloom
Knits harus terus meningkatkan kualitas produk, menjaga diferensiasi merek, dan terus
berinovasi dalam desain dan teknologi rajutan.

Tantangan lainnya mencakup potensi biaya produksi yang lebih tinggi karena praktik
produksi yang ramah lingkungan dan perubahan peraturan yang dapat berdampak pada
operasional perusahaan. Everloom Knits harus secara proaktif mengelola biaya produksinya

17
sambil mempertahankan komitmennya terhadap keberlanjutan sambil tetap memperhatikan
perubahan peraturan yang mungkin berdampak pada bisnisnya.

Memahami dan mengatasi peluang dan hambatan ini memungkinkan Everloom Knits
untuk terus tumbuh dan berhasil mengelola bisnis rajutan tangannya dengan tetap menjaga
komitmennya terhadap keberlanjutan dan tanggung jawab sosial.

Problem atau masalah calon konsumen potensial dalam bisnis Everloom Knits yaitu:
• Kesulitan menemukan produk rajutan yang unik dan stylish, karena banyak produk
rajutan di pasaran yang memiliki desain pasaran dan kurang menarik.
• Keraguan terhadap kualitas produk rajutan lokal
• Memiliki persepsi bahwa produk rajutan handmade memiliki harga yang mahal.

3.7 Studi Kasus

Usaha Everloom Knits Berhasil Ubah Limbah Tekstil Menajadi Benang, Serbet hingga
Karpet.

Sampah tekstil yang tidak dapat terurai semakin menumpuk di Indonesia. Menurut laporan dari
majalah National Geographic, sekitar 8,2 persen sampah di Jakarta terdiri dari limbah tekstil.

Masalah ini tentu perlu perhatian publik dan pemerintah. Pasalnya, risiko pencemaran
lingkungan dari limbah ini sangat tinggi. Hal ini kemudian menjadi motivasi bagi suatu usaha
“everloom knits” untuk ikut ambil bagian dalam menyelesaikan permasalahan limbah ini.

“Everloom Knits” berupaya untuk menjadikan usaha nya dapat memberikan Gerakan perubahan
dan menjadi solusi serta alternatif baru dalam pengelolaan limbah tekstil di Indonesia. Dan
berusaha untuk menghadirkan ekonomi sirkular yang membuat limbah tekstil dapat terus
dimanfaatkan kembali.

Rencana yang akan dilakukan ini adalah untuk mengolah limbah tekstil, menjadikannya benang
daur ulang, serta memprosesnya kembali menjadi barang baru.

Dilansir dalam Indonesia Circular Forum, sebanyak lebih dari 470 ribu ton bahan tekstil
terbuang percuma selama proses pembuatannya. Dalam pengolahan limbah tekstil ini, ternyata

18
memerlukan teknologi yang canggih untuk mendaur ulang limbah tersebut. Dan setelah melalui
beberapa proses, akhirnya sampai pada proses dimana limbah tekstil tersebut diolah menjadi
benang dan kain tekstil, untuk kemudian dibuat menjadi pouch, keset, serbet, keranjang, hingga
karpet.

Dalam rangkaian proses produksi mengusung konsep zero waste atau tanpa limbah. Hasil
produksi tersebut kemudian akan dijual untuk memberikan konsumen pilihan produk yang ramah
lingkungan, mereka (konsumen) juga bisa turut andil untuk bertanggung jawab akan
kelangsungan bumi dengan cara yang lebih ramah serta memiliki konsep ekonomi sirkular.

19
BAB IV
KESIMPULAN

Everloom Knits merupakan sebuah bisnis tekstil yang mengubah limbah tekstil menjadi
produk baru dengan konsep zero waste. Kami menawarkan produk rajutan handmade yang unik
dan artistik. Dalam bisnis kami, kami menggunakan analisis SWOT untuk mengevaluasi
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Keunggulan kami terletak pada desain yang unik
dan kreatif, namun kami juga menyadari kelemahan dalam kapasitas produksi dan perawatan
produk. Kami melihat peluang pada peningkatan minat pada produk handmade di pasar, namun
juga menghadapi ancaman persaingan di industri fashion yang ketat dan perubahan tren fashion
yang cepat. Kami juga memperhitungkan pemangku kepentingan internal dan eksternal dalam
bisnis kami, serta mengakui pentingnya hak merek untuk membedakan produk kami dari yang
lain.

Dengan memanfaatkan peluang pasar yang ada, seperti minat meningkat pada produk handmade,
Everloom Knits terus berupaya untuk berkembang dan memperkuat posisinya di pasar.

20
DAFTAR PUSTAKA

Wulandari Astri, MA, (2020), “KOMUNIKASI PEMANGKU KEPENTINGAN”, Yogyakarta,


Sedayu Sukses Makmur

Kusmayadi Dedi, (2008), “PENGARUH LINGKUNGAN BISNIS TERHADAP KINERJA


PERUSAHAAN”, Jurnal Akuntansi, Vol 3 No , 432

Sudirman Acai, S.E M.M, (2021), “DIGITALISASI HUMAN RESOURCES”, Bandung, Media
Sains Indonesia

Rahayu Endang Siti, (2013), “ANALISIS STRUKTUR PASAR (MARKET STRUCTURE)”,


Journal of Rural and Developmen, Vol IV No. 1, 2

Mashuri, Nurjanah Dwi, (2020), “ANALISIS SWOT SEBAGAI STRATEGI MENINGKATKAN


DAYA SAING”, Jurnal Perbankan Syariah, Vol 1 No 1, 99

Juniatmoko Ronnawa dkk, (2023), “ANALISIS MENGENAI DAMPAK


LINGKUNGAN(AMDAL)”, Bandung, Widina Bhakti Persada Bandung

Semaun Syahriyah, (2016), “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP MEREK


PERDAGANGAN BARANG DAN JASA”, Jurnal Hukum Diktum, Vol 14 No 1, 3

Makawarru Zukifli, (2021), “Hak Kekayaan Intelektual Seri Hak Cipta, Paten, dan Merek”,
Sukabumi, Farha Pustaka

Suwarni Emi dkk, (2019), “PELUANG DAN HAMBATAN PENGEMBANGAN USAHA MIKRO
PADA ERA EKONOMI DIGITAL”, Ikraith Ekonomika, Vol 2 No 2, 32

Dr. Eli Herni, H.T. S.E., M.M, Dr Nurhasanah Siti, S.E., M. Pd., (2021), “STUDI KELAYAKAN
BISNIS”, Jakarta, Edu Pustaka

Mirfa Enny, (2016), “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP MEREK TERDAFTAR”, Jurnal


Hukum Samudra Keadilan, Vol 11 No 1, 68

21

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai