Anda di halaman 1dari 2

Nama : Silmy Halwany Ajda Haifa

NIM : 220416027
Semester/Kelas : 4/PIAUD4A

Sebagai organisasi gerakan Islam, Muhammadiyah memiliki Khittah Perjuangan sebagai landasan kegiatannya. Khittah berasal dari Bahasa Arab yang berarti
rencana atau skema. Khittah Perjuangan Muhammadiyah lebih menitikberatkan pada strategi memecahkan masalah dakwah yang bersifat aktual, atau ketika
bersinggungan dengan kebijakan pemerintahan. Karena bersifat fleksibel sesuai dengan kondisi zaman, maka terdapat ragam Khittah Perjuangan yang
dilahirkan oleh Muhammadiyah sepanjang berdirinya

Khittah Palembang
Khittah Palembang merupakan strategi perjuangan yang dilahirkan pada Muktamar Muhammadiyah ke-33 di Kota Palembang tahun 1956. Berikut rangkuman
poin-poin Khittah Palembang.
● Menjiwai kepribadian para anggota khususnya bagi para pimpinan Muhammadiyah.
● Mengaplikasikan sikap uswatun hasanah.
● Menyempurnakan organisasi dan merapikan administrasi.
● Memperbanyak amal dan mempertinggi mutunya.
● Meningkatkan mutu anggota dan kaderisasi.
● Mempererat ukhuwah.
● Menuntun penghidupan anggota.

Khittah Ponorogo
Khittah Ponorogo dirumuskan dalam forum tanwir di Kota Ponorogo tahun 1969. Forum tanwir merupakan forum amanat dari Muktamar ke-37 tahun 1968 di
Yogyakarta. Khittah Ponorogo memuat dua hal pokok rumusan, yaitu pola perjuangan dan program dasar perjuangan. Berikut isi setiap pokok Khittah
Ponorogo.
1. Pola Perjuangan Pola ini memuat Sembilan poin. Poin pertama mengatur bahwa Muhammadiyah harus berpedoman ajaran Islam dalam upaya meraih cita-
cita dan keyakinan hidup.Poin lainnya berbunyi ,wacana pendirian partai politik sebagai salah satu alat perjuangan dakwah. Poin terakhir ditutup dengan
larangan merangkap jabatan khususnya pimpinan.
2. Program Dasar Perjuangan Isi dari program dasar perjuangan dapat disederhanakan dalam upaya pembuktian bahwa ajaran Islam dapat mengatur masyarakat
Indonesia menjadi adil, makmur, sejahtera, bahagia, materil dan spiritual yang diridhoi Allah. Pembuktian ini harus dilakukan dalam bentuk teoritis
konsepsional, bentuk konkret, dan secara operasional.

Khittah Ujung Pandang


Khittah Ujung Pandang dirumuskan dalam Muktamar Muhammadiyah ke-38 di Ujung Pandang (Makassar) tahun 1971. Khittah Ujung Pandang digunakan
sebagai strategi perjuangan khususnya menjadi acuan dalam bidang politik Muhammadiyah sejak tahun 1971.
1. Muhammadiyah murni sebagai organisasi dakwah Islam yang tidak terafiliasi dengan partai politik manapun.
2. Setiap anggota boleh bergabung dengan partai politik lainnya dengan catatan tetap tidak menyimpang dari anggaran dasar Muhammadiyah.
3. Pemantapan gerakan dakwah secara konstruktif dan positif terhadap Partai Muslimin Indonesia.
4. Mengamanatkan pada pimpinan Pusat Muhammadiyah supaya membuat skema dan langkah-langkah guna menyokong pembangunan nasional.
Khittah Surabaya
Khittah ini dirumuskan dalam Muktamar Muhammadiyah ke 40 di Surabaya tahun 1980. Berikut isinya:
1. Hakikat Muhammadiyah, organisasi memaknai kembali hakikat dari organisasi yaitu mewujudkan cita-cita dan keyakinan Muhammadiyah.
2. Muhammadiyah dan Masyarakat, yaitu menekankan kembali posisi organisasi yaitu sebagai gerakan untuk masyarakat.
3. Muhammadiyah dan Politik, menegaskan kembali hubungan antara organisasi dan partai sebagaimana tertulis dalam Khittah Ujung Pandang poin 1 dan 2.
4. Muhammadiyah dan Ukhuwah Islamiyah
5. Dasar dan Program Muhammadiyah.

Khittah Denpasar
Khittah ini diputuskan di Denpasar pada tahun 2002. Khittah ini berisi sembilan poin rumusan strategi perjuangan. Poin pertamanya berbunyi tentang hubungan
politik dan agama yang disepakati bahwa politik merupakan bagian dari ajaran agama, karenanya perlu melibatkan nilai agama dalam praktiknya (partai). Poin
terakhirnya ditutup dengan keterbukaan Muhammadiyah dalam menjalin kerjasama dalam hal kebaikan khususnya dalam membangun bangsa Indonesia.

Dikutip dari :
Nurhayati, dalam Muhammadiyah dalam Perspektif Sejarah, Organisasi, Dan Sistem Nilai (2020).

Anda mungkin juga menyukai