Anda di halaman 1dari 19

AKAD QARDH DAN QARDH AL-HASAN

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Matematika Keuangan Syariah

Dosen Pengampu:

Mar’atus Sholihah, S.Pd.I, M.Pd.

Disusun Oleh:

Salma Faiza Shulcha 126204211068

‘Ulya Rosyidatuzzahro’ 126204211082

Tania Rosyidah 126204212096

Dinar Syurya Nuron A’laa 126204213170

PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYYAH DAN ILMU KEGURUAN

UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG

2024

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkam rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami masih diberikan kesempatan untuk menjabarkan
tentang “Akad Qardh dan Qardh al-Hasan”.
Kami sebagai penulis telah berusaha untuk yang terbaik dalam penjabaran
ilmu melalui makalah ini dan sebagai salah satu penugasan mata kuliah matematika
keuangan syariah, progam studi Tadris Matematika, Universitas Islam Negeri
Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
Keberhasilan makalah ini tentu tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Mar’atus Sholihah, S.Pd.I, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah
Matematika Keuangan Syariah.
2. Rekan-rekan mahasiswa Tadris Matematika angkatan 2021.
3. Seluruh partner yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami selaku penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih banyak kekurangan atau kurang tepat menurut para pembaca sekalian, untuk
itu kami kami mengharap agar segala kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca guna menjadikan kajian makalah ini lebih baik lagi, terutama kepada
dosen pengampu mata kuliah Matematika Keuangan Syariah. Semoga makalah ini
bisa memberikan nilai positif dan nilai kebaikan yang bermanfaat bagi kita semua.

Tulungagung, 18 April 2024

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar Belakang ..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah .........................................................................................1
C. Tujuan .............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3
A. Akad Qardh ...................................................................................................3
1. Pengertian Qardh ..............................................................................................3
2. Dalil (Dasar Hukum) Qardh .............................................................................3
3. Syarat dan Rukun Qardh ..................................................................................4
4. Macam-macam Qardh ......................................................................................5
5. Contoh Qardh ...................................................................................................6
B. Akad Qardh al-Hasan ...................................................................................7
1. Perbedaan Qardh dan Qardh al-Hasan .............................................................7
2. Pengertian Qardh al-Hasan...............................................................................7
3. Dalil (Dasar Hukum) Qardh al-Hasan ..............................................................9
4. Syarat dan Rukun Qardh al-Hasan .................................................................10
5. Manfaat Qardh al-Hasan ................................................................................13
6. Contoh Qardh al-Hasan ..................................................................................13
BAB III PENUTUP ..............................................................................................15
a. Kesimpulan ...................................................................................................15
b. Saran .............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Islam memerintahkan umatnya untuk bekerja sekuat tenaga untuk mencari


rizki yang halal. Dalam menjalankan usahanya dilarang melakukan transaksi
riba dan dianjurkan untuk mengamalkan sejumlah nilai-nilai akhlaqul karimah
seperti tolong-menolong. Prinsip At Ta'âwun adalah salah satu prinsip dalam
Hukum Islam. Prinsip tolong-menolong dalam ketakwaan merupakan salah
satu faktor penegak agama karena dengan tolong menolong akan
menciptakan rasa saling memiliki di antara umat sehingga akan lebih
mengikat persaudaraan. Selain itu manusia merupakan mahluk sosial yang tidak
dapat hidup sendirian, dikarenakan manusia butuh berinteraksi dengan
sesamanya. Dengan tolong-menolong ini seorang muslim dapat dikatakan
sebagai seorang muslim. Tolong-menolong yang dilakukan tidak hanya dalam
lingkup yang kecil seperti antara dua orang tapi juga dalam sebuah perkumpulan
yang besar termasuk dalam bisnis yang di dalamnya ada transaksi
pembiayaan.
Islam mengakui adanya perbedaan pendapatan dan kekayaan pada setiap orang,
tetapi hal itu dengan syarat bahwa perbedaan tersebut diakibatkan karena setiap
orang mempunyai perbedaan keterampilan, inisiatif, usaha dan resiko.
Namun, perbedaan tersebut tidak boleh menimbulkan kesenjangan yang terlalu
jauh antara yang kaya dengan yang miskin karena kesenjangan yang terlalu dalam
tidak sesuai dengan syariah Islam yang mengedepankan keadilan dan
kesamarataan. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk mengkonsentrasikan sumber
daya ditangan segelintir orang saja. Kurangnya program-program efektif untuk
mereduksi kesenjangan sosial yang terjadi selama ini dapat mengakibatkan
kehancuran, bukan penguatan perasaan persaudaraan yang hendak diciptakan
ajaran islam. Syariah islam sangat menekankan adanya suatu distribusi kekayaan
dan pendapatan yang merata antar sesama manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengetian qardh?
2. Apa dalil yang mendasari terbentuknya qardh?

1
3. Apa saja syarat dan rukun qardh?
4. Apa saja macam-macam qardh?
5. Apa saja contoh penggunaan qardh dalam kehidupan sehari-hari?
6. Apa perbedaan qardh dan qardh al-hasan?
7. Apa pengertian qardh al-hasan?
8. Apa dalil yang mendasari terbentuknya qardh al-hasan?
9. Apa saja syarat dan rukun qardh al-hasan?
10. Apa manfaat adanya qardh al-hasan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengetian dari qardh
2. Untuk mengetahui dalil yang mendasari terbentuknya qardh
3. Untuk mengetahui syarat dan rukun qardh
4. Untuk mengetahui macam-macam qardh
5. Untuk mengetahui contoh penggunaan qardh dalam kehidupan sehari-hari
6. Untuk mengetahui perbedaan qardh dan qardh al-hasan
7. Untuk mengetahui pengertian qardh al-hasan
8. Untuk mengetahui dalil yang mendasari terbentuknya qardh al-hasan
9. Untuk mengetahui syarat dan rukun qardh al-hasan
10. Untuk mengetahui manfaat adanya qardh al-hasan

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Akad Qardh
1. Pengertian Qardh
Pengertian qardh adalah Al-Qardh (utang) berasal dari kata qarada – yaqridhu
– qardhan. Secara bahasa asalnya adalah Al-Qath'u (potongan) atau terputus.
Sedangkan secara istilah ialah harta yang diberikan seseorang kepada orang lain
untuk dikembalikan lagi ketika ia telah mampu. Pengertian lain dari utang-piutang
atau qardh adalah harta yang diberikan oleh muqridh (pemberi utang) kepada
muqtaridh (orang yang berutang) untuk dikembalikan kepadanya sama dengan
yang diberikan pada saat muqtaridh mampu mengembalikannya.1

Qardh dalam arti bahasa berasal dari kata qarada yang sinonimnya qatha‟a
yang berarti memotong. Diartikan demikian karena orang yang memberikan utang
memotong sebagian dari hartanya untuk diberikan kepada orang yang menerima
utang (muqtaridh).2

Menurut Bank Indonesia , qardh adalah akad pinjaman dari bank (muqridh)
kepada pihak tertentu (muqtaridh) yang wajib dikembalikan dengan jumlah yang
sama sesuai pinjaman.3

Menurut UU No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, qardh adalah akad
pinjaman dana kepada nasabah dengan ketentuan bahwa nasabah wajib
mengembalikan dana yang diterimanya pada waktu yang telah disepakati.4

2. Dalil (Dasar Hukum) Qardh


QS.Al-Baqarah ayat 245.

ُ ُۖ ‫ْص‬
َ‫ط َواِلَ ْي ِه ت ُ ْر َجعُ ْون‬ ُ ِ‫ّٰللاُ يَ ْقب‬
ُ ‫ض َويَب‬ ْ َ ‫سنًا فَيُضٰ ِعفَهٗ لَ ٗ ٓٗه ا‬
‫ضعَافًا َكثِي َْرة ً َۗو ه‬ َ ‫ّٰللاَ قَ ْرضًا َح‬
‫ض ه‬ ْ ‫َم ْن ذَا الَّ ِذ‬
ُ ‫ي يُ ْق ِر‬

1
Syukri Iska, Veri Antoni Jaih Mubarok, Khotibul Umam , Destri Budi Nugraheni, and Shandy
Primandasetio, Kesumawati Syafei, “Sistem Perbankan Syariah Di Indonesia (Yogyakarta: Fajar
Media Press, 2014), 177. 9,” Yogyakarta: Fajar Media Press, 2018, 14.
2
Muhammad Syafi’i Antonio, “Program Pembiayaan LKSM,” Journal of Chemical Information and
Modeling 53, no. 9 (2013): 1689–99.
3
Ibid.
4
Syukri Iska, Jaih Mubarok, Khotibul Umam , Destri Budi Nugraheni, and Primandasetio,
Kesumawati Syafei, “Sistem Perbankan Syariah Di Indonesia (Yogyakarta: Fajar Media Press, 2014),
177. 9.” Hal.10

3
Artinya :

“Siapakah yang mau memberi pinjaman yang baik kepada Allah? Dia akan
melipatgandakan (pembayaran atas pinjaman itu) baginya berkali-kali lipat. Allah
menyempitkan dan melapangkan (rezeki). Kepada-Nyalah kamu dikembalikan.”

Fadhilah (Keutamaan) Qardh.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:

َ ‫ َو َم ْن َيس ََّر‬،ِ‫ب يَ ْو ِم ْال ِق َيا َمة‬


ُ ‫علَى ُم ْعس ٍِر َيس ََّر هللا‬ ِ ‫ع ْنهُ ُك ْربَةً مِ ْن ُك َر‬ َ َّ‫ نَف‬،‫ب الدُّ ْن َيا‬
َ ُ‫س هللا‬ ِ ‫ع ْن ُمؤْ مِ ٍن ُك ْر َبةً مِ ْن ُك َر‬َ ‫س‬َ َّ‫َم ْن نَف‬
َ ‫ع ْو ِن ْال َع ْب ِد َما َكانَ ْال َع ْبدُ فِي‬
‫ع ْو ِن أَخِ ْي ِه‬ َ ‫ َوهللاُ فِ ْي‬،ِ‫علَ ْي ِه فِي الدُّ ْنيَا َو ْاْلخِ َرة‬
َ

“Barangsiapa menghilangkan suatu kesusahan dari seorang muslim dari kesusahan-


kesusahan dunia, niscaya Allah akan menghilangkan darinya kesusahan dari
kesusahan-kesusahan akhirat. Dan barangsiapa yang memberi kemudahan kepada
orang yang mu’sir (kesulitan membayar hutang), niscaya Allah akan
memudahkannya di dunia dan di akhirat. Dan Allah selalu menolong hamba-Nya
selama hamba tersebut menolong saudaranya.”

3. Syarat dan Rukun Qardh


a. Syarat Al-qardh

Pertama, karena pinjaman sesungguhnya merupakan sebuah transaksi (akad),


maka harus dilaksanakan melalui ijab dan qabul yang jelas, sebagaimana jual beli,
dengan menggunakan lafadz Al-qardh atau yang sepadan dengannya. Masing-
masing pihak harus memenuhi persyaratan kecakapan bertindak hukum dan
berdasarkan iradah (kehendak sendiri).

Kedua, harta benda yang menjadi obyeknya harus mal mutaqawwim. Mengenai
jenis harta benda yang dapat menjadi obyek pinjaman terdapat perbedaan pendapat
di kalangan fuqaha mazhab. Menurut fuqaha Mazhab Hanafiah akad pinjaman
hanya berlaku pada harta benda al-misliyat, yakni harta benda yang banyak
padanannya, yang lazim dihitung melalui timbangan, takaran dan satuan.
Sedangkan harta benda al-qimiyyat tidak sah dijadikan obyek hasil seni, rumah,
tanah, hewan dan lain-lain. Menurut fuqaha Mazhab Malikiyah, Syafi’iyah dan

4
Hanabilah setiap harta benda yang boleh diberlakukan atasnya akad salam boleh
diberlakukannya akad pinjaman, baik berupa harta benda al-misliyyat maupun al-
qimiyyat.

Ketiga, akad pinjaman tidak boleh dikaitkan dengan suatu persyaratan diluar
pinjaman itu sendiri yang menguntungkan pihak muqridh. Ada yang menyebutkan
syarat Al-qardh ada dua, yaitu :pertama, dana yang digunakan ada manfaatnya,
kedua, adanya kesepakatan diantara kedua belah pihak5

b. Rukun Al-qardh

Seperti halnya akad-akad yang lain, Al-qardh memiliki rukun-rukun, antara


lain:

1) Muqridh (pemilik modal)

2) Muqtaridh ( peminjam)

3) Ijab Kabul

4) Qardh (modal yang dipinjamkan)

c. Syarat Sah Al-qardh

1) Qardh atau barang yang diinjamkan harus barang yang mempunyai manfaat,
tidak sah jika tidak ada kemungkinan pemanfaatannya, karena Qard adalah akad
terhadap harta.

2) Akad Qardh tidak bisa dilaksanakan kecuali dengan ijab dan kabul, seperti
halnya jual beli6.

4. Macam-macam Qardh
Qardh dibedakan menjadi dua macam, yaitu.7
a. Qardh al-hasan, yaitu meminjamkan sesuatu kepada orang lain, dimana pihak
yang dipinjami sebenarnya tidak ada kewajiban mengembalikan. Adanya

5
Ghufron A. Mas’adi, Fiqh Muamalah, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2002, h.173
6
Syafi’i Antonio, Bank Syariah :dari teori ke praktik, Jakarta:Gema Insani Press, 2001, h.131
7
B A B Ii and A Definisi Harta, “M. Yazid Afandi, Fiqih Muamalah Dan Implementasinya Dalam
Lembaga Keuangan Syariah (Yogyakarta: Logung Pustaka 2009),18. 25,” Ekonomi Syariah, 2018,
25–56.

5
qardh al-hasan ini sejalan dengan ketentuan Al-Qur’an surat At Taubah ayat 60
yang memuat tentang sasaran atau orang-orang yang berhak atas zakat, yang
salah satunya adalah Gharim yaitu pihak yang mempunyai utang di jalan Allah.
Melalui qardh al hasan maka dapat membantu sekali orang yang berutang di
jalan Allah untuk mengembalikan utangnya kepada orang lain tanpa adanya
kewajiban baginya untuk mengembalikan utang tersebut kepada pihak yang
meminjami. Keberadaan akad ini merupakan karakteristik dari kegiatan usaha
perbankan syariah yang berdasarkan pada prinsip tolong menolong.
b. Al-qardh yaitu meminjamkan sesuatu kepada orang lain dengan kewajiban
mengembalikan pokoknya kepada pihak yang meminjami.

5. Contoh Qardh
Aplikasi Al-Qardh dalam Perbankan Syariah. Akad Qardh biasanya diterapkan
pada hal-hal berikut.8
1. Sebagai produk pelengkap kepada nasabah yang telah terbukti loyalitas dan
bonafiditasnya, yang membutuhkan dana talangan segera untuk masa yang
relatif pendek. Nasabah tersebut akan mengembalikan secepatnya uang yang
dipinjamnya itu.
2. Sebagai fasilitas nasabah yang memerlukan dana cepat, sedangkan ia tidak bisa
menarik dananya karena misalnya, tersimpan dalam bentuk deposito.
3. Sebagai produk untuk menyambung usaha yang sangat kecil atau membantu
sektor sosial.
4. Sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil, dimana menurut perhitungan bank
akan memberatkan si pengusaha bila diberikan pembiayaan dengan skema jual
beli, ijarah, atau bagi hasil.9
5. Pembiayaan pengurusan haji, berdasarkan Fatwa DSN No: 29/DSN-
MUI/VI/2002 tentang Pembiayaan Pengurusan Haji Lembaga Keuangan
Syariah, menetapkan ketentuan sebagai berikut.10
a. Dalam pengurusan haji bagi nasabah, LKS dapat memperoleh imbalan jasa
(ujrah) dengan menggunakan prinsip al-ijarah sesuai fatwa DSN-MUI
No.9/DSNMUI/IV/2000
b. Apabila diperlukan, LKS dapat membantu menalangi pembayaran BPIH
nasabah dengan menggunakan prinsip al-qardh sesuai fatwa DSN-MUI
No.19/DSNMUI/IV/2001
c. Jasa pengurusan haji dilakukan LKS tidak boleh dipersyaratkan dengan
pemberian talangan haji.

8
Syukri Iska, Jaih Mubarok, Khotibul Umam , Destri Budi Nugraheni, and Primandasetio,
Kesumawati Syafei, “Sistem Perbankan Syariah Di Indonesia (Yogyakarta: Fajar Media Press, 2014),
177. 9.”
9
Seraceddin Levend Zorluoğlu, “No Title ‫طرق تدريس اللغة العربية‬,” Экономика Региона, 2012, 32.
10
Ibid.

6
d. Besar imbalan jasa al-Ijarah tidak boleh didasarkan pada jumlah talangan al-
Qardh yang diberikan LKS kepada nasabah.
B. Akad Qardh al-Hasan
1. Perbedaan Qardh dan Qardh al-Hasan
Berikut ini merupakan tabel perbedaan antara Qardh dan Qardh Al-Hasan: 11

No Keterangan Qardh Qardh Al-Hasan


1. Pengertian Memberikan pinjaman Memberikan pinjaman
kepada orang lain kepada orang lain, dimana
(seorang yang mau peminjam tersebut tidak di
mngembangkan haruskan untuk
usahanya atau mengembalikan pokoknya
mendirikan usaha) yang apabila si peminjam benar-
pinjaman pokoknya benar tidak mampu
ditagih kembali mengembalikannya dan
dalam keadaan mendesak.
2. Contoh Seseorang yang Seorang kerabat yang
meminjam uang untuk sedang membutuhkan
mengembangkan usaha pinjaman untuk menebus
di sebuah toko sembako. obat diapotik, dikarenakan
Setelah mendapat dia orang miskin dan tidak
keuntungan dan mampu mengembalikan
sekiranya bisa membayar hutangnya tersebut maka
pokok kewajiban diikhlaskan untuk amal
membayar hutangnya kebaikan.
maka pinjaman modal
tersebut harus
dikembalikan.
3. Sumber dana Berasal dari dana Berasal dari dana sadaqah,
komersial dan modal. infak dan dana zakat.

2. Pengertian Qardh al-Hasan


Pengertian qardhul hasan menurut bahasa ada dua suku kata qardhu artinya
potongan dari harta yang diberikan kepada orang yang meminjam atau muqaridh

11
Muhammad Imam Purwadi, “Al-Qardh dan Al-Qardhul Hasan sebagai Wujud Pelaksanaan
Tanggung Jawab Sosial Perbankan Syariah”, Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM, Vol. 21 No. 1,
Januari 2014, hal 37-39.

7
sedangkan kata hasan yaitu berarti kebaikan.12 Sedangkan para ahli fiqh
mengartikan Qardh al hasan menurut hukum syara’ adalah sebagai berikut :13

1. Madzab Hanafi mengartikan qardh artinya harta benda yang kamu serahkan
atau kamu pinjamkan kepada seseorang dengan berharap kamu
mendapatkan pengembalian barang yang sesuai dengan barang yang
dipinjamkannya, karena dalam ilmu qardh harus sesuai benda yang
mempunyai persamaan.
2. Madzhab Maliki, mengartikan jika seorang menyerahkan pinjaman kepada
pihak lain sesuatu yang meiliki nilai harta yang dimilki semata- mata untuk
lebih mengutamakan kepentingan, dalam artian tidak menghendaki
pinjaman yang tidak halal, dengan janji si pemberi modal dengan syarat
tidak berbeda dari benda atau pinjaman yang diberikan.
3. Madzhab hambali, mengartikan qardhul hasan adalah menyerahkan harta
kepada seorang yang dapat mengambil keuntungan atau manfaat dari
pinjamannya tersebut dan mengembalikan gantinya.
4. Madzhab syafi’ii, qardhul hasan merupakan akad perjanjian yang dibut
khusus oleh pemberi dana atau pemberi pinjaman untuk mengalihkan
kepemilikan hartanya kepada si peminjam, dan si peminjam berjanji akan
segera mengembalikan semua barang yang dipinjaminya.
5. Menurut Muhammad Muslehudin, qardhul hasan adalah suatu jenis akad
pinjaman yang digunakan umyuk kepentingan peminjaman dana. Pinjaman
harus dikembalikan sesuai nilai awal saat peminjaman karena jika
dilebihkan maka tersebut merupakan riba yang sangat dilarang keras.14

Menurut undang undang arti dari qardhul hasan merupakan akad pinjaman dana
kepada nasabah atau peminjam dana dengan ketentuan si peminjam wajib
mengembalikan dana yang di terimanya pada waktu yang sudah ditentukan dan
disepakati oleh kedua belah pihak.

12
Muhammad, “Tehnik Perhitungan Bagi Hasil Dan Profit Margin Pada Bank Syariah,” UII Press,
Yogyakarta, 2004, hal 40.
13
Abdurrahman al Jaziri, “Kitab Fiqih Empat Madzhab,CV.Asy Syifa, Semarang” 1994, hal 649.
14
Muhammad Maslehudin, “Sistem Perbankan Dalam Islam,” Reneka Cipta, Jakarta, 2004, hal 78.

8
3. Dalil (Dasar Hukum) Qardh al-Hasan
a. Al Qur’an

Surat Al Hadid ayat 11

‫ض ِعفَهٗ لَهٗ َولَهٗ ٓٗ ا َ ْج ٌر َك ِر ْي ٌم‬


ٰ ُ‫سنًا فَي‬ ً ‫ّٰللاَ َق ْر‬
َ ‫ضا َح‬ ‫ض ه‬ ْ ‫َم ْن ذَا الَّذ‬
ُ ‫ِي يُ ْق ِر‬

Artinya : “ Allah SWT akan melipat gandakan balasan pinjaman itu


untuknya jika siapapun yang mau meminjamkan dananya atau barangnya
kepada Allah pinjaman yang baik dan dia pasti mendapatkan pahala yang
begitu besar dan banyak dari Allah SWT”.

Surat An Naml ayat 89

‫َم ْن َج ا َء ب ِ ال ْ َح س َ ن َ ةِ ف َ ل َ ه ُ َخ يْ ٌر ِم ن ْ َه ا َو ه ُ ْم ِم ْن ف َ زَ ع ٍ ي َ ْو َم ئ ِ ٍذ آ ِم ن ُ و َن‬

Artinya : “Barangsiapa yang membawa kebaikan, maka ia memperoleh


(balasan) yang lebih baik dari padanya, sedang mereka itu adalah orang-
orang yang aman tenteram dari pada kejutan yang dahsyat pada hari itu”.
Dalam membelanjakan harta dijalan Allah, karena kita harus
meminjamkan harta kita ke sesama manusia sebagai bagian dari kehidupan
bermasyarakat sosial.
b. Hadist

Beberapa hadist sudah menjelaskan tentang akad qardhul hasan seperti


dibawah ini :

ُ‫ع ْنهُ َو َم ْن أ َ َخذَ ي ُِر ْيدُ ِإتْالَفَ َها أَتْلَفَه‬


َ ُ‫اس ي ُِريد ُ أَدَا َءهَا أَدَّى هللا‬
ِ َّ‫َم ْن أ َ َخذَ أ َ ْم َوا َل الن‬
ُ‫هللا‬

Artinya: “Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, dari Nabi Shallallahu


Alaihi wa Sallam bersabda, “barangsiapa mengambil harta orang lain
dengan maksud untuk mengembalikannya, maka Allah akan menolongnya

9
untuk dapat mengembalikannya; dan barangsiapa yang mengambilnya
dengan maksud untuk menghabiskannya, maka Allah akan merusaknya.”
(HR. Al-Bukhari).

ِ ‫ع ْنهُ ُك ْربَةً ِم ْن ُك َر‬


‫ب َي ْو ِم‬ َ ُ‫ فَ َّر َج هللا‬،‫ب الدُّ ْنيَا‬ ِ ‫َم ْن فَ َّر َج َع ْن ُم ْس ِل ٍم ُك ْربَةً ِم ْن ُك َر‬
‫ام ْال َع ْبدُ فِ ْي َع ْو ِن أَ ِخ ْي ِه‬َ َ‫ َوهللاُ ِف ْي َع ْو ِن ْال َع ْب ِد َماد‬،‫ْال ِقيَا َم ِة‬

“Orang yang melepakan seorang muslim dari kesulitan didunia Allah akan
melepaskan kesulitannya di hari akhir atau kiamat nanti dan Allah
senantiasa menolong hamba-Nya selama ia suka menolong saudaranya” (
HR.Muslim)

ُ َ ‫علَ ْي ِه َوآ ِل ِه َو‬


َ ِّ‫ص ِل‬
‫ي‬ َ ُ‫ي ِب َجنَازَ ةٍ ِلي‬َ ِ‫سلَّ َم أت‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬َ ‫ي‬ َّ ‫عن سلمة بن األكوع أ َ َّن النَّ ِب‬
،‫ي بِ َجنَازَ ةٍ أ ُ ْخ َرى‬ ُ َ ‫صلَّى‬
َ ِ‫ ث ُ َّم أت‬،‫علَ ْي ِه‬ َ َ‫ ف‬،َ‫ ال‬:‫علَ ْي ِه ِم ْن دَي ٍْن؟ قَالُ ْوا‬
َ ‫ ه َْل‬:‫ فَقَا َل‬،‫علَ ْي َها‬
َ
:َ ‫ قَا َل أَب ُْو قَتَادَة‬،‫احبِ ُك ْم‬
ِ ‫ص‬ َ ‫صلُّ ْوا‬
َ ‫علَى‬ َ :‫ قَا َل‬،‫ نَعَ ْم‬:‫علَ ْي ِه ِم ْن دَي ٍْن؟ َقالُ ْوا‬
َ ‫ ه َْل‬:‫فَقَا َل‬
َ ‫صلَّى‬
‫علَ ْي ِه‬ َ ‫ َف‬،ِ‫س ْو َل هللا‬ َّ َ‫عل‬
َ َ‫ي دَ ْينُهُ ي‬
ُ ‫ار‬ َ

Telah dihadapkan kepada Rasululloh ( mayat laki – laki untuk di shalatkan).


Rasululloh bertanya ,”apakah dia mempunyai warisan?” Para sahabat
menjawab “Tidak”. Rasululloh bertanya lagi , “Apakah dia mempunya
utang?” para sahabatpun menjawab “Ya, sejumlah tiga dinar”, Rasulullah
pun menyuruh para sahabat untuk menshalatkannya ( tetapi Beliau sendiri
tidak ). Abu Qatadah lalu berkata,: “saya menjamin utangnya Rasulullah.”
Maka Rasulullah pun mensholatkan mayat tersebut ( HR. Bukhari )

4. Syarat dan Rukun Qardh al-Hasan


Setiap kegiatan bermuamalah yang dilakukan umat muslim hendaknya
memerhatikan rukun-rukun dan syarat yang sudah ditetapkan dalam hukum Islam,
hal ini untuk melengkapi suatu akad atau transaksi. Sehingga transaksi yang telah
disepakati oleh kedua belah pihak dapat dinyatakan sah sesuai dengan hukum Islam
yang telah ditetapkan.

a. Rukun-rukun Qardhul Hasan diantaranya adalah:

10
1. Pihak yang meminjam (Muqtarid).
2. Pihak yang memberikan pinjaman (Muqrid).
3. Barang yang dihutang/objek akad (Muqtarad/ ma’qud ‘alaih).
4. Ijab qabul (Sighat).15

Berikut ini merupakan ketentuan syariah dari masing-masing rukun dalam Qardh
Al-Hasan:

1. Orang yang meminjamkan (mu’ir) memenuhi syarat berikut:


a. Harus baligh, berakal, dan orang yang tidak dimahjur
b. Berhak berbuat kebaikan sekehendak orang tersebut
c. Manfaat dari barang yang dipinjamkan menjadi milik peminjam dan
barang yang dipinjamkan menjadi milik yang meminjamkan.
2. Orang yang meminjam (musta’ir) memenuhi syarat berikut:
a. Harus baligh, berakal, dan bukan orang yang dimahjur
b. Berhak mendapat kebaikan
c. Dapat dipercaya untuk menjaga barang tersebut
3. Barang yang dipinjamkan (musta’ar) memenuhi syarat berikut:
a. Mempunyai manfaat yang dapat diambil oleh peminjam
b. Barang yang diambil manfaatnya tidak rusak karena pemakaian
yang disetujui dalam perjanjian. Ulama hanafiyah berpendapat
bahwa qard dipandang sah pada harta mitsil, yaitu sesuatu yang tidak
terjadi perbedaan yang menyebabkan terjadinya perbedaan nilai.
Diantara yang dibolehkan adalah benda-benda yang ditimbang,
ditakar, atau dihitung. Hal ini dikarenakan agar mudah untuk
dikembalikan.
c. Jelas nilai pinjamannya dan waktu pelunasan
d. Peminjam diwajibkan membayar pokok pinjaman pada waktu yang
sudah ditentukan atau yang sudah disepakati, tidak boleh
diperjanjikan aka nada penambahan atas pokok pinjamannya.

15
Muhammad Bisri Mustofa dan Mifta Khatul Khoir, “Qardhul Hasan Dalam Perspektif Hukum
Islam Pada Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) Dan Implementasinya”, At-Taajir, Vol. 1, No. 1, Juli-
Desember 2019, hal 52.

11
Namun peminjam dibolehkan memberikan sumbangan secara
sukarela.
e. Apabila memang si peminjam mengalami kesulitan keuangan maka
waktu peminjaman dapat diperpanjang atau menghapuskan sebagian
atau seluruh kewajibannya, namun jika peminjam lalai maka dapat
dikenakan denda.
4. Ijab kabul (sighat):
Yaitu pernyataan dan ekspresi saling ridha atau rela diantara pihak – pihak
pelaku akad yang dilakukan secara tertulis dan tatap muka, melalui cara
komunikasi modern yang lain:
a. Kalimat memberikan musta’ar
Seorang mu’ir dapat mengucapkan:
“Saya meminjamkanmu (jumlah harta) dengan syarat pinjaman
yang baik”.
b. Kalimat menerima musta’ar
Seorang musta’ir dapat mengucapkan:
“Saya menerima pinjaman (jumlah harta) dengan syarat Al-Qardh
Al-Hasan yang telah disepakati”.
b. Syarat Qardh Al-Hasan:
1. Akad qardhul hasan terkait dengan barang yang memiliki manfaat , maka
tidak sah jika barang tersebut tidak ada kemungkinan adanya pemanfaatan
karena akad qardhul hasan terkait dengan harta.
2. Akad qardhul hasan seperti halnya akad jual beli tidak bisa disetujui dan
tidak bisa dilaksanakan jika tidak ada ijab Qabul antara kedua belah pihak.

Adapun ketentuan-ketentuan umumnya adalah:

1. Pinjaman yang diberikan kepada sipeminjam ( muqtaridh ) yang


memerlukan
2. Sipeminjam wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada
waktu yang telah disepakati oleh kedua belah pihak
3. Biaya administrasi dibebankan kepada sipeminjam
4. Si peminjam dapat memberikan tambahan secara sukarela selain biaya
pokok

12
5. Manfaat Qardh al-Hasan
Adapun beberapa manfaat dari akad pinjaman qardhul hasan ialah sebagai
berikut: 16

1. Bagi keluarga yang kurang berkecukupan sangat penting bagi talanhgan


jangka pendek yang fungsinya sebagai penjagaan saat kondisi kesulitan
keuangan.
2. Qardhul hasan adalah suatu akad yang didalamnya terdapat misi sosial
membantu sesama muslim saat mengalami kesulitan.
3. Akad qardhul hasan mempunyai misi sosial kemasyarakatan yang otomatis
meningatkan citra baik /nama baik sehingga meningkatkan loyalitas
msyarakat terhadap bank syariah.
4. Dapat mengalihkan pedagang kecil dari ikatan utang rentenir, dengan
mendapatkan utang dari bank syariah tanpa bunga.
5. Memungkinkan nasabah yang sedang dalam kesulitan mendesak untuk
dapat talangan jangka pendek.
6. Al qardhul hasan juga merupakan salah satu ciri pembeda antara bank
syariah dan bank konvensional yang didalamnya terkandung misi sosial,
disamping misi komersial.

6. Contoh Qardh al-Hasan


Akad qardhul hasan biasanya diterapkan sebagai hal berikut : 17

1. Sebagai produk pelengkap BMT membuka produk al qardh, kerena


terbatasnya dana sosial yang tersedia, atau rendahnya plafond yang
diprogamkan dalam keadaan ini, produk al qardh yang diterapkan jika
keadaan sangat mendesak.
2. Sebagai fasilitas pembiayaan BMT dapat mengembangkan produk ini,
mengingat nasabah atau anggota yang dilayani BMT tergolong sangat
miskin, sehingga tidak mungkin menggunakan akad komersial.
3. Pengembangan produk baitul maal Al qardh dikembangkan oleh bmt seiring
dengan upaya pengembangan baitul maal. Kondisi ini paling ideal. Sebagai

16
B A B Ii, Al Qardhul Hasan, and Al Qardhul, “2 : 1.,” n.d., 10–41.
17
Ibid.

13
produk untuk menyumbang usaha yang sangat kecil atau membantu sektor
sosial.
4. Pemberian pinjaman kepada orang yang membutuhkan dana sosial atau
kecil, seperti pengusaha kecil yang memiliki prospek bisnis yang sangat
baik, tetapi kekurangan dana. Pemberi pinjaman memberikan pinjaman ini
tanpa adanya bunga atau tambahan keuntungan, hanya dengan niat
kebaikan. Peminjam hanya berkewajiban melunasi jumlah pinjaman pokok
tanpa diharuskan memberikan tambahan apapun. Namun, peminjam dapat
mengembalikan lebih banyak sebagai tanda terima kasih, tetapi tidak
diperjanjikan sebelumnya

14
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
1. Qardh dibedakan menjadi dua yaitu qardh al-hasan dan al-qardh
2. Qardh merupakan akad pinjaman dana kepada nasabah dengan ketentuan
nasabah wajib mengembalikan dana dengan jangka waktu yang telah
disepakati. Sumber dana Qardh berasal dari dana komersial dan modal
3. Qardh al-hasan adalah menyerahkan harta kepada seorang yang dapat
mengambil keuntungan atau manfaat dari pinjamannya tersebut dan
mengembalikan gantinya. Sumber dananya berasal dari dana sadaqah, infak
dan zakat.

b. Saran
Demikian yang dapat penulis sampaikan, tentunya banyak kekurangan dan
kelemahan karena keterbatasan pengetahuan, kurangnya rujukan atau referensi
dalam penyusunan makalah ini. Penulis berharap agar pembaca memberikan kritik
dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya penulis dan pembaca.

15
DAFTAR PUSTAKA
Ii, B A B, Al Qardhul Hasan, and Al Qardhul. “2 : 1.,” n.d., 10–41.

Bisri Mustofa, Muhammad dan Khatul Khoir Mifta. “Qardhul Hasan Dalam
Perspektif Hukum Islam Pada Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) Dan
Implementasinya”, At-Taajir, Vol. 1, No. 1, Juli-Desember 2019.

Ghufron A. Mas’adi. Fiqh Muamalah, Jakarta : Raja Grafindo Persada. 2002.


Imam Purwadi, Muhammad. “Al-Qardh dan Al-Qardhul Hasan sebagai Wujud
Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perbankan Syariah”, Jurnal Hukum
IUS QUIA IUSTUM, Vol. 21 No. 1, Januari 2014.

Jaziri, Abdurrahman al. “Kitab Fiqih Empat Madzhab,” 1994, hal 649.

M. Yazid Afandi, Fiqih Muamalah Dan Implementasinya Dalam Lembaga


Keuangan Syariah (Yogyakarta: Logung Pustaka 2009),18. 25,” Ekonomi
Syariah, 2018, 25–56.
Maslehudin, Muhammad. “Sistem Perbankan Dalam Islam.” Reneka Cipta,
Jakarta, 2004, hal 78.

Muhammad Syafi’i Antonio, “Program Pembiayaan LKSM,” Journal of Chemical


Information and Modeling 53, no. 9 (2013): 1689–99.
Muhammad. “Tehnik Perhitungan Bagi Hasil Dan Profit Margin Pada Bank
Syariah.” UII Press, Yogyakarta, 2004, hal 40.

Syafi’i Antonio, Muhammad. Bank Syariah :dari teori ke praktik. Jakarta:Gema


Insani Press. 2001.

Syukri Iska, Veri Antoni Jaih Mubarok, Khotibul Umam , Destri Budi Nugraheni,
and Shandy Primandasetio, Kesumawati Syafei, “Sistem Perbankan Syariah
Di Indonesia (Yogyakarta: Fajar Media Press, 2014), 177. 9,” Yogyakarta:
Fajar Media Press, 2018, 14.

16

Anda mungkin juga menyukai