Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SUMBER AJARAN, TUJUAN, DAN SEJARAH TASAWUF

Makalah Ini Disusun Guna untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah:

AKHLAQ TASAWUF

Dosen Pengampu:
Drs. Zainal Arifin, M.HI

Disusun Oleh :

1. Qorik kholiya Mega permai


2. Ika Meylina Sari
3. Siti Imroatus Sholikah

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM MIFTAHUL ‘ULA


JURUSAN TARBIYAH (PIAUD)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MIFTAHUL ‘ULA

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah berkenan melimpahkan Rahmat dan
Taufiq-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makala dengan berjudul
“SUMBER AJARAN, TUJUAN DAN SEJARAH TASAWUF” dalam rangka
memenuhi salah satu tugas mata kuliah AKHLAQ TASAWUF
Ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kami sampaikan kepada:
Drs. Zainal Arifin, M.HI selaku Dosen Pengampu yang telah memberikan
dorongan dan bimbingan kepada saya untuk dapat menyelesaikan makalah ini
dengan sebaik-baiknya.
Kami sudah berusaha semaksimal mungkin demi terselesainya makalah
ini, bila ada kekurangan dan kesalahannya mohon kritik dan saran dari pihak
untuk menuju perbaikan makalah ini.
Akhirnya kami berharap mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi
kami dan umumnya bagi pembaca semuanya.

Klurahan, 25 Maret 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL......................................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang................................................................................................
B. Rumusan masalah...........................................................................................
C. Tujuan.............................................................................................................
BAB II. PEMBAHASAN
A.Pengertian Tasawuf ........................................................................................
B.Sumber Ajaran Tasawuf..................................................................................
C.Tujuan Tasawuf.............................................................................................
D.Sejarah Perkembangan Tasawuf ..................................................................
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................
B. Saran.............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tasawuf adalah sebuah pandangan tentang dunia yang berpusat pada Dia
(Tuhan) saja dan tidak tenggelam pada yang bukan Dia. Tasawuf adalah
pandangan tentang hakikat suatu realitas yang dalam filsafat, tergolong ilmu
tentang hakikat (ontologi). Hakikat tidak sekedar mengkaji dan memahami apa
adanya tetapi mengkaji dan memahami ada apa di balik apa adanya. Istilah
tasawuf memang tidak ada dalam Al-Qur’an dan Sunnah, tetapi lebih berdasarkan
rumusan dan ajaran para guru yang tidak bertentangan dengan sumber hukum
Islam yang utama. Pertumbuhan dan perkembangan tasawuf di Nusantara
dimotori oleh Hamzah Fansuri dan Syamsuddin Sumatrani, dua tokoh sufi yang
datang dari pulau Andalas (Sumatera) pada abad ke 17 M. Pada realitas
pengamalannya tasawuf termasuk di Indonesia tergolong pada 2 macam yaitu
tasawuf falsafi dan tasawuf akhlaki. Tasawuf falsafi yang dimotori oleh Ibn Araby
kaya akan ide-ide pemahaman tentang Tuhan dan tasawuf akhlaki lebih
menekankan amal ibadah dan akhlakulkarimah dalam mendekatkan diri pada
Tuhan. Tasawuf akhlaki lebih mengalami perkembangan pesat dibuktikan dengan
semakin banyaknya masyarakat yang mengikutinya. Kontribusinya bagi
kehidupan berbangsa dan bernegara jelas sekali. Pertama ketekunan dan
keyakinan terhadap tarekat telah membentuk jiwa yang kuat dan istiqomah dalam
melawan maksiat termasuk melawan penjajah hingga Indonesia merdeka
berdaulat.. Selanjutnya pendekatan akhlak mulia sebagai usaha untuk mendekati
Allah Swt. (tasawuf akhlaki) juga telah banyak melahirkan insan yang juga
berobah baik akhlaknya.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Tasawuf ?
2. Apa Sumber Ajaran Tasawuf ?
3. Apa Tujuan dari Tasawuf?
4. Apa Sejarah perkembangan Tasawuf?

C. Tujuan Pembahasan

1. Memahami Tentang pengertian Tasawuf


2. Memahami Tentang Sumber Ajaran Tasawuf
3. Memahami Tentang Tujuan dari Tasawuf
4. Memahami Tentang Sejarah Perkembangan Tasawuf

5
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Tasawuf
Tasawuf berasal dari bahasa Arab yaitu “TashawwafaYatashawwafu-
Tashowwuf” yang memiliki arti bulu domba atau wol (Shuf). Maksudnya ialah
para penganut tasawuf pada masa kehidupannya sederhana akan tetapi memiliki
hati yang mulia serta mereka para sufi menjauhi pakaian yang sutra dan memakai
kain wol dari bulu domba. Yang mana pada masa itu memakai kain wol adalah
bentuk dari simbol kesederhanaan. Kata tasawuf juga berasal dari kata Shaff yang
berarti barisan, makna dari kata shaff ini diartikan pada para jamaah yang selalu
berada pada barisan terdepan ketika shalat, sebagaimana dikatakan bahwa orang
yang ketika shalat berada pada barisan terdepan akan memperoleh suatu
kemuliaan serta pahala dari Allah Swt. Adapun pengertian lain dari tasawuf yaitu
berasal dari kata Shuffah yang berarti serambi masjid nabawi yang ditempati oleh
sebagian sahabat Rasulullah. Maknanya dilatarbelakangi oleh sekelompok sahabat
yang hidupnya penuh dengan kezuhudan dalam konsentrasi beribadah kepada
Allah Swt. Mereka para sahabat yang ikut berpindah bersama Rasulullah dari
Makkah ke Madinah dalam keadaan miskin dan kehilangan harta.
Adapun pengertian lain mengenai tasawuf dari tokoh sufi, dari masing-
masing pendapat berbeda dan penulis hanya mengutik pendapat
dari pada tokoh sufi, diantaranya:
a. Al-Junaidi berpendapat bahwa tasawuf adalah kegiatan membersihkan hati
dari segala hal yang mengganggu perasaan manusia, mendekati suatu hal
yang di ridhai Allah, bergantung pada ilmu-ilmu hakikat, memberikan
nasihat kepada semua orang, memegang erat janji dengan Allah dalam hal
hakikat serta mengikuti contoh Rasulullah dalam hal syari‟at.
b. Syekh Abdul Qadir al-Jailani berpendapat bahwa tasawuf
merupakan cara untuk mensucikan hati dan melepaskan nafsu dari
pangkalnya dengan berkhalwat, riyadhah, taubat dan ikhlas.
c. Syaikh Ibnu Ajibah berpendapat bahwa tasawuf adalah sebagai ilmu yang
membawa kepada pendekatan kepada Allah Swt. Melalui penyucian
rohani dan diimplementasikan dengan amal perbuatan shaleh melalui jalan
tasawuf yang utama yaitu Ilmu, amal dan karunia Ilahi. Beragamnya
pendapat mengenai definisi dari tasawuf yang telah dirumuskan para tokoh

6
sufi menyebabkan sulitnya mendefinisikan tasawuf secara lengkap atau
kompatibel.Menurut seorang tokoh sufi yang mahsyur yaitu, Imam
AlGhazali dalam konsep tasawufnya dimaknai sebagai sebuah ketulusan
kepada Allah dan pergaulan yang baik dengan sesama manusia.
Mengandung dua unsur, berkaitan dengan hubungan manusia dengan
Allah dan hubungan sesama manusia. Hubungan dengan Allah terhadap
ketulusan (keikhlasan niat) yang ditandai dengan menghilangkan
kepentingan diri untuk melaksanakan perintah Allah. Sedangkan hubungan
manusia didasarkan pada etika pergaulan. Salah satunya adalah
mendahulukan orang lain diatas kepentingan diri sendiri atau disebut
dalam bahasa Maiyah adalah Altruisme. Dan selama kepentingan tersebut
tidak bertentangan dengan syariat. Sebab, menurut tokoh sufi Imam Al-
Ghazali, setiap orang yang melakukan penyimpangan terhadap syariat
maka ia bukan sufi. Dan jika ia mengaku sufi maka pengakuannya adalah
dusta. (Al-Ghazali,:Khulasah, 2006).
Dasar-dasar tasawuf menurut tokoh sufi Imam Al-Ghazali, adalah:
memakan makanan yang halal serta mengikuti teladan Rasulullah saw.
Baik dalam akhlak, perbuatan dan perintah-perintahnya dan siapapun yang
tidak mengikuti ajaran Al-Qur‟an , mencatat hadis, dalam konteks tasawuf
tidak bisa diikuti. Karena ilmu kita terikat dengan pedoman hidup yaitu
Al-Qur‟an dan as-Sunnah. Dengan demikian, tasawuf yang benar adalah
tasawuf yang menekankan pada pengamalan syariat, moralitas, kesabaran
dan keikhlasan dalam beribadah.1

B. Sumber Ajaran Tasawuf


Tasawuf bersumber dari Al-Qur‟an dan Hadist, di dalam kedua

sumber tersebut sarat akan tatanan ajaran-ajaran moral yang membimbing serta
mengarahkan kehidupan umat muslim untuk menjadi lebih baik dalam pandangan
Allah Swt. Sebagaimana yang telah dipraktekkan oleh para kaum sufi. Banyak
sekali ayat-ayat di dalam Al-Qur‟an yang mendorong manusia agar senantiasa
selalu mendekatkan diri kepada Allah Swt. Dalam hal ini ada beberapa pembagian
dalam tasawuf diantaranya:

a) Tasawuf Akhlaqi

1
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, (Jakarta: Amzah, 2012),4.

7
Merupakan ajaran berdasarkan doktrin Ahl al-sunnat wa alJama‟at yang
bersumber dari Al-Qur‟an dan Hadist, yang berkaitan berdasarkan pada keadaan
tingkat rohaniah yang berorientasi pada penyucian jiwa dan pembinaan moral
ajaran tasawuf yang membahas tentang kesempurnaan dan kesucian jiwa yang di
formulasikan pada pengaturan sikap mental dan pendisiplinan tingkah laku guna
mencapai taraf kebahagiaan optimal, manusia harus lebih dahulu
mengidentifikasikan eksistensi dirinya dengan ciri-ciri berketuhanan melalui
sebuah pembersihan jiwa dan raga yang bermula dari pembentukan pribadi
bermoral dan berakhlaqul karimah atau berakhlaq mulia, dalam ilmu tasawuf
dikenal dengan takhalli (pengosongan diri dari sifat-sifat tercela),
tahalli(menghiasi diri dengan sifat-sifat terpuji), dan tajalli (terungkapnya nur
ghaib bagi hati yang telah bersih sehingga mampu menangkap cahaya ketuhanan).
Oleh karena itu, tasawuf akhlaqi merupakan kajian ilmu yang sangat memerlukan
praktik untuk menguasainya. Pengetahuan tidak hanya berangkat dari teori akan
tetapi juga dalam hal ini harus terealisasikan dalam rentang waktu kehidupan
manusia. Supaya lebih mudah untuk menempatkan posisi tasawuf pada kehidupan
bermasyarakat atau bersosial. Para pakar tasawuf membentuk spesifikasi kajian
tasawuf pada ilmu tasawuf akhlaqi, sebagaimana yang telah disabdakan Nabi
Saw, “Sesungguhnya aku telah diutus (dengan tujuan) untuk menyempurnakan
kemuliaan akhlaq”.

b) Tasawuf Falsafi

Tasawuf Falsafi merupakan tasawuf yang membahas tentang memadukan


antara visi mistis dan rasional sebagai penggagasnya. Tasawuf falsafi muncul
dalam islam sejak abad VI Hijriyah. Walaupun demikian tasawuf filosofis tidak di
pandang sebagai filsafat, karena ajaran dan metodenya di dasarkan pada dasar
dzauq, dan tidak bisa pula dikategorikan kedalam tasawuf yang murni karena di
ungkapkan dengan bahasa filsafat. Konsep-konsep yang ada pada tasawuf falsafi
merupakan tasawuf yang kaya dan penuh dengan pemikiran-pemikiran filsafat.
Karena ajaran filsafat yang paling banyak dipergunakan dalam analisis tasawuf
adalah paham emanasi neo-Plotinus. Para sufi sering mengungkapkan kesamaran
dalam pengalaman rohaninya, yang sering dikenal dengan syathahiyyatyaitu suatu

8
ungkapan yang sulit dipahami, yang seringkali menimbulkan kesalahpahaman
atau kerancuan dari pihak luar ketika mencoba memahaminya. Tokoh-tokoh
dalam tasawuf falsafi adalah Al-Hallaj, Abu Yazid al-Busthami dan sebagainya.

c) Tasawuf Amali

Tasawuf Amali merupakan ajaran tasawuf yang menekankan pada aspek


amaliah berupa dzikir dan lainnya. Dalam istilah dzikir memiliki perbedaan
dengan wirid. Bahwa dzikir lebih bersifat generik segala upaya yang dilakukan
seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Allah. Pendekatan tersebut
dilakukan melalui penyebutan asma-asma Allah yang mulia, seperti yang terdapat
dalam Asmaul al-husna. Sedangkan wirid merupakan amalan yang terus menerus
dilakukan. Dalam tasawuf amali sisi amal atau perbuatan yang dilakukan lebih
dominan atau bisa disebut dengan thariqah sebagai wujud dari amalan yang telah
dilakukan. Adapun beberapa unsur yang terdapat dalam tasawuf amali di
dalamnya terdiri dari ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dan tidak
hanya berupa teori melainkan amalan yang dipraktikkan secara langsung dalam
ibadah. Sehingga dalam bertasawuf seseorang lebih bisa merasakan dampak dari
tujuan tasawuf tersebut yakni kedekatan seorang hamba dengan Tuhan-Nya.
Menurut tokoh sufi, Syekh Abdul Qadir al-Jilani tidak pernah memiliki sikap
mengasingkan diri dalam arti membenci dan menjauhi dunia meskipun beliaunya
menolak untuk menikmati segala hal yang menyangkut dunia sehingga membuat
lupa kepada penciptanya. Beliau Syekh Abdul Qadir al-Jilani berhasil memadukan
syariat dan sufisme secara praktis dan aplikatif. Menghubungkan syariat sebagai
syarat mutlak dalam upaya meraih keselamatan dunia dan akhirat, memandang
dunia dalam keseimbangan akhirat yang keduanya tidak bisa dipisahkan serta
berupaya untuk sampai pada kedekatan bersama-Nya.2

C. Tujuan Tasawuf

Deswita, Konsepsi Al-Ghazali Tentang Fiqh dan Tasawuf, (Jurnal: Vol.13 No.1 2014),87 .
2

9
Tasawuf adalah ilmu yang bertujuan untuk mendekatkan manusia kepada
Allah dengan sedekat-dekatnya dan agar manusia tidak tergoda dengan nafsu yang
nikmatnya hanya sementara dan orientasinya hanya kepada dunia. Untuk itu, para
sufi memiliki konsepsi tentang jalan (tariqat) menuju Allah.
Jalan ini dimulai dengan latihan-latihan rohaniah (riyadah), lalu secara
bertahap menempuh berbagai fase, yang dikenal dengan maqam (tingkatan) dan
hal (keadaan), dan berakhir dengan mengenal (ma'rifat) kepada Allah.
Tujuan tasawuf adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah sedekat-
dekatnya. Para sufi mencapai keadaan tersebut dalam keadaan yang berbeda-beda.
Dalam memasuki dunia tasawuf, seorang sufi harus mengenal maqam dan ahwal.
Maqam sering dipahami oleh para sufi sebagai tingkatan, yakni tingkatan seorang
hamba di hadapan-Nya, tingkatan ini sesuai dengan kesungguhan atau kerja keras
manusia dalam hal ibadah dan latihan-latihan jiwa seperti pengendalian hawa
nafsu dan semuanya yang berhubungan dengan pendekatan diri kepada-Nya yang
dilakukannya.
Menurut Rivay (2002), tujuan tasawuf adalah sebagai berikut:
1) Pembinaan aspek moral. Aspek ini meliputi mewujudkan kestabilan jiwa
yang berkeseimbangan, penguasaan dan pengendalian hawa nafsu
sehingga manusia konsisten dan komitmen hanya kepada keluhuran moral.
Tasawuf yang bertujuan moralitas ini bersifat praktis.
2) Ma'rifatullah melalui penyingkapan langsung atau metode al-kasyaf al-
hijab. Tasawuf jenis ini sudah bersifat teoritis dengan seperangkat
ketentuan khusus yang diformulasikan secara sistematis analitis.
3) Membahas bagaimana sistem pengenalan dan pendekatan diri kepada
Allah secara mistis filosofis, pengkajian garis hubungan antara Tuhan
dengan makhluk, terutama hubungan manusia dengan Tuhan.3

D. Sejarah Perkembangan Tasawuf

3
Muhammad Hafiun, “Teori Asal Usul Tasawuf”, (Jurnal: Vol. XIII No.2 Tahun 2012).

10
Sejarah perkembangan tasawuf terbagi menjadi tiga aliran tasawuf, aliran
pertama adalah aliran tasawuf salafi (akhlaki), aliran kedua adalah aliran
tasawuf filasafi, dan alira ke tiga adalah aliran tasawuf syi’i. Tasawuf aliran
pertama mengalami beberapa fase yakni pada abad ke satu dan ke dua hijriyah
disebut dengan fase asketisme (zuhud), abad e tiga hijriyah fase terlihatnya
perkembangan tasawuf yang pesat, abad ke empat hijriyah fase kemajuan ilmu
tasawuf yang lebih pesat dibandingkan dengan abad ketiga hijriyah, abad ke
lima hijriyah fase kemunculan imam al-ghazali, fase yang cendeerung
mengadakan pembaharuan, yakni dengan mengembalikan ke landasan al-
quran dan as-sunnah, dan abad ke enam hijriyah fase pengaruh tasawuf sunni
semakin luas ke seluruh plosok dunia islam. Aliran kedua yakni aliran tasawuf
falsafi disebut pula dengan tasawuf nazhari, yakni tasawuf yang ajaran
ajarannya memadukan antara visi mistis dan visi rasional sebagai
pengagasannya. Dan aliran ketiga yakni aliran tasawuf syi’I atau syi’ah
didasarkan atas ketajaman pemahaman kaum sufi dalam menganalisis
kedekatan manusia dengan tuhan.4

4
Nata, Abidin. 2003. Akhlak tasawuf, jakarta:PT.RajaGrafindo Persada

11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Tasawuf mempunyai perkembangan tersendiri dalam sejarahnya.
Berasal dari gerakan zuhud yang personal, selanjutnya berkembang
menjadi gerakan tasawuf massif yang melahirkan kelompok dan ordo-ordo
tertentu. Berawal abad kedua hijriyah sikap asketism yang tumbuh adalah
apresiasi terhadap perilaku kehidupan Nabi Muhammad yang penuh
sahaja. Beliau sebagai model ‘abid sejati menginspirasi para sahabat yang
hidup pada masanya untukmelakukan praktik-praktik ibadah sebagai
proses pendakian jiwa menuju Allah. Dalam perkembangannya, pada abad
ketiga terjadi penyimpangan berat yang dilakukan oleh sufisme Syi’i
adalam aspek tauhid atau teologi, yang dinetralkan oleh teologi
Ahlusunnah wal jama’ah. Usaha rekonsiliasi yang dirintis oleh al-
Muhasibi dilanjutkan oleh al-Kharraj dan al-Junaid dengan tawaran
konsep-konsep tasawuf yang kompromistis antara sufisme dengan
kelompok ortodoks (kaum salafiyah).
B. SARAN
Demikian makalah yang saya buat hari ini, semoga bermanfaat dan
menambah pengetahuan para pembaca. Saya mohon maaf apabila ada
kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas.
Sekian penutup dari saya ucapkan terimakasih sebesar besarnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, (Jakarta: Amzah, 2012),4.

Deswita, Konsepsi Al-Ghazali Tentang Fiqh dan Tasawuf, (Jurnal: Vol.13 No.1
2014),87

Muhammad Hafiun, “Teori Asal Usul Tasawuf”, (Jurnal: Vol. XIII No.2 Tahun
2012).

Nata, Abidin. 2003. Akhlak tasawuf, jakarta:PT.RajaGrafindo Persada

13

Anda mungkin juga menyukai