Modul Pembelajaran Muhammdiyah Sebagai Gerakan Pendidikan (Rati)
Modul Pembelajaran Muhammdiyah Sebagai Gerakan Pendidikan (Rati)
A. Pendahuluan
“Agama Islam itu kami misalkan laksana gayung yang sudah rusak
pegangannya dan rusak pula kalengnya, sudah sama bocor dimakan karat,
sehingga tidak dapat digunakan pula sebagai gayung. Oleh karena itu, kita umat
Islam, perlu menggunakan gayung tersebut, tetapi tidak bisa dipakai karena
gayung itu sudah sangat rusak. Sedang kami tidak memiliki alat memperbaikinya,
tetapi tetangga dan kaum di sekitarku hanya yang memegang dan mempunyai
alat tersebut, mereka tidak mengetahui dan tidak menggunakan dan tidak bisa
memperbaiki gayung yang kami butuhkan itu. Maka, perlulah kami mesti berani
meminjam untuk memperbaikinya. Siapakah tetangga dan kawan-kawan di
sekitar kami itu? Ialah mereka kaum cerdik pandai dan mereka terpelajar yang
mereka itu tidak memahami agama Islam. Padahal mereka pada dasarnya
merasa dan mengakui bahwa pribadinya itu muslim juga. Karena banyak mereka
itu memang daripada keturunan kaum muslimin malah ada yang keturunan
Pengulu dan Kyai terkemuka. Tetapi, karena mereka melihat umat Islam pada
umumnya dalam keadaan krisis dalam segala- galanya, mereka tidak ingin
menjadi umat yang bobrok. Oleh karena itu dekatilah mereka dengan cara yang
sebaik-baiknya, sehingga mereka mengenal kita dan mengenal mereka. Sehingga,
perkenalan kita timbal balik sama-sama memberi dan sama-sama menerima.”
3) Problem birokratis
Setelah pemerintah menerapkan kebijakan otonomi daerah yang dibarengi dengan
otonomi pendidikan di tingkat pemerintah kabupaten dan kota sampai pada
tingkat sekolah. Pendidikan khusus di Muhammadiyah tampaknya masih
menghadapi problem birokratis di tingkat internal Muhammadiyah itu sendiri.
Problem birokratis tersebut antara lain; Sentralistik, Birokratis, Hubungan
pimpinan persyarikatan terutama Majelis Dikdasmen dengan pimpinan amal
usahanya (kepala sekolah atau lainnya) seringkali bersifat dilematis, Organisasi
Muhammadiyah yang bercorak modernis, Sebagian besar pendidikan
Muhammadiyah masih menghadapi siklus negative.
C. Soal-Soal
1. Apa yang menjadi faktor internal dalam diri K.H. Dahlan yang
melatarbelakangi gerakan Muhammadiyah dibidang pendidikan?
a. Kemiskinan
b. Kebodohan
c. Keterbelakangan
a. 1910
b. 1912
c. 1920
d. 1925
b. Kemandirian individu
c. Kesediaan hidup bermasyarakat
a. Tidak merespon
c. Menolak otonomi
8. Apa yang menjadi pemikiran KH. Ahmad Dahlan tentang pendidikan akal?
a. 3,543
b. 4,876
c. 5,797
d. 6,312
10. Apa yang menjadi inti dari tantangan revitlisasi pendidikan Muhammadiyah?
a. Kelemahan finansial
b. Problem birokratis
D. Referensi
Akhmad, F. (2020). Implementasi Pendidikan Karakter dalam Konsep Pendidikan
Muhammadiyah. Al-Misbah (Jurnal Islamic Studies), 8(2), 79–85.
https://doi.org/10.26555/almisbah.v8i2.1991
Hanipudin, S. (2020). PENDIDIKAN ISLAM BERKEMAJUAN DALAM
PEMIKIRAN HAEDAR NASHIR. INSANIA : Jurnal Pemikiran Alternatif
Kependidikan, 25(2), 305–320. https://doi.org/10.24090/insania.v25i2.4194
Harianto, E. (2018). Empat Pilar Pendidikan Muhammadiyah. 128 Prosiding
Konferensi Nasional Ke- 7 Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan
Tinggi Muhammadiyah/Aisyiyah (APPPTMA), 7, 128–131.
http://www.appptma.org/wp-content/uploads/2019/08/16.-Empat-Pilar-
Pendidikan-Muhammadiyah.pdf
Ilham, I., & Syamsuddin, I. P. (2021). PENDIDIKAN ISLAM: Telaah Sejarah
Sosial Keagamaan dan Modernisasi Pendidikan Muhammadiyah. TAJDID:
Jurnal Pemikiran Keislaman Dan Kemanusiaan, 5(2), 199–216.
https://doi.org/10.52266/tadjid.v5i2.704
Matan Keyakinan Dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah (Mkchm). (2020). In
Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952. Lembaga
Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Masyarakat (LP3M) Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta Alamat: Gedung Mas Mansyur D2, Kampus
Terpadu UMY, Jalan Lingkar Selatan Tamantirto Kasihan Bantul
Yogyakarta Indonesia 55183.
Rohani, I. (2021). Gerakan Sosial Muhammadiyah. Tarbawi Ngabar: Jurnal of
Education, 2(1), 41–59. https://doi.org/10.55380/tarbawi.v2i1.90