Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PRA PROFESI

KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN

INJEKSI INTRAMUSCULAR DALAM PEMBERIAN

SUNTIKAN IMUNISASI TT PADA NY G USIA 23

TAHUN DI PMB “S”

Dosen pembimbing
Bdn. Siti Juaeriah,
S.Tr.Keb
Dian Reflisiani, S.SiT, M.kes

Oleh :
Arrina Mustika
NPM : 220503456248

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI PERTIWI


INDONESIA
JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
hidayah- Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Injeksi Intramuscular dalam Pemberian Suntikan imunisasi TT pada Ny G usia
23 tahun di PMB “S”
Bersama ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya dengan hati yang tulus kepada:
1. Dr. Hj. Lilik Susilowati, S.SiT., M.Kes., MARS selaku Pembina Yayasan Bhakti
Pertiwi Indonesia.
2. Dr. Hj. Maimunah, S.SiT., SKM., M.Kes selaku Ketua Yayasan Bhakti Pertiwi
Indonesia.
3. Dr. Hj. Ella Nurlelawati, S.SiT., SKM, M.Kes selaku Ketua STIKes Bhakti Pertiwi
Indonesia.
4. Bd. Siti Juaeriah, S,Str.Keb dan Dian Reflisisani,S.SiT,M.Kes selaku Pembimbing
5. Keluarga dan teman-teman yang selalu memberikan dukungan, do’a, dan bantuan,
sehingga makalah dan video ini dapat terselesaikan.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari, bahwa dalam makalah ini masih
terdapat banyak kesalahan dan kekeliruan serta jauh dari kesempurnaan sebagaimana
yang kita harapkan. Oleh karena itu, dengan senang hati kami senantiasa mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini di kemudian
hari.
Demikianlah makalah ini disusun, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua dan
semoga jerih payah kita mendapat berkah dari Tuhan Yang Maha Esa.

Jakarta, 01
November 2022

Arrina Mustika

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i

DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang .............................................................................................. 4

B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 6

C. Tujuan ........................................................................................................... 6

D. Manfaat .......................................................................................................... 7

BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................. 9

A. Injeksi............................................................................................................. 9

1. Pengertian Injeksi .................................................................................. 10

2. Macam-Macam Teknik Injeksi .............................................................. 10

3. Tujuan Injeksi ........................................................................................ 10

4. Tempat Melakukan Injeksi .................................................................... 11

5. Prosedur Injeksi ..................................................................................... 14

B. Imunisasi .................................................................................................... 16

1. Definisi Imunisasi TT .............................................................................. 17

2. Manfaat ................................................................................................... 17

BAB III TINJAUAN KASUS .................................................................................. 18

BAB IV PEMBAHASAN.......................................................................................... 22

BAB III PENUTUP .................................................................................................. 23

A. Kesimpulan ...................................................................................... 23

B. Saran ................................................................................................ 23

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 24

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Obat merupakan suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan
rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan
atau bagian badan manusia termasuk obat tradisional.
Salah satu bentuk sediaan obat adalah injeksi. Injeksi adalah sediaan steril berupa
larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan
terlebih dahulu sebelum digunakan yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke
dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Dimasukkan ke dalam tubuh dengan
menggunakan alat suntik. Tujuannya agar kerja obat cepat serta dapat diberikan pada
pasien yang tidak dapat menerima pengobatan melalui mulut. Injeksi diracik dengan
melarutkan, mengemulsikan atau mensuspensikan sejumlah obat kedalam sejumlah
pelarut atau dengan mengisikan sejumlah obat kedalam wadah dosis tunggal atau
wadah dosis ganda
Suatu sediaan parenteral harus steril karena sediaan ini unik yang diinjeksikan atau
disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa ke dalam kompartemen tubuh yang
paling dalam. Sediaan parenteral memasuki pertahanan tubuh yang memiliki efesiensi
tinggi yaitu kulit dan membran mukosa sehingga sediaan parenteral harus bebas dari
kontaminasi mikroba dan bahan-bahan beracun dan juga harus memiliki kemurnian
yang dapat diterima.
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk
yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan
secara parental, suntikan dengan cara menembus, atau merobek jaringan ke dalam
atau melalui kulit atau selaput lendir (Lukas, 2006). Pada sediaan injeksi proses
sterilisasi sangat penting karena cairan tersebut langsung berhubungan dengan
cairan dan jaringan tubuh yang merupakan tempat infeksi yang dapat terjadi
dengan mudah, sediaan injeksi yang paling rentan terkena kontaminasi
mikroorganisme adalah sediaan injeksi dosis ganda karena penggunaan nya secara
berulang – ulang. Sediaan dosis ganda dipersyaratkan mampu steril selama 28
hari terhitung sejak penusukan pertama, beberapa usaha yang dilakukan untuk
mempertahankan sterilitas sediaan dengan wadah dosis ganda antara lain dengan
melakukan penambahan pengawet antimikroba (Ansel, 2005).

4
Pembuatan sediaan yang akan digunakan untuk injeksi harus dilakukan
dengan sangat hati – hati untuk menghindari kontaminasi mikroba dan bahan
asing. Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) mensyaratkan pula tiap wadah
akhir injeksi harus diamati satu persatu secara fisik. Selanjut nya, dapat dilakukan
penolakan pada wadah yang menunjukkan pencemaran bahan asing yang terlihat
secara visual. Obat yang dibuat sebagai obat suntik tergantung pada sifat obat itu
sendiri dengan memperhitungkan sifat kimia dan fisika, serta pertimbangan
terapetik tertentu. Dalam pembuatan obat suntik syarat utamanya adalah obat
harus steril, tidak terkontaminasi bahan asing, dan disimpan dalam wadah yang
menjamin sterilitas (Lukas, 2006).
Pada sediaan injeksi dosis ganda yang dapat digunakan adalah
difenhidramin hidroklorida yang merupakan antihistamin antagonis reseptor H1
yang berfungsi untuk mengurangi atau menghilangkan kerja histamine dalam
tubuh melalui mekanisme penghambatan bersaing pada sisi reseptornya
(Sweetman, 2009).
Salah satu yang menyebabkan AKI maupun AKB di Indonesia ialah
infeksi tetanus. Proses persalinan yang tidak steril maupun luka ibu hamil
sebelum melahirkan dapat menyebabkan infeksi yang bisa berujung pada
kematian. Sebagai usaha untuk mengurangi infeksi tetanus, maka diadakan
program imunisasi Tetanus Toksoid (TT) untuk Wanita Usia Subur (WUS)
serta ibu hamil (Profil Kesehatan Indonesia, 2019).
Untuk meningkatkan cakupan imunisasi TT dan menjalankan program
imunisasi Tetanus Toxoid kepada wanita yang akan menikah, Kementrian
Kesehatan mengadakan kerjasama dengan Kementerian Agama. Hal itu
dikarenakan sasaran program imunisasi TT ialah wanita yang umumnya telah
terdaftar untuk menikah di KUA. Dalam program ini, Dinas Kesehatan
ataupun KUA setempat, saling membentuk divisi maupun bagian yang
bertanggung jawab dalam menangani program imunisasi tersebut
(Kementrian Kesehatan RI, 2015).
Program yang diwajibkan berdasarkan kerjasama Kemenkes dan
Kementrian Agama ialah pasangan yang hendak menikah wajib mengikuti tes
kesehatan pranikah. Diantara aturan dari pemerintah dan wajib dipenuhi ialah
imunisasi TT. Menikah memerlukan persiapan, diantara persiapan yang
dibutuhkan ialah kesehatan fisik. Diantara persiapan pada calon pengantin
wanita mengenai administrasi ialah surat keterangan bebas Tetanus Toksoid.
Surat keterangan yang diberikan dipergunakan demi melengkapi berkas di
KUA (Kementrian Kesehatan RI, 2015).
Surat yang diberikan oleh petugas kesehatan merupakan peraturan
pemerintah mulai tahun 1986. Sekalipun vaksin TT sudah didapatkan saat
5
kecil, wanita yang akan menikah harus mendapatkan vaksin TT kembali.
Imunisasi TT sangatlah penting, sebab tetanus dahulu merupakan momok
yang cukup besar dimana menyebabkan kematian bayi di Indonesia
(Kementrian Kesehatan RI, 2015).
Calon pengantin merupakan pasangan dua insan yang belum memiliki
ikatan, baik secara agama maupun hukum negara dimana keduanya dalam
proses ke arah pernikahan. Calon pengantin wajib melakukan pemenuhan
syarat yang diperlukan untuk keperluan pernikahan (Ernawati, 2012).
Vaksin tetanus adalah toksin kuman tetanus yang sudah dilemahkan
serta dimurnikan (Anggrita, 2015).
Imunisasi TT bagi calon pengantin wanita
bertujuan untuk memberikan kekebalan kepada calon ibu, agar apabila saat
pemotongan tali pusat pada bayi yang terkontaminasi basil tetanus, akan
terhindar dari tetanus neonatorum (Wiradharma, 2012).
Pada perempuan yang menikah, vaksinasi tetanus bermanfaat untuk
menambah kekebalan tubuh terhadap infeksi tetanus.
Kekebalan tersebut
nantinya akan diwariskan kepada bayi, sehingga bayi dapat terlindungi dari
infeksi tetanus tatkala persalinan. Vaksin TT sangat penting untuk dilakukan,
sebab vaksin ini juga berfungsi sebagai perlindungan dari infeksi tetanus
tatkala kali pertama melakukan hubungan suami istri (Budiman, 2014).
Di Indonesia, secara umum cakupan imunisasi TT mulai dari TT1
hingga TT5 pada WUS pada 2019 belum tergolong cukup, yakni tidak lebih
Rendahnya cakupan imunisasi TT pada catin disebabkan beberapa
faktor. Ada tujuh hal yang turut mempengaruhi, yakni pendidikan, pekerjaan,
usia, minat, pengalaman, budaya sekitar, serta informasi. Pengetahuan dapat
mempengaruhi sikap maupun praktek individu dalam memelihara maupun
meningkatkan kesehatan (Mubarak 2012). Dalam penelitian Anatea,
Mekonnen, dan Dachew (2018) menyebutkan bahwa pengetahuan baik dari
pendidikan, paparan media, maupun layanan tindak lanjut ANC merupakan
prediktor yang signifikan dari pemanfaatan imunisasi TT.
Berdasarkan studi pendahuluan di KUA Kecamatan Piyungan pada 12
September 2020, dilakukan wawancara pada 8 orang calon pengantin wanita,
7 diantaranya (87,5 %) sama sekali belum mengetahui dan memiliki
gambaran mengenai imunisasi Tetanus Toksoid, yaitu berupa definisi,
manfaat, KIPI/efek samping, kontra indikasi, jenis, interval, masa
perlindungan, status imunisasi, cara pemberian dan dosis, serta kerugian tidak
imunisasi TT bagi catin. Sedangkan 12,5% (1 catin) hanya mengetahui
pengertian dan manfaat dari imunisasi Tetanus Toxoid. Selebihnya informasi
6
mengenai KIPI/efek samping, kontra indikasi, jenis, interval, masa
perlindungan, status imunisasi, cara pemberian dan dosis, serta kerugian tidak
imunisasi TT bagi catin belum beliau ketahui. Berdasarkan wawancara dari
pihak KUA pun tidak memberikan pendidikan kesehatan pengenai imunisasi
TT pada calon pengantin, padahal pengetahuan catin mengenai imunisasi TT
sangatlah penting guna mensukseskan program pemerintah dalam menangani
kasus tetanus di Indonesia. Dari uraian yang telah disebutkan, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai "Gambaran Pengetahuan Calon
Pengantin Wanita Tentang Imunisasi Tetanus Toksoid di Kantor Urusan
Agama Kecamatan Piyungan Bantul.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang tersebut dapat ditarik rumusan masalah dalam
makalah ini sebagai berikut :
1. Apakah pengertian injeksi?
2. Apa saja macam-macam teknik injeksi?
3. Apa tujuan dari injeksi?
4. Dimana saja lokasi yang dapat dilakukan injeksi?
5. Apa saja prinsip melakukan injeksi?
6. Bagaimana prosedur melakukan injeksi?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian dari injeksi.
2. Untuk mengetahui macam-macam teknik injeksi.
3. Untuk mengetahui tujuan dari dilakukan injeksi.
4. Untuk mengetahui lokasi yang dapat dilakukan injeksi.
5. Untuk mengetahui prinsip dalam melakukan injeksi.
6. Untuk mengetahui posedur kerja dalam melakukan injeksi.

7
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Institusi Pendidikan
Penulisan makalah ini dapat sebagai tambahan bahan kepustakaan sehingga
dapat memperkaya ilmu pengetahuan serta dapat digunakan sebagai bahan
kegiatan belajar mengajar.
2. Bagi Penulis
Penulisan makalah ini dapat menambah pengetahuan, pengalaman, dan
wawasan dalam ilmu kebidanan khususnya.
3. Bagi PMB Bdn. Siti Juaeriah, S.Tr.KEb
Penulisan makalah ini diharapkan dapat dijadikan pedoman dalam pelayanan
pemberian KB suntik 1 bulan bagi akseptor KB.

8
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Injeksi
1. Pengertian Injeksi
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau
serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum
digunakan, yang disuntikkan secara merobek jaringan ke dalam kulit atau
melalui kulit atau selaput lendir. Pemberian injeksi merupakan prosedur invasif
yang harus dilakukan dengan menggunakan teknik steril (Iinsinarti, 2021).
2. Macam-Macam Teknik Injeksi
Macam-macam teknik injeksi yang paling sering dilakukan adalah :
a. Injeksi intramuskuler adalah pemberian obat/cairan yang diinjeksikan ke
dalam lapisan otot. Resorpsi obat akan terjadi dalam 10-30 menit. Obat
yang sering diberikan secara intramuskuler misalnya : vitamin, vaksin,
antibiotik, antipiretik, hormon-hormon kelamin dan lain-lain.
b. Injeksi subkutan adalah pemberian obat/cairan yang diinjeksikan ke dalam
lapisan lemak di bawah kulit. Resorpsi obat berjalan lambat karena dalam
jaringan lemak tidak banyak terdapat pembuluh darah. Obat yang sering
diberikan secara subkutan adalah : insulin, anestesi local.
c. Injeksi intradermal/ intrakutan adalah pemberian obat/cairan yang
diinjeksikan ke dalam lapisan kulit bagian atas/lapisan dermis atau
dibawah epidermis atau permukaan kulit, sehingga akan timbul indurasi
kulit. Tindakan menyuntikkan obat secara intrakutan yang sering dilakukan
yaitu tindakan skin test, tes tuberkulin/ Mantoux test.
d. Injeksi intravena adalah pemberian obat/cairan yang diinjeksikan langsung
ke dalam vena/pembuluh darah sehingga menghasilkan efek tercepat,
dalam waktu 18 detik (yaitu waktu untuk satu kali peredaran darah) obat
sudah tersebar ke seluruh jaringan. Obat yang disuntikkan secara intravena
misalnya bermacam-macam antibiotika (Hermasari, dkk, 2019).

9
Gambar 2.1 Macam-macam Teknik Injeksi
3. Tujuan Injeksi
a. Injeksi intramuskuler bertujuan untuk melaksanakan fungsi kolaborasi
dengan dokter terhadap klien yang diberikan obat secara intramuskuler.
Adapun beberapa tujuan injeksi intramuscular sebagai berikut:
1) Pemberian obat dengan intramuscular bertujuan agar absorpsi obat lebih
cepat dibanding dengan pemberian secara subcutan karena lebih
banyaknya suplai darah di otot tubuh.
2) Untuk memasukkan dalam jumlah yang lebih besar obat yang diberikan
melalui subcutan.
3) Pemberian dengan cara ini dapat pula mencegah atau mengurangi iritasi
obat. Namun perawat harus berhati-hati dalam melakukan injeksi secara
intramuscular karena cara ini dapat menyebabkan luka pada kulit dan
rasa nyeri dan rasa takut pada pasien.
b. Injeksi intarvena bertujuan untuk memasukkan obat secara cepat agar
mempercepat penyerapan obat.
c. Injeksi subcutan bertujuan agar obat bekerja efektif, dalam, pemberian obat
insulin, pemberian imunisasi DPT, Heptitis, Meningitis, MR, dst.
d. Injeksi intracutan bertujuan untuk mengetahui sensitivitas tubuh terhadap
obat yang diinjeksikan yaitu antibiotik (skin test), vaksin BCG (mantouk
test) (Rahayu, 2016).

10
4. Tempat Melakukan Injeksi
a. Tempat Injeksi Intramuskular (IM) :
1) Otot Vastus Lateralis. Otot vastus lateralis yang tebal dan berkembang
baik adalah tempat injeksi yang dipilih untuk dewasa, anak-anak dan
bayi. Otot terletak dibagian lateral anterior paha dan pada orang dewasa
membentang sepanjang satu tangan di atas lutut sampai sepanjang satu
tangan di bawah trokanter femur. Sepertiga tengah otot merupakan
tempat terbaik injeksi. Lebar tempat injeksi membentang dari garis
tengah bagian atas paha sampai ke garis tengah sisi luar paha.
2) Otot Ventrogluteal. Otot ventrogluteal meliputi gluteus medius dan
minimus.
3) Otot Dorsogluteus. Otot dorsogluteus merupakan tempat yang biasa
digunakan untuk injeksi IM. Pada klien yang jaringannya kendur,
tempat injeksi sulit ditemukan. Daerah dorsogluteus berada di bagian
atas luar kuadran atas luar bokong, kira-kira 5-8 cm di bawah Krista
iliaka. Perawat dapat menggunakan injeksi dorsogluteus pada orang
dewasa dan anak-anak (sekurang-kurangnya berusia 3 tahun) yang otot
gluteusnya sudah berkembang.
4) Otot Deltoid. Pada orang dewasa, bayi dan anak, otot deltoid belum
berkembang baik. Saraf radialis, ulnaris dan arteri brakialis terdapat di
dalam lengan atas di sepanjang humerus. Perawat jarang menggunakan
daerah deltoideus, kecuali tempat injeksi lain tidak dapat diakses karena
ada balutan, gips, atau obstruksi lain.

Gambar 2.2 Lokasi Injeksi Intra Muscular (I.M)


b. Lokasi pemberian injeksi intravena (IV) :
1) Pada lengan (vena mediana cubiti/ vena cephalica).
2) Pada tungkai (vena saphenosus).

11
3) Pada leher (vena jugularis) khusus pada anak.
4) Pada kepala (vena frontalis, atau vena temporalis) khusus pada anak
(Prasetyaningati, 2019).

Gambar 2.3 Lokasi Injeksi Intra Vena (I.V)

c. Injeksi sub cutan (SC) biasanya dilakukan di 1/3 lengan atas bagian luar,
paha anterior, daerah abdomen, area scapula pada punggung atas, daerah
ventrogluteal bagian atas dan dorsogluteal bagian atas, dan bagian anterior
paha.

Gambar 2.4 Lokasi Injeksi Sub Cutan (S.C)


d. Injeksi intracutan (IC) biasanya dilakukan pada daerah lengan bawah bagian
dalam, dada atas dan punggung di bawah scapula. Lengan atas : tiga jari di
bawah sendi bahu, di tengah daerah muskulus deltoideus (Ice, 2019).

12
Gambar 2.5 Lokasi Injeksi Intracutan (I.C)

5. Prinsip Injeksi
a. Injeksi intramuskular (IM) :
1) Otot harus bebas dari nyeri tekan.
2) Sudut insersi untuk injeksi IM adalah 90o.
3) Aspirasi tidak boleh ada darah.
b. Injeksi intravena (IV) :
1) Setiap injeksi sebaiknya dilakukan amat perlahan, antara 50-70 detik
lamanya.
2) Sudut insersi 15° - 25°.
3) Aspirasi harus ada darah.
c. Injeksi sub cutan (SC) :
1) Bukan pada area yang nyeri, merah, dan pruritis atau edema.
2) Area kulit yang akan diinjeksi diregangkan.
3) Sudut insersi 45° - 60°.
4) Aspirasi tidak boleh ada darah.
d. Injeksi intracutan (IC) : Sudut insersi 10°- 15° dan jangan melakukan
aspirasi (Bachtiar, Madjid, 2014).

Gambar 2.6 Teknik Injeksi Intra Cutan (I.C)

13
6. Prosedur Injeksi
a. Persiapan
1) Klien :
a) Cek (mencocokkan) : nama klien, nama obat, dosis, cara pemberian,
dan waktu pelaksanaan.
b) Kaji riwayat alergi obat pada klien.
c) Memberikan penjelasan tindakan injeksi yang akan dilakukan
kepada klien/keluarga.
d) Menyiapkan lingkungan (menutup gorden atau memasang sampiran).
e) Mengatur posisi tidur sesuai tindakan yang akan dilakukan.
f) Membuka pakaian yang menutupi lokasi injeksi.
2) Alat : Baki beralas yang berisi :
a) Bak injeksi
b) Spuit dan jarum steril (sesuai keperluan)
c) Kapas alkohol/alkohol swab
d) Obat sesuai terapi
e) Pelarut/aquabidest
f) Bengkok/nier bekken
g) Sarung tangan/hand scoon.
h) Buku catatan injeksi/kartu daftar obat dan bolpoint.
b. Pelaksanaan
1) Siapkan peralatan ke dekat klien.
2) Salam terapeutik.
3) Validasi dan identifikasi klien dengan prinsip 6 benar yaitu :
a) Benar klien
b) Benar jenis dan nama obat
c) Benar dosis obat
d) Benar cara pemberian obat injeksi
e) Benar waktu pemberian obat injeksi
f) Benar dokumentasi
4) Mengkaji riwayat alergi obat
5) Menjelaskan kepada klien prosedur tindakan injeksi yang akan
dilakukan.
6) Menyiapkan lingkungan (penutup gorden/pasang sampiran).

14
7) Melihat kembali program terapi pada catatan injeksi.
8) Menyiapkan dosis obat yang akan diinjeksikan memasukkan obat ke
dalam spuit sesuai dengan program terapi dokter dengan teknik
antiseptik.
9) Atur posisi klien sesuai cara pemberian obat (IC, SC dan IM).
10) Pasang pengalas pada daerah yang akan dilakukan penyuntikan.
11) Cuci tangan 6 langkah, pakai sabun pada air mengalir, dan keringkan
dengan handuk bersih.
12) Kenakan sarung tangan.
13) Tentukan lokasi injeksi (IC, SC dan IM), dengan membebaskan
penghalang, lakukan desinfeksi area yang akan ditusuk dengan kapas
alkohol 70%, secara sirkulair ± 5 cm
14) Regangkan permukaan kulit pada lokasi yang akan di suntik dengan
tangan kiri, tangan kanan memegang spuit
a) Intracutan. Posisi mata jarum keatas tusukan ke permukaan kulit
bentuk sudut 15-20º, masukan obat perlahan hingga timbul
gelembung, cabut jarum, beri lingkaran pada area tusukan.
b) Subcutan. Posisi mata jarum keatas tusukan ke permukaan kulit,
bentuk sudut 45º, lakukan aspirasi udara terlebih dahulu, masukan
obat perlahan, cabut jarum, tekan dengan kapas pada area tusukan.
c) Intramuskular. Posisi mata jarum keatas tusukan ke permukaan
kulit, bentuk sudut 90º, lakukan aspirasi, masukan obat perlahan,
cabut jarum, tekan dengan kapas pada area tusukan.
15) Atur posisi klien seperti semula sambil observasi reaksi obat atau efek
dari obat.
16) Rapikan alat-alat, masukan jarum bekas pakai ke dalam safety box.
17) Lepaskan sarung tangan, rendam dalam bak larutan klorin 0,5% , cuci
tangan pakai sabun pada air mengalir, keringkan dengan handuk bersih.
18) Dokumentasikan hasil tindakan, tanda tangan, dan nama jelas. (StiKes
BPI, 2021).

15
B. Imunisasi TT
1. Definisi Imunisasi
Imunisasi merupakan salah satu upaya preventif untuk mencegah
penyakit melalui pemberian kekebalan tubuh yang dilaksanakan secara terus
menerus, menyeluruh, dan dilaksanakan sesuai standar sehingga mampu
memberikan perlindungan kesehatan dan memutus mata rantai penularan.1
Imunisasi Tetanus Toksoid adalah proses untuk membangun kekebalan
sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus.
Imunisasi TT merupakan aturan resmi yang ditetapkan pemerintah
bahkan sejak tahun 1986. Di tahun 1980-an, tetanus menduduki peringkat
teratas sebagai penyebab kematian bayi berusia di bawah satu bulan.
Meskipun kini kasus serupa itu sudah menurun, ancamannya masih ada,
sehingga perlu diwaspadai.

Berdasarkan Instruksi Bersama Direktur Jenderal Bimbingan

Masyarakat Islam dan Urusan Haji Departemen Agama dan Direktur


Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan

Pemukiman Departemen Kesehatan No : 02 Tahun 1989 Tentang Imunisasi


Tetanus Toksoid Calon Pengantin menginstruksikan kepada : Semua kepala
kantor wilayah Departemen Agama dan kepala kantor wilayah Departemen
KesehatandiseluruhIndonesiauntuk:
Memerintahkan kepada seluruh jajaran di bawahnya melaksanakan
bimbingan dan pelayanan Imunisasi TT Calon Pengantin sesuai dengan
pedoman pelaksanaan.

1. Memantau pelaksanaan bimbingan dan pelayanan Imunisasi TT


Calon
Pengantindi daerah masing-masing.

2. Melaporkan secara berkala hasil pelaksanaan instruksi ini kepada


Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji dan Dirjen PPM & PLP
sesuai
tugasmasing-masing.
Peraturan tersebut menjadi dasar atau landasan sebagai salah satu
syarat administrasi pernikahan yang ditetapkan KUA terhadap
pasangan
yang akan menikah, yaitu kewajiban untuk melaksanakan
imunisasi TT

16
dengan menunjukkan surat/kartu bukti immunisasi TT1 bagi
calon pengantin
perempuan dari rumah sakit atau puskesmas terdekat.
Imunisasi TT diberikan kepada mereka yang masuk dalam
kategori
Wanita Usia Subur (WUS) yaitu wanita berusia 15-39 tahun,
termasuk ibu
hamil (bumil) dan calon pengantin (catin).4 Waktu yang tepat
untuk mendapatkan vaksin TT sekitar dua hingga enam bulan
sebelum pernikahan.
Ini diperlukan agar tubuh memiliki waktu untuk membentuk
antibodi.5
Imunisasi TT diberikan tidak hanya satu kali. Guna mendapatkan
perlindungan yang maksimal, imunisasi dilakukan sebanyak 5
kali dengan
rentang jarak waktu tertentu. Berikut dapat dilihat waktu
pemberian
imunisasiTT.

C. Manfaat Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)


Imunisasi Tetanus Toksoid mempunyai beberapa manfaat antara lain:7
1. Melindungi bayi yang baru lahir dari tetanus neonatorum. Tetanus
neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada bayi berusia
kurang 1 bulan yang disebabkan oleh
clostridium tetani, yaitu kuman
yang mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistem saraf pusat.

47
2. Melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus saat terluka dalam
proses persalinan.
3. Untuk mencegah timbulnya tetanus pada luka yang dapat terjadi pada
vagina mempelai wanita yang diakibatkan hubungan seksual pertama.
4. Mengetahui lebih awal berbagai kendala dan kesulitan medis yang
mungkin terjadi untuk mengambil tindakan antisipasi yang semestinya
sedini mungkin.
5. Mencegah terjadinya toksoplasma pada ibu hamil.
6. Mencegah penularan kuman tetanus ke janin melalui pemotongan tali
pusar.
Manfaat-manfaat tersebut adalah cara untuk mencapai salah satu tujuan dari program
imunisasi secara nasional yaitu eliminasi

17
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Kasus

Seorang Ibu bernama Ny.G usia 23 tahun, datang ke PMB Bdn. Siti juaeriah,
S.TR.Keb. pada tangggal 01 november 2022. Ibu mengatakan ingin imunisasi TT
Calon pengantin . Dalam hasil pemeriksaan didapatkan BB: 50 kg, TD: 110/70
mmhg, ND: 82x/mt, RR:20x/mt suhu 36,2°C. Ibu mengatakan tidak ada keluhan
A. SOAP (Subyektif, Obyektif, Assesment, Plan)
 S : Pasien bernama Ny. G , usia 23 thn , Kunjungan imunisasi TT.
 O : BB : 50 kg, TD: 110/70 mmhg, Suhu 36,5°C , Nadi : 82 x/mn, RR:22x/mt.
 A : Ny. G usia 23 imunisasi TT.
 P:
1) Baca catatan perencanaan, menyiapkan alat dengan lengkap dan disusun secara
ergonomis.
Hasil : Alat telah di siapkan secara lengkap.
2) Beri salam dan perkenalkan diri kepada klien
Hasil : Klien mengenal bidan.

3) Menjelaskan manfaat imunisisi TT

1. Melindungi bayi yang baru lahir dari tetanus neonatorum. Tetanus


neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada bayi berusia kurang 1
bulan yang disebabkan oleh clostridium tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan
toksin (racun) dan menyerang sistem saraf pusat.
2. Melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus saat terluka dalam proses
persalinan.
3. Untuk mencegah timbulnya tetanus pada luka yang dapat terjadi pada vagina
mempelai wanita yang diakibatkan hubungan seksual pertama.
4. Mengetahui lebih awal berbagai kendala dan kesulitan medis yang mungkin
terjadi untuk mengambil tindakan antisipasi yang semestinya sedini mungkin.
5. Mencegah terjadinya toksoplasma pada ibu hamil.
6. Mencegah penularan kuman tetanus ke janin melalui pemotongan tali pusar.
Hasil : pasien sudah mengerti tentang manfaat imuniasasi TT

4) Menjelaskan tujuan memberi obat secara IM, dengan persetujuan klien (Inform
Consent).
Hasil : Klien mengerti tujuan dan menyutujui tindakan.
18
5) Memasang sampiran untuk menjaga privasi klien
Hasil: sampiran sudah dipasang
6) Membaca instruksi pemberian obat dengan prinsip: benar pasien, benar obat,
benar dosis, benar cara, benar waktu, benar dokumentasi)

19
Hasil: instruksi pemberian obat sudah dipastikan benar.
7) Mendekatkan alat-alat dan bahan pada ibu
Hasil: alat-alat dan bahan sudah di dekatkan
8) Mengatur posisi ibu sesuai cara pemberian obat injeksi intramuscular.
Hasil: posisi ibu sudah diatur
9) Memasang pengalas pada daerah yang akan dilakukan penyuntikan.
Hasil: pengalas sudah dipasang.
10) Melakukan cuci tangan 6 langkah dengan sabun dan air mengalir, kemudian
mengeringkan dengan tissue.
Hasil: cuci tangan sudah dilakukan dan tangan telah bersih dan kering.
11) Menggunakan sarung tangan.
Hasil: sarung tangan sudah digunakan
12) Menentukan lokasi injeksi suntikan imunisasi TT secara intramuscular,
kemudian melakukan desinfeksi area yang akan di injeksi dengan kapas alcohol
70% secara sirkulair ± 5 cm, dalam 1 kali putaran.
Hasil: lokasi injeksi sudah di desinfeksi dalam 1 kali putaran.
13) Meregangkan permukaan kulit pada lokasi yang akan di suntik dengan tangan
kiri dan tangan kanan memegang spuit.
Hasil: sudah dilakukan
14) Melakukan injeksi Imunisasi TT secara intramuscular di 1/3 lengan kuri bagian
luar dengan posisi mata jarum ke atas tusukan ke permukaan kulit, bentuk
sudut 90°, melakukan aspirasi, memasukkan vaksin perlahan, setelah obat
masuk semua kemudian mencabut jarum dan menekan dengan kapas pada area
tusukan.
Hasil: injeksi suntikan imunisasi TT sudah diberikan
15) Mengatur posisi ibu seperti semula.
Hasil: sudah dilakukan
16) Merapikan alat-alat dan memasukkan jarum spuit bekas pakai ke dalam safety
box yang berbeda..
Hasil: alat-alat sudah dirapikan dan jarum sudah dibuang ke dalam safety box
yang berbeda.
17) Melepaskan sarung tangan dan melakukan cuci tangan 6 langkah dengan sabun
dan air mengalir, kemudian mengeringkan dengan tissue.
Hasil: sudah dilakukan dan tangan sudah bersih.

20
18) Melakukan dokumentasi atas tindakan yang telah dilakukan dalam status
medical record pasien.
Hasil: dokumentasi telah dilakukan.

21
BAB IV

PEMBAHASA

Berdasarkan kasus di atas pada seorang Ibu bernama Ny.G usia 23 tahun, datang

ke PMB Bdn. Siti juaeriah, S.Tr.Keb pada tangggal 01 november 2022. Ibu mengatakan

ingin kunjungan imunisasi, yaitu Suntik TT. Dalam hasil pemeriksaan didapatkan BB: 50

kg, TD: 110/70 mmhg, ND: 82x/mt, RR:20x/mt suhu 36,2°C. Ibu mengatakan tidak ada

keluhan.

Program pemberian suntikan untuk Melindungi ibu terhadap kemungkinan

tetanus saat terluka dalam proses persalinan..

Dan dapat meningkatkan skill bidan dalam memberikan pelayanan yang

baik dan benar.

22
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau

serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum

digunakan, yang disuntikkan dengan menggunakan teknik steril.

Obat dapat diberikan dengan berbagai cara/teknik injeksi disesuaikan

dengan kondisi pasien, diantaranya : Injeksi Subkutan (SC), Injeksi

Intramuskular (IM), Injeksi Intradermal (ID) atau Intracutan (IC), dan Injeksi

Intravena (IV).

Pada Ny. G usia 23 thn sudah diberikan suntikan Imunisasi TT untuk

kemungkinan tetanus saat terluka dalam proses persalinan.

B. Saran

Seorang bidan hendaknya selalu meningkatkan ilmu dan keterampilannya

terutama teknik injeksi agar obat yang diberikan bekerja dengan baik dan

menghasilkan efek terapeutik yang bemanfaat. Selain itu dengan cara injeksi

yang tepat dapat meminimalkan efek samping dan komplikasi dari injeksi

yang diberikan.

23
19
DAFTAR PUSTAKA

Alimiul Hidayat, Aziz A. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi dan
Proses Keperawatan. Jakarta :Salemba Media.

Baradero, dkk., (2017). Seri Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan Sistem Reproduksi

&
Seksualitas. Jakarta: EGC.

Lestary, D. (2010). Seluk 8eluk Menopause.Yogyakarta : Garailmu. Manuaba IBG.


(2008). llmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

Mufdillah. (2010). Catatan Kuliah Konsep Kebidanan Plus Materi Bidan Delima.
Yogyakarta : Mitra Cendika.

Taufan. (2012). Obsgyn : Obstetri dan Gynekologi. Yogyakarta: Nuha Medika.

Bachtiar, Rini., Madjid, Baedah. 2014. Buku Panduan Pendidikan Keterampilan


Klinik 1. Makassar : Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Budihardja. 2011. Pedoman Teknis Pemberian Injeksi Vitamin K1 Profilaksis


pada Bayi Baru Lahir. Jakarta : Direktorat Bina Kesehatan Anak
Kementerian Kesehatan RI.

Hermasari, Bulan, dkk. 2019. Buku Pedoman Keterampilan Klinis Teknik Injeksi
Dan Pungsi Untuk Semester 4. Surakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret, hlm. 13.

Rahayu, Tentrem. 2016. Prosedur Injeksi Intramuscular, Sub Cutan, Intra Cutan,
dan Intravena. [online]. Diperoleh dari :
https://id.scribd.com/presentation/364257158/4-Prosedur-Injeksi-IM-SC-IC-
Dan-IV-2016.

19

Anda mungkin juga menyukai