KTI Bab 1-5 Revisi 2 Dospen 1
KTI Bab 1-5 Revisi 2 Dospen 1
PENDAHULUAN
1
Politeknik Yakpermas Banyumas
2
terdiri dari minyak atsiri, pati, dan oleoresin. Pada jahe merah memiliki
kurang lebih 2,58%-2,72% minyak atsiri yang dilakukan perhitungan
berdasarkan 10 berat pada kondisi kering. Minyak atrisi memiliki warna
yang kuning, tekstur sedikit kental, menjadikan suatu aroma yang khas pada
jahe merah (Rusli et al., 2019).
Bagi kesehatan tubuh jahe merah memiliki berbagai manfaat bagi
kita. Jahe merah menjadi tanaman tradisional karena memiliki suatu
kandungan fenol bisa digunakan untuk penurunan adanya kadar glukosa
dalam darah dilakukan pada orang penderita suatu penyakit diabetes
mellitus tipe II. Untuk tubuh kita jahe merah tidak memiliki efek samping
karena kandungannya bersifat alami dan tidak ada tambahan bahan kimia
bahkan penggunaan jahe merah untuk obat diabetes mellitus tipe II
sangatlah bermanfaat karena praktis, mudah ditemukan, dan harganya
ekonomis (Wicaksono, 2015).
Dari penelitian sebelumnya didapat data bahwa dengan air rebusan
jahe merah itu efektif untuk digunakan sebagai obat herbal diabetes mellitus
karena adanya penurunan nilai rerata total pada suatu kelompok yang
diberikan air rebusan jahe merah dari angka 200 mg/dL menjadi 190,5
mg/dL. Pemberian air rebusan jahe merah (Zingiber Officinale Roscoe)
lebih efektif dibandingkan dengan obat herbal yang lain untuk menurunkan
kadar glukosa dalam darah pada pasien diabetes mellitus tipe II (Renaldi et
al., 2022)
Berdasarkan dari penjelasan di atas penulis akan melakukan studi
kasus tentang “gambaran pemberian air rebusan jahe merah terhadap kadar
gula darah pasien diabetes mellitus tipe II”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian pada latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
masalah yaitu “Bagaimana gambaran pemberian air rebusan jahe merah
terhadap kadar gula darah pasien diabetes mellitus tipe II?”
TINJAUAN PUSTAKA
7
Politeknik Yakpermas Banyumas
8
a. Usia
Pada penderita diabetes mellitus terutama tipe II yang
memiliki resiko yaitu usia > 30 tahun, pada usia ini sering terjadi
diabetes dikarenakan adanya suatu perubahan anatomis, fisiologis
dan biokimia. Pada saat seseorang memasuki usia 30 tahun, kadar
glukosa pada darah naik 1-2 mg% setiap tahunnya disaat puasa dan
akan mengalami kenaikan 6-13 mg% 2 jam selesai makan. Dari
pernyatan itu dapat disimpulkan bahwa usia merupakan hal yang
paling inti terjadinya suatu kenaikan relevansi diabetes serta adanya
gangguan pada kondisi toleransi glukosa.
b. Aktivitas Fisik
Adanya suatu aktivitas fisik yang kurang pada seseorang bisa
menyebabkan resistensi pada diabetes mellitus tipe II. Adanya
mekanisme dari suatu aktivitas fisik dapat menghambat dan
mencegah perkembangan dari diabetes mellitus tipe II antara lain
adanya penurunan resistensi insulin, peningkatan suatu toleransi
a. Poliuria
Kondisi dimana seseorang buang air kecil atau biasanya
disebut dengan kencing. Pada seseorang yang mengalami diabetes
mellitus akan sering kencing dengan volume yang banyak utamanya
malam hari. Kondisi ini diakibatkan karena tingginya kadar gula
darah mengalami ketidakmampuan untuk dapat ditoleransi oleh
ginjal. Ginjal harus melakukan penarikan cairan dalam tubuh agar
urine tidak terlalu pekat.
b. Polidipsia
Kondisi dimana penderita diabetes mellitus terlalu sering
minum karena selalu merasa haus berlebih. Kondisi ini terjadi akibat
kondisi yang sebelumnya, ketika adanya ginjal yang menarik
banyaknya suatu cairan dalam tubuh maka dari itu tubuh akan sering
merasa haus dan akhirnya terlalu banyak minum untuk mengobati
rasa haus tersebut.
c. Polifagia
Kondisi dimana penderita diabetes mellitus akan sering
merasa lapar yang terjadi secara berkelanjutan. Kondisi ini akan
muncul karena adanya gula darah yang tidak dapat masuk ke dalam
sel, kemudian sel akan mengirimkan sinyal menuju ke otak agar
tubuh merasa lapar. Sel-sel pada tubuh memakan glukosa akhirnya
suatu sel tubuh yang tidak mampu untuk melakukan penyerapan
glukosa menjadi rasa kelaparan mengakibatkan kondisi kekurangan
energi dan lemas.
gaya hidup agar tidak terjadi komplikasi jangka panjang yang dapat
ditimbulkan dari penyakit diabetes itu sendiri dan harus belajar
tentang menjadi orang yang terampil dalam merawat dirinya sendiri
untuk menghindari adanya penurunan dan kenaikan adanya kadar
glukosa darah yang terjadi secara mendadak.
minyak atsiri dan zat gingeol, oleh karena itu dipercaya akan lebih
efektif untuk digunakan pada penyembuhan berbagai jenis penyakit
salah satunya adalah diabetes mellitus (Sari & Nasuha, 2021).
7) Timbangan digital
8) Gelas takar
9) Kompor
Bahan:
1) 50 gram jahe merah
2) Air 200 ml
b. Persiapan Pasien
1) Lakukan interaksi kepada pasien melalui komunikasi
interpersonal
2) Berikan informasi atas prosedur yang akan dilakukan
3) Anjurkan pasien rileks sebelum dilakukan pemberian terapi dan
sesudah dilakukan pemberian terapi nantinya (Rufaridah et al.,
2019).
c. Prosedur
1) Siapkan jahe merah 50 gram
2) Bersihkan dengan air mengalir kemudian parut semua jahe
merah
3) Lakukan perebusan jahe merah dengan air 200 ml masukan saat
air tersebut mendidih
4) Setelah mendidih rebus jahe merah hingga volume air menjadi
100 ml
5) Setelah selesai merebus air jahe merah kemudian saring ampas
jahe merah.
6) Tuang air rebusan jahe merah yang sudah di saring ke dalam
gelas.
7) Konsumsi air rebusan jahe 2 kali dalam sehari selama 1 minggu
penuh dan dilakukan 30 menit sesudah makan pagi dan sesudah
makan sore (Suharto & Yunalia, 2021).
23
Politeknik Yakpermas Banyumas
24
2. Kriteria Eksklusi:
a. Pasien memiliki komplikasi penyakit lainnya selain diabetes
mellitus tipe II
b. Usia lebih dari 70 tahun
c. Pasien tidak mengalami diabetes mellitus tipe II
C. Fokus Studi
Karya tulis ilmiah ini berfokus pada masalah seberapa baik air
rebusan jahe merah dapat diberikan kepada pasien dengan diabetes mellitus
tipe II. Studi kasus akan menggunakan masalah ini sebagai titik referensi
dengan fokus utama penelitian pada masalah utamanya.
Bahan yang digunakan dalam melakukan pemberian air rebusan jahe merah
yaitu :
1. Air
2. Jahe merah
orang lain. Menurut (Nurhayati & Syamsudin, 2020) adapun urutan analisis
data dalam studi kasus ini yaitu :
1. Pengumpulan data
Dilakukannya suatu pengumpulan suatu data dilakukan oleh
kasus tersebut yaitu hasil dari adanya informasi yang didapat melalui
wawancara, observasi, dan adanya pendokumentasian. Kemudian hasil
yang sudah diperoleh selanjutnya akan disalin dalam bentuk transkrip.
2. Reduksi data
Reduksi data dilakukan untuk penyesuaian hasil dari adanya
pengumpulan data agar sesuai dengan rumusan masalah pada penelitian.
Data objektif yang tekah didapatkan dari adnaya pemeriksaan fisik akan
dilakukan analisis dan kemudian dapat dilakukan pembandingan
menggunakan nilai normal.
3. Penyajian data
Penyajian suatu data merupakan sesuatu yang meliputi adanya
deskripsi atas pelaksanaan studi kasus yang dapat dituangkan
menggunakan teknik penyajian data menggunakan tabel.
4. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan suatu langkah terakhir yang
diambil setelah melakukan penyajian data. Kesimpulan akan berisi
suatu jawaban langsung dari adanya fokus penelitian yang berisikan
suatu temuan dari studi kasus.
30
Politeknik Yakpermas Banyumas
31
B. Pembahasan
Adanya suatu pengaruh dari pemberian air rebusan jahe merah untuk
penderita Diabetes Mellitus Tipe II terbukti efektif dari dilakukannya suatu
penelitian yang diperoleh data pada awal dilakukan pengkajian yaitu GDS
331 mg/dL sebelum dilakukan terapi pemberian air rebusan jahe merah
kemudian terjadi suatu penurunan secara signifikan menuju angka normal
setelah diberikan terapi pemberian air rebusan jahe merah hingga pada hari
terakhir melakukan implementasi yaitu didapatkan hasil GDS 114 mg/dL.
Jahe merah mempunyai banyak kandungan yang memiliki suatu peran
penting dalam penyakit diabetes mellitus tipe II karena dalam jahe memiliki
kandungan minyak atsiri yang terkandung sekitar 0,5 sampai dengan 5%
dan tidak lupa memiliki beberapa zat antaranya zingiberin, shogaol,
zingiberol, gingerol, d-camphen, methyl heptanon. Kemudian ada juga
kandungan lain yaitu pati yang didalamnya terdapat gingerin, oleoresin,
dammar, dan asam organik (Suharto & Yunalia, 2021).
Berdasarkan hasil dari studi kasus ini yang telah dilakukan penelitian,
terdapat penurunan kadar glukosa dalam darah secara signifikan menjadi
berada di angka normal pada responden. Adapun suatu faktor yang
mempengaruhi keberhasilan yaitu rutinnya mengkonsumsi air rebusan jahe
merah selama 7 hari dilakukan 2 kali dalam sehari dengan dosis 100 ml
sekali meminumnya dan adanya suatu pola makan yang baik dan tidak
mengkonsumsi makanan mengandung gula secara berlebih sehingga
membuat kadar glukosa dalam darah pada responden tetus berangsur-angsur
normal selama dilakukan implementasi oleh peneliti.
2. Diagnosa Keperawatan
Pada studi kasus ini hanya mengambil 1 diagnosa utama yang dilakukan
berdasarkan priositas masalah yang telah ditentukan yaitu masalah
keperawatan resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah yang
berhubungan dengan ketidaktepatan pemantauan glukosa darah,
sehingga adanya beberapa masalah yang muncul terjadi pada responden
yang tidak memiliki kaitan dengan adanya suatu prioritas masalah utama
maka akan dihiraukan oleh penulis.
3. Intervensi Keperawatan
Studi kasus yang diambil ini hanya menggunakan 1 intervensi yang
sesuai dengan hasil pada diagnosa utama yaitu manajemen
hiperglikemia.
A. Kesimpulan
Dari hasil studi kasus ini dapat diketahui dengan dilakukannya terapi
pemberian air rebusan jahe merah (Zingiber Officiale Roscoe) dapat
menurunkan kadar glukosa dalam darah pada penderita diabetes mellitus
tipe II. Hal tersebut dapat dibuktikan setelah dilakukannya implementasi
dengan melakukan pemberian air rebusan jahe merah (Zingiber Officiale
Roscoe) pada responden diberikan 2 kali dalam sehari pagi dan sore hari
diminum setelah makan dengan dosis 100 ml sekali minum dalam waktu 7
hari dengan rutin di lakukan pengecekan kadar glukosa dalam darah
sebelum dan sesudah meminum air rebusan jahe merah tersebut. Dapat
menurunkan kadar glukosa dalam darah dibuktikan dengan adanya kadar
glukosa sebelum mengkonsumsi air rebusan jahe merah pada tanggal 11
Maret 2024 pagi hari didapatkan hasil GDS 331 mg/dL sampai dengan pada
tanggal 17 Maret 2024 hari ke-7 dilakukan implementasi pemberian air
rebusan jahe merah untuk menurunkan kadar glukosa dalam darah setelah
dilakukan pengecekan didapatkan hasil GDS 114 mg/dL. Hal tersebut
membuktikan bahwa air rebusan jahe merah (Zingiber Officiale Roscoe)
efektif untuk menurunkan kadar glukosa dalam darah dengan
mengkonsumsi secara teratur untuk penderita diabetes mellitus tipe II.
B. Saran
1. Responden
Dengan adanyaa studi kasus ini diharapkan akan meningkatkan
pengetahuan bagi responden dan keluarga dalam memanfaatkan air
rebusan jahe merah (Zingiber Officiale Roscoe) untuk menurunkan
kadar glukosa dalam darah, setelah dilakukan tindakan keperawatan
37
Politeknik Yakpermas Banyumas
38