Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Suatu masalah kesehatan tubuh yaitu kondisi yang selalu mendapat


perhatian setiap orang. Dengan hal tersebut setiap orang harus pintar dalam
menjaga kesehatannya terutama pada orang yang memiliki keturunan
penyakit seperti kencing manis (Diabetes Mellitus). Ketika kadar glukosa
darah meningkat terjadilah kondisi kronis dari melitus tersebut yang
dikarenakan tubuh tidak mampu untuk menghasilkan dengan cukup karena
tidak adanya insulin namun bisa jadi tidak berfungsi dengan baik adanya
insulin (Mauliyana et al., 2022).
Dari adanya sepuluh negara di dunia Indonesia menduduki peringkat
ketiga dengan adanya jumlah kasus diabetes mellitus sekitar 11,3% dan
dipastikan akan semakin meningkat khusunya pada daerah perkotaan.
Sudah tercantum bahwa pemerintah bertanggung jawab dengan adanya
kesediaan mengakses informasi, edukasi bahkan untuk adanya suatu
fasilitas melakukan layanan kesehatan berguna memelihara hingga
melakukan peningkatan suatu kesehatan dengan baik tercamtum pada
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 yang berkaitan dengan kesehatan
pada pasal 17 ayat 1. Namun, dengan adanya suatu perubahan gaya hidup
pada masyarakat yang akan mengakibatkan suatu kondisi meningkatnya
penyakit degeneratif salah satunya ada diabetes mellitus (Dewi & Afrieza,
2022).
Penyakit yang memiliki kondisi yang ditandai adanya suatu
meningkatnya konsentrasi glukosa darah dapat diikuti muncul suatu gejala
paling pertama yang khas, antaranya yaitu urine dengan kondisi manis
memiliki jumlah cukup banyak yaitu merupakan kondisi kronis dari

1
Politeknik Yakpermas Banyumas
2

diabetes mellitus. Insulin merupakan satu-satunya hormon berfungsi agar


turun suatu kadar gula dalam darah. Diabetes mellitus yaitu penyakit kronik
progresif yang dikarakteristikan adanya kondisi badan tidak memiliki suatu
kemampuan untuk melakukan metabolisme lemak, protein dan juga
karbohidrat yang merupakan asal mula terjadinya hiperglikemia (Mauliyana
et al., 2022).
Diabetes mellitus tipe II adalah suatu penyakit dapat ditunjukan
dengan oleh tinggi suatu glukosa yang terkandung dalam darah yang
disebabkan oleh sel yang tidak sensitif terhadap insulin. WHO memperoleh
data, tahun 2030 bisa jadi akan mengalami suatu peningkatan dari suatu
kasus yaitu penyakit diabetes mellitus tipe II menjadi sekitar 21 juta pada
tahun itu dan 1 juta orang akan meninggal pada tiap tahunnya (Rusli et al.,
2019).
Prevalensi diabetes mellitus pada usia muda di Indonesia
berdasarkan diagnosa dari dokter tidak mengalami suatu perubahan dari
tahun 2013 ke 2018 (0,5%), namun adanya penderita diabetes usia muda
yang tidak melakukan pengobatan (18,5%). Penduduk dewasa muda adalah
kelompok usia dewasa muda dengan presentase tertinggi yang tidak pernah
melakukan pemeriksaan gula darahnya (86,6%). Selain adanya peningkatan
prevelansi, tingkat kematian akibat adanya penyakit diabetes mellitus usia
dewasa muda telah meningkat menduduki ke-8 tahun 2010 dan posisi ke-6
tahun 2019. Diabetes pada usia muda yang tidak dikontrol akan
mengakibatkan suatu komplikasi. WHO menyatakan bahwa diabetes yang
menyerang pada usia dewasa muda yang kurang bisa dikontrol dengan
cukup baik bisa membuat timbul suatu komplikasi penyakit. Adapun
komplikasi bisa dapat terjadi yaitu komplikasi mikro vaskular seperti
penyakit ginjal diabetik, retinopati, dan neuropati perifer sering terjadi,
kemudian ada komplikasi vaskular makro seperti penyakit kardiovaskular
(Mauliyana et al., 2022).
Dilakukannya suatu pelaksanaan yang tepat dengan adanya suatu
pengobatan dan peningkatan pengetahuan (Self Care) dapat menjadikan

Politeknik Yakpermas Banyumas


3

suatu pencegahan terhadap adanya suatu komplikasi, termasuk adanya suatu


4 pilar diabetes mellitus berupa pengontrolan glukosa yang menjadi suatu
kunci utama perawatan penyakit ini (Suharto & Yunalia, 2021).
Untuk mencegah terjadinya suatu kompikasi pada penderita diabetes
itu sendiri yaitu dilakukannya suatu perawatan dan kesehatan masyarakat,
untuk mencegah terjadinya diabetes mellitus biasanya hal yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan adalah dilakukannya suatu penyuluhan memiliki
tujuan agar mengetahui bahkan memahami resiko adanya penyakit diabetes.
Bahkan penyuluhan dapat bermanfaat untuk penderita diabetes supaya
penderita dapat diberikan edukasi tentang nutrisi yang baik, cara yang baik
rutin minum obat dan suntik insulin, melakukan pengecekan gula darah
secara teratur, dan mendapatkan konsultasi kesehatan kepada tim medis
(Rusli et al., 2019).
Sekarang pada masyarakat masih banyak yang mempercayai pada
pengobatan tradisional yaitu daun, kulit, hingga akar dari tanaman. Akan
tetapi suatu pengalaman dan adanya pengetahuan masyarakat dari suatu
tanaman rempah dapat digunakan pada pengobatan suatu penyakit masih
cukup minim. Salah satunya dari pemanfaatan bagin kesehatan yaitu jahe
yang merupakan rempah dapur (Suharto & Yunalia, 2021).
Penggunaan obat herbal juga dapat dilakukan untuk pengobatan
diabetes mellitus atau biasa disebut pengobatan non farmakologi yang sudah
mendapat ijin dari WHO. Contoh dari adanya tanaman obat atau herbal
dimiliki Indonesia adalah jahe (Zingiber Officinale Roscoe) digunakan
untuk terapi pada penderita diabetes mellitus. Digunakan untuk kesehatan
manusia ada obat herbal berupa jahe yang memiliki berbagai manfaat
karena mengandung bahan aktif dan zat antaranya yaitu ada flavonoid,
shogaol, gingerol, dan adanya oleoresin(Rusli et al., 2019).
Gingerol dan shogol merupakan suatu komponen fenol yang
terdapat efek antiinflamasi, antikanker, dan antitumor. Sedangkan yang
terdapat pada suatu jahe memiliki zat fenolik untuk menurunkan glukosa
dalam darah bagi orang yang menderita diabetes mellitus. Dapat juga

Politeknik Yakpermas Banyumas


4

dilakukan tindakan rehabilitasi yang digunakan untuk penderita diabetes


mellitus yang mengalami kecacatan akibat penyakitnya dan luka, sehingga
mereka tetap merasa berguna dalam segi fisik, sosial, dan emosional, serta
dapat membuat rasa percaya diri pada kondisi tersebut (Mauliyana et al.,
2022).
Dilakukannya suatu penelitian tentang obat herbal yaitu jahe
menjadi hal yang menarik karena membuat pemikiran kita menjadi lebih
luas tentang kekayaan ada di alam Indonesia yang dapat digunakan untuk
menjadi obat herbal bisa disebut dengan pengobatan komplementer yang
bisa dilakukan hingga membuat keinginan dan membuat hati tertarik untuk
melakukan suatu penelitian mengenai adanya pengaruh rebusan jahe merah
terhadap adanya penyakit diabetes mellitus tipe II (Rusli et al., 2019).

Pengobatan secara tradisional berguna agar gula darah yang dimiliki


pasien diabetes mellitus tipe II turun yaitu dilakukan perebusan jahe merah
dengan cara siapkan 50 gram jahe merah kemudian jahe diserut sebelum
dikonsumsi jahe tersebut dilakukan perebusan dengan air 200 ml tunggu
hingga air rebusan mendidih, direbus hingga volume air menjadi 100 ml.
Terapi pengobatan melalui air rebusan jahe merah ini dilakukan selama 7
hari. Konsumsi air rebusan jahe 2 kali dalam sehari selama satu minggu
dengan minum dengan 100 ml air rebusan jahe sekali minum, dilakukan 30
menit sesudah makan pagi ataupun sore hari. Untuk menurunkan kadar gula
darah dengan menggunakan jahe yang memiliki suatu kandungan berupa
bahan aktif (Suharto & Yunalia, 2021).

Pada hepar terdapat ekspresi gen dari Carbohydrate Responsive


Element Binding protein (ChREBP) dapat ditunjukan dengan jahe merah.
Pada protein berguna untuk melakukan suatu aktivitas dari berbagai enzim
dengan adanya suatu mekanisme glikosis dan adanya lipogenesis. Adanya
suatu penurunan pada serum trigliserid dan adanya suatu peningkatan
aktivitas lipoprotein lipase enzim hingga hidrolisis merupakan suatu efek
hypotriglyceridemic dari jahe. Jahe merah memiliki rimpang kecil yang

Politeknik Yakpermas Banyumas


5

terdiri dari minyak atsiri, pati, dan oleoresin. Pada jahe merah memiliki
kurang lebih 2,58%-2,72% minyak atsiri yang dilakukan perhitungan
berdasarkan 10 berat pada kondisi kering. Minyak atrisi memiliki warna
yang kuning, tekstur sedikit kental, menjadikan suatu aroma yang khas pada
jahe merah (Rusli et al., 2019).
Bagi kesehatan tubuh jahe merah memiliki berbagai manfaat bagi
kita. Jahe merah menjadi tanaman tradisional karena memiliki suatu
kandungan fenol bisa digunakan untuk penurunan adanya kadar glukosa
dalam darah dilakukan pada orang penderita suatu penyakit diabetes
mellitus tipe II. Untuk tubuh kita jahe merah tidak memiliki efek samping
karena kandungannya bersifat alami dan tidak ada tambahan bahan kimia
bahkan penggunaan jahe merah untuk obat diabetes mellitus tipe II
sangatlah bermanfaat karena praktis, mudah ditemukan, dan harganya
ekonomis (Wicaksono, 2015).
Dari penelitian sebelumnya didapat data bahwa dengan air rebusan
jahe merah itu efektif untuk digunakan sebagai obat herbal diabetes mellitus
karena adanya penurunan nilai rerata total pada suatu kelompok yang
diberikan air rebusan jahe merah dari angka 200 mg/dL menjadi 190,5
mg/dL. Pemberian air rebusan jahe merah (Zingiber Officinale Roscoe)
lebih efektif dibandingkan dengan obat herbal yang lain untuk menurunkan
kadar glukosa dalam darah pada pasien diabetes mellitus tipe II (Renaldi et
al., 2022)
Berdasarkan dari penjelasan di atas penulis akan melakukan studi
kasus tentang “gambaran pemberian air rebusan jahe merah terhadap kadar
gula darah pasien diabetes mellitus tipe II”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian pada latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
masalah yaitu “Bagaimana gambaran pemberian air rebusan jahe merah
terhadap kadar gula darah pasien diabetes mellitus tipe II?”

Politeknik Yakpermas Banyumas


6

C. Tujuan Studi Kasus


Berdasarkan pada rumusan masalah diatas, maka tujuan yang hendak
dicapai dalam penelitian ini adalah menggambarkan apakah dengan
pemberian air rebusan jahe dapat meningkatkan kesembuhan pasien
diabetes mellitus tipe II.

D. Manfaat Studi Kasus


1. Bagi Masyarakat
Untuk meningkatkan sebuah pemahaman dan pengetahuan masyarakat
tentang gambaran tentang dilakukannya pemberian air rebusan jahe
merah terhadap kadar gula darah pasien diabetes mellitus tipe II.
2. Bagi Penulis
Penulis akan mendapatkan ilmu pengetahuan dalam melakukan
implementasi tentang manfaat air rebusan jahe untuk diabetes mellitus
tipe II dan dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran bagi peneliti
selanjutnya.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menambahkan wawasan serta pengetahuan bagi
mahasiswa keperawatan dan sedikit memberi masukan kepada pihak
institusi pendidikan khususnya mengenai tentang manfaat air rebusan
jahe untuk diabetes mellitus tipe II.

Politeknik Yakpermas Banyumas


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit Diabetes Mellitus

1. Definisi Diabetes Mellitus


Diabetes mellitus yaitu kondisi bisa terjadi dengan adanya suatu
kadar glukosa dalam darah cukup tinggi berhubungan kondisi abnormal
metabolisme lemak, karbohidrat, dan juga protein yang terjadi karena
adanya suatu penurunan sekresi insulin atau turunnya sensitivitas insulin
terjadi secara efektif. Sedangkan insulin itu sendiri adalah hormone
yang penting dan diproduksi di pancreas. Disadari atau tidak oleh semua
orang, penyakit diabetes adalah suatu penyakit yang serius yang dapat
terjadi pada siapapun dan adanya gaya hidup tidak sehat atau tidak baik
akan mengakibatkan diabetes mellitus (Renaldi et al., 2022).

Diabetes mellitus suatu penyakit degeneratif, diabetes mellitus


masuk pada sepuluh besar penyakit yang muncul ada di Indonesia.
Masyarakat dan pemerintahan harus ikut serta dalam usaha
dilakukannya penanganan diabetes mellitus dan paling utama adalah
pencegahannya karena melihat biaya yang harus dikeluarkan tidak
sedikit. Kondisi dimana terjadi penyakit diabetes mellitus merupakan
tubuh yang tidak menggunakan insulin dengan efektif (Nugroho et al.,
2021).

Diabetes mellitus tipe II merupakan suatu penyakit metabolik


disebabkan oleh adanya perubahan sel beta pankreas yang menyebabkan
atau mengakibatkan efek munculnya pada kondisi hiperglikemia kepada
penderita diabetes mellitus. Semua penyakit diabetes mellitus tidaklah
sebagai penyakit yang dapat menular namun merupakan penyakit yang
menurun (Sasmiyanto, 2020).

7
Politeknik Yakpermas Banyumas
8

2. Klasifikasi Diabetes Mellitus


Menurut Situmorang,(2020) adapun klasifikasi dari diabetes mellitus
antara lain:
a. Diabetes Mellitus Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(IDDM)
Diabetes mellitus tipe I ini merupakan kondisi dimana
penyakit hiperglikemia terjadi karena adanya ketidakabsolutan
insulin, pengidap penyakit diabetes mellitus pada tipe II ini harus
mendapatkan insulin untuk gantinya. Diabetes mellitus tipe I ini
terjadi karena destruksi autoimun karena infeksi, biasanya
dikarenakan adanya virus atau adanya respon autoimun secara
genetik pada orang yang terkena.
b. Diabetes Mellitus Tipe II: Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(NIDDM)
Diabetes mellitus tipe II terjadi diakibatkan karena adanya
kegagalan atau tidak jadinya relative sel beta dan resistansi insulin.
Resistansi insulin itu sendiri yaitu kondisi turunnya insulin untuk
merangkum pengambilan dari glukosa oleh hati.Resistansi insulin
ini tidak dapat diimbangi sepenuhnya oleh sel beta.
c. Diabetes Mellitus Gestasional
Diabetes melitus gestasional suatu kondisi penyakit yang
terjadi pada ibu hamil namun jangan terlalun khawatir karena
penyakit ini akan membuat sembuh dengan sendirinya setelah
terjadinya suatu proses melahirkan. Disaat wanita hamil, wanita
akan memiliki suatu kondisi dengan kadar glukosa yang lebih tinggi
dari umumnya dikarenakan pengaruh hormone. Adapun faktor yang
memicu munculnya penyakit atau kondisi terjadinya diabetes
mellitus gestasional diantaranya adalah adanya diabetes sebelum
hamil, mengalami pre-diabetes keturunan, usia diatas 30 tahun, dna
yang terakhir gaya hidup yang tidak sehat.

Politeknik Yakpermas Banyumas


9

d. Diabetes Mellitus Tipe Yang Lain


Diabetes tipe lain yaitu adanya suatu gangguan endokrin
yang dapat menimbulkan suatu hiperglikemia yang disebabkan
meningkatnya suatu produksi dari adanya glukosa hati hingga
adanya penurunan penggunaan glukosa pada sel.

3. Etiologi Diabetes Mellitus


Diabetes mellitus diakibatkan oleh berbagai faktor genetik dan
juga adanya suatu perilaku atau bisa jadi gaya hidup orang. Diabetes
mellitus diakibatkan adanya kerusakan sebagian kecil sampai dengan
sebagian besar sel-sel beta dari pulau langerhans pada pankreas yang
memiliki fungsi menghasilkan suatu insulin diakibatkan oleh kurangnya
insulin (Lestari et al., 2021).

Faktor risiko terjadinya diabetes mellitus antaranya:

a. Usia
Pada penderita diabetes mellitus terutama tipe II yang
memiliki resiko yaitu usia > 30 tahun, pada usia ini sering terjadi
diabetes dikarenakan adanya suatu perubahan anatomis, fisiologis
dan biokimia. Pada saat seseorang memasuki usia 30 tahun, kadar
glukosa pada darah naik 1-2 mg% setiap tahunnya disaat puasa dan
akan mengalami kenaikan 6-13 mg% 2 jam selesai makan. Dari
pernyatan itu dapat disimpulkan bahwa usia merupakan hal yang
paling inti terjadinya suatu kenaikan relevansi diabetes serta adanya
gangguan pada kondisi toleransi glukosa.
b. Aktivitas Fisik
Adanya suatu aktivitas fisik yang kurang pada seseorang bisa
menyebabkan resistensi pada diabetes mellitus tipe II. Adanya
mekanisme dari suatu aktivitas fisik dapat menghambat dan
mencegah perkembangan dari diabetes mellitus tipe II antara lain
adanya penurunan resistensi insulin, peningkatan suatu toleransi

Politeknik Yakpermas Banyumas


10

glukosa, adanya penurunan dari lemak adiposea tubuh secara


menyeluruh, adanya pengurangan lemak sentral, dan terakhir yaitu
adanya suatu perubahan jaringan otot.
c. Tekanan Darah
Orang yang mengalami diabetes mellitus dapat ditandai
adanya tekanan darah yang tinggi (hipertensi) dan adanya tekanan
darah tinggi yaitu >140/90 mmHg. Orang yang mengalami diabetes
mellitus umumnya juga menderita hipertensi bahkan jika hipertensi
tidak disembuhkan secara benar maka akan merusak ginjal dan
adanya kelainan kardiovaskular.
d. Stress
Pada diabetes yang mengalami stres akan mengakibatkan
kondisi berubahnya pola makan dan penggunaan suatu obat harus
dipatuhi menjadi tidak patuh hal tersebut dapat menyebabkan
terjadinya hiperglikemia.
e. Riwayat Keluarga
Pada klien yang memiliki keluarga dengan adanya suatu
riwayat diabetes mellitus tipe II akan memiliki peluang mengalami
diabetes mellitus sekitar 15% dan akan mengalami suatu intoleransi
glukosa yaitu adanya kondisi ketidakmampuan pada metabolisme
karbohidrat terjadi secara normal mencapai angka 30%.
f. Riwayat Diabetes Gestasional
Ketika wanita melahirkan suatu bayi yang bayi tersebut
memiliki berat pada badannya melebihi 4 kg akan mengalami resiko
lebih tinggi menderita diabetes mellitus tipe II. Hal yang diakibatkan
lebih mmeiliki resiko diabetes karena kegagalan ibu dalam
mempertahankan glukosa darah pada batas normal (Lestari et al.,
2021).

Politeknik Yakpermas Banyumas


11

4. Patofisiologi Diabetes Mellitus


Diabetes tipe I merupakan adanya sel beta pankreas telah
dilakukan penghancuran dengan adanya proses autoimun, hal ini
mengakibatkan tidak bisa diproduksinya insulin. Adanya produksi
glukosa tidak bisa diukur oleh hati terjadi disaat hiperglikemia puasa
(Lestari et al., 2021).
Meskipun glukosa yang ada didalam darah tetap akan ada
makanan dan akan mengakibatkan terjadinya hiperglikemia postpradial
(setelah melakukan makan), yang dimana glukosa ini tidak dapat
dilakukan penyimpanan pada hati. Ginjal tidak akan melakukan
penyerapan glukosa yang sudah dilakukan penyaringan ketika
konsentrasi glukosa yang cukup tinggi pada darah. Dengan hal tersebut
membuat ginjal tidak bisa sepenuhnya melakukan suatu penyerapan
semua glukosa yang dilakukan penyaringan mengakibatkan adanya
kencing manis. Jika glukosa yang berlebih diekskresikan dalam urine,
limbah tersebut akan disertai dengan ekstreta dan elektrolit yang
berlebih yang disebut dengan kondisi diuresis osmotik. Adanya kondisi
kehilangan suatu cairan yang berlebih dapat mengakibatkan adanya
peningkatan buang air kecil (poliuria) dan adanya rasa haus (polidipsia)
(Kurniawan, 2019).
Adanya kondisi kekurangan insulin akan mengganggu adanya
metabolisme yaitu adanya suatu kandungan protein dan lemak hingga
akan mengakibatkan adanya penurunan berat badan pada seseorang.
Jika akan terjadi kondisi kekurangan insulin, kondisi kelebihan adanya
suatu protein didalam darah yang bersirkulasi tidak akan disimpan
dalam jaringan. Tidak adanya suatu insulin, semua aspek metabolisme
lemak akan mengalami peningkatan yang tinggi. Kondisi ini akan terjadi
disaat waktu makan dan saat sekresi, hal yang dilakukan untuk
mengatasi resistensi insulin hingga melakukan tindakan mencegah
terbentuknya glukosa dalam suatu darah, diperlukan suatu peningkatan
jumlah insulin yang disekresikan oleh sel beta pankreas. Kondisi pada

Politeknik Yakpermas Banyumas


12

penderita gangguan toleransi glukosa, kondisi ini akan terjadi akibat


adanya sutau sekresi insulin yang mengalami kelebihan namun adanya
kadar glukosa yang akan tetap ada pada lebel normal atau bisa sedikit
meningkat. Namun, apabila adanya sel beta tidak dapat melakukan suatu
pemenuhan permintaan dari insulin yang meningkat, maka adanya kadar
glukosa akan meningkat dan diabetes tipe II akan terus berkembang
(Lestari et al., 2021).
Pada usia 30 tahun dengan adanya suatu obesitas maka akan
lebih sering terjadi diabetes mellitus tipe II, dengan adanya suatu kondisi
intoleransi glukosa yang terjadi secara lambat dengan itu diabetes
mellitus akan muncul tanpa kita ketahui karena memiliki suatu gejala
yang ringan seperti adanya kondisi kelelahan, poliuria, dan polidipsia.
Penanganan dari adanya diabetes mellitus tipe II yaitu menggunakan
penurunaan berat badan dikarenakan adanya suatu resistensi insulin
yang berkaitan erat dengan adanya obesitas. Kemudian adanya obat oral
hiperglikemia dapat membantu mengendalikan kadar glukosa darah jika
diet tidak dapat dilakukan (Lestari et al., 2021).

5. Manifestasi Klinis Diabetes Mellitus

Diabetes memiliki karakteristik yang berbeda antara tipe I dan


juga adanya tipe II yaitu bila diabetes mellitus dengan tipe I memiliki
suatu tanda atau gejala akan muncul secara tidak terduga atau tiba-tiba
yang membuat tubuh tidak dapat memproduksi insulin yang terjadi
secara baik. Sedangkan adanya diabetes mellitus tipe II memiliki gejala
munculnya terjadi perlahan sampai menjadi gangguan yang cukup jelas
(Kurniawan, 2019).

Namun disini kita akan menjelaskan secara umum, adanya suatu


gejala dari diabetes mellitus yang sering dijumpai dan sering didengar
dapat dibedakan menjadi tiga antaranya yaitu adanya gejala awal dan
gejala kronis yang merupakan suatu permulaan dari penyakit diabetes

Politeknik Yakpermas Banyumas


13

mellitus, kemudian adanya gejala akut merupakan suatu gejala yang


timbul sudah menahun (Lestari et al., 2021).

Gejala dari adanya penyakit diabetes mellitus antara lain :

a. Poliuria
Kondisi dimana seseorang buang air kecil atau biasanya
disebut dengan kencing. Pada seseorang yang mengalami diabetes
mellitus akan sering kencing dengan volume yang banyak utamanya
malam hari. Kondisi ini diakibatkan karena tingginya kadar gula
darah mengalami ketidakmampuan untuk dapat ditoleransi oleh
ginjal. Ginjal harus melakukan penarikan cairan dalam tubuh agar
urine tidak terlalu pekat.
b. Polidipsia
Kondisi dimana penderita diabetes mellitus terlalu sering
minum karena selalu merasa haus berlebih. Kondisi ini terjadi akibat
kondisi yang sebelumnya, ketika adanya ginjal yang menarik
banyaknya suatu cairan dalam tubuh maka dari itu tubuh akan sering
merasa haus dan akhirnya terlalu banyak minum untuk mengobati
rasa haus tersebut.
c. Polifagia
Kondisi dimana penderita diabetes mellitus akan sering
merasa lapar yang terjadi secara berkelanjutan. Kondisi ini akan
muncul karena adanya gula darah yang tidak dapat masuk ke dalam
sel, kemudian sel akan mengirimkan sinyal menuju ke otak agar
tubuh merasa lapar. Sel-sel pada tubuh memakan glukosa akhirnya
suatu sel tubuh yang tidak mampu untuk melakukan penyerapan
glukosa menjadi rasa kelaparan mengakibatkan kondisi kekurangan
energi dan lemas.

Politeknik Yakpermas Banyumas


14

6. Pemeriksaan Penunjang dan Pemeriksaan Diagnostik


Ada beberapa macam pemeriksaan gula darah menurut Lestari et al.,
(2021) antara lain:
a. Pemeriksaan gula darah sewaktu
Suatu tindakan yang merupakan kondisi dilakukannya
pemeriksaan menggunakan kadar gula darah sewaktu >200 mg/dl
bisa dilakukan tidak memandang terakhir kali makan.
b. Pemeriksaan gula darah puasa
Untuk melakukan pemeriksaan gula darah puasa adalah
kondiis dimana sebelum dilakukan pemeriksaan dianjurkan
melakukan puasa sekitar 8-12 jam sebelum dilakukan pemeriksaan.
c. Glukosa 2 jam post pradial
Pemeriksaan yang dilakukan ketika seseorang dicurigai
mengalami diabetes mellitus, saat itu seseorang diminta untuk tidak
merokok, selalu melakukan olahraga dan juga makan makanan
memiliki kandungan karbohidrat yang dimakan sebelum melakukan
puasa.
d. Glukosa jam ke-2
Suatu pemeriksaan dengan Tes Toleransi Glukosa Oral
(TTGO) yang bisa dilakukan bila pemeriksaan pada glukosa
sewaktu pada kadar gula darah yang berkisar antara 140-200 mg/dl.
e. Pemeriksaan Hbalc
Merupakan suatu reaksi yang timbul diantara glukosa
dengan hemoglobin yang sudah tersimpan selama kurang lebih 120
hari yang disesuaikan dengan umur eritrosit dan akan tersimpan
pada sel darah merah. Pemeriksaan ini dilakukan guna mencegah
terjadinya suatu kondisi komplikasi akibat perubahan dari suatu
kadar gula darah yang berubah secara mendadak.

Politeknik Yakpermas Banyumas


15

7. Penatalaksanaan Medik/Pengobatan Diabetes Mellitus


Ada beberapa penatalaksanaan diabetes mellitus menurut Renaldi et
al.,(2022) antara lain:
a. Diet
Dilakukannya diet pada penderita diabetes meliitus
merupakan suatu pencegahan naiknya berat badan yang menjadi
dasar dari penatalaksanaan diabetes. Adanya pemberian unsur
makanan esensial yaitu pemberian mineral dan vitamin, mencapai
berat badan yang ideal, memenuhi suatu kebutuhan dari suatu
energi, dan menurunkan adanya kadar dari lemak darah apabila
kadar tersebut meningkat.
b. Latihan
Latihan memiliki efek yang bisa melakukan penurunan
kadar dari glukosa darah sampai dengan mengurangi adanya faktor
dari risiko kardiovaskuler. Latihan ini bisa membuat turunnya
glukosa dalam darah melakukan peningkatan pengambilan adanya
glukosa oleh otot dan melakukan perbaikan pemakaian insulin.
Dengan melakukan olahraga akan menjadikan kondisi memperbaiki
sirkulasi darah dan tonus otot.
c. Terapi
Insulin mungkin akan diperlukan untuk pengobatan jangka
panjang digunakan sebagai pengendali kadar glukosa darah apabila
pemberian obat hipoglikemia oral dan dilakukannya diet tidak
berhasil mengontrol pada diabetes mellitus tipe II. Adapun
penyuntikan insulin dapat dilakukan duan kali dalam sehari (bisa
lebih sering) digunakan agar dapat mengendalikan kadar glukosa
darah yang ada sesudah melakukan makan dilakukan malam hari.
d. Pendikan Kesehatan
Diabetes mellitus yaitu penyakit kronis akan memerlukan
perawatan khusus semasa hidupnya. Pasien harus memiliki suatu
sikap atau suatu perilaku yang preventif dalam melakukan suatu

Politeknik Yakpermas Banyumas


16

gaya hidup agar tidak terjadi komplikasi jangka panjang yang dapat
ditimbulkan dari penyakit diabetes itu sendiri dan harus belajar
tentang menjadi orang yang terampil dalam merawat dirinya sendiri
untuk menghindari adanya penurunan dan kenaikan adanya kadar
glukosa darah yang terjadi secara mendadak.

8. Komplikasi Diabetes Mellitus


Selain terjadi penyakit diabetes mellitus juga bisa mengalami adanya
komplikasi antaranya:
a. Komplikasi metabolik akut (adanya suatu gangguan pada
keseimbangan glukosa darah jangka pendek) yaitu:
1) Hipoglikemia
Kondisi kurangnya glukosa yang ada didalam darah akan timbul
sebagai suatu komplikasi dikarenakan pengobatan dilakukan
kurang tepat.
2) Ketoasidosis diabetik
Adanya kondisi terlalu banyak glukosa yang terdapat pada darah
namun kondisi insulin pada tubuh mengalami penurunan,
menjadikan kekacauan daam tubuh ditandai dengan asidosis,
hiperglikemia dan ketosis.
3) Koma hiperglikemia hiperosmoler nonketotik
Komplikasi yaitu suatu kondisi bisa terjadi dengan adanya tanda
hiperglikemia berat yaitu kadar glukosa serum 600 mg/dl hingga
lebih (Renaldi et al., 2022).
b. Komplikasi metabolik kronik
1) Komplikasi pembuluh darah kecil (mikrovaskuler)
a) Adanya suatu kerusakan retina mata (retinopati)
Suatu mikroangiopati bisa dapat memiliki ciri-ciri dengan
adanya kerusakan dan ada sumbatan pembuluh darah kecil.

Politeknik Yakpermas Banyumas


17

b) Adanya suatu kerusakan ginjal (nefropati diabetik)


Kondisi yang ditandai adanya albuminuria yang menetap
(>300 mg/24 jam atau >200 ih/menit) ini merupakan suatu
sebab utama terjadinya kondisi gagal ginjal terminal.
c) Adanya suatu kerusakan syaraf (neuropati diabetik)
Komplikasi akan sering terjadi yang mengacu terhadap
sekelompok penyakit dapat menyerang segala tipe saraf.
2) Komplikasi pembuluh darah besar (makrovaskuler)
a) Penyakit jantung koroner
Kondisi ini dapat diakibatkan oleh adanya iskemia dan infark
miokard bisa terjadi kadang tidak disertai nyeri dada.
b) Penyakit serebrovaskuler
Gejala bisa timbul pada komplikasi ini bisa berupa
komplikasi akut yaitu ada keluhan vertigo dan juga pusing,
adanya gangguan penglihatan, dan bicara tidak jelas/pelo
(Nursucita & Handayani, 2021).

Politeknik Yakpermas Banyumas


18

B. Konsep Jahe Merah


1. Pengertian Jahe Merah

Gambar 2.1 Jahe Merah


Sumber : (Mulachela 2021)
Tanaman rempah-rempah yang ada di negara Indonesia ini
merupakan kelompok tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk
pengobatan tradisional. Kandungan yang berkahasiat bagi kesehatan
tubuh terdapat pada rempah, contohnya untuk memberikan daya
dangkal yang kuat akan adanya serangan penyakit dan dapat menaikkan
kesehatan tubuh. Dari berbagai rempah-rempah yang ada rempah ini
merupakan paling sering dimanfaatkan adalah jahe (Zingiber Officinale
Rosc) (Situmorang, 2020).
Jahe adalah tanaman yang memiliki suatu batang semu,
memiliki warna hijau, pangkal dari batang berwarna putih sampai ada
yang berwarna kemerahan yang memiliki bentuk silindris dan berdiri
dengan tegak tingginya sekitar 30-75 cm. Tidak lupa tanaman jahe
memiliki daun untuk melindungi dengan bentuk bulat menyerupai telur,
bulu tidak ada, hingga warna hijau cerah. Jahe tanaman yang banyak
manfaatnya dan bagian yang dimanfaatkan yaitu rimpangnya. Jahe
memiliki tiga varias yaitu ada jahe emprit, ada juga jahe gajah, dan tidak
asing lagi ada jahe merah, namun jahe yang sering dimanfaatkan adalah
jahe merah karena miliki kandungan yang banyak yaitu kandungan

Politeknik Yakpermas Banyumas


19

minyak atsiri dan zat gingeol, oleh karena itu dipercaya akan lebih
efektif untuk digunakan pada penyembuhan berbagai jenis penyakit
salah satunya adalah diabetes mellitus (Sari & Nasuha, 2021).

2. Kandungan Jahe Merah

Penggunaan herbal untuk pengobatan merupakan terapi dengan


bahan dasar yaitu bahan tradisional contohnya jahe digunakan untuk
dilakukan terapi komplemeter. Jahe mempunyai banyak kandungan
yang memiliki suatu peran penting dalam penyakit diabetes mellitus tipe
II karena dalam jahe memiliki kandungan minyak atsiri yang terkandung
sekitar 0,5 sampai dengan 5% dan tidak lupa memiliki beberapa zat
antaranya zingiberin, shogaol, zingiberol, gingerol, d-camphen, methyl
heptanon. Kemudian ada kandungan lain yaitu pati didalamnya terdapat
gingerin, oleoresin, dammar, dan asam organik. Dilakukan penelitian
ini untuk melakukan suatu pengobatan tradisional berupa jahe merah
membuat kita tertarik untuk dilaksanakan karena memperluas dan
menambah wawasan pemikiran masyarakat Indonesia mengenai adanya
bahan alami yang menjadi obat komplementer baru, sehingga peneliti
tertarik untuk mengambil tentang pengaruh air rebusan jahe terhadap
penyakit diabetes mellitus II. (Suharto & Yunalia, 2021).

Tabel 2.1 Kandungan zat gizi pada rimpang jahe


No Jenis Zat Gizi Nilai Gizi per 100 g
1 Energi 79 kkal
2 Karbohidrat 17,86 g
3 Serat 3,60 g
4 Protein 3,57 g
5 Sodium 14 mg
6 Zat besi 1,15 g
7 Potasium 33 mg
8 Vitamin C 7,70 mg
Sumber : (Sari & Nasuha, 2021).

Politeknik Yakpermas Banyumas


20

3. Manfaat Jahe Merah

Jahe merah pada penderita diabetes mellitus dapat bermanfaat


untuk menurunkan glukosa dalam darah karena memiliki suatu
kandungan zat yang aktif antaranya flavonoid, gingerol, shogaol, dan
oleoresin. Gingerol dan shogaol yaitu komponen yang terdapat efek
antiinflamasi, antitumor, dan juga antikanker. Zat fenolik terdapat pada
kandungan jahe merah mengakibatkan tanaman jahe merah mampu
untuk penurunan glukosa dalam darah. Selain itu jahe merah dapat
dimanfaatkan untuk bumbu memasak dan minuman penghangat tubuh
bahkan aman dan praktis untuk digunakan (Mauliyana et al., 2022).
Rimpang jahe memiliki kandungan yang banyak jenis zat gizi
yang memiliki manfaat untuk tubuh yaitu adanya serat, energi, zat besi,
protein, karbohidrat, sodium, potasium, dan adanya vitamin C. Tidak
hanya itu rimpang jahe memiliki kandungan fosfor, magnesium, folat,
vitamin B6, vitamin A, dan niasin. Karbohidrat yang ada didalam
kandungan rimpang memiliki peran untuk menghasilkan suatu energi,
menjaga kesehatan jantung, memperlambat adanya kelelahan, dan untuk
menjaga massa otot. Protein dapat bermanfaat untuk zat pembangun
pada sel, cadangan makanan, adanya dorongan metabolisme tubuh, dan
antibodi (Sari & Nasuha, 2021).

4. Proses Pengolahan Air Rebusan Jahe Merah


a. Alat dan Bahan
Alat:
1) Gelas
2) Parutan
3) Pisau
4) Panci
5) Sendok
6) Saringan

Politeknik Yakpermas Banyumas


21

7) Timbangan digital
8) Gelas takar
9) Kompor
Bahan:
1) 50 gram jahe merah
2) Air 200 ml
b. Persiapan Pasien
1) Lakukan interaksi kepada pasien melalui komunikasi
interpersonal
2) Berikan informasi atas prosedur yang akan dilakukan
3) Anjurkan pasien rileks sebelum dilakukan pemberian terapi dan
sesudah dilakukan pemberian terapi nantinya (Rufaridah et al.,
2019).
c. Prosedur
1) Siapkan jahe merah 50 gram
2) Bersihkan dengan air mengalir kemudian parut semua jahe
merah
3) Lakukan perebusan jahe merah dengan air 200 ml masukan saat
air tersebut mendidih
4) Setelah mendidih rebus jahe merah hingga volume air menjadi
100 ml
5) Setelah selesai merebus air jahe merah kemudian saring ampas
jahe merah.
6) Tuang air rebusan jahe merah yang sudah di saring ke dalam
gelas.
7) Konsumsi air rebusan jahe 2 kali dalam sehari selama 1 minggu
penuh dan dilakukan 30 menit sesudah makan pagi dan sesudah
makan sore (Suharto & Yunalia, 2021).

Politeknik Yakpermas Banyumas


22

5. Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Jahe Merah

Dari penelitian sebelumnya didapat data bahwa dengan air


rebusan jahe merah itu efektif untuk digunakan sebagai obat herbal
diabetes mellitus karena adanya penurunan nilai rerata total pada suatu
kelompok yang diberikan air rebusan jahe merah dari angka 200 mg/dL
menjadi 190,5 mg/dL. Pemberian air rebusan jahe merah (Zingiber
Officinale Rosc) lebih efektif dibandingkan dengan obat herbal yang lain
untuk menurunkan kadar glukosa dalam darah pada pasien diabetes
mellitus tipe II (Renaldi et al., 2022).

Kelebihan dari penggunaan jahe merah yaitu terdapat beberapa


efek dari konsumsi air rebusan jahe ini memiliki suatu efek farmakologi
dengan adanya suatu zat aktif memiliki kemampuan untuk
menghasilkan beberapa metabolik sekunder dan adanya suatu
penggunaan obat dari herbal yang bisa dinilai dan dipandang sesuai
digunakan untuk adanya penyakit metabolik. Kemudian adanya
kekurangan dari jahe merah atau obat herbal adalah bahan baku belum
berstandarisasi karena adanya beberapa komponen dalam obat herbal
yang belum dapat diketahui dan belum melakukan uji klinis dan
terkadang ketika banyak yang sedang membutuhkan obat herbal
tersebut sering kali bahan tersebut langka dipasaran jika ada bahannya
namun harganya mahal. Setiap keluarga bisa melakukan penanaman
obat herbal secara mandiri seeprti jahe merah agar bisa meminimalisir
pengeluaran karena harus dikonsumsi setiap hari oleh penderita diabetes
mellitus (Rusli et al., 2019).

Politeknik Yakpermas Banyumas


BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Rancangan Studi Kasus

Metode penelitian yang digunakan ini dengan menggunakan suatu


metode kuantitatif karena adanya data yang diperoleh dari variabel hasil dari
suatu perhitungan dan adanya pengukuran data dari orang yang menderita
diabetes mellitus tipe II. Dengan cara membuat kuesioner yang mengacu
kepada kepustakaan terdiri dari beberapa pertanyaan merupakan suatu
sumber dalan penelitian. Instrumen penelitian merupakan suatu alat dapat
dipergunakan untuk mengumpulkan suatu data yang bisa berupa kuesioner,
adanya formulir observasi, adanya formulir lain yang berkaitan erat dengan
pencatatan data dan lain sebagainya (Faswita, 2019).
Desain studi kasus digunakan untuk penelitian dalam penulisan
ilmiah yaitu untuk mengetahui apakah gambaran pemberian air rebusan jahe
merah terhadap kadar gula darah pasien diabetes mellitus tipe II akan efektif
yang menggunakan strategi penelitian deskriptif.

B. Subyek Studi Kasus


Subyek penelitian studi kasus yaitu dengan fokus kajian penelitian
yaitu fokus pada subyek yang akan dituju. Jadi studi kasus ini dengan klien
tunggal yang memiliki penyakit diabetes mellitus tipe II. Berikut inilah
daftar kriteria tersebut:
1. Kriteria Inklusi:
a. Pasien merupakan kondisi dengan diagnosa diabetes mellitus tipe II
b. Usia 30-70 tahun
c. Pasien laki-laki maupun perempuan penderita diabetes mellitus tipe
II

23
Politeknik Yakpermas Banyumas
24

2. Kriteria Eksklusi:
a. Pasien memiliki komplikasi penyakit lainnya selain diabetes
mellitus tipe II
b. Usia lebih dari 70 tahun
c. Pasien tidak mengalami diabetes mellitus tipe II

C. Fokus Studi
Karya tulis ilmiah ini berfokus pada masalah seberapa baik air
rebusan jahe merah dapat diberikan kepada pasien dengan diabetes mellitus
tipe II. Studi kasus akan menggunakan masalah ini sebagai titik referensi
dengan fokus utama penelitian pada masalah utamanya.

D. Definisi Operasional Fokus Studi


Pada karya tulis ilmiah gambaran pemberian air rebusan jahe merah
terhadap kadar gula darah pasien diabetes mellitus tipe II terdapat 2
variabel, yaitu gambaran pemberian air rebusan jahe merah terhadap kadar
gula darah dan diabetes mellitus tipe II.

Tabel 3.1 Definisi Operasional Gmabaran Pemberian Air Rebusan


Jahe Merah Terhadap Kadar Gula Darah Pasien Diabetes
Mellitus Tipe II
Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur
Gambaran Dilakukan terapi pemberian air Gula darah puasa Glukometer
pemberian air rebusan jahe merah kepada > 126 mg/dl
rebusan jahe penderita diabetes mellitus tipe II Gula darah 2 jam
merah dengan komposisi jahe merah > 200 mg/dl
(Zingiber (Zingiber Officinale Roscoe) asli Gula darah acak >
Officinale yang direbus dengan berat 50 200 mg/dl
Rosc) gram dalam 200 ml hingga air
tersisa 100 ml kemudian saring
ampas jahe merah, tuang air
rebusan jahe merah pada gelas.
Perawatan pemberian air rebusan
jahe dilakukan selama 7 hari
dengan cara diminum 2 kali
dalam sehari dengan takaran 100
ml sekali minum dilakukan 30

Politeknik Yakpermas Banyumas


25

menit sesudah makan pagi dan


sesudah makan sore.
Diabetes Suatu penyakit yaitu adanya
mellitus tipe II diabetes mellitus tipe II adalah
kondisi jangka panjang akan
terjadi ketika insulin tidak dapat
digunakan oleh tubuh secara
efektif akhirnya mengakibatkan
kadar gula darah menjadi tinggi.
Sumber : (Suharto & Yunalia, 2021)

E. Instrumen Studi Kasus


Instrumen penelitian merupakan digunakannya alat-alat untuk
mengumpulkan suatu data yang berupa kuesioner, formulir observasi, dan
adanya formulir-formulir lainnya yang berkaitan dengan adanya pencatatan
data dan lain sebagainya (Nurhayati & Syamsudin, 2020).
Instrumen yang akan digunakan pada karya tulis ilmiah ini
merupakan gambaran pemberian air rebusan jahe merah (Zingiber
Officinale Roscoe) terhadap kadar gula darah pasien diabetes mellitus tipe
II, yaitu :
1. Lembar wawancara
2. Lembar observasi
3. Lembar instrumen penelitian
Alat yang digunakan dalam melakukan pemberian air rebusan jahe merah
yaitu:
1. Alat tulis
2. Glukometer
3. Gelas
4. Timbangan digital
5. Serutan
6. Pisau
7. Saringan
8. Gelas takar
9. Panci
10. Kompor

Politeknik Yakpermas Banyumas


26

Bahan yang digunakan dalam melakukan pemberian air rebusan jahe merah
yaitu :
1. Air
2. Jahe merah

F. Metode Pengumpulan Data


Langkah yang dipergunakan untuk mengumpulkan suatu data yaitu
dilakukan penggunaan metode wawancara, observasi, pemeriksaan fisik,
dan dokumentasi hasil dari pemeriksaan. Menurut Renaldi et al., (2022)
metode pengumpulan data akan digunakan pada studi kasus ini yaitu:
1. Wawancara
Wawancara dapat diartikan suatu metode digunakan guna untuk
pengumpulan data yang dimana peneliti akan menerima informasi
melalui metode lisan dari suatu subjek penelitian yang menjadi
responden atau secara langsung dari subjek itu. Penelitian ini dapat
dilakukan untuk menggali secara dalam dan lebih luas tentang penyakit
diabetes mellitus.
2. Observasi
Merupakan suatu metode yang digunakan sebagai alat
mengumpulkan data yang dilakukan dengan dilakukan suatu
pengamatan baik dilakukan kepada pasien langsung untuk mencari
adanya suatu yang berubah atau adanya suatu data dibutuhkan.
3. Pemeriksaan Fisik
Untuk mengetahui kada gula darah pada pasien diabetes maka
harus dilakukan pemeriksaan fisik dengan melakukan penusukan jarum
pada jari. Kemudian, darah yang keluar akan diletakan pada ujung alat
cek gula darah dan kemudian akan muncul angka yang menunjukan
kadar gula darah subjek.
4. Dokumentasi Hasil
Setelah semuanya dilakukan harus selalu mencatat hal yang
penting dan diperlukan melakukan pengumpulan, pemilihan,

Politeknik Yakpermas Banyumas


27

pengolahan, dan melakukan suatu penyimpanan informasi tentang


subjek dengan baik.

G. Lokasi Dan Waktu Studi Kasus


1. Lokasi studi kasus
Lokasi dilakukan studi kasus merupakan suatu tempat yang akan
dilakukan kegiatan suatu penelitian akan dilakukan oleh peneliti. Lokasi
yang akan dilakukan studi kasus proposal karya tulis ilmiah adalah Desa
Sumingkir, RT 19 RW 08, Kecamatan Kutasari, Kabupaten
Purbalingga.
2. Waktu studi kasus
Waktu dilakukan studi kasus merupakan waktu yang akan
dipakai untuk melakukan penelitian. Waktu yang akan digunakan pada
karya tulis ilmiah ini yaitu selama 7 hari pada tanggal 11 Maret 2024
sampai dengan tanggal 17 Maret 2024 untuk dilakukan pemberian air
rebusan jahe merah (Zingiber Officinale Roscoe).

H. Analisa Dan Penyajian Data


Analisa data merupakan suatu proses pengumpulan data dilakukan
secara sistematis dengan dilakukan penggunaan teknik wawancara dan
observasi untuk mendapatkan suatu titik terang untuk tujuan penelitian
dengan melakukan tanya jawab seputar kondisi klien dan dapat bermanfaat
dan bisa untuk diinfokan kepada orang lain. Dengan menggunakan teknik
analisa yang sekarang akan digunakan adalah adanya reduksi data,
dilakukan suatu kumpulan data, penyajian data, dan adanya suatu penarikan
suatu kesimpulan. Dilakukannya suatu reduksi data yaitu dilakukan suatu
kesederhanaan melalui seleksi, pemfokusan terhadap suatu data yang
menjadi suatu informasi bermakna sehingga memudahkan untuk menarik
sebuah kesimpulan. Kemudian penyajian data merupakan suatu bentuk data
naratif yang tersusun dengan sistematis dan bisa lebih mudah dipahami oleh

Politeknik Yakpermas Banyumas


28

orang lain. Menurut (Nurhayati & Syamsudin, 2020) adapun urutan analisis
data dalam studi kasus ini yaitu :
1. Pengumpulan data
Dilakukannya suatu pengumpulan suatu data dilakukan oleh
kasus tersebut yaitu hasil dari adanya informasi yang didapat melalui
wawancara, observasi, dan adanya pendokumentasian. Kemudian hasil
yang sudah diperoleh selanjutnya akan disalin dalam bentuk transkrip.
2. Reduksi data
Reduksi data dilakukan untuk penyesuaian hasil dari adanya
pengumpulan data agar sesuai dengan rumusan masalah pada penelitian.
Data objektif yang tekah didapatkan dari adnaya pemeriksaan fisik akan
dilakukan analisis dan kemudian dapat dilakukan pembandingan
menggunakan nilai normal.
3. Penyajian data
Penyajian suatu data merupakan sesuatu yang meliputi adanya
deskripsi atas pelaksanaan studi kasus yang dapat dituangkan
menggunakan teknik penyajian data menggunakan tabel.
4. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan suatu langkah terakhir yang
diambil setelah melakukan penyajian data. Kesimpulan akan berisi
suatu jawaban langsung dari adanya fokus penelitian yang berisikan
suatu temuan dari studi kasus.

I. Etika Studi Kasus


Etika studi kasus adalah suatu pedoman moral yang diharuskan
untuk dipatuhi dalam semua kegiatan penelitian. Dalam melakukan
penelitian ini harus dilakukan pertimbangan agar mencegah terjadinya
resiko adanya rasa tidak nyaman bagi subjek, yaitu antaranya :
1. Informed Consent (Persetujuan Untuk Menjadi Responden)
Peneliti sebagai orang yang membutuhkan informasi harus bisa
menempatkan diri dengan baik. Penelitian ini harus dilakukan

Politeknik Yakpermas Banyumas


29

persetujuan antara peneliti dengan responden sebelum dilakukan studi


kasus agar responden merasa aman dan tidak khawatir akan dilakukan
penyebaran data. Pada saat ini responden memiliki suatu kebebasan
untuk mengungkapkan apa yang dirasakan dan tidak pernah ada
paksaan. Jadi jika responden tidak setuju untuk dilakukan wawancara
maka pengumpulan data tidak dapat dilakukan.
2. Anonimity (Tanpa Nama)
Responden akan memberikan informasi tentang dirinya sendiri
dengan keinginan sendiri tanpa adanya paksaan. Namun, peneliti harus
melakukan jaminan atas kerahasiaan nama responden. Maka pada studi
kasus pada bagian lembar pengumpulan data tidak akan ada nama
responden melainkan menggunakan nama inisial.
3. Confidentialdiality (Kerahasiaan)
Informasi yang sudah didapat dari responden harus dijaga
kerahasiannya. Hanya peneliti dan responden yang mengetahui dan
peneliti tidak diperbolehkan untuk menyebarluaskan informasi tersebut
yang memiliki tujuan untuk kepentingan atau keuntungan orang lain.
4. Justice (Keadilan)
Adanya suatu keadilan adalah perilaku yang tidak membedakan
subjek dan tidak dialkukan intimidasi. Penelitian dilakukan seimbang
antara manfaat hingga adanya resiko.

Politeknik Yakpermas Banyumas


BAB IV
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus


1. Gambaran Lokasi Pengambilan Data
Lokasi studi kasus ini dilaksanakan di desa Sumingkir RT 19
RW 08 Kecamatan Kutasari, Kabupaten Purbalingga. Penulis ini
mengambil data di rumah responden yang berada dipemukiman rumah
warga dan dekat dengan rumah penulis. Jarak antara rumah responden
dengan Puskesmas 2 km, secara geografis rumah responden dari sebelah
utara berbatasan dengan desa Karang Jati, dari sebelah timur berbatasan
dengan desa Gedangan, dari sebelah selatan berbatasan dengan desa
Beji, dan dari sebelah barat berbatasan dengan desa Meri.
2. Hasil Studi Kasus
Dilakukan pengkajian pada tanggal 11 Maret 2024 yaitu penulis
mengambil satu responden Tn. K yang berusia 70 tahun dengan
melakukan pengelolaan selama 7 hari hingga kadar glukosa dalam darah
berangsur-angsur normal yang awalnya pada tanggal 11 Maret 2024
sebelum mengkonsumsi rebusan jahe merah adalah 331 mg/dl kemudian
setelah 7 hari mengkonsumsi rebusan jahe merah menjadi normal 114
mg/ dl pada tanggal 17 Maret 2024. Responden yang diambil sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan yaitu responden berusia 30 tahun
sampai dengan usia 70 tahun dengan menderita Diabetes Mellitus Tipe
II. Penulis kepada responden melakukan intervensi pemberian air
rebusan jahe merah untuk menurunkan kadar glukosa dalam darah.
Hasil penelitian yang dilakukan disajikan dalam bentuk tabel dan
naratif.

30
Politeknik Yakpermas Banyumas
31

B. Pembahasan

Dalam hal ini penulis mendapatkan data dari seorang responden


penderita Diabetes Mellitus Tipe II yaitu Tn. K yang berusia 70 tahun
dengan memberikan terapi pemberian air rebusan jahe merah dilakukan
dengan cara mengkonsumsi rebusan jahe merah 2 kali dalam sehari dengan
pengelolaan selama 7 hari yang akan selalu dilakukan pengecekan hasil
sebelum meminum rebusan jahe merah dan dilakukan pengecekan kembali
sesudah meminum rebusan jahe merah untuk mengetahui bahwa rebusan
jahe merah efektif atau tidak untuk menurunkan kadar glukosa dalam darah.
Dari studi kasus yang dilakukan memperoleh data dari responden
dari adanya penyakit Diabetes Mellitus Tipe II yang diderita responden
memiliki tanda dan gejala yang dapat penulis temukan, responden
mengatakan bahwa sering terbangun saat tidur pada malam hari karena
buang air kecil, selalu merasa haus walaupun sudah banyak mengkonsumsi
air putih, terdapat luka yang belum sembuh pada ektermitas sebelah kanan,
sering merasa cepat lelah, dan responden mengatakan untuk makan beliau
berhati-hati agar kadar glukosa dalam darah tidak tinggi namun terkadang
beliau makan makanan yang masih mengandung tinggi karbohidrat dan
lemak (Lestari et al., 2021).
Setelah dilakukan implementasi yang sama, penulis melakukan
suatu perbandingan dan mendapatkan hasil adanya suatu penurunan kadar
glukosa dalam darah pada responden. Hal ini berkaitan dengan suatu hasil
penelitian yang dilakukan oleh Suharto & Yunalia, (2021) yaitu tentang
suatu “Gambaran Pemberian Air Rebusan Jahe Merah (Zingiber Officiale
Roscoe) Terhadap Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Mellitus Tipe II” yang
menunjukan bahwa air rebusan jahe merah mampu untuk menurunkan kadar
gula darah pada penderita Diabetes Mellitus Tipe II.

Politeknik Yakpermas Banyumas


32

Hari/ Kadar Gula Darah Pree Kadar Gula Darah Post


Tanggal Pemberian Air Rebusan Jahe Pemberian Air Rebusan
Merah Jahe Merah

Hari ke-1 331 mg/dL 275 mg/dL


Senin, 11
Maret 2024

Hari ke-2 245 mg/dL 232 mg/dL


Selasa, 12
Maret 2024

Hari ke-3 201 mg/dL 199 mg/dL


Rabu, 13
Maret 2024

Hari ke-4 189 mg/dL 179 mg/dL


Kamis, 14
Maret 2024

Hari ke-5 132 mg/dL 131 mg/dL


Jumat, 15
Maret 2024

Politeknik Yakpermas Banyumas


33

Hari ke-6 126 mg/dL 118 mg/dL


Sabtu, 16
Maret 2024

Hari ke-7 115 mg/dL 114 mg/dL


Minggu, 17
Maret 2024

Tabel 4.1 Observasi Kadar Glukosa Dalam Darah

Peneliti melakukan implementasi pada hari ke-1 tanggal 11 Maret


2024 pagi hari untuk memonitor kadar glukosa dalam darah sebelum
meminum air rebusan jahe merah didapatkan hasil GDS 331 mg/dL
kemudian responden diberikan air rebusan jahe merah untuk diminum 2 kali
dalam sehari selama 7 hari dengan takaran 100 ml sekali minum, dalam
meminum air rebusan jahe merah dilakukan sesudah makan. Dilakukan
pengecekan kembali pada malam harinya sesudah meminum air rebusan
jahe merah diperoleh hasil GDS 275 mg/dL. Pada hari ke-2 tanggal 12
Maret 2024 dilakukan pengecekan pada pagi hari sebelum meminum air
rebusan jahe merah dilakukan pengecekan dengan didapatkan hasil GDS
245 mg/dL kemudian pada malam harinya dilakukan pengecekan kembali
setelah meminum air rebusan jahe merah diperoleh hasil GDS 232 mg/dL.
Pada hari ke-3 tanggal 13 Maret 2024 dilakukan pengecekan pada pagi hari
sebelum meminum air rebusan jahe merah diperoleh hasil GDS 201 mg/dL
kemudian dilakukan pengecekan kembali pada malam hari setelah
meminum air rebusan jahe merah diperoleh hasil GDS 199 mg/dL. Pada
hari ke-4 tanggal 14 Maret 2024 dilakukan pengecekan pada pagi hari
sebelum meminum air rebusan jahe merah didapatkan hasil GDS 189 mg/dL

Politeknik Yakpermas Banyumas


34

yang kemudian dilakukan pengecekan kembali pada malam hari setelah


meminum air rebusan jahe merah diperoleh hasil GDS 179 mg/dL. Pada
hari ke-5 tanggal 15 Maret 2024 dilakukan pengecekan pada pagi hari
sebelum meminum air rebusan jahe merah diperoleh hasil GDS 132 mg/dL
yang kemudian dilakukan pengecekan kembali pada malam hari diperoleh
hasil GDS 131 mg/dL. Pada hari ke-6 tanggal 16 Maret 2024 dilakukan
pengecekan sebelum meminum air rebusan jahe merah diperoleh hasil GDS
126 mg/dL kemudian dilakukan pengecekan kembali pada malam hari
setelah meminum air rebusan jahe merah diperoleh hasil GDS 118 mg/dL.
Pada hari ke-7 tanggal 17 Maret 2024 tepatnya hari terakhir dilakukan
implementasi dilakukan pengecekan pada pagi hari sebelum meminum air
rebusan jahe merah diperoleh hasil GDS 115 mg/dL kemudian dilakukan
pengecekan kembali setelah meminum air rebusan jahe merah pada sore
hari karena responden tidak menjalankan puasa diperoleh hasil GDS 114
mg/dL.

Adanya suatu pengaruh dari pemberian air rebusan jahe merah untuk
penderita Diabetes Mellitus Tipe II terbukti efektif dari dilakukannya suatu
penelitian yang diperoleh data pada awal dilakukan pengkajian yaitu GDS
331 mg/dL sebelum dilakukan terapi pemberian air rebusan jahe merah
kemudian terjadi suatu penurunan secara signifikan menuju angka normal
setelah diberikan terapi pemberian air rebusan jahe merah hingga pada hari
terakhir melakukan implementasi yaitu didapatkan hasil GDS 114 mg/dL.
Jahe merah mempunyai banyak kandungan yang memiliki suatu peran
penting dalam penyakit diabetes mellitus tipe II karena dalam jahe memiliki
kandungan minyak atsiri yang terkandung sekitar 0,5 sampai dengan 5%
dan tidak lupa memiliki beberapa zat antaranya zingiberin, shogaol,
zingiberol, gingerol, d-camphen, methyl heptanon. Kemudian ada juga
kandungan lain yaitu pati yang didalamnya terdapat gingerin, oleoresin,
dammar, dan asam organik (Suharto & Yunalia, 2021).

Politeknik Yakpermas Banyumas


35

Berdasarkan hasil dari studi kasus ini yang telah dilakukan penelitian,
terdapat penurunan kadar glukosa dalam darah secara signifikan menjadi
berada di angka normal pada responden. Adapun suatu faktor yang
mempengaruhi keberhasilan yaitu rutinnya mengkonsumsi air rebusan jahe
merah selama 7 hari dilakukan 2 kali dalam sehari dengan dosis 100 ml
sekali meminumnya dan adanya suatu pola makan yang baik dan tidak
mengkonsumsi makanan mengandung gula secara berlebih sehingga
membuat kadar glukosa dalam darah pada responden tetus berangsur-angsur
normal selama dilakukan implementasi oleh peneliti.

Dengan demikian, adanya penggunaan air rebusan jahe merah


(Zingiber Officiale Roscoe) terbukti efektif untuk menurunkan kadar
glukosa dalam darah pada penderita penyakit Diabetes Mellitus Tipe II
dengan adanya suatu kandungan yang terdapat pada jahe merah antaranya
zat zingiberin, shogaol, zingiberol, gingerol, d-camphen, methyl heptanon.
Jahe merah juga dapat digunakan untuk obat tradisional penyakit lainnya
selain Diabetes Mellitus karena banyak manfaatnya untuk kesehatan.

C. Keterbatasan Studi Kasus


Keterbatasan studi kasus adalah suatu hal yang mempengaruhi
adanya hasil studi kasus dapat meliputi berbagai aspek yaitu teoritis,
metodologis, maupun hal-hal yang dapat menghambat suatu studi kasus.
Berikut berupa keterbatasan yang dapat dihadapi dalam penelitian ini antara
lain :
1. Jumlah Responden
Dilakukannya studi kasus yang penulis ambil melibatkan responden
yang terbatas yaitu dilakukan pada 1 responden, sehingga hasil
dilakukannya implementasi belum dapat diketahui pada suatu kelompok
responden dalam jumlah yang besar.

Politeknik Yakpermas Banyumas


36

2. Diagnosa Keperawatan
Pada studi kasus ini hanya mengambil 1 diagnosa utama yang dilakukan
berdasarkan priositas masalah yang telah ditentukan yaitu masalah
keperawatan resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah yang
berhubungan dengan ketidaktepatan pemantauan glukosa darah,
sehingga adanya beberapa masalah yang muncul terjadi pada responden
yang tidak memiliki kaitan dengan adanya suatu prioritas masalah utama
maka akan dihiraukan oleh penulis.
3. Intervensi Keperawatan
Studi kasus yang diambil ini hanya menggunakan 1 intervensi yang
sesuai dengan hasil pada diagnosa utama yaitu manajemen
hiperglikemia.

Politeknik Yakpermas Banyumas


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil studi kasus ini dapat diketahui dengan dilakukannya terapi
pemberian air rebusan jahe merah (Zingiber Officiale Roscoe) dapat
menurunkan kadar glukosa dalam darah pada penderita diabetes mellitus
tipe II. Hal tersebut dapat dibuktikan setelah dilakukannya implementasi
dengan melakukan pemberian air rebusan jahe merah (Zingiber Officiale
Roscoe) pada responden diberikan 2 kali dalam sehari pagi dan sore hari
diminum setelah makan dengan dosis 100 ml sekali minum dalam waktu 7
hari dengan rutin di lakukan pengecekan kadar glukosa dalam darah
sebelum dan sesudah meminum air rebusan jahe merah tersebut. Dapat
menurunkan kadar glukosa dalam darah dibuktikan dengan adanya kadar
glukosa sebelum mengkonsumsi air rebusan jahe merah pada tanggal 11
Maret 2024 pagi hari didapatkan hasil GDS 331 mg/dL sampai dengan pada
tanggal 17 Maret 2024 hari ke-7 dilakukan implementasi pemberian air
rebusan jahe merah untuk menurunkan kadar glukosa dalam darah setelah
dilakukan pengecekan didapatkan hasil GDS 114 mg/dL. Hal tersebut
membuktikan bahwa air rebusan jahe merah (Zingiber Officiale Roscoe)
efektif untuk menurunkan kadar glukosa dalam darah dengan
mengkonsumsi secara teratur untuk penderita diabetes mellitus tipe II.

B. Saran
1. Responden
Dengan adanyaa studi kasus ini diharapkan akan meningkatkan
pengetahuan bagi responden dan keluarga dalam memanfaatkan air
rebusan jahe merah (Zingiber Officiale Roscoe) untuk menurunkan
kadar glukosa dalam darah, setelah dilakukan tindakan keperawatan

37
Politeknik Yakpermas Banyumas
38

selama 7 hari oleh penulis diharapkan responden dan keluarga dapat


menerapkan dalam kehidupan sehari-hari dilakukan secara mandiri.
2. Institusi Pendidikan
Dengan adanya karya tulis ilmiah ini diharapkan agar bisa menjadi
sumber referensi bacaan hingga dapat menambah wawasan serta
informasi bagi mahasiswa keperawatan mengenai suatu asuhan
keperawatan yaitu adanya pemberian air rebusan jahe merah untuk
penderita diabetes mellitus tipe II dengan dosis yang sudah ditentukan.
3. Penulis
Penulis memperoleh pengalaman dan pengetahuan yang berbasis bukti
dengan adanya pemberian air rebusan jahe merah (Zingiber Officiale
Roscoe) dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah secara efektif
pada penderita diabetes mellitus tipe II.

Politeknik Yakpermas Banyumas

Anda mungkin juga menyukai