Anda di halaman 1dari 7

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 2

Nama : Jefris Otu

Nomor Induk Mahasiswa /NIM : 042312812

Nama Mata Kuliah : Hukum Pidana

Nama UPBJJ : UPBJJ Kupang

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA KUPANG
2021
1. Miya dan Clint adalah sepasang kekasih yang telah dewasa, mereka berdua
berkewarganegaraan negara X. Karena mabuk asmara Clint dan Miya melakukan tamasya ke
Indonesia, keduanya sering melakukan hubungan layaknya suami istri sampai Miya pun
akhirnya hamil di luar nikah. Karena Clint tidak mau bertanggung jawab atas kehamilan Miya,
maka Miya berniat untuk menggugurkan kandungannya saat berada di Indonesia, di negara
asalnya yaitu negara X perbuatan aborsi adalah hal yang legal dan bukan merupakan tindak
pidana.
Apakah Miya dapat dipidana berdasarkan hukum di Indonesia karena aborsi? Jelaskan
pandangan Saudara berdasarkan argumentasi hukum!
Jawaban :
Setiap negara mempunyai yurisdiksi hukum masing-masing di negaranya dalam mengatur
ketertiban warga negaranya. Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro, S.H. dalam bukunya Asas-Asas
Hukum Pidana di Indonesia: (hal. 51-57) menjelaskan mengenai 4 prinsip yang diterapkan
dalam Hukum pidana di Indonesia yaitu :
a. Prinsip Teritorialiatas
Prinsip teritorialitas adalah prinsip yang menganggap hukum pidana Indonesia berlaku
di dalam wilayah Republik Indonesia, siapapun yang melakukan tindak pidana. Prinsip
ini ditegaskan dalam Pasal 2 KUHP.
b. Prinsip Nasional Aktif
Prinsip ini dianut dalam Pasal 5 KUHP yang mengatakan bahwa ketentuan-ketentuan
hukum pidana Indonesia berlaku bagi warga negara Indonesia yang melakukan tindak
pidana di luar wilayah negara Indonesia. Prinsip ini dinamakan nasional aktif karena
berhubungan dengan keaktifan berupa kejahatan dari seorang warga negara.
c. Prinsip Nasional Pasif
Prinsip ini memperluas berlakunya ketentuan-letentuan hukum pidana Indonesia di
luar wilayah Indonesia berdasar atas kerugian nasional amat besar yang diakibatkan
oleh beberapa kejahatan sehingga siapa saja termasuk orang asing yang melakukannya
dimana saja pantas dihukum oleh pengadilan negara Indonesia
d. Prinsip Universalitas
Prinsip ini melihat pada suatu tata hukum internasional, dimana terlibat kepentingan
bersama dari semua negara di dunia. Maka, kalau ada suatu tindak pidana yang
merugikan kepentingan bersama dari semua negara ini, adalah layak bahwa tindak
pidana dapat dituntut dan dihukum oleh pengadilan setiap negara, dengan tidak
dipedulikan, siapa saja yang melakukannya dan di mana saja.
Sehingga dalam kasus yang terjadi dapat diterapkan prinsip teritorialitas yang menyatakan
bahwa semua tindak pidana yang berlaku diwilayah territorial Indonesia dapat dipidana.
Larangan aborsi dan ancaman pidana aborsi ilegal telah diatur dalam Undang-Undang Nomor
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (UU Kesehatan) dan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) sehingga pelaku pelanggaran hukum tersebut dapat dipidana sesuai dengan ketentuan
yang berlaku di Indonesia sekalipun mereka bukannlah warna negara Indonsia.

Sumber : Jurnal Bidang Hukum, Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI,
PERMASALAHAN PENEGAKAN HUKUM TINDAK PIDANA ABORSI, 2020

2. Pandangan sifat melawan hukum dalam hukum pidana dikenal dengan istilah dalam bahasa
Belanda nya yaitu “wederechtelijk”. Dalam suatu tindak pidana, unsur melawan hukum
dianggap sangat penting karena unsur inilah yang akan menentukan apakah seseorang dapat
dijatuhkan pidana atau tidak. Dalam hukum pidana dikenal istilah sifat melawan hukum formil
dan sifat melawan hukum material.
a. Buatlah perbandingan tentang dua istilah tersebut, kemudian buatlah kesimpulan dari
perbandingan yang telah saudara buat!
Jawaban :
 Sifat Melawan Hukum Formil adalah apabila suatu perbuatan telah memenuhi
semua unsur yang termuat dalam rumusan tindak pidana, perbuatan tersebut
adalah tindak pidana. Jika ada alasan-alasan pembenar maka alasan-alasan tersebut
harus juga disebutkan secara tegas dalam undang-undang. Jadi menurut ajaran ini
melawan hukum sama dengan melawan atau bertentangan dengan undang-undang
(hukum tertulis)
 Sifat Melawan Hukum Materiil merupakan suatu perbuatan melawan hukum yang
tidak hanya terdapat di dalam undang-undang (yang tertulis), tetapi harus dilihat
berlakunya asas-asas hukum yang tidak tertulis juga. Sifat melawan hukum itu
dapat dihapuskan berdasarkan ketentuan undang-undang maupun aturan-atruan
yang tidak tertulis. Jadi menurut ajaran ini melawan hukum sama dengan
bertentangan dengan undang-undang (hukum tertulis) dan juga bertentangan
dengan hukum yang tidak tertulis termasuk tata susila dan sebaganya.
Dari pengertian tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa sifat melawan hukum baik
itu hukum formal maupun materil keduanya merupakan ajaran melawan hukum yang
bertentangan dengan Undang-undang. Perbedaan keduanya terletak pada ajaran jenis
hukum yang dianut, pada Hukum Formal bertentangan dengan hukum tertulis sedangkan
pada Hukum Materiil bertentangan dengan hukum tertulis maupun tidak tertulis termasuk
tata susila dan sebagainya.
b. Berikan masing-masing contoh dari melawan hukum formil dan sifat melawan hukum
material tersebut !
Jawaban :
 Contoh perbuatan melawan hukum formil
Pasal 199 KUH Perdata tentang putusnya perkawinan
 Pasal 233 KUHPerdata tentang syarat untuk dapat mengajukan gugatan cerai dan
kasus korupsi

Sumber : Modul HKUM4203/4

3. Jelaskan perkembangan asas legalitas dalam hukum pidana dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, berikan contoh kasus dan berikan pula analisis atas kasus tersebut!
Jawaban :
Asas Legalitas tertuang dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP adalah tidak ada perbuatan yang dapat
dipidana kecuali atas kekuatan undang-undang pidana yang ada sebelum perbuatan dilakukan
adalah suatu pasal tentang asas (jonkers, 1946; 1)
Perkembangan asas legalitas dalam hukum pidana dengan segala faktor yang
mempengaruhinya terdapat empat macam sifat ajaran diantaranya :
a. Asas legalitas hukum pidana yang menitikberatkan pada perlindungan individu untuk
memperoleh kepastian dan persamaan hukum.
b. Asas legalitas hukum pidana yang menitikberatkan pada dasar dan tujuan pemidanaan
agar dengan sanksi pidana itu hukum pidana bermanfaat bagi masyarakat sehingga
tidak ada pelanggaran hukum yang dilakukan oleh masyarakat.
c. Asas legalitas hukum pidana yang menitikberatkan tidak hanya pada ketentuan tetang
perbuatan pidana saja agar orang menghindari perbuatan tersebut, tetapi juga harus
diatur mengenai ancaman pidananya agar penguasa tidak sewenang-wenang dalam
menjatuhkan pidana.
d. Asas legalitas hukum pidana yang menitikberatkan pada perlindungan hukum kepeda
negara dan masyarakat. Asas legalitas disini bukan hanya kejahatan yang ditetapkan
oleh undang-undang saja akan tetapi menurut ketentuan hukum berdasarkan ukuran
dapat membahayakan masyarakat. Oleh karena itu tidak mungkin ada perbuatan jahat
yang timbul kemudian dapat meloloskan diri dari tuntutan hukum.
Contoh kasus : Penggelapan sertifikat tanah yang dilakukan oleh mantan asisten rumah tangga
terhadap ibunda dari Nirina Zubir, Terduga diduga melakukan tindak pidana penggelapan
serrtifikat tanah milik ibunda Nirina Zubir dengan kerugian hampir mencapai 17 Milyard,
penggelapan dilakukan dengan merubah hak kepemilikan sertifikat tanah yang dahulunya
milik Ibunda Nirina Zubir menjadi hak milik terduga.
Terduga melanggar UU KHUP Pasal 372 tentang penggelapan yang berbunyi ’ Barangsiapa
dengan sengaja memiliki dengan melawan hak sesuatu barang yang sama sekali atau
sebagiannya termasuk kepunyaan orang lain dan barang itu ada dalam tangannya bukan
karena kejahatan, dihukum karena penggelapan, dengan hukuman penjara se-lama2nya empat
tahun atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 900,—. (K.U.H.P. 35, 43, 373, 376 s, 486).

4. Apakah sifat melawan hukum dalam hukum perdata sama dengan melawan hukum dalam
hukum pidana, cantumkan dasar hukumnya, buat contoh kasus dan berikan pula analisia atas
kasus perbuatan melawan hukum yang saudara buat!
Jawaban :
a. Dalam Pasal 1365 BW memuat ketentuan sebagai berikut “setiap perbuatan melawan
hukum yang oleh karenanya menimbulkan kerugian pada orang lain, mewajibkan orang
yang karena kesalahannya menyebabkan kerugian itu mengganti kerugian” Jadi secara
singkat dapat disimpulkan :
 Untuk perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh organ badan hukum,
pertanggungjawabannya didasarkan pada pasal 1364 BW
 Untuk perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh seorang wakil badan
hukum yang mempunyai hubungan kerja dengan badan hukum, dapat
dipertanggung jawabkan berdasarkan pasal 1367 BW
 Untuk perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh organ yang mempunyai
hubungana kerja dengan badan hukum, pertanggungjawabanya dapat dipilih antara
pasal 1365 BW dan pasal 1367 BW.
Contoh kasus dalam hukum perdata yaitu : Kasus perceraian atau putusnya perkawinan
atas dasar putusan pengadilan dengan alasan suami menjadi pemabuk dan pulang larut
malam,sehingga sang istri merasa tidak sanggup menghadapi suami dan mengajukan
perceraian, hal tersbut diatur dalam Pasal 39 Ayat (2) UU No.1 Tahun 1974 yang
dihubungkan dengan pasal 19 PP No.9 Tahun 1975.
b. Dalam hukum pidana sebagian besar telah dimuat dalam Kitab Undang-undang Hukum
Pidana dan lain-lain perundang-undangan maka pandangan tentang hukum dan sifat
melwan hukum formil maupun materiil tertuang secara eksplisit dalam UU tersebut.
Dalam hukum pidana, untuk perbuatan melawan hukum atau yang disebut dengan istilah
“perbuatan pidana” mempuyai arti konotasi dan pengaturan hukum ysng berbeda sama
sekali dengan perbuatan melawan hukum secara perdata.
Contoh Kasus : Dua orang pemuda Asep dan Didi yang melakukan pengeroyokan
terhadap seorang pemuda berinisial AC, yang dipicu dari perselisihan antara Asep dan
Korban, sehingga Asep tidak terima dengan kata-kata yang dilontarkan korban sehingga
melakukan pemukulan yang dibantu oleh rekan tersangka Didi. Akibat pengeroyokan
tersebut AC mengalami luka dipelipis kanan dan mendapat 12 jahitan di puskesmas.
Dalam kasus tersebut dapat dipidana dengan delik pasal 170 KUHP bahwa setiap pelaku
yang melakukan perbuatan tindak pidana pengeroyokan secara terang-terangan diancam
pidana penjara paling lama 5 tahun 6 bulan. Tindak pidana pengeroyokan telah memenuhi
syarat- syarat sebagai perbuatan kejahatan yang bertentangan dengan Undang–Undang.

Sumber : Modul HKUM4203

Anda mungkin juga menyukai