114-Article Text-4186-1-10-20220118
114-Article Text-4186-1-10-20220118
ABSTRACT
This research was motivated by the increased incidence of kidney disease patients
and there are complaints of poor sleep quality experienced by 50-80% of patients who
need hemodialysis therapy. Hemodialysis therapy has an impact on both physical and
psychological which can improve the quality of sleep of CKD patients and worsen the
condition of the disease. CKD which supports hemodialysis therapy. This type of
research is descriptive with a systematic literature review design, using three articles
sourced from Google Scholar and publications from the National Journal published
from 2014 to 2017. The three reviewed journal articles describe that patients with
chronic renal failure undergoing majority hemodialysis therapy experience poor sleep
quality due to several factors, including age, work and fatigue, hemodialysis shifts and
length of hemodialysis, concomitant diseases, psychological factors, lifestyle and
environment. The most problematic aspects of CKD patients undergoing HD therapy
include sleep latency, sleep disturbance, sleep duration, efficiency of sleep
requirements and dysfunction of daytime activities. The conclusion of this study is that
almost all CKD patients undergoing hemodialysis therapy experience poor sleep
quality with a range of 53.8% - 97.5%. So that nurses are recommended to be able to
provide appropriate nursing interventions to improve sleep quality of CKD patients
undergoing hemodialysis therapy, such as doing music therapy and doing massage
in areas that are felt pain / aches by patients.
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh angka kejadian pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK)
yang semakin meningkat dan adanya keluhan kualitas tidur buruk yang dialami oleh
50-80% pasien yang menjalani terapi hemodialisa. Terapi hemodialisa memiliki
dampak terhadap fisik maupun psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas tidur
pasien GGK dan memperparah kondisi penyakitnya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran kualitas tidur pada pasien GGK yang menjalani terapi
hemodialisa. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan desain
systematic literatur review, menggunakan 3 artikel yang bersumber dari Google
ISSN 2809-4549 38
JURNAL KEPERAWATAN INDONESIA FLORENCE NIGHTINGALE
No. 1 Vol. 1 Desember 2021
Scholar dan berasal dari Jurnal Nasional yang dipublikasikan antara tahun 2014 s.d
2017. Ketiga artikel jurnal yang direview menguraikan bahwa pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani terapi hemodialisa mayoritas mengalami kualitas tidur buruk
karena beberapa faktor, diantaranya usia, pekerjaan dan kelelahan, shift hemodialisa
dan lama menjalani hemodialisa, penyakit penyerta, faktor psikologis, gaya hidup dan
lingkungan. Aspek yang paling banyak bermasalah pada pasien GGK yang menjalani
terapi HD diantaranya latensi tidur, gangguan tidur, durasi tidur, efisiensi kebutuhan
tidur dan disfungsi aktivitas siang hari. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Hampir
semua pasien GGK yang menjalani terapi hemodialisa mengalami kualitas tidur yang
buruk dengan rentang sebanyak 53,8 % - 97,5 % sehingga direkomendasikan agar
perawat dapat memberikan intervensi keperawatan yang tepat untuk meningkatkan
kualitas tidur pasien GGK yang menjalani terapi hemodialisa, antara lain dengan
therapy musik dan melakukan massage pada daerah yang dirasakan nyeri/pegal oleh
pasien.
ISSN 2809-4549 39
JURNAL KEPERAWATAN INDONESIA FLORENCE NIGHTINGALE
No. 1 Vol. 1 Desember 2021
tidak ada kemampuan dengan (27,3%), narkolepsi (15,9 %), dan tidur
dilakukan terapi ginjal sementara yaitu berjalan (3,4%).
hemodialisa dan peritoneal dialysis Menurut Sabry, dkk (2010)
(PD). Indonesian Renal Registry (IRR) gangguan tidur dialami oleh 50-80%
tahun 2016 merilis data yg pasien yang menjalani terapi
menunjukkan sebanyak 98% penderita hemodialisa. Penyebab dari gangguan
gagal ginjal menjalani hemodialisa dan tidur pada pasien hemodialisis masih
2% menjalani terapi peritoneal dialysis belum jelas dimengerti. Namun
(PD).5 terdapat beberapa faktor yang di duga
Hemodialisa biasanya dilakukan berkontribusi dalam gangguan tidur
2 kali seminggu, setiap hemodialisa seperti durasi terapi hemodialisis,
berkisar antara 3-5 jam atau rata – rata tingginya urea dan atau kreatinin,
4 jam setiap kali dilakukan nyeri, disability, malnutrisi, kram otot,
6
hemodialisa . Kegiatan ini berlangsung peripheral neuropathy, dan masalah
terus menerus sepanjang hidupnya. somatik. Selain itu beberapa faktor
Namun demikian, terapi hemodialisa yang dapat menyebabkan terjadinya
tidak dapat menyembuhkan gangguan gangguan pola tidur/ insomnia itu
ginjal pada pasien. Oleh karena itu, sendiri, seperti faktor demografi, faktor
pada pasien GGK yang menjalani gaya hidup, faktor psikologis, faktor
hemodialisa masih sering terjadi biologis (penyakit penyebab gagal
komplikasi atau efek samping ginjal kronik), faktor lingkungan dan
diantaranya hipotensi, nyeri dada, faktor terapi dialisis9,10.
gangguan keseimbangan dialisis, Kualitas tidur adalah fenomena
kram otot, mual muntah, anemia, detak kompleks yang meliputi aspek
jantung tak teratur, sakit kepala, kuantitatif dan kualitatif tidur seperti
infeksi, pembekuan darah (trombus), jumlah waktu tidur, hambatan memulai
udara dalam pembuluh darah (emboli) tidur, waktu terbangun, efisiensi tidur
dan gangguan tidur7. dan keadaan yang mengganggu saat
Gangguan tidur merupakan tidur11.
suatu kumpulan kondisi yang ditandai Kualitas tidur yang buruk pada
dengan adanya gangguan dalam pasien GGK yang menjalani
jumlah, kualitas, atau waktu tidur pada hemodialisa dapat berdampak pada
seorang individu. Gangguan tidur yang aktivitas keseharian pasien dan
umum terjadi pada pasien hemodialisa mempengaruhi tubuh baik fisiologis,
menurut Sabry, dkk (2010) dalam psikologis, sosial, dan spiritual serta
penelitiannya, menjelaskan bahwa dapat mengarah pada penurunan
prevalensi gangguan tidur pada 88 penampilan seperti disfungsi kognitif
pasien hemodialisa adalah 79,5%. dan memori, mudah marah, penurunan
Gangguan tidur yang paling umum kewaspadaan dan konsentrasi serta
adalah insomnia (65,9%), Restless memperparah kondisi penyakitnya12.
Leg Syndrom/RLS (42%), Obstructive Sehingga dalam permasalahan
Sleep Apnea Syndrome/OSAS kualitas tidur yang buruk yang banyak
(31,8%), mendengkur (27,3%), ditemui pada pasien GGK yang
Excessive Daytime Sleepiness/EDS menjalani terapi hemodialisa, perawat
perlu memberikan intervensi
ISSN 2809-4549 40
JURNAL KEPERAWATAN INDONESIA FLORENCE NIGHTINGALE
No. 1 Vol. 1 Desember 2021
ISSN 2809-4549 41
JURNAL KEPERAWATAN INDONESIA FLORENCE NIGHTINGALE
No. 1 Vol. 1 Desember 2021
HASIL
Di bawah ini adalah hasil penelitian sebelumnya, untuk selengkapnya
tentang kualitas tidur yang didapatkan dituangkan dalam tabel dibawah ini:
penulis dari 3 artikel hasil penelitian
Tabel 1
Hasil Penelitian yang Berhubungan dengan Kualitas Tidur
ISSN 2809-4549 42
JURNAL KEPERAWATAN INDONESIA FLORENCE NIGHTINGALE
No. 1 Vol. 1 Desember 2021
ISSN 2809-4549 43
JURNAL KEPERAWATAN INDONESIA FLORENCE NIGHTINGALE
No. 1 Vol. 1 Desember 2021
ISSN 2809-4549 44
JURNAL KEPERAWATAN INDONESIA FLORENCE NIGHTINGALE
No. 1 Vol. 1 Desember 2021
dengan usia lanjut akhir. Pada jurnal merangsang tidur juga menurun. Lansia
kedua juga menunjukkan kualitas tidur yang mengalami perubahan fisiologis
buruk dialami oleh sebagian besar pada sistem neurologis menyebabkan
responden dewasa akhir (75,0%), gangguan tidur21,22.
sebagian besar responden lansia awal Perubahan tidur yang
(76,9%) dan lebih dari setengah mempengaruhi kualitas tidur yang
responden pada lansia akhir (57,1%). berhubungan dengan proses penuaan
Begitu juga pada jurnal ketiga sebagian pada seperti meningkatkan latensi tidur,
besar responden dengan usia 56 – 65 efisiensi tidur berkurang, bangun lebih
tahun (masa lansia akhir) sebanyak 30 awal, mengurangi tahapan tidur
responden (32,97%) memiliki kualitas nyenyak dan gangguan irama
tidur buruk. sirkardian, peningkatan tidur siang.
Hasil ini sesuai dengan teori Jumlah waktu yang dihabiskan untuk
menurut Tarwoto & Wartonah (2015), tidur lebih dalam menurun. Lansia
bahwa jumlah tidur berubah seiring melaporkan sering tidur siang dan
bertambahnya usia. Lansia mengalami mengalami kesulitan jatuh tertidur dan
perubahan dan stress yang disebabkan tetap tidur22,23.
karena kecemasan, depresi atau 2) Jenis Kelamin
penyakit fisik yang dapat Hasil penelitian pada jurnal
mempengaruhi kualitas tidur. Selain itu pertama menunjukkan lebih dari
pada lansia terdapat penurunan setengah responden laki laki
terhadap tahapan tidur yaitu tahap mengalami kualitas tidur buruk
NREM 3 dan 4 yang merupakan tidur sedangkan setengah responden dari
dalam10. jenis kelamin perempuan yang kualitas
Selain itu Simonson et al (2007) tidurnya buruk. Hasil penelitian pada
mengatakan faktor penyakit dan nyeri jurnal kedua menunjukkan sebagian
yang diderita oleh lansia merupakan besar sebanyak (70%) responden
faktor penting yang dapat berjenis kelamin laki laki mengalami
mempengaruhi kualitas tidur lansia. Hal kualitas tidur buruk sedangkan kualitas
ini dikarenakan setiap penyakit yang tidur buruk berjenis kelamin perempuan
menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan sebanyak (50%). Pada jurnal ketiga
fisik atau masalah suasana hati dapat menunjukkan lebih dari setengah
menyebabkan masalah tidur seperti sebanyak (54,90%) adalah laki laki.
kesulitan tidur atau kesulitan untuk Hal ini berarti antara responden
tetap tidur20. perempuan dan laki-laki tidak
Perubahan tidur pada lansia menunjukan adanya hubungan yang
adalah terdapat penurunan pada NREM bermakna antara jenis kelamin dengan
3 dan 4, lansia hampir tidak memiliki tingkat kualitas tidur pasien GGK. Hasil
tahap 4 atau tidur dalam. Perubahan penelitian pada jurnal ketiga
pola tidur lansia disebabkan perubahan menunjukkan yang melakukan terapi
sistem neurologis yang secara fisiologis hemodialisa sebagian besar responden
mengalami penurunan jumlah dan laki-laki. Sehingga ketiga jurnal
ukuran neuron pada sistem saraf pusat. menunjukkan mayoritas kualitas tidur
Hal ini mengakibatkan fungsi dari pada laki – laki. Secara teori jenis
neurotransmiter pada sistem neurologi kelamin adalah sesuatu yang
menurun, sehingga distribusi digunakan untuk mengidentifikasi
norepinefrin yang merupakan zat untuk perbedaan laki-laki dan perempuan dari
ISSN 2809-4549 45
JURNAL KEPERAWATAN INDONESIA FLORENCE NIGHTINGALE
No. 1 Vol. 1 Desember 2021
segi anatomi biologi atau merupakan relaksasi tubuh. Kelelahan yang terjadi
identitas responden yang dapat ini dapat menunda seseorang untuk
digunakan untuk membedakan laki-laki mengantuk dan kemampuan untuk tidur
dan perempuan. Menurut Wiwie (2002) lebih lama. Berbagai hal ini pula
perubahan peran dan penurunan mengakibatkan singkatnya waktu yang
interaksi sosial serta kehilangan dimiliki seseorang untuk tidur.
pekerjaan karena penyakit ginjal yang 4) Shift Hemodialisa dan Lama
diderita bisa menyebabkan laki-laki Menjalani Hemodialisa
menjadi rentan terhadap masalah- Hasil penelitian pada jurnal
masalah mental termasuk depresi yang pertama menunjukkan lebih dari
menyebabkan kualitas tidurnya setengah responden dengan shift
24
terganggu . hemodialisa siang dan telah lama
3) Pekerjaan dan Kelelahan menjalani hemodialisa mengalami
Hasil penelitian pada jurnal kualitas tidur buruk. Pada jurnal ketiga
pertama menunjukkan sebagian besar menunjukkan bahwa baik pasien
responden yang tidak bekerja dengan 2 kali maupun 3 kali
mengalami kualitas tidur buruk. Hasil hemodialisa mayoritas memiliki kualitas
penelitian pada jurnal ketiga tidur yang buruk. Namun, persentase
menunjukkan sebagian besar sebanyak pasien yang memiliki kualitas tidur
50 responden (54,94%) yang rutin buruk lebih banyak pada pasien yang
melakukan terapi hemodialisis menjalani 3 kali hemodialisa. Sesuai
didominasi oleh responden dengan dengan teori Al-Jahdali, et al (2010),
pekerjaan wiraswasta. Rosdiana (2010), Sari (2016), bahwa
Pekerjaan merupakan suatu lamanya menjalani terapi hemodialisa
kegiatan atau aktivitas seseorang untuk dapat menyebabkan terjadinya
memperoleh penghasilan yaitu gaji atau gangguan pola tidur pada pasien GGK.
upah baik berupa uang maupun barang Hal ini terjadi karena progresifnya
demi memenuhi kebutuhan hidupnya. gejala dan penyakit yang menjalani
Seseorang yang tidak bekerja di terapi atau komplikasi yang disebabkan
asumsikan melakukan pekerjaan di oleh terapi hemodialisa jangka panjang
rumah atau aktivitas yang mungkin saja atau gangguan tidur lainnya seperti
lebih melelahkan. Sejalan dengan terjadinya peningkatan hormon
penelitian Rosdiana (2010) yang paratiroid, osteodistrofi renal, gangguan
menyimpulkan bahwa kelelahan akibat nafas saat tidur dan kantuk di siang hari
aktivitas juga dapat mempengaruhi yang berlebihan9,25,26.
stress yang menyebabkan sulit tidur9. 5) Faktor Penyakit
Selain itu pada hasil penelitian Hasil penelitian pada jurnal
pada jurnal kedua juga menunjukkan pertama menunjukkan lebih dari
seluruh responden (100%) dengan setengah responden dengan penyebab
kelelahan berat mengalami kualitas penyakit diabetes mengalami kualitas
tidur buruk. Dimana secara teori tidur buruk dan sebagian kecil
menjelaskan bahwa kondisi fisik yang responden dengan penyebab penyakit
sangat lelah menyebabkan seluruh hipertensi mengalami kualitas tidur
tubuh terutama otot menjadi tegang. buruk. Hasil penelitian pada jurnal
Sehingga otak menangkap bahwa kedua menunjukkan sebagian besar
sinyal tubuh tidak siap tidur sedangkan sebanyak (79,3%) responden dengan
jatuh tidur memerlukan suatu proses penyakit penyerta mengalami kualitas
ISSN 2809-4549 46
JURNAL KEPERAWATAN INDONESIA FLORENCE NIGHTINGALE
No. 1 Vol. 1 Desember 2021
tidur buruk. Diabetes dan hipertensi bertahan hidup harus bergantung pada
merupakan penyebab tersering mesin dialisis. Pemikiran bahwa
terjadinya GGK pada responden. nyawanya akan terancam, harapan
Diabetes dapat menurunkan hidup jadi berkurang, khawatir bahwa
kemampuan tubuh dalam bereaksi usia tidak akan lama lagi dan
terhadap insulin atau bisa permasalahan lainnya yang
menghentikan sama sekali produksi menimbulkan konflik dengan keluarga
insulin yang dapat menyebabkan serta masalah fisik lainnya yang
komplikasi seperti diabetes menimbulkan perasaan khawatir yang
ketoasidosis, dan hiperglikemia jangka dapat berpengaruh pada kualitas
panjang yang menimbulkan komplikasi. tidur9,17.
Hipertensi merupakan tekanan darah 7) Kebiasaan Minum Kopi
tinggi yang bersifat abnormal. Hasil penelitian pada jurnal
Hipertensi juga dapat menyebabkan pertama menunjukkan sebanyak 34,6%
beberapa komplikasi yaitu stroke, infark responden yang memiliki kebiasaan
miokardium, ensefalopati, dan gagal minum kopi dan sebanyak 61,1% dari
ginjal. Setiap penyakit yang responden yang mengkonsumsi kopi
menyebabkan nyeri dan memiliki kualitas tidur buruk. Secara
ketidaknyamanan fisik dapat teori dapat dijelaskan bahwa kebiasaan
mempengaruhi masalah tidur9,27,28. mengkonsumsi kopi membuat
6) Faktor Psikologis seseorang mengalami gangguan tidur
Hasil penelitian pada jurnal atau insomnia karena kafein dalam kopi
pertama menunjukkan sebagian besar berpengaruh dalam meningkatkan
responden yang mengalami energy, waspada dan menurunkan
kecemasan berat mengalami kualitas tingkat rasa kantuk. Kafein merupakan
tidur buruk. Hasil penelitian pada jurnal jenis obat stimulan yang bekerja
kedua menunjukkan sebagian besar sebagai adenosis receptor. Antagonis
sebanyak (92,3%) responden dengan adenosis merupakan senyawa dalam
tingkat stress berat mengalami kualitas tubuh yang dapat membuat mengantuk.
tidur buruk. Penelitian ini sejalan Sehingga, kafein dapat menghambat
dengan penelitian yang dilakukan oleh kerja adenosis yang membuat
Rosdiana (2010) dengan hasil seseorang terhindar dari rasa kantuk9.
penelitian ada hubungan antara 8) Lingkungan
kecemasan dengan insomnia pada Hasil penelitian jurnal kedua
pasien yang menjalani hemodialisa lingkungan juga menunjukkan pasien
dengan hasil p value 0,038 (p value GGK yang menjalani HD mengalami
≤0,05). Cemas merupakan kualitas tidur buruk. Sebagian besar
kekhawatiran yang tidak pasti berkaitan sebanyak (91,7%) responden dengan
dengan perasaan yang tidak jelas dan lingkungan tidak tenang mengalami
tidak berdaya. Penyakit ginjal kronis kualitas tidur buruk. Secara teori
salah satu penyakit yang dapat menyatakan dirumah sakit dan fasilitas
menyebabkan penderitanya merasa rawat inap lainnya, suara menciptakan
cemas dan depresi baik itu karena masalah bagi klien. Suara dirumah sakit
penyakitnya maupun terapi yang biasanya baru atau asing. Sehingga
dijalaninya. Pasien gagal ginjal kronik klien menjadi terbangun. Masalah ini
yang menjalani terapi hemodialisa adalah yang terbesar pada malam
sering berpikiran bahwa agar dapat pertama hospitalisasi, ketika klien
ISSN 2809-4549 47
JURNAL KEPERAWATAN INDONESIA FLORENCE NIGHTINGALE
No. 1 Vol. 1 Desember 2021
ISSN 2809-4549 48
JURNAL KEPERAWATAN INDONESIA FLORENCE NIGHTINGALE
No. 1 Vol. 1 Desember 2021
ISSN 2809-4549 49
JURNAL KEPERAWATAN INDONESIA FLORENCE NIGHTINGALE
No. 1 Vol. 1 Desember 2021
10. Tarwoto dan Wartonah. (2015). 19. Veratamala, Arinda., Setiawan, AS.
Kebutuhan Dasar Manusia dan (2019). 6 Langkah Meningkatkan
Proses Keperawatan. Edisi: 4. Kualitas Tidur Anda. Diakses pada
Jakarta. tanggal 20 Mei 2020.
11. Augner C. (2011). Associations of 20. Simonson, dkk. (2007). Improving
subjective sleep quality with Sleep Management in elderly: a
depression score, anxiety, physical Guide to The Management of
symptoms and sleep onset latency Insomnia in Long Term Care.
in students. Central European 21. Potter & Perry. (2005). Buku Ajar
Journal of Public Health. 19(2). Fundamental Keperawatan
115–117. Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi
12. Cahya, Windy Astuti, dkk. (2017). 4 volume 1.EGC. Jakarta.
Faktor Yang Berhubungan Dengan 22. Stanley, M.& Beare, P. (2006). Buku
Kualitas Tidur Pasien Gagal Ginjal Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi
Kronik Dengan Terapi Hemodialisa Kedua. Jakarta: EGC.
Rumah Sakit Palembang. 23. Oliveira, A. (2010). Sleep Quality of
13. Dewi, Analiya and Hastuti, Yuni Dwi. Elders Living in Long-Term Care
(2019). Gambaran Kualitas Tidur InstitutionsSmyth, C. (2012). The
Pasien yang Menjalani Pittsburgh Sleep Quality Index
Hemodialisis di RSUD Kraton (PSQI). New York University
Kabupaten Pekalongan. College of Nursing.
Undergraduate thesis, Diponegoro 24. Soejono, Setiati & Wiwie. (2002).
University. Perubahan peran dan penurunan
14. Buysse, (1998). The Pittsburgh interaksi.
Sleep Quality Index: A New 25. Al-Jahdali AH, Kogher HA, Alqadhi
Instrument for Psychiatric Practice WA, Baharoon S, Tamim H,
and Research. Chronic Insomnia. Alhejaili FF, et al. (2010). Insomnia
Am J Psychiatry. 165 (6): 678-686. in chronic renal patients on dialysis
15. Kitchenham, B., & S. Charters. in Saudi Arabia. Journal of
(2007). Issue: EBSE 2007-001. Circadian Rhythms. 8: (1-7).
Technical Report, Vol.2. 26. Sari, A.P. (2016). Hubungan lama
16. Laily., Juanita., Siregar. (2015). hemodialisa dengan insomnia
Efektifitas Pemberian Terapi Musik pada pasiengagal ginjal kronik
Instrument Terhadap Kualitas Tidur yang menjalani hemodialisa di
Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang RST. Dr. Asmir Salatiga. Stikes
Menjalani Hemodialisa. 6 (3), 45- Ngudi Waluyo Ungaran.
50. 27. Ardiansyah, M. (2012). Medikal
17. Wulan, K., & Hastuti. (2011). Bedah. Yogyakarta: DIVA press.
Pengantar etika keperawatan. 28. Naga, S.S. (2012). Buku Panduan
Jakarta: Prestasi Pustaka. Lengkap Ilmu Penyakit Dalam.
18. Rakhmawati, L.N. (2016). Yogyakarta: DIVA Press.
Hubungan kualitas tidur dengan 29. Carole, (2012). Evaluating Sleep
kualitas hidup pasoen gagal ginjal Quality in Older Adults the
kronik yang menjalani hemodialisis Pittsburgh Sleep Quality index Can
di RSUD Wates. Yogyakarta. Be Used to Detect Sleep
Universitas Gajah Mada. Disturbances or Deficits. AJN,
American Journal of Nursing.
ISSN 2809-4549 50
JURNAL KEPERAWATAN INDONESIA FLORENCE NIGHTINGALE
No. 1 Vol. 1 Desember 2021
ISSN 2809-4549 51