Anda di halaman 1dari 10

Nama : Anastasia Neneng Safitri

NIM : 2117051474
Kelas : A17
Semester : VI (Enam)
Mata Kuliah : Mikrobiologi

a) Calvatia Gigantia

Kingdom : Fungi
Divisio : Basidiomycota
Kelas : Homobasidiomycetes
Ordo : Lycoperdales
Famili : Lycoperdaceae
Genus : Calvatia
Spesies : Calvatia Gigantea

A. Deskripsi
Calvatia gigantea atau jamur bola raksasa adalah sejenis jamur puffball
yang berasal dari dataran Eropa. Mereka dapat kita cirikan dari ukurannya yang
gigantik, serta mempunyai cita rasa yang unik karena mirip seperti tahu.
Jamur puffball tergabung dalam
kelas Agaricomycetes berordo Agaricales. Mereka sering awam sama ratakan dengan
jamur bola tanah, sebab memiliki ciri fisik yang cukup mirip.
Secara klasifikasi, puffball dan bola tanah datang dari keluarga berbeda. Puffball
tergolong dalam famili Agaricaceae, sedangkan bola tanah berasal dari
keluarga Sclerodermataceae.
Dari fisiknya, jamur puffball dan bola tanah juga memiliki perbedaan yang cukup
mendasar. Puffball biasanya berwarna putih bersih, sedangkan bola tanah memiliki bintik
kecokelatan

b. Morfologi dan Ciri-Ciri Jamur Puffball


Jamur puffball dapat tumbuh melebihi ukuran bola sepak, diameternya rata-rata
mencapai 10-50 cm dengan berat 20 kg. Di alam liar, ditemukan pula spesies puffball
yang lebih besar.

Menurut catatan ahli, ukuran terbesar jamur tersebut dapat mencapai 90-150 cm.
Apabila kita belah, bagian dalam daging C. gigantea dewasa umumnya berwarna cokelat
kehijauan.
Sedangkan jamur muda mempunyai warna putih bersih mengikuti warna kulit
luarnya. Perlu Anda ketahui, puffball pada dasarnya tidak pakar golongkan sebagai
spesies jamur beracun.
Mereka dapat kita konsumsi namun saat usia jamur masih muda. Apabila sudah
tua puffball menjadi toksik, sehingga memicu terjadinya gangguan kesehatan bagi
pengonsumsinya.

Tidak seperti fungi lain, semua spora jamur puffball dibuat di dalam tubuh buah.
Jumlahnya bisa mencapai triliunan per individu, berwarna kekuningan dengan ukuran 3-5
mikrometer

c.Habitat dan Distribusi Jamur Puffball


Jamur C. gigantea merupakan saprofit bersifat terestrial yang tumbuh secara
berkelompok atau sendirian. Mereka dapat kita temukan tertanam di area hutan sampai
padang rumput.
Dalam beberapa kasus, ada pula jamur puffball yang ilmuwan jumpai di area parit
drainase atau semak-semak. Mereka biasanya berkembang mulai dari bulan Juli hingga
November.

Di beberapa daerah, waktu pembiakkan jamur ini mungkin cenderung berbeda.


Seperti di tengah Illinois, pertumbuhan jamur tersebut menjadi pertanda di mulainya
musim gugur.

Inggris dan Irlandia adalah sentral pertumbuhan jamur ini. Mereka terdistribusi ke
seluruh Eropa, meski ahli temukan pula di Amerika Utara dan negara-negara belahan
Bumi selatan.

Di Tanah Air, jamur puffball sempat pakar laporkan tertanam di Gunung Ciremai.
Ini masih dalam tahap penelitian, mengingat iklim Indonesia yang tidak cocok dengan
habitat jamur.

B. Kegunaan
a) Kandungan dan Manfaat Jamur Puffball
Melansir berbagai sumber, dapat kita ketahui bahwa jenis jamur puffball
kaya akan vitamin D, tembaga, riboflavin dan asam pantotenat. Ia juga rendah
lemak, kolesterol dan natrium.
Karena itu, banyak masyarakat yang menjadikan daging serta ekstrak
jamur ini sebagai obat tradisional. Beberapa manfaat C. gigantea bagi dunia medis
dan kesehatan, di antaranya:
 Membantu Penyembuhan Luka
Puffball masyarakat gunakan sebagai pereda luka karena sifat
anestesinya. Mengonsumsi jamur ini khalayak percaya efektif meredakan
peradangan serta pendarahan lebih cepat.
 Menghambat Sel Kanker Dalam berbagai peneltian, ahli mengetahui
bahwa protein dan peptida pada daging puffball mempunyai sifat
antitumor. Ini bekerja menekan pertumbuhan sel kanker pada payudara.
 Merangsang Fungsi Seksual Pria
Bagi pria dewasa, jamur puffball bermanfaat sebagai afrodisiak. Ini
merupakan istilah yang merujuk pada zat tertentu pada makanan, yang
dipercaya bisa meningkatkan gairah seksual.
 Menurunkan Kagar Gula Darah
Puffball pakar sinyalir memiliki aktivitas antidiabetik serta mampu
menghambat enzim alpha amilase. Sehingga, ia ahli gadang-gadang
berpotensi sebagai obat penurun kadar gula darah.
Jamur puffball sangat cocok untuk berburu jamur, terutama puffball
raksasa karena paling mudah dikenali. Ini memiliki rasa yang ringan dan tekstur
yang familiar dan dapat dimasak dan ditambahkan ke berbagai jenis masakan.
Jadi dengan satu aturan identifikasi yang harus diikuti, ini bisa menjadi makanan
liar yang enak untuk ditambahkan ke daftar Anda.

C.Kerugian
Peringatan utama terhadap jamur ini adalah memastikannya teridentifikasi dengan
benar. Jika Anda tidak sengaja memakan jamur dalam genus Amanita, terutama jamur
perusak (Amanita bisporigera, ocreata, atau virosa) atau jamur topi kematian (Amanita
phalloides), maka Anda berisiko sakit parah. Genus Amanita bertanggung jawab atas
sebagian besar kecelakaan mencari makan yang disebabkan oleh jamur. Namun, dengan
memastikan bagian dalam jamur berwarna putih bersih saat dipotong menjadi dua, Anda
harus menghindari kemiripan yang beracun ini. Aturan ini diterima secara universal di
dunia pencarian makan, dan ini akan membuat Anda tetap aman. Ingatlah untuk selalu
mengikuti pedoman umum mencari makan yang aman saat mencari makan di alam liar.
Reaksi alergi yang jarang telah dilaporkan dan biasanya ringan, jadi selalu makan
makanan baru dalam porsi kecil dan tunggu sebelum makan dalam jumlah besar.
b) Phycomycetes

Kingdom : Fungi
Divisi : Eumycota
Kelas : Phycomycetes
Ordo : Myxochytridiales
Famili : Myxochytridiaceae
Genus : Phycomycetes
Spesies : Phycomycetes
A. Deskripsi
Phycomycetes merupakan jamur yang biasa terdapat di tanah dan
udara. Kelas Phycomycetes dapat bereproduksi secara aseksual maupun
seksual dan mempunyai ciri tidak terdapat septum di dalam hifa. Sebagian
besar kelas Phycomycetes ini merupakan patogen oportunis yang artinya
tidak menyebabkan penyakit pada inang tetapi menyebabkan mikosis pada
inang terkompromi, yaitu orang yang sudah lemah karena penyakit
tersebut. Phycomycetes ini mempunyai talus miselium yang berkembang
menjadi hifa fertil menghasilkan sporangium pada ujung sporangiospora.
Reproduksi seksualnya terjadi peleburan diujung hifa multinukleat.
Contoh Rhizopus dan Mucor.
Berdasarkan pada cara dan ciri reproduksinya terdapat empat kelas
an sejati atau berfilamen di dalam dunia Fungi yaitu: Phycomycetes
(Jamur ganggang). Ascomycetes (Jamur kantung), Basidiomycetes (Jamur
buah) dan Deuteromycetes (Jamur imperfek). Anggota kelas
Phycomycetes seringkali disebut sebagai cendawan tingkat rendah. Ciri
yang umum pada spesies ini adalah tidak adanya septum di dalam hifa
yang membedakan dengan tiga anggota yang lain. Phycomycetes
mempunyai talus miselium yang berkembang dengan baik. Hifa fertil
menghasikan sporangium pada ujung sporangiospora. Pada talus
Rhizopux, disamping hifa vegetatif dan sporangium terdapat juga hifa
seperti hifa pendek dan bercabang banyak yang disebut rizoid (Pelczar,
1986).
Phycomycetes memiliki hifa tidak bersekat, berbentuk tabung yang
berisi plasma dengan banyak inti. Phycomycetes menggunakan haustoria
untuk meyerap zat organik dari lingkungan. Haustoria merupakan
perkembangan lanjutan dari hifa. Hifa memiliki fungsi sebagai propagule
(pemicu infeksi) karena untuk menembus dinding sel tanaman lain perlu
adanya penembus yang mampu diuraikan oleh enzim dan berkembang
membentuk apresoria. Apresoria akan membentuk tabung penetrasi
kemudian menjadi vesikel, sehingga setelah masuk ke dalam jaringan
membentuk haustoria. Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang
atau septa. Septa mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati
ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel yang mengalir dari sel ke
sel. Akan tetapi, adapula hifa yang tidak bersepta atau hifa senositik.
Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali
yang tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma.
klasifikasi yang digunakan pada Bessey School of Botanists.
Menurut Volk (2001) kelompok Oomycota sudah tidak termasuk dalam
jamur, karena karakteristik komponen dinding selnya terdiri dari selulosa
tidak seperti jamur lainnya yang memiliki kitin dan Oomycota tidak
menyimpan makanan dalam bentuk glikogen layaknya jamur namun
sebagai pati. Namun karena kandungan selulosa masih terlalu kecil,
Oomycota masih cenderung dikelompokan ke dalam jamur.

B. Struktur dan Morfologi

Phycomycetes memliki miselium yang berwarna putih dan tidak


mempunyai sekat-sekat, jika setelah tua akan berubah warna menjadi
coklat kekuning-kuningan. Phycomycetes memiliki sel yang telanjang dan
cenderung berpisah-pisah. Hifanya bersifat senositik atau tidak bersepta
sering disebut thalus soenositik yang dapat hidup di darat atau pada
medium tertentu. Phycomycetes memiliki chlamydospora sebagai bentuk
baru dari hifa/miselium untuk bertahan pada lingkungan suboptimum.
Sebagian Phycomycetes juga mempunyai ostiole yaitu berupa lubang
saluran sporangiospora untuk keluar saat matang. Lubang ini cenderung
lebih efektif karena mampu mengetahui kecocokan sporangiospora
terhadap lingkungan, berbeda dengan sporangiospora yang langsung pecah
dari sporangium secara keseluruhan.
C. Habitat
Phycomycetes hidup dalam air umumnya sebagai parasit atau
saprofit pada hewan maupun tumbuhan air, namun ada juga yang hidup di
darat.

D. Cara Perkembangbiakan dan Klasifikasi

Perkembangan jamur ini terjadi secara aseksual dan seksual. Pada


perkembangbiakan secara aseksual akan dibentuk spora dalam sporangium
yang terletak pada ujung hifa. Hifa-hifa yang tumbuh tegak pada medium
dan terdapat sporangium pada ujung-ujungnya disebut sporangiosfor.
Sporangium yang matang akan pecah dan menghasilkan spora, kemudian
dengan bantuan angin (anemokori) spora akan terbawa jauh dari
kelompoknya. Spora yang terbawa angin bila jatuh di tempat yang sesuai
akan tumbuh menjadi jamur baru (Sparrow, 1960).

Perkembangan seksual pada jamur ini berlangsung secara


konjugasi, yaitu terjadi perpindahan materi yang berbeda muatan. Proses
konjugasi terjadi pada tubuh-tubuh hifa yang berlainan jenis. Pada ujung-
ujung hifa akan terbentuk gametangium yang bersifat haploid (n),
kemudian. gametangium yang berlainan jenis akan melakukan fusi
(penggabungan) sehingga menghasilkan zigospora bersifat diploid (2n).
Phycomycetes saat keadaan zigospora akan resisten terhadap perubahan
kondisi lingkungan. Bila kondisi lingkungan kembali menjadi normal,
maka zigospora akan berkecambah dan membentuk hifa-hifa haploid (n).
Hifa-hifa yang tumbuh. akan membentuk sporangium, kemudian
menghasilkan spora. Hal itu menyebabkan fase haploid cenderung lebih
panjang dibandingkan dengan fase diploidnya.

B. Kegunaan
Phycomycetes memiliki peran contohnya adalah Rhizopus oryzae yang memiliki
manfaat pada pembuatan tempe serta sake. Telah diketahui kira-kira 400 spesies
jamur yang dapat menyerang serangga dan tungau. Hampir semua jamur
entomopatogen (patogen serangga) tergolong dalam kelompok jamur Phycomycetes
dan Deuteromycetes. Jamur entomopatogen yang sudah banyak dikenal adalah
Beauvaria bassiana dan Metarhizium anisopliae. Oleh karena pertumbuhan jamur-
jamur entomopatogen memerlukan lengas nisbi udara yang tinggi maka prospek
penggunaannya. sebagai mikoinsektisida akan lebih efektif di daerah tropika.
Beberapa jenis jamur juga dapat menyerang dan hidup sebagai parasit nematoda, di
antaranya Verticillium spp., Meria spp., Harposporium anguillulae dan Paecilomyces
lilacinus (endoparasit), Arthrobotrys dactyloides, Dactylella bembicoides dan
Dactylaria bronchopaga (hifa penjerat), Dactylella tylopaga, Pagidospora
amoebophila dan Nematoctonus sp. (tonjolan hifa bulat yang lengket) dan A.
oligospora (jejaring tonjolan- tonjolan hifa lengket yang kompleks). Phytophtora
infestans memiliki peran dalam munculnya penyakit hawar daun dan busuk daun
pada umbi tanaman kentang. Oipidium brassicae juga sebagai penyebab penyakit
damping off pada kubis.

C. Kerugian
Kebanyakan Phycomycetes hidup sebagai saprofit pada sisa-sisa makhluk hidup
yang telah mati. Beberapa Phycomycetes hidup sebagai parasit pada makhluk hidup
lain. Phycomycetes yang hidup sebagai parasit misalnya pada tanaman tomat,
kentang, anggur, tembakau, dan kulit manusia. Contoh jamur Phycomycetes adalah
jamur tempe dan jamur oncom.
Daftar Pustaka
Fitzpatrick HM. 1930. The Lower Fungi Phycomycetes. McGraw-Hill Book Company.
New York
Mahendra R and Bridge PD. 2009. Applied Mycology. British Library. UK.
Pelczar MJ. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI-Press. Jakarta
Sparrow FK. 1960. Aquatic Phycomycetes. The University of Michigan Press.
USA.
Volk TJ. 2001. Phytophtora infestans cause of late blight of potato and the irish potato
famine. http://TomVolkFungi.net. Acessed March, 10h 2013.
https://www.greeners.co/flora-fauna/jamur-puffball-cendawan-bulat-seukuran-bola-
sepak/
https://eattheplanet.org/puffball-mushroom-youll-be-ok-if-you-follow-one-id-feature/

Anda mungkin juga menyukai