Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN HASIL ANALISIS

SKALA KECERDASAN EMOSIONAL

Diajukan untuk Pemenuhan Syarat wajib tugas akhir Mata kuliah

“ Konstruksi dan Pengukuran Bimbingan Konseling “

Dosen Pengampu :

Candra Prasiska Rahmat M.pd

Disusun oleh :

Nama : Renny Marselina

NPM: 202101579004

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL


PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
2023
PENGANTAR

Skala ini digunakan untuk mengukur Kecerdasan Emosional. Kecerdasan


emosional merupakan kemampuan seseorang mengatur emosi, menjaga emosi, dan
pengungkapan melalui kesadaran diri, pengendalian diri, empati, motivasi diri, dan
keterampilan sosial.Orang yang memiliki kecerdasan emosional adalah orang yang tidak
menyimpan amarah atau dendam dalam hatinya. Dendam atau amarah biasanya adalah
respon stres dari suatu pengalaman masa lalu, cara pandang individu, lingkungan masa
kecil dan kejadian masa yang membuat tubuh mengeluarkan mode fight or flight.
Mengingat dampak negatif yang ditimbulkan dari kecerdasan emosional, maka dari itu
penting untuk dilakukan pengukuran melalui penyusuan skala psikologi sehingga hasil
dari pengukuran tersebut dapat bermanfaat dalam pencegahan dan pengentasan
kecerdasan emosional khususnya dalam lingkup Bimbingan dan Konseling.

Penyusunan laporan akhir ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak. Maka daripada itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha
Esa yang memberikan kemudahan dan kelancaran dalam mengerjakan tugas akhir ini ,
Terima kasih juga kepada Bapak Candra Prasiska Rahmat, M.Pd sebagai dosen pengampu
mata kuliah Konstruksi dan Pengukuran BImbingan dan Konseling , serta untuk teman -
teman yang telah banyak membantu penulis dalam mengerjakan laporan ini. Selanjutnya
penulis berterima kasih kepada ibu Diova Laviria Alfirazi, M.Pd, yang terakhir saya
ucapkan terima kasih kepada responden yang telah berbaik hati untuk meluangkan
waktunya untuk mengisi instrumen yang penulis susun guna memenuhi laporan akhir .

Penulis

Renny Marselina

2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………………..………………
B. Kajian Teoristik ……………………………………………………….………………
C. Tujuan ……………………………………………………..………….………………
D. Manfaat ……………………………………………………………...……………….
E. Langkah Penyusan Skala …………………………………………….………………

BAB II ANALISIS HASIL VALIDASI


A. Waktu dan Tempat ………………………………………………….………………..
B. Sasaran Pengadministrasian Skala ………………………………….………………..
C. Hasil Analisis …………………………………………………….…………………..

BAB III PENUTUP


A.Kesimpulan ………………………………………………………….………………..
B. Saran …………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kecerdasan emosional mencakup kemampuan yang berbeda, tetapi
mempengaruhi kecerdasan akademik. Orang tidak akan mampu menggunakan
kemampuan kognitif mereka sesuai dengan potensi yang maksimum tanpa memiliki
kecerdasan emosional (Widodo, 2008). Kecerdasan emosional memiliki peran yang
sangat penting untuk mencapai kesuksesan di sekolah maupun dalam berkomunikasi
di lingkungan masyarakat. Keterampilan dasar emosional tidak dapat dimiliki secara
tiba-tiba, tetapi membutuhkan proses dalam mempelajarinya dan lingkungan yang
membentuk kecerdasan emosional tersebut besar pengaruhnya.
Menurut Firmansyah (2010 dalam Jidan 2016) kemunculan kecerdasan
emosional dalam pendidikan bagi sebagian orang mungkin dianggap sebagai jawaban
atas kejanggalan tersebut, walaupun EQ merupakan hal yang relatif baru dibanding
IQ, namun beberapa penelitian telah mengisyaratkan bahwa emosional tidak kalah
penting dengan IQ. Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur
kehidupan emosinya dengan intelegensi, menjaga keselarasan emosi dan
pengungkapannya melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi
diri, empati dan keterampilan sosial. menyenangkan terhadap obyek, orang, dan
mungkin aspek-aspek lain. Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa sikap merupakan ukuran dari perasaan dan pikiran seseorang terhadap suatu
aspek baik secara positif maupun negatif.
Realita saat ini yang sering muncul dari seorang siswa kurang terkontrol
adalah karena kurang mempunyai impian besar, dalam artian kurang ada keinginan
berprestasi dalam belajar kedepannya seperti apa. Sebagian besar mereka menganggap
semuanya gampang tanpa harus lebih berusaha. Tetapi tidak sedikit juga dari siswa
yang kurang memiliki IQ tinggi justru memiliki prestasi belajar yang lumayan bagus.
Dari hal-hal tersebut dapat disimpulkan adanya indikasi kecerdasan emosional yang
cukup tinggi selalu menjadikan semua tuntutan tugas yang diberikan oleh
guru-gurunya bisa meraih prestasi belajar yang bagus. Menurut Gottman (2010)
Individu yang memiliki tingkat kecerdasan emosional yang lebih baik, dapat menjadi
lebih terampil dalam menenangkan dirinya dengan cepat, lebih terampil dalam
memusatkan perhatian, lebih baik dalam menjalin kerjasama dengan orang lain, lebih
cakap dalam memahami orang lain dan untuk kerja akademis di sekolah lebih baik.

4
Dari hasil observasi peneliti di SMPN 176 Jakarta terlihat bahwa siswa kurang
memperhatikan penjelasan guru, dan kurangnya kesadaran siswa terhadap
pembelajaran serta guru menggunakan metode ceramah saat proses pembelajaran.
Setelah dilakukannya wawancara kepada guru ditemukan bahwa ada beberapa siswa
kurang memperhatikan ketika pembelajaran Matematika sedang berlangsung dan ada
beberapa siswa yang kelihatan melamun ketika belajar Matematika, bahkan ada juga
yang tertidur di kelas. Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan beberapa
siswa, peneliti memperoleh informasi bahwa materi Matematika yang diberikan guru
sulit untuk dipahami dan siswa juga mengatakan kesulitan dalam mengerjakan soal
Matematika serta guru Matematika lebih sering menggunakan metode ceramah
dibandingkan menggunakan media yang menarik.
Dari hasil wawancara siswa tentang sikap, rasa tidak tertarik yang berlebihan
terhadap Matematika Membuat siswa menjadi tidak menyukai Matematika dan
cenderung tidak menyukai pelajaran tersebut. Akhirnya akan timbul sikap dan
kecerdasan yang negatif. Sikap negatif tersebut dapat membuat hasil belajar yang
rendah terutama pelajaran Matematika. Hal ini dapat disebabkan oleh kebosanan
siswa terhadap bahan ajar yang diberikan oleh guru sehingga dapat menyebabkan
pengaruh yang buruk terhadap sikap yang dimiliki siswa dalam proses pembelajaran
Matematika di sekolah.

B. Kajian Teoristik
1. Kecerdasan Emosional (EQ)
a. Pengertian Kecerdasan Emosional
C.P Chaplin dalam Dwi Sunar P, memberikan pengertian kecerdasan sebagai
kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi terbaru secara cepat
dan efektif. Sementara itu, Anita E. Woolfolk dalam Dwi Sunar P, mengemukakan
bahwa menurut teori lama kecerdasan meliputi tiga pengertian, yaitu¹ :
a) Kemampuan untuk belajar
b) Keseluruhan pengetahuan yang diperoleh
c) Kemampuan untuk beradaptasi dengan situasi baru atau lingkungan pada
umumnya.

5
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan merupakan suatu
kemampuan untuk memecahkan suatu persoalan atau masalah dan kemampuan
beradap tasi dengan lingkungan sekitar dalam kehidupan sehari-hari.
Istilah kecerdasan emosi pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh
Salovey dan Mayer. Menurut Salovey dan Mayer dalam Zubaedi, kecerdasan emosi
merupakan himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan
memantau perasaan dan emosi, baik pada1 diri sendiri maupun pada orang lain
memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi untuk membimbing pikiran
dan tindakan serta menjalin hubungan dengan orang lain.2
Kecerdasan emosional (EQ) adalah jembatan antara apa yang kita ketahui dan
apa yang kita lakukan. Semakin tinggi EQ kita semakin terampil kita melakukan apa
yang kita ketahui benar.3 Menurut penelitian Daniel Goleman para ahli psikologi
sepakat bahwa IQ hanya mendukung sekitar 20% faktor-faktor yang menentukan
suatu keberhasilan, 80% sisanya berasal dari faktor lain, termasuk kecerdasan
emosional.
Menurut Goleman dalam Zubaedi, kecerdasan emosional merujuk kepada
kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan
memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri
sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.4 Shapiro dalam Darmansyah,
menyebutkan bahwa kecerdasan emosional sebagai himpunan bagian dari kecerdasan
sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan dan emosi, baik pada diri
sendiri maupun orang lain.
Sawaf dalam Darmansyah, menyatakan bahwa kecerdasan emosional adalah
kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan
kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi dan pengaruh yang
manusiawi.5 Darmansyah menyimpulkan definisi kecerdasan emosional adalah
kemampuan merasakan, memahami orang lain, dan secara efektif menerapkan daya
dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi dalam bersosialisasi
dengan orang lain.6

1
Dwi Sunar P, Op. Cit., h. 20
2
Zubaedi, Op. Cit., h. 47
3
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 259
4
Suardi Syam, Op. Cit., h. 99
5
Darmasyah, Op. Cit., h. 123
6
Ibid., h. 124

6
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional
adalah kemampuan untuk meningkatkan kearah yang lebih baik dan kemampuan
seseorang untuk memotivasi diri sendiri dan mampu dalam menghadapi kegagalan,
mengontrol dorongan yang tiba-tiba muncul sehingga tidak mempengaruhi
kemampuan berpikir.

b. Komponen Kecerdasan Emosi


Komponen kecerdasan emosional menurut Daniel Golemen dalam Suardi Syam, yaitu
sebagai berikut 7:
1) Mengenali emosi.
Mengenali emosi yaitu mengetahui apa yang dirasakan seseorang pada diri.
2) Mengelola emosi.
Mengelola emosi yaitu menangani emosi sendiri agar berdampak positif bagi
pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan
sebelum tercapainya satu tujuan, serta mampu mensterilkan tekanan emosi.
Orang memiliki kecerdasan emosional adalah orang yang mampu menguasai,
mengelola dan mengarahkan emosinya dengan baik. Pengendalian emosi tidak
hanya berarti meredam rasa tertekan atau menahan gejolak emosi, melainkan
juga bisa berarti dengan sengaja menghayati suatu emosi, termasuk emosi
yang tidak menyenangkan.
3) Memotivasi diri
Memotivasi diri yaitu menggunakan hasrat yang paling dalam untuk
menggerakkan dan menuntun manusia menuju sasaran, membantu mengambil
inisiatif dan bertindak sangat efektif serta bertahan menghadapi kegagalan dan
frustasi. Kunci motivasi adalah memanfaatkan emosi, sehingga dapat
mendukung kesuksesan hidup seseorang, dan sebaliknya perilaku sering kali
menentukan bagaimana emosinya.
4) Empati.
Empati yaitu kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan oleh orang
lain, mampu memahami perspektif mereka, menumbuhkan hubungan saling
percaya dan menyelaraskan diri dengan orang banyak atau masyarakat. Hal ini

7
Suardi Syam, Op. Cit., h. 99-101

7
berarti orang yang memiliki kecerdasan emosional ditandai dengan
kemampuannya untuk memahami perasaan atau emosi orang lain.
5) Membina hubungan
Membina hubungan yaitu kemampuan mengendalikan dan menangani emosi
dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain, cermat membaca situasi
dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancer, memahami dan bertindak
bijaksana dalam hubungan antar manusia.
c. Komponen Kecerdasan Emosional :
1) Kesadaran diri, yaitu mengetahui apa yang dirasakan pada suatu kondisi,
dan menggunakan perasaan tersebut dalam pengambilan keputusan diri
sendiri. Indikatornya realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang
kuat 8
2) Pengaturan diri, kemampuan menangani emosi sehingga berdampak positif
kepada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda
kepuasan sebelum tercapainya suatu sasaran, mampu pulih kembali dari
tekanan emosi.
3) Motivasi, menggunakan hasrat untuk menuju sasaran, menuntun dan
membantu dalam mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif untuk
bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi.
4) Empati, merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, mampu memahami
perspektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan
menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang.
5) Keterampilan sosial, menjaga emosi ketika berhubungan dengan orang lain
dan cermat membaca situasi, berinteraksi dengan lancar, dan menggunakan
keterampilan ini untuk mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah dan
menyelesaikan perselisihan, dan untuk bekerja sama dalam tim.

Kecerdasan emosional bisa diukur dengan menggunakan 5 komponen


utama, yaitu sebagai berikut 9:
1) Self Regard (kemampuan untuk menerima diri sendiri dengan baik).
2) Kesadaran Emosional Diri (kemampuan untuk mengenali perasaan sendiri,
yang memungkinkan kita untuk mengelola mereka dan membuat keputusan

8
Ibid., h. 102-103
9
Dwi Sunar P, Op. Cit., h. 77

8
yang lebih baik. Ini menjadi penting karena akan tetap positif meski dalam
kondisi carut marut sekalipun kita tetap bisa fokus dengan diri sendiri).
3) Ketegasan (kemampuan untuk mengekspresikan perasaan, keyakinan, dan
pikiran tanpa menjadi antagonis dan tetap kooperatif terhadap orang lain).
4) Kemerdekaan (kemampuan untuk menjadi mandiri dan pribadi yang
berpikir dan bertindak secara terkontrol, serta bebas dari ketergantungan
emosional).
5) Aktualisasi Diri (kemampuan untuk menyadari potensi seseorang)
Berikut adalah 5 komponen kecerdasan emosional10:
1) Kemampuan untuk memahami dan menerapkan emosi pribadi.
2) Ketrampilan diri.
3) Kemampuan untuk menangani tantangan/tekanan.
4) Kemampuan untuk bereaksi dengan cepat, tepat, dan efisien untuk
mengubah.
5) Suasana hati secara umum.
Berdasarkan kelima komponen kecerdasan emosional diatas, dapat dipahami
bahwa kecerdasan emosi sangat dibutuhkan oleh manusia dalam rangka
mencapai kesuksesan, baik dibidang akademis, karir, maupun dalam
kehidupan sosial.
d. Bentuk- Bentuk Emosi
Daniel Goleman dalam Mohammad Ali dan Mohammad Asrori,
mengidentifikasi sejumlah kelompok emosi, yaitu sebagai berikut 11:
1) Amarah.
Didalamnya meliputi brutal, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal
hati, terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, dan tindak
kekerasan.
2) Kesedihan
Didalamnya meliputi pedih, sedih, muram, suram, mengasihani diri, kesepian,
ditolak, putus asa, dan depresi.
3) Rasa takut. Didalamnya meliputi cemas, takut, gugup, khawatir, was-was,
perasaan takut sekali, sedih, tidak tenang, ngeri, panic, dan fobia

10
DIbid., h. 79
11
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2014), h. 63

9
Kenikmatan. Didalamnya meliputi bahagia, gembira, riang, senang, terhibur,
bangga, kenikmatan indrawi, takjub, terpesona, puas, rasa terpenuhi, girang,
senang
4) Kenikmatan. Didalamnya meliputi bahagia, gembira, riang, senang,
terhibur, bangga, kenikmatan indrawi, takjub, terpesona, puas, rasa terpenuhi,
girang, senang dan sekali.
5) Cinta. Didalamnya meliputi penerimaan, persahabatan, kepercayaan,
kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, dan kasih sayang.
6) Terkejut. Didalamnya meliputi takjub, dan terpana
7) Jengkel. Didalamnya meliputi rasa bersalah, malu hati, kesal hati, menyesal,
hina, aib, dan hati hancur lebur. Menurut JB. Waston dalam Muhammad Ali
dan Muhammad Asrori, bahwa pada dasarnya manusia mempunyai tiga emosi
dasar, yaitu12 :
1. Fear (takut), yang dalam perkembangan selanjutnya bisa menjadi cemas.
2. Rage (kemarahan), yang akan berkembang antara lain menjadi marah.
3. Love (cinta), yang akan berkembang menjadi simpati. Sedangkan menurut
R. Descartes sebagaimana dikutip oleh E. Usman Efendi dan Juhaya S. Praja
dalam Muhammad Ali dan Muhammad Asrori,
bahwa emosi-emosi dasar yang terdapat pada manusia sebanyak enam macam,
yaitu13 :
1. Desire (keinginan).
2. Hate (benci).
3. Wonder (kagum).
4. Sorrow (kesedihan).
5. Love (cinta).
6. Kegembiraan

Menurut Mayer dalam Darmansyah, bentuk-bentuk emosi yang dialami


oleh orang adalah14 :
1. Sadar diri.
2. Tenggelam dalam permasalahan.

12
Ibid., 66
13
Ibid., h. 68
14
Darmansyah, Op. Cit., h. 88

10
3. Pasrah.

Dengan melihat keadaan itu maka penting bagi setiap individu memiliki
kecerdasan emosional agar menjadikan hidup lebih bermakna dan tidak menjadikan
hidup yang di jalani menjadi sia-sia.

e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional.


Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi remaja15:
1) Perubahan jasmani.
Perubahan jasmani yang ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan yang sangat
cepat dari anggota tubuh. Pada taraf permulaan pertumbuhan ini hanya terbatas
pada bagian tertentu saja yang mengakibatkan postur tubuh menjadi tidak
seimbang. Ketidak seimbagan tubuh ini sering mempunyai akibat yang tidak
terduga pada perkembangan emosi remaja.
2) Perubahan pola interaksi dengan orang tua.
Pola asuh orang tua terhadap anak, termasuk remaja sangat bervariasi. Ada
yang pola asuhnya menurut apa yang dianggap terbaik oleh dirinya sendiri saja
sehingga ada yang bersifat otoriter, memanjakan anak, acuh tak acuh, tetapi
ada juga yang penuh kasih sayang. Perbedaan pola asuh orang tua seperti ini
dapat berpengaruh terhadap perkembangan emosi remaja.
3) Perubahan interaksi dengan teman sebaya.
Faktor yang sering menimbulkan masalah emosi pada saat ini adalah hubungan
cinta dengan teman lawan jenis. Pada masa remaja tengan, biasanya remaja
benar-benar menyukai teman lawan jenisnya. Gejala seperti ini tidak jarang
dapat menimbulkan konflik atau gangguan emosi pada remaja jika tidak diikuti
dengan bimbingan dari orang tua
4) Perubahan pandangan luar.
Faktor penting yang dapat mempengaruhi perkembangan emosi remaja selain
perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri remaja itu sendiri adalah
pandangan dunia luar dirinya. Ada sejumlah perubahan pandangan dunia luar
yang dapat.

15
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Op. Cit., h. 69-71

11
menyebabkan konflik-konflik emosional dalam diri remaja, yaitu sebagai
berikut:
a) Sikap dunia luar terhadap remaja sering tidak konsisten.
b) Dunia luar atau masyarakat masih menerapkan nilai-nilai yang berbeda
untuk remaja laki-laki dan remaja perempuan.
c) Sering kali kekosongan remaja dimanfaatkan oleh pihak luar yang tidak
bertanggung jawab yaitu dengan cara melibatkan remaja tersebut kedalam
kegiatan-kegiatan yang merusak dirinya dan melanggar nilai-nilai moral.

C. Tujuan Analisis Skala pengukuran Kecerdasan Emosional


● Untuk mengetahui kualitas skala kecerdasan emosional peserta didik
● Menyelesaikan tugas akhir mata kuliah Konstruksi dan Pengukuran dalam BK

D. Manfaat
● Menambah pemahaman dan pengetahuan dalam membuat skala pengukuran psikologi
● Memperkuat keyakinan untuk mengambil variabel “ Kecerdasan Emosional “ dalam
penyusunan skripsi kelak
● Mengasah kemampuan dalam membuat aitem - aitem yang tepat
● Melatih kecermatan dalam melakukan perbaikan terhadap kritik yang diberikan oleh
validator pada saat adjustment
● Menambah pengalaman dengan mengalami secara langsung situasi saat menyebar
angket

12
BAB II
ANALISIS HASIL VALIDASI
A. PROSEDUR PENYUSUNAN
a. Menentukan Konstruk ukur / Variabel
1. Perumusan Tujuan.
Pada tahapan perumusan tujuan , dilaksanakan dengan menentukan tujuan
ukur, dimulai dengan memilih suatu variabel yang hendak diukur dan
memahami teori- teori yang melandai variabel kecerdasan Emosional . Setelah
memahami variabel yang hendak diukur, maka selanjutnya mencari
sumber - sumber teori yang mendasari tentang Kecerdasan Emosional.
2. Pembatasan dominan ukur
Tahapan selanjutnya pembatasan dominan ukuran , yang dilakukan dengan
cara membatasi atau melakukan pembatasan terhadap dominan ukur
berdasarkan yang bersangkutan . Pada tahapan ini menentukan aspek - aspek
yang terkandung didalam variabel yang hendak diukur dan berdasarkan teori
yang ada menurut para ahli. Penyusunan Skala Kecerdasan Emosional ,
penulis melakukan pembatasan domain ukur, dengan menetapkan aspek -
aspek dalam kecerdasan emosional para peserta didik yaitu : (1) mengenal
emosi diri, (2) mengelola emosi, (3) memotivasi diri sendiri, (4) mengenali
emosi orang lain, dan (5) membina hubungan
3. Penulisan aitem dan Review aitem
Penulisan aitem dapat dilakukan apabila komponen - komponen atribut telah
jelas diidentifikasinya. Komponen - komponen atribut dan indikator perilaku
disajikan sebagai bagian dari Blue print skala , blue print akan menjadi acuan
dalam penulisan aitem. Penulisan aitem harus dilakukan memperhatikan
kaidah - kaidah yang telah ditentukan.
Review pertama dilakukan oleh penulis sendiri , yaitu dengan selalu
memeriksa ulang setiap aitem yang baru saja ditulis apakah telah sesuai
dengan indikator perilaku yang hendak diungkap dan tidak keluar dari
pedoman penulisan aitem. Apabila semua aitem telah selesai ditulis, review
dilakukan oleh beberapa orang yang berkompeten dalam bidang perskalan
semua aitem yang diperkirakan tidak sesuai dengan spesifikasi blue print atau
yang tidak sesuai dengan kaidah penulisan hrus diperbaiki atau tulis ulang.

13
Hanya aitem - aitem yang diyakini akan berfungsi dengan baik yang dapat
diloloskan untuk mengikuti uji coba lapangan .
4. Uji coba skala.
Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui apakah kalimat dalam aitem mudah
dan dapat dipahami oleh responden sebagaimana diinginkan oleh penulis
aitem.Reaksi - reaksi responden berupa pertanyaan mengenai kata- kata atau
kalimat yang digunakan dalam aitem merupakan pertanda kurang komunikatif
kalimat yang ditulis dan itu memerlukan perbaikan. Tujuan kedua uji coba
dijadikan salah satu cara praktis untuk memperoleh data jawaban dari
responden yang akan digunakan untuk penskalaan.
5. Analisis aitem
Analisis aitem merupakan proses pengujian parameter - parameter aitem guna
mengetahui apakah item memenuhi persyaratan psikometris untuk disertakan
sebagai bagian dari skala. Parameter aitem yang diuji paling tidak adalah daya
beda atau daya diskriminasi , kemampuan aitem dalam membedakan antara
subjek yang memiliki atribut yang diukur atau tidak.
b. Definisi konseptual teori dari ahli.
Definisi konseptual kecerdasan emosional yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah definisi kecerdasan emosional yang dikemukakan oleh Daniel
Goleman (2009: 24), yaitu kemampuan yang dimiliki seperti kemampuan untuk
memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan
hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar
beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan berdo’a.
c . Definisi Operasional
Definisi Operasional Kecerdasan emosional Menurut Goleman ( 2005: 12 ) adalah
suatu sikap umum seorang individu terhadap berbagai aspek guna mengembangkan
kesadaran emosi yakni: (1) mengenal emosi diri, (2) mengelola emosi, (3) memotivasi
diri sendiri, (4) mengenali emosi orang lain, dan (5) membina hubungan.
d. Aspek Kecerdasan Emosional
a. Mengenali Emosi
Diri Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali
perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari
kecerdasan emosional, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. Kesadaran
diri membuat kita lebih waspada terhadap suasana hati maupun pikiran tentang

14
suasana hati, bila kurang waspada maka individu menjadi mudah larut dalam aliran
emosi dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan
emosi, namun merupakan salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi
sehingga individu mudah menguasai emosi.
b. Mengelola emosi
merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan agar dapat terungkap
dengan tepat, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar
emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraan
emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan intensitas terlampau lama akan
mengoyak kestabilan kita . Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menghibur
diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan
akibat-akibat yang ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari
perasaan-perasaan yang menekan.
c. meraih Prestasi
harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu, yang berarti memiliki
ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati,
serta mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu antusiasme, gairah, optimis dan
keyakinan diri.
d. Kemampuan
untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati. Menurut Goleman kemampuan
seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli, menunjukkan kemampuan empati
seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap
sinyal sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan
orang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka
terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain.
e. Kemampuan dalam membina hubungan
merupakan suatu keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan
keberhasilan antar sesama. Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan
kemampuan dasar dalam keberhasilan membina hubungan. Terkadang manusia sulit
untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dan sulit juga memahami keinginan serta
kemauan orang lain.

e. Kisi - kisi Kuesioner Kecerdasan Emosional

15
item soal Jumla
Faktor Indikator
Positif Negatif h Item
1.1 Mengenal dan merasakan emosi
1,2 3,4 4
sendiri
1. Mengenal 1.2 Memahami sebab perasaan yang
5 6 2
Emosi Diri timbul
1.3 Mengenal pengaruh perasaan
7 8 2
terhadap tindakan
2.1 Bersikap toleran terhadap frustasi 9 10 2
2.2 Mampu mengungkapkan amarah
11 12 2
dengan tepat
2.3 Mampu mengendalikan perilaku
13 14 2
agresif yang mampu merusak
2. Mengelola
Emosi 2.4 Memiliki perasaan positif tentang diri
15 16 2
sendiri dan lingkungan
2.5 Memiliki kemampuan untuk
17 18 2
mengatasi stress
2.6 Dapat mengurangi perasaan cemas
19 20 2
dan kesepian dalam pergaulan
3.1 Mampu mengendalikan diri 21 22 2
3. 3.2 Bersikap optimis dalam menghadapi
23 24 2
Memotivasi masalah
Diri Sendiri 3.3 Mampu memusatkan perhatian pada
25 26 2
tugas yang diberikan
4.1 Mampu menerima sudut pandang
27 28 2
4. Mengenali orang lain
Emosi Orang 4.2 Memiliki sifat empati atau kepekaan
29 30 2
Lain terhadap orang lain
4.3 Mampu mendengarkan orang lain 31 32 2
5.1 Memahami pentingnya membina
33 34 2
hubungan dengan orang lain
5.2 Mampu menyelesaikan konflik
5. Membina 35 36 2
dengan orang lain
Hubungan
5.3 Memiliki kemampuan untuk
37 38 2
berkomunikasi dengan orang lain

5.4 Memiliki sifat bersahabat atau 39 40 2

16
mudah bergaul dengan sesama
5.5 Memiliki perhatian terhadap
41, 42 43,44 4
kepentingan orang lain
5.6 Dapat hidup selaras dengan
45 46 2
kelompok
5.7 Bersikap senang berbagi dan
47 48 2
bekerjasama
5.8 Bersikap dewasa dan toleran 49 50 2
Jumlah
Pertanyaan 25 25 50

1.1 kuesioner Angket

Jawaban
No Pernyataan
SS S N TS STS
Saya mengetahui dan merasa
1 cemas ketika ulangan Matematika
tidak belajar
Saya mengetahui dan merasa
2 cemas ketika ulangan Matematika
mendapat nilai jelek
Saya tidak merasa cemas ketika
3
ulangan biologi mendapat nilai jelek
Saya tidak merasa cemas ketika
4
ulangan Matematika tidak belajar
Saya memahami permasalahan
5
yang membuat saya marah
saya tidak memahami ketika saya
6
marah
saya senang mengerjakan tugas
7 yang diberikan guru saat suasana
hati tenang
saya tidak sadar bahwa perasaan
8 malu untuk bertanya data
mengganggu proses pembelajaran
saya selalu bercerita ke teman ketika
9
merasa kesulitan dalam belajar

17
Saya tidak peduli ketika merasa
10
frustasi dalam belajar matematika
Saya marah ketika diganggu saat
11
belajar matematika
Saya tidak merasa jengkel ketika
12 teman menyontek saat pembelajaran
matematika
Saya tidak marah ketika diganggu
13
saat belajar matematika
Saya sedih ketika tidak
14 menyelesaikan tugas matematika
yang diberikan guru
Saya selalu belajar lebih baik dari
15
kegagalan
Saya tidak berhasil dalam belajar
16
matematika
saya akan menenangkan pikiran
17 ketika gugup dalam mengerjakan
ulangan matematika
Saya cemas ketika guru memberikan
18 ulangan matematika secara
mendadak
Saya membaca kembali
19 pembelajaran yang diberikan guru
ketika merasa sendiri
Saya akan memikirkan
20
kekukarangan saya dalam bergaul
Saya akan belajar lebih giat ketika
21
gagal
Saya marah ketika gagal dalam
22
belajar
Saya tidak cepat putus asa ketika
23
merasa kesulitan
Saya sangat cepat putus asa ketika
24
merasa gagal dalam belajar
Saya tidak senang menunda-nunda
25 tugas matematika yang diberikan
guru

18
Saya senang menunda-nunda tugas
26
matematika yang diberikan guru
Saya akan mendengarkan pendapat
27
teman saat diskusi
Saya akan langsung mengemukakan
28 jawaban sebelum mendengarkan
pendapat teman saat diskusi
Saya akan membantu teman yang
29 kesulitan dalam memahami
pembelajaran matematika
Saya tidak akan membantu teman
30 yang kesulitan dalam memahami
pembelajaran matematika
Saya memperhatikan teman yang
31 sedang melakukan presentasi saat
pembelajaran Matematika
Saya akan menyela teman ketika
32 kurang suka dengan pendapat yang
diajukan dalam diskusi
Saya memberikan pujian ketika
33 teman berhasil dalam memahami
pembelajaran yang diberikan guru
Saya tidak peduli ketika teman
34
berhasil dalam belajar
Saya akan saling meminta maaf dan
35 mencari solusi dari permasalahan
yang timbul dengan teman
Saya tidak akan meminta maaf
36 ketika memiliki permasalahan
dengan teman
Saya akan mendiskusikan dengan
teman ketika tugas yang diberikan
37
guru terlalu sulit untuk dikerjakan
sendiri
Saya bekerja sendiri dalam
38 menyelesaikan tugas yang diberikan
guru tanpa bertanya dengan teman
Saya senang bersosialisasi dengan
39
teman sekelas maupun lingkungan

19
luar
Saya lebih suka menyendiri daripada
40 berkelompok baik saat belajar
maupun bersosialisasi
Saya suka memberikan solusi
41
terhadap teman yang meminta saran
Saya tidak akan mengganggu teman
42
ketika sedang serius belajar
Saya tidak peduli dengan kesulitan
43
teman
Saya senang mengganggu
44 konsentrasi teman yang sedang
serius dalam belajar
Saya lebih suka menyelesaikan
45 tugas secara berkelompok daripada
sendiri
Saya lebih suka menyelesaikan
46 tugas secara mandiri daripada
berkelompok
Saya lebih suka menyelesaikan
46 tugas secara mandiri daripada
berkelompok
Saya senang berbagi ketika teman
47 meminta pertolongan dalam
pembelajaran
Saya tidak senang untuk
48
bekerjasama dengan sesama
Saya percaya dan menghormati
49 keputusan yang diambil saat diskusi
berlangsung
Saya tidak memikirkan tindakan
50
yang akan dilakukan

f. Penulisan aitem

Jawaban
No Daftar Pernyataan SS S N TS STS

20
Kecerdasan Emosional ( X1 )
1. Pengenalan diri
Mengenali emosi dan kemampuan
diri
1 sendiri dalam memahami pelajaran
selama proses pembelajaran
Yakin dan mampu melakukan
sesuatu dalam proses pemahaman
2 semua pelajaran
Cepat dalam memahami sesuatu
pelajaran khususnya mata pelajaran
3 Matematika dan pemahamannya
Percaya diri yang kuat terhadap mata
4 pelajaran tertentu
2. Pengendalian diri SS S N TS STS
Mampu menganalisa bidang tertentu
1 dengan hati-hati dan tidak emosi.
Bidang Matematika adalah
keprofesian yang harus memiliki
sifat dapat dipercaya dan jujur yang
2 wajib dimiliki seorang akuntan.
Fleksibilitas dalam memahami
perubahan, khususnya dengan
3 bidang mata pelajaran tertentu
yang anda terima
menerima dan terbuka terhadap
4 gagasan, pendekatan dan informasi
Matematika
3. Motivasi SS S N TS STS

Dorongan untuk menjadi lebih baik


atau
1 memenuhi standar keberhasilan
khususnya mata pelajaran
matematika
Menyesuaikan diri dengan kelompok
2 dalam mata pelajaran Matematika
Kesiapan untuk memanfaatkan
3 kesempatan untuk memahami

21
Matematika
Kegigihan dalam memahami
4 matematika kendati ada halangan
dan kegagalan
4. Empati SS S N TS STS
Merasakan kebutuhan
perkembangan orang lain dan
1 berusaha menumbuhkan
kemampuan dalam bidang
Matematika
Di waktu luang, anda lebih suka
menghabiskan waktu dengan
berinteraksi belajar Matematika
2 bersama dengan teman teman.
Bila anda diberi amanat oleh orang
lain maka saya akan menjaga
3 amanat itu dengan sebaik-baiknya.
Anda dapat merasakan bagaimana
perasaan teman saya saat kecewa
ketika kurang memahami
4 matematika dalam pembelajaran
dikelas
5. Keterampilan Sosial SS S N TS STS
Memiliki strategi dalam memahami
1 Matematika bersama teman-teman
Berkomunikasi yang jelas dan baik
2 dengan teman-teman mengenai
Matematika
Memecahkan silang pendapat
bersama teman-teman ketika
3 pembahasan Matematika
Saling bekerjasama dalam
memecahkan kasus/ problem pada
4 tugas Matematika dengan
teman-teman

B. WAKTU DAN TEMPAT

Penyebaran angket dilaksanakan 4 Desember 2022, yang bertempat di SMP Negeri


176 Jakarta, Jl. Tanah Koja Jl. Raya Duri Kosambi No.Rt.10/02, RT.10/RW.2, Duri

22
Kosambi, Kecamatan Cengkareng, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota
Jakarta 11750.

C. KARAKTER RESPONDEN

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di kelas 7.2 SMP Negeri 176
Jakarta

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)


Laki - laki 11 33,3 %
Perempuan 22 66.7 %
Jumlah 33 100%

Berdasarkan tabel diatas, responden dengan jenis kelamin laki-laki lebih sedikit dari
responden perempuan yaitu 11 orang (33.3%), rata - rata usia responden kisaran usia 12 - 13
tahun
D. HASIL UJI COBA

a. Penjelasan hasil expert review/judgement


Dari hasil yang diperoleh pada 7 Desember 2023 dengan penguji ibu Diova
Laviria Alfirazi, M.Pd, untuk instrumen yang penulis buat terdapat ada beberapa yang
harus direvisi, yang pertama dosen penguji memberi catatan untuk sumber materi
yang diambil harus jelas, jika diambil dari buku atau dari teori para ahli harus
dicantumkan dengan jelas dan detail, kemudian yang kedua adalah penggunaan kata
dibagian indikator mesti harus jelas dan fokus dengan satu materi jika tidak fokus
akan membuat responden bingung untuk menjawab dan membuat pertanyaan baru
dari pihak responden.

b. Penjelasan tentang skoring dan tabulasi data

a. Hasil pengisian kuesioner g-form

b. Hasil validasi data g-form Responden

23
Dari hasil tabulasi data yang diperoleh oleh Penyebaran Google Form, yang
ditinjau oleh spreadsheet yang ada di excel, Hasil tersebut menerangkan bahawasan
nya Alpha Cronbach nya itu 1,02 serta R Hitungnya itu 0,27 bahkan R Tabel nyapun
0,33 Maka dari itu, Kesimpulan dari Tabulasi tersebut Reliabel Karena lebih besar
dari Nilai Acuan yang diperoleh 0,70 tersebut. Jadi, Jika Nilai Alpha Cronbach > 0,70
maka kesimpulannya adalah Reliable. Jumlah Responden dalam tabulasi tersebut ada
33 orang. yang terdiri dari 22 Perempuan dan 11 Laki-Laki. Oleh karena itu, Jumlah
Varian nya itu berbeda-beda serta Total Varian itu ada 0,86 dan Jumlah keseluruhan
yang ada di bagian pojok kanan ke bawah pun berbeda-beda. Maka hasilnya reliabel
karena Nilai Alpha nya kurang dari Nilai Acuan.

E. HASIL ANALISIS AITEM

1. Hasil uji Validitas

2. Hasil uji Reliabilitas

Hasil validitas data yang diperoleh penyebaran kuesioner melalui g-form dengan
menggunakan aplikasi winstep.

24
a. ITEM FIT ORDER

b. SUMMARY STATISTIK

c. ITEM DIMENSIONALITY

25
26
Lampiran

Before:
Dosen penguji meminta untuk memberikan sumber
atau pengertian dari para ahli yang berhubungan
dengan aspek - aspek yang tertera di Instrumen.

After :
Sudah menambahkan pengertian para ahli
mengenai pengertian Kecerdasan Emosional

27
Daftar pustaka

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 259

Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi


Aksara, 2012), h. 59

Daniel Goleman, Emotional Intelligence, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000)

Triantoro Safira, Nofrans Eka Saputra, Manajemen Emosi, (Jakarta: Bumi Aksara,
2009),

Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 87

Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Jakarta: Rajawali Pers,
2007), h.5

Suardi Syam, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Pekanbaru: Zanafa Publishing,


2015), h. 99

Achmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Belakang
Kehidupan, (Bandung: Refika Aditama, 2009), h. 7

28

Anda mungkin juga menyukai