Anda di halaman 1dari 5

Tugas 1 Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

Nama : Siti Nuriyah


Nim : 877603763

1. Saudara telah mempelajari mengenai Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) melalui sesi 1,2, dan
3. Silakan jabarkan satu kasus mengenai ABK, Saudara dapat mengambil dari berita atau
youtube atau sumber lain tetapi harus menampilkan sumber tersebut! Setelah itu jelaskan
kasus tersebut dengan teori yang telah diperoleh dalam sesi 1 sampai sesi 3, jelaskan dengan
kalimat Saudara mengenai kasus tersebut!

Jawaban:
 Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memerlukan perhatian, kasih sayang yang
lebih spesifik, baik itu di lingkungan rumah dan sekolah. Spesifikasi tersebut ada karena
memiliki berbagai hambatan dalam pertumbuhannya dan memiliki karakteristik khusus
yang berbeda dengan anak pada umumnya.
 Tunagrahita atau down syndrome Tunagrahita (retardasi mental) adalah anak yang secara
nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental jauh di bawah
ratarata (IQ dibawah 70) sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik,
komunikasi maupun sosial, dan karenanya memerlukan layanan pendidikan khusus.
Hambatan ini terjadi sebelum umur 18 tahun. Tuna grahita ini masih dibagi menjadi dua,
yakni tuna grahita biasa dan tuna grahita down sindrom atau down syndrome. Down
syndrome pertama kali dikenal pada tahun 1866 oleh Dr.John Longdon Down. Ciri-
cirinya tinggi badan yang relatif pendek, kepala mengecil, hidung yang datar menyerupai
orang Mongoloid maka sering juga dikenal dengan mongolisme. Pada tahun 1970an para
ahli dari Amerika dan Eropa merevisi nama dari kelainan yang terjadi pada anak tersebut
dengan merujuk penemu pertama kali sindrom ini dengan istilah sindrom Down dan
hingga kini penyakit ini dikenal dengan istilah yang sama.

2. Saat ini hak memperoleh Pendidikan bagi ABK sudah diatur dalam Undang-Undang. Silakan
jabarkan peraturan di Indonesia yang mengatur hak tersebut dan jelaskan dengan kalimat
Saudara sendiri!

Jawaban:
Setiap anak yang cacat fisik dan atau mental berhak memperoleh perawatan, pendidikan,
pelatihan, dan bantuan khusus atas biaya negara, untuk menjamin kehidupannya sesuai
dengan martabat kemanusiaan, meningkatkan diri, dan kemampuan berpartisipasi dalam
kehidupan masyarakat dan bernegara.

3. Dari pertanyaan no 2, terlihat peraturan mengenai Pendidikan bagi ABK memang sudah ada.
Menurut Saudara apakah peraturan tersebut sudah benar-benar terlaksana di Indonesia saat
ini? Berikan alasannya disertai bukti-bukti konkret dari internet atau sumber lain (harus
melampirkan sumbernya)!

Jawaban:
 Belum, karena masih banyak ABK yang ditolak di sekolah umum maupun sekolah
inklusi Berbagai pemasalahan-permasalahan yang melatarbelakangi antara lain karena
tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang belum ramah anak, guru pendamping
yang kurang, pembiayaan yang mahal untuk penyediaan guru pendamping, anak
penyandang disabilitas rentan mendapat bully dan lainnya.
 Anak berkebutuhan khusus (ABK) dan para penyandang disabilitas merupakan sosok
pribadi yang spesial. Di balik kelemahan fisik, mereka memiliki kelebihan yang luar
biasa namun sering menerima dampak dari kondisi sosial budaya dan kebijakan yang
belum ramah ABK/Disabilitas. Berbagai persoalan yang muncul dipermukaan antara
lain masalah diskriminasi kebijakan, diskriminasi perlakuan masyarakat,
deharmonisasi keluarga, bullying, eksploitasi dan perlakuan salah lainnya.

4. Layanan Pendidikan bagi ABK terdapat beberapa macam yaitu layanan Pendidikan segregasi,
inklusi, dan integrasi. Menurut Saudara layanan Pendidikan manakah yang paling tepat? Dan
berikan alasannya!

Jawaban:
Menurut saya adalah Bentuk Layanan Pendidikan Segregasi
Sistem layanan pendidikan segregasi adalah sistem pendidikan yang terpisah dari sistem
pendidikan anak normal. Pendidikan anak berkebutuhan khusus melalui sistem segregasi
maksudnya adalah penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan secara khusus dan terpisah
dari penyelenggaraan pendidikan untuk anak normal. Dengan kata lain anak berkebutuhan
kusus diberikan layanan pendidikan pada pada lembaga pendidikan khusus untuk anak
berkebutuhan khusus, seperti Sekolah Luar Biasa atau Sekolah Dasar Luar Bias, Sekolah
Menengah Pertama Luar Biasa, Sekolah Menengah Atas Luar Biasa.
Sistem pendidikan segregasi merupakan sistem pendidikan yang paling tua. Pada awal
pelaksanaan, sistem ini diselenggarakan karena adanya kekhawatiran atau keragaman
terhadap kemampuan anak berkebutuhan khusus untuk belajar bersama dengan anak normal.
Selain itu, adanya kelainan fungsi tertentu pada anak berkebutuhan khusus memerlukan
layanan pendidikan dengan menggunakan metode yang sesuai dengan kebutuhan khusus
mereka. Misalnya, untuk anak tuna netra, mereka memerlukan layanan khusus berupa braille,
orientasi mobilitas. Anak tuna rungu memerlukan komunikasi total, bina persepsi bunyi: anak
tuna daksa memerlukan layanan mobilisasi dan aksesilbilitas, dan layanan terapi untuk
mendukung fungsi fisiknya.
- Ada empat bentuk pelayanan pendidikan dengan sistem segregasi yaitu:
a. Sekolah Luar Biasa (SLB)
Bentuk Sekolah Luar Biasa merupakan bentuk sekolah yang paling tua. Bentuk SLB
merupakan bentuk unit pendidikan. Artinya, penyelenggaraan sekolah mulai dari
tingkat persiapan sampai dengan tingkat lanjutan diselenggarakan dalam satu unit
sekolah dengan satu kepala sekolah. Pada awalnya penyelenggaraan sekolah dalam
bentuk unit ini berkembang sesuai dengan kelainan yang ada (satu kelainan saja)
sehingga ada SLB untuk tuna netra (SLB-A), SLB untuk tuna rungu (SLB-B), SLB
untuk tuna grahita (SLB-C), SLB untuk tuna daksa (SLB-D), dan SLB untuk tuna laras
(SLB-E). Di setiap SLB tersebut ada tingkat persiapan, tingkat dasar dan tingkat
lanjut. Sistem pengajarannya lebih mengarah ke sistem individualisasi.
Selain ada SLB yang hanya mendidik satu kelainan saja, ada pula yang mendidik lebih
dari satu kelainan, sehingga muncul SLB-BC yaitu SLB untuk Anak tuna rungu dan
tuna grahita. SLB-ABCD, yaitu SLB untuk anak tuna netra, tuna rungu, tuna grahita,
dan tuna daksa. Hal ini terjadi karena jjumlah anak yang ada di unit tersebut sedikit
dan fasilitas sekolah terbatas.
b. Sekolah Luar Biasa Berasrama
Sekolah Luar Biasa Berasrama merupakan bentuk sekolah luar biasa yang dilengkapi
dengan fasilitas asrama. Peserta didik SLB bersrama tinggal di asrama. Pengelolaan
asrama menjadi satu kesatuan dengan pengelolaan sekolah, sehingga di SLB tersebut
ada tingkat persiapan, tingkat dasar, dan tingkat lanjut, serta unit asrama. Bentuk
satuan pendidikannya pun juga sama dengan bentuk SLB di atas, sehingga ada SLB-A
untuk tuna netra, SLB untuk tuna rungu (SLB-B), SLB untuk tuna grahita (SLB-C),
SLB untuk tuna daksa (SLB-D), dan SLB untuk tuna laras (SLB-E), serta SLB AB
untuk anak tuna netra dan tuna rungu.
Pada SLB berasrama terdapat kesinambungan program pembelajaran yang ada di
sekolah dengan di asrama, sehingga asrama merupakan empat pembinaan setelah anak
di sekolah. Selain itu, SLB berasrama merupakan pilihan sekolah yang sesuai bagi
peserta didik yang berasal dari luar daerah, karena mereka terbatas fasilitas antar
jemput.
c. Kelas Jauh / Kelas Kunjung
Kelas jauh atau kelas kunjung adalah lembaga yang disediakan untuk memeeberi
layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang tinggal jauh dari SLB atau
SDLB. Penyelenggaraan kelas jauh /kelas kunjung merupakan kebijaksanaan
pemerintah dalam rangka menuntaskan wajib belajar serta pemerataan kesempatan
belajar.
Anak berkebutuhan khusus tersebar di seluruh pelosok tanah air, sedangkan sekolah-
sekolah yang khusus mendidik mereka masih sangat terbatas di kota/kabupaten. Oleh
karena itu, dengan adanya kelas jauh/kelas kunjung menjadi tanggung jawab SLB
terdekatnya. Tenaga guru yang bertugas di kelas tersebut berasal dari guru SLB-SLB
di dekatnya. Mereka berfungsi sebagai guru kunjung (itenerant teacher). Kegiatan
admistrasinya dilaksanakan di SLB terdekat tersebut.
d. Sekolah Dasar Luar Biasa
Dalam rangka menuntaskan kesempatan belajar bagi anak berkebutuhan khusus,
pemerintah mulai Pelita II menyelenggarakan Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB). Di
SDLB merupakan unit sekolah yang terdiri dari berbagai kelainan yang dididik dalam
satu atap. Dalam SDLB terdapat anak tuna netra, tuna rungu, tuna grahita, dan tuna
daksa.
Tenaga kependidikan di SDLB terdiri dari kepala sekolah, guru untuk tuna netra, guru
untuk tuna rungu, guru untuk tuna grahita, guru untuk tuna daksa, guru agama, dan
guru olah raga. Selain tenga kependidikan, di SDLB dilengkapi dengan tenaga
ahli.yang berkaitan dengan kelainan mereka, antara lain dokter umum, dokter
spesialis, fisioterapis, psikolog, speech therapish, audiolog. Selian itu ada tenaga
administrasi dan penjaga sekolah.
Kurikulum yang digunakan di SDLB adalah kurikululum yang digunakan di SLB
untuk tingkat dasar yang disesuaikan dengan kekhususannya. Kegiatan belajat
dilakukan secara individual, kelompok dan klasikal sesuai dengan ketunaan masing-
masing.pendekatan yang dipakai juga lebih ke pendekatan individualisasi. Selain
kegiatan pembelajaran, dalam rangka rehabilitasi di SDLB juga diselenggarakan
pelayanan khusus sesuai dengan ketunaan anak. Anak tuna netra memperoleh latihan
menulis dan membaca braille dan orientasi moobilitas; anak tuna rungu memperoleh
latihan membaca ujaran, komunikasi total bina persepsi bunyi dan irama; tuna grahita
memperoleh layanan mengurus diri sendiri; anak tuna daksa memperoleh layanan
fisioterapi dan latihan koordinasi motorik.
Lama pendidikan di SDLB sama dengan lama pendidikan di SLB konvensional uuntuk
tingkat dasar, yaitu anak tuna netra, tuna grahita, dan tuna daksa selama 6 tahun, dan
anak tuna rungu 8 tahun.
Sejalan dengan perbaikan istem perundangan di RI yaitu UU RI no.2 tahun 1989 dan
PPNo.72 Tahun 1991, dalam pasal 4 PP No.72 Tahun 1991 satuan pendidikan luar
biasa terdiri dari:
a) Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) dengan lama pendidikan minimal 6 tahun.
b) Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Luar Biasa (SLTPLB) minimal 3 tahun.
c) Seklah Menengah Luar Biasa (SMALB) minimal 3 tahun.
Selain itu, pasal 6 PP No.72 Tahun 1991 juga dimungkinkan penyelenggaraaan
Taman Kanak-Kanak Luar Biasa (TKLB) dengan lama pendidikan satu sampai
tiga tahun.

5. Model-model layanan untuk anak berbakat terdiri dari model layanan kognitif-afektif, model
layanan perkembangan moral, model perkembangan nilai dan layanan berbagai bidang
khusus. Dari seluruh model layanan tersebut, menurut Saudara manakah model layanan yang
paling efektif untuk diterapkan pada anak berbakat dari aspek kognitif? Berikan alasannya!

Jawaban:
- Beberapa model layanan yang digunakan untuk menangani anak berbakat antara lain:
a. Model layanan kognitif-afektif
b. Model layanan perkembangan moral
c. Model perkembangan nilai
d. Dan layanan berbagai bidang khusus lain
Model layanan yang paling efektif untuk menangani anak berbakat dari aspek kognitif
diantaranya adalah:
 Diberikan kesempatan untuk dapat meloncat kelas ke kelas yang lebih tinggi dalam
waktu singkat (mempercepat masa belajar).
 Membentuk kelas khusus dengan pengajar yang khusus pula yang fokus melatih
kepandaian anak berbakat tersebut.
 Menyediakan perangkat latih yang diperlukan si anak berbakat sehingga kepandaian
atau keahliannya dapat tersalurkan sesuai perkembangannya.
 Mengirim mereka ke ajang-ajang kompetisi baik di jenjang nasional maupun
internasional.
 Pemerintah harus menjamin kelangsungan pendidikannya sampai ke jenjang
universitas tanpa biaya apabila yang bersangkutan berasal dari keluarga kurang
mampu.
Anak berbakat adalah anak yang cukup spesial yang mempunyai bakat-bakat khusus
yang diatas rata-rata rekan sebayanya. Untuk itu dalam menyalurkan bakat dan
kepandaian khusus ini mereka perlu ditangani secara khusus agar keterampilan mereka
tersalurkan dan tidak sia-sia. Mereka umumnya dapat mempelajari sesuatu sangat cepat
jauh melebihi teman-teman sebayanya.
Berikut ciri-ciri anak berbakat:
- Memiliki IQ diatas 130
- Memiliki nilai-nilai pelajaran akademis yang mendekati sempurna
- Memiliki keinginan belajar yang tinggi
- Memiliki keingintahuan yang besar tentang sesuatu yang mereka minati
- Mampu menguasai dan menyelesaikan pelajaran dengan cepat
- Untuk itu pihak pendidik harus mampu mendeteksi bakat-bakat khusus siswa mereka
yang memiliki kepandaian di luar rata-rata ini dan memfasilitasi segala keperluan si
anak berbakat ini agar bakatnya dapat dibina dan disalurkan ke jenjang yang lebih
tinggi. Selain membawa nama baik keluarga, anak berbakat ini juga dapat membawa
harum nama bangsa apabila dapat diikutkan ke ajang-ajang kompetisi dunia sesuai
bakatnya untuk mewakili negara Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai