Anda di halaman 1dari 17

Jurnal Perawat Indonesia, Volume 6 No 3, Hal 1210-1222, November 2022 e-ISSN2 548-7051

Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714-6502

PENGARUH PEMBALUT WANITA TERHADAP TERJADINYA MASERASI


PADA LUKA KRONIK DIABETIC FOOT ULCER

Junaidi1, Haryanto2, Tutur Kardiatun3


1Mahasiswa Program Studi Magister Keperawatan Institut Teknologi dan Kesehatan Muhammadiyah
Kalimantan Barat
2Dosen Program Studi Magister Keperawatan Institut Teknologi dan Kesehatan Muhammadiyah

Kalimantan Barat
3Dosen Program Studi Magister Keperawatan Institut Teknologi dan Kesehatan Muhammadiyah

Kalimantan Barat

Corresponding Email: Jun51495@gmail.com

Abstrak

Penggunaan dressing menjadi sangat penting untuk mendukung penyembuhan luka. Dressing modern yang
lama membutuhkan biaya yang mahal, sehingga perlu inovasi perawatan luka menggunakan pembalut
wanita sebagai dressing. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pembalut wanita terhadap
terjadinya maserasi, penyerapan eksudat , infeksi dan penyembuhan pada luka
Desain Cohort Prospective Longitudinal, 29 sampel di observasi dengan menggunakan pembalut wanita
sebagai secondary dressing. Aplikasi pembalut wanita digunakan pada satu luka untuk satu pembalut
berdasarkan luas luka. Observasi selama 4 minggu dengan pergantian balutan per 2 hari dan follow up
setiap minggu. Pemeriksaan maserasi dan penyembuhan luka menggunakan instrument baku DMIST Scale
setiap minggu. Infeksi menggunakan teknik swab didasar luka pada awal dan minggu ke - 4, kemudian di
ukur dengan alat ukur bacteri count. Eksudat di ukur dengan timbangan digital setiap minggu.
Uji statistik Friedman Test menunjukkan adanya pengaruh pada maserasi (0,000), eksudat (0,035).
Wilcoxon Signed Ranks menunjukkan tidak ada pengaruh pada infeksi (0,655). Repeated Measure Annova
menunjukkan ada pengaruh pada penyembuhan luka (0,027). Manajemen eksudat menjadi sangat penting
karena dapat menjadi maserasi dan peningkatan infeksi yang berdampak pada lama penyembuhan luka.
Diharapkan praktisi luka dapat memperhatikan faktor penyembuhan luka.

Kata Kunci: Pembalut wanita, Maserasi, Penyembuhan luka, Diabetic Foot Ulcer

Abstract

The use of dressings is very important to support wound healing. Old modern dressings require high costs, so it
is necessary to innovate wound care using sanitary napkins as dressings. The purpose of this study was to
determine the effect of sanitary napkins on maceration, exudate absorption, infection and wound healing
Longitudinal Prospective Cohort Design, 29 samples were observed using sanitary napkins as secondary
dressings. The application of sanitary napkins is used on one wound for one dressing based on the area of the
wound. Observation for 4 weeks with dressing changes every 2 days and follow-up every week. Examination of
maceration and wound healing using the standard DMIST Scale instrument every week. Infection using a swab
technique at the base of the wound at the beginning and 4th week, then measured with a measuring tool for
the number of bacteria. Exudate was measured with a digital scale every week. The Friedman Test statistical
test showed an effect on maceration (0.000), exudate (0.035). Wilcoxon Signed Ranks showed no effect on
infection (0.655). Repeated Measure Annova shows that there is an effect on wound healing (0.027).
Management of exudate is very important because it can lead to maceration and increase in infection which
affects the length of wound healing. Expected buyers can pay attention to wound healing factors.

Keywords: Pembalut wanita, Penyembuhan luka, Diabetic Foot Ulcer

PENDAHULUAN

Penyakit DM sampai saat ini kesehatan utama yang sering kita


masih menjadi salah satu masalah jumpai. Angka kejadiannya mengalami

1210
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 6 No 3, Hal 1210-1222, November 2022 e-ISSN2 548-7051
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714-6502

peningkatan dari waktu ke waktu. Komplikasi sistemik yang terjadi pada


Prevalensi DM global pada tahun 2019 pasien DM yaitu komplikasi akut,
diperkirakan 9,3% (463 juta orang), naik mikrovaskuler dan makrovaskuler.
menjadi 10,2% (578 juta) pada 2030 dan Komplikasi makrovaskuler terbanyak
10,9% (700 juta) pada 2045. adalah Dibetic Foot Ulcer (DFU)
Prevalensinya lebih tinggi di perkotaan (Prasetia, 2016).
(10,8%) daripada di pedesaan (7,2%), DFU adalah salah satu komplikasi
daerah dan berpenghasilan tinggi yang sering dialami oleh penderita DM.
(10,4%) dari negara-negara Kondisi ini adalah salah satu masalah
berpenghasilan rendah (4,0%) (Saeedi et serius yang menyebabkan kecacatan,
al., 2019). mordibitas dan mortalitas pada pasien
Kemenkes (2020) menyatakan DM (Kusumaningrum et al., 2020). DFU
bahwa International Diabetes Federation bisa menjadi rumit dan membutuhkan
(IDF) juga menerangkan jumlah waktu penyembuhan dan pemulihan
penderita diabetes pada penduduk umur yang lama jika tidak dilakukan
20 – 79 tahun pada beberapa negara di perawatan yang baik. Manajemen
dunia yang telah mengidentifikasi 10 perawatan kaki diabetes yang berfokus
negara dengan jumlah tertinggi . Cina, pada vaskular, mikrobiologi/ infeksi,
India, dan Amerika Serikat menempati mekanik, edukasi dan perawatan luka
urutan tiga teratas dengan jumlah (Turns, 2011). Manajemen perawatan
penderita 116,4 juta, 77 juta dan 31 juta. luka kaki diabetes salah satunya adalah
Indonesia berada di peringkat ke – 7 penilaian atau pengkajian terstandar dan
diantara 10 negara dengan jumlah pengelolaan luka kaki diabetes (Roberts
penderita terbanyak, yaitu sebesar 10,7 & Newton, 2015).
juta. Indonesia menjadi satu-satunya Pemulihan luka juga dipengaruhi
negara di Asia Tenggara pada daftar oleh faktor, seperti : infeksi bakteri yang
tersebut, sehingga dapat diperkirakan menghasilkan biofilm, kadar kalium, dan
besarnya kontribusi Indonesia terhadap cairan luka. Adanya biofilm pada dasar
prevalensi kasus diabetes di Asia luka dapat menghambat aktivitas
Tenggara. Dua daerah dengan prevalensi fagositosis neutrofil polimorfonuklear.
diabetes tertinggi di Indonesia, pertama Biofilm ini dihasilkan oleh bakteri
adalah Ternate, sebuah pulau terpencil Staphylococcus aureus dan Pseudomonas
di Indonesia bagian timur dimana 19,6% Aeuroginosa. Manifestasi klinis akibat
populasi masyarakat pinggiran kota adanya hambatan tersebut yaitu proses
menderita diabetes dan kedua sebesar inflamasi akan berlangsung lama dan
11,1% di provinsi Kalimantan Barat kerusakan jaringan baru saat memasuki
(Kawuryan, 2018). DM merupakan fase proliferasi (Guo & DiPietro, 2010).
kelainan metabolisme yang disebabkan Penelitian lain menyebutkan penurunan
oleh beberapa faktor yaitu berupa ion Kalium (K+ ) dalam sel dapat
hiperglikemia meningkatkan kadar menghambat proliferasi yang berkaitan
glukosa dalam darah dan gangguan erat dengan respon fisiologis dari sel
metabolisme pada karbohidrat, lemak, limfosit. Hambatan kalium juga akan
dan protein (Ariyani et al., 2020). DM menyebabkan aktivasi sel terganggu dan
adalah keadaan hiperglikemia kronik akan menimbulkan efek imunosupresif
disertai kelainan metabolik akibat (Pardo, 2004). Cairan yang dihasilkan
gangguan hormonal yang menimbulkan dari luka kronik sangat berisiko
berbagai komplikasi kronik seperti menghambat proses proliferasi sel
jantung, penyakit ginjal, hipertensi, fibroblast baru (NbFb) karena cairan
katarak dan ganggren (Risnasari, 2014). tersebut bersifat apoptosis atau

1211
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 6 No 3, Hal 1210-1222, November 2022 e-ISSN2 548-7051
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714-6502

mengandung jaringan mati. Cairan yang penyembuhan luka tertunda dan


mengandung jaringan mati ini akan dampak kualitas hidup yang negatif.
menghambat konsistensi migrasi dari Pencegahan maserasi adalah penting,
hormon growth factors dan sitokinin dan manajemen eksudat menawarkan
(Ching et al., 2005). cara untuk mencegah maserasi,
Cairan luka yang di produksi manajemen eksudat dapat mengurangi
berlebihan dapat menyebabkan waktu penyembuhan, eksudat dan
penderita banyak kehilangan protein. frekuensi perubahan dressing serta
Perkiraan sebanyak 90 sampai 100 gram meningkatkan kualitas hidup pasien
terjadi kehilangan protein per hari pada (Romanelli et al., 2010). Eksudat
penderita luka ulkus grade IV, sehingga memiliki efek menguntungkan dalam
defisiensi protein akan berisiko terhadap penyembuhan luka normal tetapi
kegagalan penyembuhan luka. Faktor- konsekuensi merugikan untuk luka
faktor yang mewakili hambatan dan kronis. Praktisi perlu mengidentifikasi,
penyembuhan luka seperti jaringan mengobati penyebabnya, dan mengelola
nekrotik, beban bakteri yang berlebihan eksudat serta mencegah jika dari
dan kebutuhan untuk menyeimbangkan kerusakan kulit periwound.
tingkat kelembaban di permukaan luka. Penatalaksanaan meliputi pemilihan
Dasar luka yang lembab, menjaga balutan dengan daya serap yang paling
kesehatan tepi melekat dari tepat dan produk lainnya serta
penyembuhan luka sangat penting untuk menghindari maserasi kulit sekitar luka
migrasi normal sel di seluruh permukaan (Whitehead et al., 2017).Teknik
luka. Over hidrasi dari tepi ini, biasanya pembalutan luka (wound dressing) saat
disebut sebagai maserasi yang dapat ini berkembang pesat dan dapat
merusak sel-sel ke titik di mana migrasi membantu dokter dan pasien untuk
berkurang atau tidak ada (Adderley, menyembuhkan luka kronis. Prinsip
2015). Maserasi didefinisikan sebagai lama yang menyebutkan penanganan
pecahnya kulit yang disebabkan oleh luka harus dalam keadaan kering dapat
kelembaban. Kulit terpapar terlalu lama menghambat penyembuhan luka, karena
atau terus-menerus terhadap menghambat proliferasi sel dan kolagen,
kelembaban yang berlebihan. Kulit tetapi luka yang terlalu basah juga akan
mengalami terlalu banyak kelembaban, menyebabkan maserasi kulit sekitar
itu menjadi over hidrasi dan rentan luka. Konsep penyembuhan luka lembab,
untuk terjadi maserasi. Hal ini pemilihan bahan balutan, dan prinsip-
memudahkan iritasi dan mikroorganisme prinsip intervensi luka yang optimal
untuk menembus kulit, mengurangi merupakan konsep kunci untuk
integritasnya terhadap kekuatan mendukung proses penyembuhan luka
mekanis dan mengganggu mantel asam (Kartika et al., 2015). Keuntungan
pelindungnya. Kondisi tersebut dapat menggunakan prinsip lembab dalam
sangat memengaruhi kenyamanan perawatan luka salah satunya adalah
pasien dan kesembuhan (Parnham et al., meningkatkan laju epitelisasi (Ariyani et
2020). al., 2020).
Maserasi menghasilkan Balutan modern lebih baik dari
peningkatan area luka dan infeksi. pada konvensional dibuktikan pada hasil
Kondisi ini disebabkan oleh kerusakan penelitian Nontji et al., (2015) bahwa
pada kulit yang menyebabkan luka tingkat kelembaban luka lebih dapat di
terbuka sehingga area luka ditingkatkan pertahankan dengan balutan jarang
dan terkontaminasi oleh dibuka pada kelompok modern
mikroorganisme, akibatnya dibandingkan konvensional. Balutan

1212
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 6 No 3, Hal 1210-1222, November 2022 e-ISSN2 548-7051
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714-6502

konvensional cenderung memberikan yang mengalami komplikasi DFU melalui


dampak yang buruk karena pemakaian pelayanan rawat inap, rawat jalan
kompres kassa sehingga upaya maupun melalui pelayanan home care
mempertahankan kelembaban kurang kepada beberapa orang penderita DFU di
dapat dipertahankan lebih lama sehingga Klinik PKU Muhammadiyah Kitamura
luka sering diganti balutannya. Pontianak yaitu dalam perawatan luka
Fenomena ini akan membawa dampak dengan teknik moist healing sering
timbulnya cidera ulang pada dasar luka ditemukan luka yang mengalami
yang menstimulasi terjadinya inflamasi kesembuhan yang lama akibat dari
ulang pada luka. Kesimpulannya bahwa infeksi, eksudat yang berlebihan
perawatan luka modern lebih lama sehingga menyebabkan balutan menjadi
mempertahankan suasana lembab dari basah, menimbulkan bau dan maserasi
pada penggunaan metode konvensional, pada sekitar luka serta perawatan
selain itu perawatan luka lembab dapat menjadi lama yang berpengaruh pada
menurunkan infeksi lebih besar pembiayaan. Peneliti juga melakukan
dibandingkan metode konvensional. case study pada pasien yang pertama kali
Peneliti banyak menemukan dilapangan datang ke klinik yang tidak ditemukan
terutama bagi praktisi luka yang maserasi, kemudian diikuti
menggunakan balutan konvensional perkembangannya sampai beberapa kali
walaupun hanya sebagai balutan perawatan. Hasilnya muncul maserasi
sekunder untuk perawatan luka DFU setelah lebih dari 4 kali pertemuan,
yaitu pembalut wanita dengan tujuan perawatan luka pasien diberikan madu
untuk menyerap cairan luka dan dapat dan pad (pembalut wanita) selama
mengefektifkan biaya perawatan yang perawatan. Pembalut wanita merupakan
jika menggunakan modern dressing akan alat yang digunakan oleh wanita saat
lebih mahal. Satu modern dressing menstruasi yang berfungsi untuk
berbanding tiga sampai empat pembalut menyerap darah dan juga biasa
wanita. Apalagi jika digunakan pada digunakan pembalut wanita sehari-hari
kondisi luka yang luas akan untuk memberikan kenyamanan pada
menggunakan modern dressing lebih organ reproduksi wanita (Nasution et al.,
banyak dan harganya tentu semakin 2015).
besar setiap perawatan. Pernyataan ini Rachma & Andriany (2013) yang
sejalan dengan artikel penelitian yang di meneliti tentang penggunaan pembalut
teliti oleh Rondonuwu et al.,(2020) herbal pada penderita DM membuktikan
bahwa DM tipe 2 merupakan salah satu bahwa pembalut wanita lebih banyak
penyakit yang menghabiskan biaya menyerap eksudat yang ada pada ulkus
kesehatan yang besar karena tidak dapat diabetik, dibandingkan dengan
disembuhkan dan sering menimbulkan menggunakan kassa atau dengan teknik
komplikasi. DFU merupakan salah satu konvensional. Artikel tersebut juga
komplikasi kronik dari DM tipe 2 yang membuktikan bahwa dengan metode
sering ditemui, memerlukan biaya yang modern dressing kondisi luka ketika
besar dan perawatan yang lebih lama. menggunakan pembalut wanita akan
DFU merupakan komplikasi dari membaik, perdarahan yang terjadi sangat
penyakit DM yang digolongkan dalam minimal, dasar luka kemerahan, bau
penyakit luka kronik sehingga biaya tidak terlalu menyengat, dan mengurangi
yang digunakan dalam penyembuhan edema. Responden pun merasa lebih
relatifbanyak (Kamalah et al., 2020). nyaman menggunakan pembalut herbal
Berdasarkan hasil pengamatan karena merasa ringan, tidak bocor, serta
yang dilakukan peneliti pada pasien DM mengurangi nyeri dan bau. Wuryono

1213
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 6 No 3, Hal 1210-1222, November 2022 e-ISSN2 548-7051
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714-6502

(2017) juga meneliti tentang pembalut mampu meningkatkan waktu


wanita pada luka dengan hasil penyembuhan luka. Hasil observasi
penelitiannya adalah proses mengungkapkan bahwa banyak
penyembuhan luka diabetik grade 3 yang perawatan luka dengan maserasi
dibalut menggunakan pembalut wanita dilakukan dengan proses pencucian dan
mayoritas cepat (sudah muncul pemilihan balutan yang kurang tepat
granulasi setelah 6 hari pembalutan) (Haryanto et al., 2021). Haryanto et al.,
(87,50%). Proses penyembuhan luka (2016) juga menyatakan adanya
yang dibalut menggunakan melolin hubungan antara maserasi dengan
seimbang antara yang cepat dan lambat penyembuhan luka DFU. Perubahan di
masing-masing 50%, serta terdapat daerah luka dapat memprediksi
perbedaan proses penyembuhan luka penyembuhan luka dengan maserasi
yang signifikan antara luka yang dibalut dalam pengaturan klinis. Penelitian ini
menggunakan pembalut wanita dengan kondisi luka ditentukan jenis dressing
melolin (p = 0,024). Penggunaan dressing yang digunakan dan frekuensi pergantian
alternatif sebagai dressing sekunder dressing.
dapat meningkatkan residu klorin akan Jenis dressing yang sering ditemui
tetapi proses penyembuhan luka kaki peneliti adalah menggunakan balutan
diabetik mengalami penurunan skor yang konvensional dan modern. Balutan
Diabetic Foot Ulcer Assestment Scale konvensional seperti pembalut wanita
(DFUAS). Terindikasi peningkatan yang sangat banyak digunakan sebagai
residu klorin dapat mengganggu proses secondary dressing pada kategori luka
penyembuhan luka. Disarankan bagi grade 2 – 4 skala Wagner dengan cairan
praktisi luka untuk mengevaluasi luka luka sedang sampai berat serta
tersebut pada saat penggunaan dressing bertujuan dapat menyerap cairan luka
alternatif atau pembalut wanita (Yusuf, secara optimal sehingga kejadian
Tahir, Erika, et al., 2020). Beberapa maserasi dapat diminimalisir. Pembalut
penelitian ini menyatakan bahwa wanita sebagai konvensional dressing
penggunaan pembalut wanita bisa dan menggunakan balutan modern
diaplikasikan pada luka DFU. Penelitian seperti melolin. Melolin digunakan pada
ini belum secara spesifik membahas efek luka dengan kategori grade 1 atau 2
dari penggunaan pembalut wanita dengan cairan luka ringan.
sehingga perlu di kaji lebih dalam terkait Berdasarkan fenomena diatas,
penggunaan pembalut wanita ini. peneliti tertarik dan perlu melakukan
Misalnya dampak dari adanya penelitian dengan tema “Pengaruh
kandungan yang ditemukan di pembalut Pembalut Wanita terhadap terjadinya
wanita sehingga dapat memengaruhi Maserasi pada Luka Kronik Diabetic Foot
penyembuhan luka DFU. Ulcer di Klinik PKU Muhammadiyah
Faktor yang memengaruhi luka Kitamura Pontianak”.
salah satunya adalah maserasi yang

METODE

Penelitian ini merupakan desain penelitian ini menggunakan


penelitian kuantitatif yang bertujuan pendekatan cohort prospective yaitu
untuk melihat adanya pengaruh desain penelitian yang dilakukan untuk
pembalut wanita terhadap terjadinya menganalisa hubungan variable
maserasi pada luka kronik DFU. Jenis independent (faktor resiko / pembalut

1214
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 6 No 3, Hal 1210-1222, November 2022 e-ISSN2 548-7051
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714-6502

wanita) dengan variabel dependen (efek penyembuhan luka, bacteri count untuk
/ maserasi) tanpa melakukan suatu menilai infeksi dan timbangan digital
perlakuan atau manipulasi terhadap untuk menilai eksudat. Analisis data
subjek penelitian. Pada penelitian ini yang digunakan adalah friedman test
diikuti selama 4 minggu setiap (maserasi dan eksudat), wilcoxon signer
responden dengan evaluasi setiap ranks test (infeksi), dan repeated
minggu serta jumlah perawatan measure annova (penyembuhan luka).
mengikuti standar klinik. Sheehan et al., Normalitas data : variabel maserasi
(2003) melaporkan perawatan pasien (tidak berdistribusi normal) dan variabel
dengan luka kaki diabetes akan penyembuhan luka (berdistribusi
menunjukkan penutupan luas area luka normal). Penelitian ini sudah lolos kaji
pada 4 minggu pertama dan sembuh etik dengan nomor :
total 12 minggu. Populasi pada penelitian 77/II.IAU/KET.ETIK/III/2022 oleh
ini adalah pasien yang menderita DFU kampus keperawatan Institut Teknologi
yang berjumlah 90 responden dengan Kesehatan Muhammadiyah Kalimant
jumlah sampel penelitian 29 responden. Barat.
Penelitian dilaksanakan di Klinik Utama HASIL
PKU Muhammadiyah Kitamura Karakteritik Responden
Pontianak bulan April – Juli 2022. Teknik Sebanyak 143 responden berkunjung
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini. Dari 143 responden
adalah observasi analitik dengan tersebut, 63 responden di ekslusi, 51
instrument penelitian lembar observasi responden masuk sebagai kriteria
DMIST terdiri dari 7 kategori yaitu depth, inklusi dan 29 responden yang dilakukaj
maceration, inflammation/infection, size, analisis. Hal ini karena sebanyak 29
tissue type of wound bed, type of wound orang yang mengikuti aturan
edge, tunnelling and undermining (Oe et pengambilan data sampai selesai selama
al., 2020) untuk menilai maserasi dan 4 minggu (Gambar 1).
Karakteristik responden di rangkum
dalam tabel 1. Dari total responden, 17
(58,6%) adalah perempuan, Rata-rata
usia responden adalah 52,51 tahun.
Jumlah suku responden terbanyak
adalah Melayu sebanyak 48,3%. Agama
responden yang terbanyak adalah agama
Islam sebanyak 86,2%. Pendidikan
responden terbanyak adalah SD
sebanyak 41,4 %. Pekerjaan responden
terbanyak adalah IRT sebanyak 55,2%.
Penyakit penyerta responden adalah
tidak ada sebanyak 75,9%. Rata-rata
lama DM responden adalah 79,10 bulan
(6,6 tahun) serta rata-rata gula darah
sewaktu responden adalah 364,82
mg/dl.
Gambar 1 : STrengthening the Reporting
of OBservational studies in Epidemiology
(STROBE)

1215
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 6 No 3, Hal 1210-1222, November 2022 e-ISSN2 548-7051
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714-6502

16 hari), pengukuran ABI responden rata


– rata 1,13, stadium luka terbanyak
responden adalah stadium 2,
pengukuran sensasi rata-rata responden
adalah tidak normal serta pengukuran
bakteri pada luka responden adalah
lebah banyak responden dengan nilai >
105 (Tabel 2).
Hasil Pengukuran
Uji friedman test menunjukkan adanya
pengaruh pembalut wanita terhadap
terjadinya maserasi (P = 0,000), adanya
pengaruh pembalut wanita terhadap
terjadinya eksudat (P = 0,035). Uji
Wilcoxon signed ranks test menunjukkan
tidak ada pengaruh pembalut wanita
terhadap terjadinya infeksi (P = 0,655)
dan uji repeated measure annova
menunjukkan adanya pengaruh
pembalut wanita terhadap terjadinya
penyembuhan luka (0,027).

Karakteristik Luka
Responden yang dirawat dengan DFU
rata-rata selama 15,58 hari ( dibulatkan
PEMBAHASAN tersebut mengalami peningkatan selama
3 minggu dan mulai mengalami
Hasil penelitian menunjukkan penurunan pada minggu ke – 4. Hal ini
bahwa ada pengaruh maserasi selama 4 menunjukkan bahwa pembalut wanita
minggu dan didapatkan maserasi tidak efektif sebagai balutan penyerap
1216
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 6 No 3, Hal 1210-1222, November 2022 e-ISSN2 548-7051
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714-6502

atau sekunder pada luka DFU sehingga dalam waktu yang lama. Satu pembalut
menyebabkan maserasi. Maserasi yang wanita yang digunakan hanya dapat
terjadi pada luka mengindikasikan menampung 15-20 cc darah dan diganti
bahwa adanya lingkungan luka yang 4 – 6 kali sehari (Gultom, 2016). Shetty
hypermoist dengan produksi eksudat (2010) menyatakan bahwa penggunaan
yang berlebih sehingga ditemukan juga pembalut wanita sebagai balutan luka
hasil penelitian ini bahwa pembalut paska operasi (luka akut) dapat
wanita berpengaruh terhadap adanya membantu pergantian balutan sampai 48
eksudat. Eksudat yang dihasilkan tidak jam. Penelitian lain menunjukkan tidak
mampu terserap efektif oleh pembalut sejalan dengan hasil temuan ini seperti
wanita sehingga menyebabkan maserasi hasil penelitan Katkar (2019) yang
akibatnya bagian tepi luka tampak menyatakan bahwa pembalut wanita
sangat basah, kulit sekitarnya putih dan menunjukkan daya serap yang cepat,
keriput sampai munculnya kulit yang penyerapan yang tinggi dan kekuatan gel
lecet. Hal ini membuat kondisi luka yang baik serta tahan terhadap
berpengaruh kurang baik dan kelembapan. Daya serap yang kuat dan
menimbulkan ketidaknyamanan pada kemampuan retensi air pada pembalut
pasien. Whitehead et al., (2017) wanita dapat tetap kering dan nyaman
menyatakan maserasi menyebabkan serta cocok sebagai pembalut untuk luka
ketidaknyamanan dan rasa sakit pasien akut dan kronik sehingga meningkatkan
serta membutuhkan waktu penyembuhan luka dan mencegah
penyembuhan yang sangat panjang. pengeringan luka. Sebuah artikel studi
Maserasi diakibatkan kontak yang literatur oleh Mohiuddin (2019)
terlalu lama dengan kelembaban yang menyatakan bahwa pembalut wanita
dapat terjadi karena akumulasi eksudat bisa digunakan sebagai balutan sekunder
berlebih (Suriadi, 2015). Mitchell & Hill luka walaupun tersering di rumah sakit
(2020) menyatakan bahwa produksi sering digunakan sebagai alat dan bahan
eksudat adalah hasil normal dari tahap di ruang kebidanan seperti pada
inflamasi penyembuhan luka. Namun, perinium paska persalinan. Penelitian
jumlah eksudat luka yang berlebihan Mittal et al., (2021) juga menyatakan
dapat menyebabkan kulit peri – luka pembalut wanita bisa digunakan pada
menjadi maserasi dan bahkan rusak luka rektal
sehingga membutuhkan peningkatan Pada penelitian ini peneliti juga
frekuensi penggantian balutan dan daya mengobservasi perubahan infeksi yaitu
serap balutan luka. Manajemen eksudat melihat perubahan hasil ukur bacteri
yang efektif dapat menjadi tantangan, count selama 1 bulan. Hasilnya
terutama pada luka kronis dan jika tidak menunjukkan tidak ada pengaruh
dikelola dengan baik, luka dapat meluas pembalut wanita terhadap terjadinya
dengan adanya maserasi (Brown, 2017). infeksi yang artinya pembalut wanita
Penelitian ini juga menerangkan tidak menyebabkan infeksi pada luka.
bahwa pembalut wanita digunakan pada Hasil ini dibuktikan dengan hasil ukur
luka dan diganti selama 48 – 72 jam (2 – mengalami penurunan pada nilai > 105
3 hari) dan di evaluasi setiap minggu per gram jaringan dan peningkatan pada
serta rata-rata eksudat yang dihasilkan nilai  105 per gram jaringan. Luka
sekitar 16,9 gram atau eksudat tertinggi dianggap terkontaminasi jika diagnosis
melebihi daya tampung pembalut infeksi ditentukan ketika luka sudah
wanita. Hasil ini menunjukkan pembalut menunjukkan jumlah hitung bakteri
wanita tidak efektif menyerap eksudat lebih dari 105 per gram jaringan (Suriadi,
luka dengan jumlah yang berlebih dan 2015). Penurunan bakteri yang terjadi

1217
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 6 No 3, Hal 1210-1222, November 2022 e-ISSN2 548-7051
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714-6502

karena pembalut wanita mengandung Pada hasil observasi


kadar klorin. Pembalut wanita adalah penyembuhan luka menunjukkah bahwa
alat yang digunakan oleh wanita saat ada pengaruh pembalut wanita terhadap
menstruasi yang berfungsi untuk penyembuhan luka kronik DFU. Skor
menyerap darah dan juga biasa DMIST menunjukkan adanya
digunakan pembalut sehari-hari untuk peningkatan setiap minggu. Hasil ini
memberikan kenyamanan pada organ menunjukkan bahwa pengaruh
reproduksi wanita, yang dalam proses penyembuhan luka ini karena banyak
produksinya menggunakan pembalut faktor dari item DMIST, salahsatunya
pemutih salah satunya adalah klorin adalah maserasi luka. Penilaian maserasi
(Cl2) . (Nasution et al., 2015). Hasil pada DMIST menunjukkan peningkatan
penelitian ini sejalan dengan Penelitian setiap minggu sehingga skor penilaian
Yusuf et al., (2020) yang menyatakan perkembangan luka DMIST juga
bahwa klorin merupakan antibakterisid meningkat. Ini membuktikan bahwa
yang kuat terhadap berbagai mikroba maserasi menjadi salahsatu faktor dalam
sehingga dengan penggunaan pembalut penyembuhan luka. Maserasi merupakan
wanita sebagai alternatif dalam faktor yang sangat mempengaruhi
perawatan luka maka risiko residu klorin penyembuhan luka sehingga manajemen
dapat menjadi terapi pengobatan karena maserasi yang tepat dapat mendorong
konsentrasi yang sampai pada dasar luka penyembuhan luka (Tsuchiya et al.,
dapat ditolerir oleh luka itu sendiri. 2022). Hasil ini berbeda dengan
Temuan lain membuktikan bahwa penelitian yang dilakukan oleh Yusuf et
penggunaan antimikroba berbasis klorin al., (2020) yang menyatakan bahwa
dalam perawatan luka infeksi pembalut wanita sebagai alternatif
menunjukkan hasil yang dapat dressing dapat menurunkan skor DFUAS
menghambat pertumbuhan bakteri, yang artinya terjadi peningkatan
pengurangan peradangan dan perbaikan penyembuhan luka. Rachma & Andriany
struktur epitel luka (Qu et al., 2018). (2013) meneliti tentang penggunaan
Klorin terbukti mengurangi pembalut pada penderita DFU
pertumbuhan bakteri, nyeri dan bau membuktikan bahwa pembalut wanita
pada luka, serta mempercepat menjadi luka membaik kearah
penyembuhan luka tanpa menyebabkan penyembuhan seperti perdarahan yang
trauma jaringan yang berlebih terjadi sangat minimal, dasar luka
(Zulkarnaen et al., 2021). Efektif kemerahan, bau tidak terlalu menyengat,
mengontrol beban biologis bakteri dan mengurangi edema. Wuryono (2017)
jaringan tanpa menghambat proses juga meneliti tentang pembalut wanita
penyembuhan luka, mengurangi jumlah pada luka dengan hasil penelitiannya
bakteri, melawan banyak patogen adalah proses penyembuhan luka DFU
seperti: Candida, Proteus, Klebsella, yang dibalut menggunakan pembalut
Psudomonas, dan Methicillin resistant wanita mayoritas cepat (sudah muncul
staphylococcus aureus (MRSA), granulasi setelah 6 hari pembalutan)
mengurangi nyeri luka dan bau, aman, (87,50%). Proses penyembuhan luka
berbiaya rendah, tidak menimbulkan yang dibalut menggunakan melolin
rasa sakit, mudah dilakukan, dan seimbang antara yang cepat dan lambat
meningkatkan penyembuhan luka kaki masing-masing 50%, serta terdapat
diabetik (Ragab & Kamal, 2017). Jumlah perbedaan proses penyembuhan luka
bakteri atau infeksi dapat membantu yang signifikan antara luka yang dibalut
mengevaluasi penyembuhan luka menggunakan pembalut wanita dengan
(Haryanto et al., 2022) melolin (p = 0,024).

1218
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 6 No 3, Hal 1210-1222, November 2022 e-ISSN2 548-7051
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714-6502

DIABETIK MENGGUNAKAN
SIMPULAN ALOEVERA GEL. Skripsi. Surakarta.
Universitas Aisyiah Surakarta.
Studi kohort longitudinal Brown, A. (2017). Managing exudate and
menunjukkan bahwa adanya pengaruh maceration in venous leg ulceration
pembalut wanita terhadap terjadinya within the acute health setting.
maserasi, eksudat dan penyembuhan British Journal of Nursing,
luka. Namun, tidak berpengaruh pada 26(Sup20), S18–S24.
terjadinya peningkatan infeksi. Pembalut https://doi.org/10.12968/bjon.201
wanita menjadi rekomendasi untuk 7.26.Sup20.S18
dijadikan sebagai dressing luka karena
mudah didapat, bernilai ekonomis, Ching, C. S., Phillips, T. J., Howard, C. E.,
menyerap cairan luka serta mudah Panova, I. P., Hayes, C. M., Asandra,
digunakan. Walaupun pembalut wanita A. S., & Park, H. Y. (2005). Chronic
menjadi alat yang mudah digunakan wound fluid suppresses
dimasyarakat tetap harus di evaluasi proliferation of dermal fibroblasts
penggunaaan pembalut wanita terhadap through a Ras-mediated signaling
luka terutama pada luka yang produksi pathway. Journal of Investigative
eksudatnya tinggi sehingga kemampuan Dermatology, 124(2), 466–474.
menyerap cairan luka terbatas dan dapat https://doi.org/10.1111/j.0022-
menimbulkan maserasi yang berujung 202X.2004.23557.x
pada penyembuhan luka yang lama. Gultom, H. Ek. P. (2016). Tanda-Tanda
Kepada peneliti selanjutnya hendaknya Menstruasi yang Tidak Sehat: Ganti
melakukan penelitian yang lebih Pembalut Lebih dari 4 Kali dalam
memfokuskan pada faktor resiko Sehari.
eksternal terjadinya maserasi dengan Guo, S., & DiPietro, L. A. (2010). Critical
waktu penelitian yang lama dan sampel review in oral biology & medicine:
dengan jumlah yang besar serta metode Factors affecting wound healing.
penelitian yang lain sehingga gambaran Journal of Dental Research, 89(3),
hasil penelitian menjadi lebih baik. 219–229.
https://doi.org/10.1177/00220345
REFERENSI 09359125
Adderley, U. J. (2015). Managing wound Haryanto, Amrullah, S., Junaidi, &
exudate and promoting healing. Maglena. Maria. (2021).
British Journal of Community Pendampingan deteksi dini maserasi
Nursing, 15(3 SUPPL.), 15–20. pada luka kaki diabetik
https://doi.org/10.12968/bjcn.201 menggunakan flir one smartphone
0.15.sup1.46907 thermography. 6(6), 1085–1089.
AK, M. (2019). A Thoroughgoing Detail of Haryanto, H., Arisandi, D., Suriadi, S.,
Surgical Dressings. Journal of Imran, I., Ogai, K., Sanada, H., Okuwa,
Orthopaedics and Sports Medicine, M., & Sugama, J. (2016). Relationship
01(01), 1–17. between maceration and wound
https://doi.org/10.26502/josm.511 healing on diabetic foot ulcers in
5001 Indonesia: a prospective study.
International Wound Journal, 14(3),
Ariyani, S. A., Wahyuni, E. S., & Hartutik,
516–522.
S. (2020). PENINGKATAN
https://doi.org/10.1111/iwj.12638
PENGETAHUAN DENGAN MEDIA
POSTER DALAM PERAWATAN LUKA Haryanto, H., Jais, S., Supriadi, S., Imran,
1219
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 6 No 3, Hal 1210-1222, November 2022 e-ISSN2 548-7051
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714-6502

I., Ogai, K., Oe, M., Okuwa, M., & Mitchell, A., & Hill, B. (2020). Moisture-
Sugama, J. (2022). Correlation associated skin damage: An
Between Bacteria Count Using a overview of its diagnosis and
Rapid Bacterium Counting System management. British Journal of
and Changes in Wound Area on Community Nursing, 25(3), S12–S18.
Diabetic Foot Ulcers in Indonesia: A https://doi.org/10.12968/bjcn.202
Prospective Study. International 0.25.Sup3.S12
Journal of Lower Extremity Wounds. Mittal, K., Bora, A., Setha, A., Patel, B.,
https://doi.org/10.1177/15347346 Chavan, D. D., Pelleti, P. K.,
221098515 Shararooni, S. A., & Rathod, R.
Kamalah, A. D., Ahsan, & Kristianto, H. (2021). MANAGEMENT OF
(2020). the Effectveness of Family ANORECTAL WOUNDS. Journal of
Psychoeducation in Reduces Family the American Medical Association,
Burden in the Family With Ulcers 119(5), 89–94.
Diabetic Patients. Jurnal Ilmu https://doi.org/10.1001/jama.1910
Keperawatan Jiwa, 3(1), 9–16. .04330120046016
Kartika, R. W., Bedah, B., Paru, J., & Luka, Nasution, S. M., Naria, E., & Irnawati, M.
A. P. (2015). Perawatan Luka Kronis (2015). Analisa kandungan klorin
dengan Modern Dressing. (Cl2) pada beberapa merek pembalut
Perawatan Luka Kronis Dengan wanita yang beredar di pusat
Modern Dressing, 42(7), 546–550. perbelanjaan di kota medan. 3(1),
Katkar, M. M. (2019). SUPER 291–297.
ABSORBENT POLYMERS: A Nontji, W., Hariati, S., & Arafat, R. (2015).
DIMINUTIVE REVIEW. Journal of Modern and Convensional Wound
Textile and Clothing Science ISSN: Dressing to Interleukin 1 and
2581-561X (Online) Interleukin 6 in Diabetic wound.
Http://Www.Jtcsonline.Com REVIEW, Jurnal NERS, 10(1), 133.
2(1), 1–5. https://doi.org/10.20473/jn.v10i12
http://ss.zhizhen.com/s?sw=Super+ 015.133-137
absorbent+polymers&size=15&isort Oe, M., Yotsu, R. R., Arisandi, D., Suriadi,
=4&x=0_564 Sakai, Y., Imran, Takehara, K.,
Kawuryan, U. (2018). Karakteristik Sosial Nakagami, G., Tamaki, T., Sugama, J.,
Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 & Sanada, H. (2020). Validity of
Dengan Luka Kaki Diabetik. 9(2), DMIST for monitoring healing of
28–32. diabetic foot ulcers. Wound Repair
Kemenkes. (2020). Infodatin-2020- and Regeneration, 28(4), 539–546.
Diabetes-Melitus.pdf. https://doi.org/10.1111/wrr.12816

Kusumaningrum, N. S. D., Saputri, A. D., Pardo, L. A. (2004). Voltage-gated


Kusuma, H., & Erawati, M. (2020). potassium channels in cell
Karakteristik Diabetic Foot Ulcer proliferation. Physiology, 19(5),
(DFU) pada Individu dengan 285–292.
Diabetes Mellitus (DM): Studi https://doi.org/10.1152/physiol.00
Deskripsi – Cross Sectional. Journal 011.2004
of Holistic Nursing Science, 7(2), 88– Parnham, A., Copson, D., & Loban, T.
98. (2020). Moisture-associated skin
https://doi.org/10.31603/nursing.v damage: Causes and an overview of
7i2.3074 assessment, classification and

1220
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 6 No 3, Hal 1210-1222, November 2022 e-ISSN2 548-7051
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714-6502

management. British Journal of Easy. Wound International, 1–6.


Nursing, 29(12), S30–S37. Rondonuwu, Z., Mambo, C. D., & Posangi,
https://doi.org/10.12968/bjon.202 J. (2020). Perhitungan Biaya Satuan
0.29.12.s30 Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan
Prasetia, T. (2016). Pola Komplikasi Komplikasi Ulkus Kaki Diabetik Di
Sistemik Pada Pasien Diabetes Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
Melitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Periode September - November
Pertamina Bintang Amin Lampung 2019. JKK (Jurnal Kedokteran Klinik),
Periode 1 Januari - 31 Desember 4(1), 15–25.
2015. Jurnal Medika Malahayati, Saeedi, P., Petersohn, I., Salpea, P.,
3(1), 55–60. Malanda, B., Karuranga, S., Unwin,
Qu, X., Liu, H., Zhang, C., Lei, Y., Lei, M., Xu, N., Colagiuri, S., Guariguata, L.,
M., Jin, D., Li, P., Yin, M., Payne, G. F., Motala, A. a., Ogurtsova, K., Shaw, J.
& Liu, C. (2018). Electrofabrication E., Bright, D., & Williams, R. (2019).
of functional materials: Chloramine- Global and regional diabetes
based antimicrobial film for prevalence estimates for 2019 and
infectious wound treatment. Acta projections for 2030 and 2045:
Biomaterialia, 73, 190–203. Results from the International
https://doi.org/10.1016/j.actbio.20 Diabetes Federation Diabetes Atlas,
18.02.028 9th edition. Diabetes Research and
Rachma, N., & Andriany, M. (2013). Studi Clinical Practice, 157, 107843.
Kasus : Penggunaan Pembalut https://doi.org/10.1016/j.diabres.2
Herbal Sebagai Absorbed Pada 019.107843
Modern Dressing. Jurnal Sheehan, P., Jones, P., Caselli, A., Giurini, J.
Keperawatan Komunitas, 1(2), M., & Veves, A. (2003). Percent
104443. change in wound area of diabetic
Ragab, I. I., & Kamal, A. (2017). The foot ulcers over a 4-week period is a
Effectiveness of Hypochlorous Acid robust predictor of complete healing
Solution on Healing of Infected in a 12-week prospective trial.
Diabetic Foot Ulcers. Journal of Diabetes Care, 26(6), 1879–1882.
Education and Practice, 8(8), 58–71. https://doi.org/10.2337/diacare.26.
www.iiste.org 6.1879

Risnasari, N. (2014). Hubungan Tingkat Shetty, V. . (2010). DRY WOUNDS


Kepatuhan Diet Pasien Diabetes MATTER: THE USE OCCLUSIVE
Mellitus dengan Munculnya STERILE SANITARY NAPKIN
Komplikasi di Puskesmes Pesantren DRESSING IN HIP AND KNEE
IIKota Kediri. Efektor, 01(25), 15– REPLACEMENT WOUNDS. 7(5), 428–
19. 429.

Roberts, P., & Newton, V. (2015). Suriadi. (2015). Pengkajian Luka dan
Assessment and management of Penanganannya. Jakarta : CV Agung
diabetic foot ulcers. British Journal Seto.
of Community Nursing, 16(10), 485– Tsuchiya, S., Suriadi, Sanada, H., Sugama,
490. J., & Oe, M. (2022). Relationship
https://doi.org/10.12968/bjcn.201 between items of DMIST and healing
1.16.10.485 of diabetic foot ulcers. International
Romanelli, M., Vowden, K., & Weir, D. Wound Journal, June, 1–6.
(2010). Exudate Management Made https://doi.org/10.1111/iwj.13880

1221
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 6 No 3, Hal 1210-1222, November 2022 e-ISSN2 548-7051
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714-6502

Turns, M. (2011). The diabetic foot: An


overview of assessment and
complications. British Journal of
Nursing, 20(15 SUPPL.), 19–25.
https://doi.org/10.12968/bjon.201
1.20.sup8.s19
Whitehead, F., Giampieri, S., Graham, T.,
& Grocott, P. (2017). Identifying,
managing and preventing skin
maceration: A rapid review of the
clinical evidence. Journal of Wound
Care, 26(4), 159–166.
https://doi.org/10.12968/jowc.201
7.26.4.159
Wuryono, B. A. (2017). Efektivitas
Penggunaan Pembalut Wanita Dan
Melolin Terhadap Proses
Penyembuhan Luka Diabetik Grade 3
Di Bangsal Kelas 3 Rsud Dr.
Yusuf, B., Tahir, T., & Erika, K. A. (2020).
Penggunaan Dressing Alternatif
Pada Luka Kaki Diabetik
Meningkatkan Residu Klorin Article
history : Accepted 07 Juli 2020
Address : Available online 25 Juli
2020 Email : Phone : ( LKD ).
Berbagai perawatan modern dengan
penggunaan dressing diantaranya
mad. 3(3), 202–210.
Yusuf, B., Tahir, T., Erika, K. A., & Yuliati,
Y. (2020). Penggunaan Dressing
Alternatif Pada Luka Kaki Diabetik
Meningkatkan Residu Klorin.
Window of Health : Jurnal Kesehatan,
August, 202–210.
https://doi.org/10.33368/woh.v0i0
.264
Zulkarnaen, I., Tahir, T., & Erika, K. A.
(2021). Jurnal Keperawatan &
Kebidanan Jurnal Keperawatan &
Kebidanan. Jurnal Keperawatan,
13(2), 283–292.

1222

Anda mungkin juga menyukai