Jbptppolban GDL Nandilutfi 14195 3 Bab2 1
Jbptppolban GDL Nandilutfi 14195 3 Bab2 1
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Karya Ilmiah Sejenis
Karya ilmiah sejenis sebelum nya dengan tugas akhir ini bisa di lihat pada
Tabel 1.
No. Tahun Nama Penulis Judul Karya Ilmiah dan Obyek yang di
Penulis teliti
1. 2020 Geraldi Hernawan Perencanaan Sitem Pemanfaatan
Pemanfaatan Air Bekas limbah air
Pada Tower Cordova bekas.
Proyek Apartemen
Urbantown Karawang
2. 2018 Fitri Meilisa Perancangan Sistem Merencanakan
Kusuma Waedani Sprinkler dan Hidran sistem sprinkler
dan Ghina Febriani Pada Gedung B dan hidran
Khairunnisa Sekretariat Badan gedung yang
Pendidikan dan sesuai
Pelatihan Keuangan – peraturan.
Jakarta Selatan
3. 2017 Tomi Suroto Sistem Pemadam Perencanaan
Kebakaran (fire sistem proteksi
Protection) Pada Gedung kebakaran pada
Hotel Sahid Raya bangunan hotel
Yogyakrta
Karya tulis ilmiah yang penulis pilih di Tabel 1 sebagai referensi karena
memiliki kesamaan pada topik bahasannya yaitu pemanfaatan air hujan. Sedangkan
untuk perbedaannya sendiri yaitu dari jenis pemanfaatannya. Untuk karya ilmiah
yang pernulis kerjakan, air hujan akan dimanfaatkan untuk kebutuhan sistem
proteksi kebakaran aktif.
4
a) Fire detector (pendeteksi api) berfungsi untuk mengidentifikasi
keberadaan aoi dengn memetakan beberapa indicator. Indikator tersebut
bisa melalui perubahan tempratur, asap atau api.
b) Fire suppressant (penekanan api) berperan aktif memadamkan atau
mengendalikan kebakaran.
2. Sistem proteksi kebakaran pasif merupakan material pendukung yang bersifat
menghambat proses kebakaran. Material ini dipasang Sebagian dari tatanan
bangunan, contohnya sebagai tambahan dinding, pintu dan lantai tahan api.
2. Kelas 2 : Bangunan hunian yang terdiri atas 2 atau lebih unit hunian.
5
8. Kelas 8 : Bangunan laboratorium/industri/pabrik.
6
penempatan hidran umumya yaitu 35 – 38 meter antara hidran pillar satu dan
hidran lainya, serta mudah di temukan dalam keadaan darurat. Hidran siamase
yang berfungsi untuk menyalurkan air dari mobil pemadam kebakaran menuju
sistem pemadam api gedung. Siamese connerction merupakan komponen
penunjang dalam fire hidran sistem. Berfungsi untuk menunjang pasokan air.
jika air pada reservoir sudah tidak mencukupi, hidran Siamese connection
bertugas menyaluarkan air dari mobil pemadam kebakaran menuju reservoir
gedung.
b) Hidran box ditempatkan di dalam gedung (indoor) dimana selang pemancar air
dan nozzle pemancar telah diletakkan biasanya dalam box merah dan dapat juga
di sambungkan dengan sistem hidran sehingga dapat ditarik ke lokasi kebakaran
untuk membantu pemadaman api. Sistem hidran yang ada pada suatu lokasi
baik hidran pillar maupun hidran box adalah bagian terakhir dari sistem hidran
yang dapat digunakan saat terjadi kebakaran. Alat ini memiliki sistem instalasi
yang terhubung dengan komponen pendukung seperti pompa dan selang
pengalir air.
Penempatan hidran harus pada lokasi mudah terlihat dan mudah dijangkau
serta dapat mencapai seluruh daerah apabila sewaktu waktu terjadi kebakaran
perbedaan antara hidran pillar dan hidran box adalah dari penempatanya.
7
Menurut SNI 03-1745-2000, bangunan pendidikan diklasifisikasikan sebagai
bangunan kelas 9b Pada Tabel 2, dapat diketahui bahwa kebutuhan hidran untuk
bangunan kelas 9b adalah 1 buah per 800 m2. Oleh karena itu, untuk menghitung
kebutuhan hidran dalam satu lantai dapat digunakan persamaan:
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐿𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖
Σ Hidran = 800𝑚2
2.2.5 Sprinkler
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-3989-2000 tentang tatacara
perencanaan dan pemasangan sistem sprinkler otomatik untuk pencegahan bahaya
kebakaran pada bangunan gedung, sprinkler merupakan suatu sistem instalasi
pemadam kebakaran yang di pasang secara tetap/permanen di dalam bangunan
yang dapat memadamkan kebakaran secara otomatis dengan menyemprotkan air di
tempat mula terjadi kebakaran.
Sprinkler merupakan titik pengeluaran saluran air ataupun gas bertekanan yang
di pasang menyumbat (plug) bagian ujungnya. Plug ini berfungsi menahan aliran
air dan bekerja mengeluarkan air saat suhu disekitar nya mencapai titik leleh
tertentu. Plug ini bisa juga merupakan sensor yang peka temperatur (heat-senitive).
Plug ini terdapat 2 jenis yang digunakan untuk sprinkler kebakaran, yaitu:
a) Fusible alloy di sebut juga link atau fusible metal, yaitu panduan metal yang
akan meleleh pada suhu rendah, (di bawah suhu 150 ºC atau 302 ºF).
b) Heat-sensitive Glass Bulb atau bola kaca peka panas, yaitu bola kaca yang akan
pecah apabila adanya kenaikan suhu tertentu yang menyebabkan terjadinya
reaksi cairan di dalam bola kaca tersebut.
1. Ketentuan Umum Perancangan Sprinkler
Terdapat beberapa ketentuan umum dalam perancangan sprinkler menurut SNI
03-3898-2000 yang harus dipenuhi. Ketentuan perancangan sprinkler untuk
bangunan kantor dengan sistem bahaya kebakaran ringan diantaranya:
a. Kepadatan pancaran
Kepadatan pancaran direncanakan sebesar 2,22 mm/menit per empat kepala
sprinkler dengan daerah kerja maksimum diperkirakan seluas 84 m2.
b. Kapasitas aliran dan tekanan
8
Penyediaan air harus mampu mengalirkan air dengan kapasitas 28 liter/menit
dengan tekanan 2,2 kg/cm2.
2. Penempatan dan letak kepala sprinkler
a. Luas lingkup maksimum tiap kepala sprinkler adalah 20 m2.
b. Jarak maksimum antar kepala sprinkler adalah 4,6 m (lihat Gambar 1).
c. Jarak kepala sprinkler yang terujung dengan dinding adalah ½ dari jarak
yang direncanakan antara kepala-kepala sprinkler dalam satu deretan (lihat
Gambar 1)
d. Jarak antara dinding dan kepala sprinkler tidak boleh melebihi 2,3 m.
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑅𝑢𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
Σ Sprinkler = Luas Lingkup tiap Kepala 𝑆𝑝𝑟𝑖𝑛𝑘𝑙𝑒𝑟
9
4. Tingkat suhu kepala sprinkler
Ukuran diameter pipa sprinkler dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 ini
mengikuti peraturan pada “Panduan Sistem Sprinkler untuk Pencegahan Bahaya
Kebakaran pada Bangunan dan Gedung” yang diterbitkan Departemen Pekerjaan
Umum.
10
Tabel 4 Ukuran Diameter Pipa Sprinkler
Ukuran Nominal
No. Klasifikasi Bahaya Kebakaran Lubang Kepala
Sprinkler (mm)
1 Sistem bahaya kebakakaran ringan 10
2 Sistem bahaya kebakakaran sedang 15
3 Sistem bahaya kebakakaran berat 20
Sumber: SNI 03-3989-2000
Sedangkan untuk konstanta “k” ketiga ukuran lubang kepala sprinkler di atas
seperti Tabel 6.
11
Tabel 6 Konstanta “k”
12
a) Menurut Bambang Triatmojo, “Hujan merupakan salah satu bentuk presipitasi
uap air yang berasal dari alam yang terdapat di atmosfer. Bentuk presipitasi
lainnya adalah salju dan es. Hujan berasal dari uap air di atmosfer, sehingga
bentuk dan jumlahnya di pengaruhi oleh faktor klimatologi seperti angin, suhu
dan tekanan atmosfer. Uap air tersebut akan naik ke atmosfer sehingga
mendingin dan terjadi kondensasi menjadi butir-butir air dan krital-kristal es
yang akhirnya jatuh sebagai hujan.”
b) Menurut Alam (2011) menyatakan bahwa, “Hujan adalah peristiwa turunnya
butir butir air dari langit ke permukaan bumi akibat terjadi nya kondensasi.
Hujan di ukur sebagai tinggi air yang jatuh dipermukaan bumi yang datar dalam
periode waktu tertentu.”
c) Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika. Menyatakan bahwa
“hujan adalah suatu bentuk presipitasi atau endapan dari cairan atau zat padat
yang berasal dari kondensasi yang jatuh dari awan menuju permukaan bumi.
Namun tidak semua air hujan mampu sampai ke permukaan bumi, karena
sebagian menguap ketika jatuh melalui udara kering.”
Air hujan merupakan suatu peristiwa sampainya air dalam bentuk cair yang
dicurahkan dari atmosfer menuju permukaan bumi. Hal ini merupakan uap air yang
terkandung dalam awan bertambah banyak sampai pada keadaan dimana awan
tidak lagi mampu menampung uap air tersebut, setelah itu air akan jatuh Kembali
ke permukaan bumi. Siklus air hujan dapat dilihat pada Gambar 2.
13
Gambar 2 Siklus Hidrologi
Sumber: Google Image
Air hujan merupakan air buangan yang berasal dari atap, halaman dan
sebagainya yang dikumpulkan disatu tempat dan dapat dimanfaatkan menjadi air
bersih non konsumtif.
14
Indonesia dapat dikumpulkan oleh beberapa lembaga diantaranya, badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Badan Pusat Statitik (BPS),
Dinas Pengairan Departemen Pekerjaan Umum, dan juga beberapa instalasi lainya.
Pada tugas akhir ini data curah hujan yang digunakan adalah data hujan stasiun
Geofisika Bandung dengan periode pengamatan data 2012 sampai dengan 2021 (10
tahun). Untuk menghitung debit air hujan di perlukan perhitungan volume air hujan.
Volume air hujan yang ditangkap selama musim penghujan menurut SNI 03-6381-
2000 dapat di hitung dengan rumus berikut:
𝑆=𝐴𝑥ℎ𝑥𝐶
dimana:
15
Jenis Daerah Koefisien Kondisi Permukaan Koefiien
Aliran Aliran
Lapangan, kuburan dan 0,10-0,25 Curam, 7% atau lebih 0,25-0,35
jalan sejenisnya
𝑄 = 𝐴 𝑥 𝑣 (𝑚3 /𝑠)
Dimana:
𝑄 : Laju Aliran Volume (𝑚3 /𝑠)
𝐴 : Luasan Penampang Aliran (𝑚3 )
𝑣 : Kecepatan Aliran Fluida (𝑚/𝑠)
Dari persamaan tersebut dapat diketahui pada kecepatan aliran, sehingga dapat
mengontrol kecepatan aliran pada pipa yang digunakan dengan kecepatan aliran
pada pipa aliran (𝑣) rencana yaitu sebesar 0,3 – 3 𝑚/𝑑𝑒𝑡.
10,666𝑄 1,85
𝐻𝑙 = 𝐶 1,85 𝑑4,85
𝐿
16
Dimana:
kecepatan aliran minimum dalam pipa inlet maupun outlet menurut National
Fire Protection Association adalah sebesar 3 m/detik.
Jenis Pipa C
Pipa baru: kuningan, tembaga, timah hitam, besi tuang, galvanis, baja
(dilas atau ditarik) baja atau besi dilapisi semen 140
Pipa asbes-semen (selalu ”licin” dan sangat lurus).
Pipa baja baru (lurus tanpa perlengkpan, dilas atau ditarik), pipa tuang baru
(biasanya angka ini yang dipakai), pipa tua: kuningan, tembaga, timah
130
hitam
Pipa PVC-keras
Pipa dengan lapisan semen yang sudah tua, pipa keramik yang masih baik 110
Pipa besi tuang atau pipa baja yang sudah tua 100
Sumber: “Perencanaan dan Pemeliharaan Sistem Plambing”, (Soufyan &
Morimura, 2005).
Dimana:
HL = Kehilangantekanan (m)
K = Koefisien hilang tinggi tekan, dapat dilihat padaTabel 9
17
v = Kecepatan gravitasi (m/s)
g = Percepatan gravitasi (m/s2).
Tabel 9 Standar Koefisien Kerugian Tinggi Tekan (K) untuk Peralatan Bantu
18
Tabel 10 Kesimpulan kerugian gesekan pada aliran dalam pipa.
19
Tendon air ini sangat penting karena berfungsi menyuplai air di setiap hidran
box yang berada di setiap lantai gedung. Kapaitas reservoir pada bangunan
bertingkat ini tergantung dari luasan gedung nya sendiri, tendon air ini di desain
untuk mampu memasok air pemadam kebakaran.
1. Reservoir Bawah
Digunakan untuk pengaliran air ke atas maupun ke bawah. Rumus untuk
menghitung kapasitas reservoir/tandon air adalah:
𝑽 = 𝑺𝟐 × 𝑻
Dengan:
V : Volume reservoir
S : Sisi tangki (m)
T : Tinggi tangki (m)
2.6.3. Pompa
Instalasi pompa kebakaran harus di pasang sesuai dengan:
Untuk menjaga tekanan didalam pipa dan mengalirkan air pada saat terjadinya
kebakaran, digunakan pompa untuk sprinkler dan hidran yang masing-masing
terdiri dari 3 pompa yang dipasang secara paralel, yaitu:
1. Electric Pump
Disebut juga pompa utama yang berfungsi untuk mengalirkan air dengan
tekanan yang stabil saat terjadi kebakaran dan bekerja secara otomatis apabila
sprinkler pecah dan hidran digunakan. Electric Pump jenis Centrifugal dapat dilihat
pada Gambar 3.
20
Gambar 3 Electric Pump
Sumber: Google Image
2. Diesel Pump
Digunakan sebagai cadangan dan akan berfungsi saat pompa utama mati di
sebabkan karena listrik yang disuplai PLN padam atau karena berbagai hal maka
pompa ini dapat digunakan. Diesel Pump dapat dilihat pada Gambar 4.
21
3. Jockey Pump
Pompa ini memiliki head tinggi dengan kapasitas yang kecil. Pengaturan
tekanan dilakukan dengan manometer tekanan, yang dipasang pada tiap satu
rangkaian pada masing-masing lantai. Pompa ini berfungsi sebagai penjaga atau
mempertahankan tekanan dalam pipa agar tetap berada dalam batas yang
direncanakan. Penurunan tekanan bisa diakibatkan oleh kebocoran pada instalasi
pipa, seperti contoh dalam sambungan pipa. Jockey Pump dapat dilihat pada
Gambar 5.
𝑃
Hpompa = HHisap + HA + HL + 𝑌
Dimana:
𝑃
𝑌
= Head tekanan (m)
22