Anda di halaman 1dari 4

STUDI KASUS

UPAYA MENGATASI RENDAHNYA KEAKTIFAN SISWA


DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS
VII A SMP NEGERI 2 SALATIGA

DISUSUN OLEH:
MEILINA CAHYA PRIMA SARI
952022A48

PPG PRAJABATAN GELOMBANG I


PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
2022/2023
A. Deskripsi studi kasus
Berdasarkan Praktik Pengalaman Lapangan II (PPL II) terdapat kasus yang
sering ditemui dalam kegiatan pembelajaran yaitu rendahnya keaktifan siswa.
Rendahnya keaktifan siswa dalam pembelajaran ditunjukkan dengan kurangnya
partisipasi siswa dalam merespons pertanyaan yang diberikan oleh guru. Selain
itu, siswa juga
kurang aktif dalam kegiatan diskusi dimana hanya beberapa anggota
kelompok yang aktif, sedangkan anggota lainnya hanya sesekali ikut berdiskusi.
Padahal sangat penting bagi siswa terlibat aktif dalam pembelajaran karena belajar
merupakan proses aktif dimana siswa tidak akan dapat mencapai hasil belajar
yang optimal jika tidak turut serta dalam berbagai kegiatan belajar.
Oleh karena itu, penting untuk mengakaji topik rendahnya keaktifan siswa
dalam pembelajaran karena berkaitan dengan kemampuan pedagogik guru dalam
merancang dan melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Rendahnya
keaktifan siswa dalam pembelajaran dapat dipengaruhi oleh perencanaan
pembelajaran yang belum sesuai dengan karakteristik siswa dan belum maksimal
dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Sehingga, penting bagi guru
merancang pembelajaran sesuai karakteristik siswa.

B. Analisis situasi
Situasi yang terjadi pada saat perancangan pembelajaran sehingga
berdampak pada rendahnya keaktifan siswa yaitu pada perancangan pembelajaran,
saya belum
mengaitkan pertanyaan pemantik dengan konteks budaya atau permasalahan
sekitar
siswa sehingga respons siswa saat pembelajaran masih rendah. Selain itu,
permasalahan pada LKPD belum dikaitkan dengan permasalahan kontekstual
sehingga minat siswa dalam menyelesaikan permasalahan kurang. Dalam
pelaksanaannya, LKPD hanya diberikan kepada beberapa siswa dalam setiap
kelompok sehingga ketika siswa lain menyelesaikan masalah, siswa lainnya hanya
menunggu. Evaluasi pembelajaran yang digunakan pada kasus ini berupa LKPD
berdiferensiasi konten namun belum berjalan secara optimal karena belum
berjalannya kegiatan tutor sebaya dalam kegiatan diskusi.
Dalam perancangan pembelajaran, peran saya adalah sebagai perancang
pembelajaran yang saya kembangkan berdasarkan hasil refleksi dan catatan
lapangan. Berdasarkan hasil refleksi, maka pembelajaran selanjutnya dirancang
dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi ya ng
bertujuan untuk
memfasilitasikeberagaman karakteristik siswa serta lebih mengoptimalkan
kegiatan tutor sebaya. Selain itu, permasalahan yang digunakan dikaitkan dengan
permasalahan kontekstual sehingga dapat menumbuhkan minat siswa dalam
belajar.
Adapun pihak lain yang terlibat dalam perancangan dan evaluasi
pembelajaran adalah guru pamong. Peran guru pamong adalah sebagai observer
dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil catatan pengamatan, guru
pamong memberikan informasi terkait siswa yang memerlukan perhatian
khusus serta
startegi perbaikan pembelajaran yang dapat diterapkan pada kegiatan
pembelajaran selanjutnya.
Tantangan dan hambatan yang saya hadapi dalam merancang pembelajaran
adalah terkait pemilihan permasalahan kontekstual yang dekat dengan siswa
sebagai konteks permasalahan yang akan didiskusikan dalam LKPD. Serta
tantangan dalam merancang LKPD berdiferensiasi dengan tingkatan kesulitan
yang beragam namun dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai adalah
sama.

C. Alternatif solusi
Berdasarkan hasil observasi dan refleksi pembelajaran maka langkah nyata
yang telah saya lakukan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran
yaitu pertama, menggunakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa salah
satunya adalah model Problem Based Learning (PBL). Untuk mengaktifkan siswa
dalam merespons stimulus yang diberikan, maka pertanyaan pemantik yang
digunakan dihubungkan dengan kontekstual. (Rancangan
pembelajaran permasalahan PBL:
model
https://drive.google.com/file/d/17UjzdtWQm3i8b7xDTdgQVN7nQpcisrpI/view?us
p=drive_link)
Kedua, yaitu menyusun LKPD berdiferensiasi yang disusun dengan
memberikan keberagaman tingkat kesulitan permasalahan. Setelah siswa diberi
penguatan materi di awal pembelajaran, siswa diberi kesempatan untuk memilih
LKPD dengan melakukan scan barcode sesuai dengan kriteria point dan
kemampuan siswa untuk menyelesaikan masalah. (LKPD dengan tingkat
kesulitan
yang beragam:
https://drive.google.com/file/d/149xEwyiTs9C9n5TKjYBu0DPatM6vuXvw/view?u
sp=drive_link)
Dalam pembelajaran lainnya, saya menyusun LKPD berdiferensiasi dengan
memberikan keberagaman pada instruksi pengerjaan. Tujuannya agar dapat
memfasilitasi keberagaman kemampuan awal siswa. Pada pembelajaran ini siswa
dikelompokkan berdasarkan kemampuan awal, sehingga guru dapat memberikan
bimbingan yang sesuai dengan tingkat pemahaman siswa. Permasalahan yang
digunakan juga dikaitkan dengan budaya dimana siswa tinggal sehingga siswa
meresa dekat dengan pembelajaran yang sedang dilakukan. (LKPD
berdiferensiasi:https://drive.google.com/file/d/14e2fVOl6weSFGah26fLQUGRKY
-2rKInR/view?usp=drive_link)
Selain itu, dalam pembelajaran saya juga melakukan variasi dalam
pengelompokkan diskusi. Diskusi dapat dilakukan dengan beranggotakan 4-5 siswa
ataupun dengan teman sebangku. Dalam kegiatan diskusi kelompok yang
beranggotakan 4-5 siswa maka setelah kegiatan diskusi siswa diberi lembar
penilaian antar teman untuk mengukur sejauh mana anggota kelompoknya
berperan
aktif dalam diskusi.
Sumber daya yang digunakan untuk mencari materi permasalahan
kontekstual yang digunakan sebagai pertanyaan pemantik ataupun permasalahan
pada LKPD adalah melalui internet. Internet membantu saya untuk memperoleh
informasi mengenai kultur budaya dimana siswa tinggal sehingga dapat digunakan
sebagai konteks permasalahan. Sumber daya lain yang digunakan adalah hasil
belajar siswa yang digunakan sebagai dasar menentukan tingkatan kesulitan
permasalahan pada LKPD dan pengelompokkan siswa. Selain itu, saya juga
menggunakan sumber daya berupa buku paket guru dan siswa untuk menentukan
kedalaman materi pembelajaran yang akan disampaikan.

D. Evaluasi
Beragam langkah untuk mengaktifkan siswa dalam belajar yaitu, melalui
model PBL, menggunakan pertanyaan pemantik yang kontekstual, dan
menggunakan LKPD berdiferensiasi memberikan dampak positif terhadap
keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Peningkatan keaktifan siswa terlihat
ketika menjawab pertanyaan pemantik yang diberikan terkait permasalahan
dikehidupan sehari-hari dimana iswa berani memberikan pendapat Melalui
mereka.
kegiatan diskusi menggunakan LKPD dengan tingkat kesulitan yang beragam dan
dipilih sendiri oleh siswa mengakibatkan siswa menjadi bertanggung jawab dalam
menyelesaikan permasalahan serta siswa lebih aktif melakukan kegiatan tutor
sebaya. Selain itu, pemberian LKPD
dengan menggunakan intruksi yang beragam
sesuai dengan kemampuan awal siswa dan
pengelompokkan berdasarkan
kemampuan awal dapat membuat siswa tidak merasa tertinggal dibandingkan
temannya sehingga bersama-sama menyelesaikan permasalahan.
Pemberian LKPD
pada setiap siswa juga membantu siswa aktif berdiskusi dan menuliskan hasilnya
pada LKPD yang telah dimiliki sebagai bentuk tanggung jawab pada kelompok
dan siswa sendiri.
diri
Berikut adalah aktivitas belajar siswa:

Anda mungkin juga menyukai