Anda di halaman 1dari 7

Nama: Fatia Mumtaz

NIM: 224110405018

Kelas: 4 PGMI A

UTS SOSIOLOGI PENDIDIKAN

Jawaban!

1. Mata kuliah sosiologi Pendidikan membahas tentang hubungan antara


Pendidikan dan masyarakat, serta dampak social dari proses Pendidikan.
Subtansi isi mata kuliah ini meliputi konsep-konsep dasar sosiologi yang
diterapkan dalam konteks Pendidikan, seperti struktur social, sosialisasi,
interaksi social, mobilitas social, dan konflik social. Selain itu, materi
tersebut juga membahas peran institusi Pendidikan dalam membentuk dan
memengaruhi struktur social serta bagaimana faktor-faktor social seperti
kelas, gender, etnis, dan budaya memengaruhi pengalaman berindividu.
Manfaatnya dalam mempelajari mata kuliah ini adalah untuk membantu
mahasiswa dalam memahami Pendidikan sebagai fenomena social yang
kompleks, bukan hanya sebagai proses pembelajaran di dalam kelas.
Selain itu mahasiswa akan belajar bagaimana faktor-faktor social
memengaruhi system pendidika, termasuk bagaimana ketidaksetaraan,
stereotip, dan diskriminasi dapat terjadi di dalam konteks Pendidikan.
Dengan mempelajari konsep-konsep sosiologi yang diterapkan dalam
Pendidikan, mahasiswa dapat mengembangkan keterampilan analitis yang
berguna dalam memahami dan mengevaluasi isu-isu social yang terkait
dengan Pendidikan.
2. Di Indonesia, kebijakan dan implementasi demokrasi Pendidikan dalam
bidang Pendidikan inklusi dan Pendidikan berkeadilan gender telah
menjadi focus utama dalam upaya meningkatkan akses dan kualitas
Pendidikan bagi semua individu, tanpa memandang latar belakang, kondisi
fisik, atau jenis kelamin. Kebijakan Pendidikan inklusi bertujuan untuk
memastikan bahwa setiap individu, termasuk mereka yang memiliki
kebutuhan khusus dan disabilitas, memiliki akses yang sama terhadap
Pendidikan yang berkualitas. Di Indonesia, implementasi Pendidikan
inklusi telah diwujudkan melalui berbagai kebijakan, seperti Inpres Nomor
6 Tahun 2016 tentang Gerakan Literasi Sekolah dan Gerakan Literasi
Nasional, serta Permendikbud Nomor 50 Tahun 2018 tentang Pendidikan
inklusif. Upaya ini mencakup penyediaan fasilitas yang ramah disabilitas
di sekolah, pelatihan guru dalam menghadapi kebutuhan siswa dengan
disabilitas, dan integrasi siswa dengan disabilitas ke dalam kelas regular
untuk mendukung pembelajaran inklusi.
Selain itu, kebijakan Pendidikan berkeadilan gender bertujuan untuk
mengatasi disparitas dan diskriminasi gender di dalam system Pendidikan.
Indonesia telah mengimplementasikan berbagai kebijakan untuk mencapai
tujuan ini, termasuk Rencana Pembangunan Jangka Menengan Nasional
(RPJMN) dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
yang memiliki target khusus untuk meningkatkan partisipasi dan prestasi
perempuan dalam Pendidikan. Selain itu, terdapat juga kebijakan-
kebijakan spesifik, seperti peningkatan Mutu dan akses Pendidikan dasar
dan menengah (PMPM-PK), yang bertujuan untuk meningkatkan akses
dan kualitas Pendidikan bagi anak perempuan, serta program-program
bantuan yang ditunjukan untuk mengurangi kesenjangan gender di bidang
Pendidikan.
Dalam implemetasi kedua kebijakan tersebut, pemerintah bekerja sama
dengan berbagai pihak. Termasuk Lembaga Pendidikan, organisasi
masyarakat sipil, dan pihak-pihak terkait lainnya, untuk memastikan
bahwa tujuan Pendidikan inklusi dan Pendidikan berkeadilan gender dapat
tercapai secara efektif dan berkelanjutan. Implemetasi yang berhasil
memerlukan upaya bersama dalam pembangunan infrastrutur Pendidikan
yang inklusif dan ramah gender, pengembangan kurikulum yang inklusif
dan gender-sensitif, serta pelatihan guru dan tenaga pendidik dalam
mendukung kebutuhan semua siswa tanpa diskriminasi.
Sumber: https://itjen.kemdikbud.go.id/web/enam-fokus-kebijakan-dan-
program-prioritas-kemendikbudristek-untuk-dipa-2023/
3. Pendidikan di Malaysia telah mengalami perkembangan yang signifikan
dalam beberapa decade terakhir.
Jenjang Pendidikan:
1) Pendidikan Dasar dan menengah: Sistem pendidikan di
Malaysia terdiri dari pendidikan dasar (6 tahun) dan menengah
(5 tahun). Pendidikan dasar meliputi tingkat Sekolah Rendah
(Tahun 1-6), sedangkan pendidikan menengah terbagi menjadi
Sekolah Menengah Pertama (Tingkatan 1-3) dan Sekolah
Menengah Atas (Tingkatan 4-5)
2) Pendidikan Tinggi: Malaysia memiliki sejumlah perguruan
tinggi dan universitas baik negeri maupun swasta yang
menawarkan berbagai program studi. Universiti Malaya,
Universiti Kebangsaan Malaysia, dan Universiti Teknologi
Malaysia adalah beberapa contoh universitas ternama di negara
ini.

Kualitas Pendidikan:

Meskipun alaysia telah mencapai kemajuan dalam peningkatan


akses pendidikan, tantangan terus ada dalam hal meningkatkan
kualitas pendidikan. Upaya terus dilakukan untuk meningkatkan
kurikulum, fasilitas, dan kualitas pengajaran guna memastikan
bahwa lulusan memiliki keterampilan yang relevan dan dapat
bersaing di tingkat global.

Kesejahteraan dan Citra:

Kesejahteraan siswa dan mahasiswa menjadi perhatian penting


dalam sistem pendidikan Malaysia. Upaya dilakukan untuk
memastikan ketersediaan fasilitas pendidikan yang memadai,
seperti ruang kelas yang nyaman, perpustakaan yang lengkap, dan
sarana olahraga. Citra pendidikan Malaysia juga terus ditingkatkan
melalui promosi internasional dan kerja sama dengan lembaga-
lembaga pendidikan terkemuka di dunia.

Etos Mengajar Guru:

Guru di Malaysia diharapkan memiliki etos mengajar yang tinggi,


termasuk dedikasi, profesionalisme, dan kemampuan untuk
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Mereka menerima
pelatihan yang berkelanjutan untuk meningkatkan keterampilan
mengajar dan kepemimpinan mereka di kelas.

Animo Belajar Siswa dan Mahasiswa:

Animo belajar siswa dan mahasiswa di Malaysia cukup tinggi,


terutama karena kesadaran akan pentingnya pendidikan dalam
mencapai kesuksesan pribadi dan profesional. Program-program
bantuan keuangan, beasiswa, dan insentif lainnya juga mendorong
partisipasi siswa dalam pendidikan.

Perhatian Pemerintah:

Pemerintah Malaysia memiliki perhatian yang besar terhadap


pendidikan dan mengalokasikan anggaran yang signifikan untuk
sektor ini setiap tahunnya. Mereka terus melakukan reformasi
pendidikan, memperbarui kurikulum, dan meningkatkan akses
pendidikan bagi semua lapisan masyarakat.

Secara keseluruhan, pendidikan di Malaysia mengalami


perkembangan yang positif, dengan fokus pada peningkatan
kualitas, kesejahteraan siswa dan mahasiswa, dan ketersediaan
fasilitas yang memadai. Meskipun masih ada tantangan yang perlu
diatasi, pemerintah dan masyarakat Malaysia berkomitmen untuk
terus memperbaiki sistem pendidikan demi masa depan yang lebih
baik.
Sumber: https://www.weforum.org/organizations/economic-
planning-unit-of-malaysia/

4. Jepang
Jepang memiliki pendekatan yang kuat dalam pengembangan karakter
siswa, termasuk pembelajaran moral dan etika, serta penanaman nilai-nilai
seperti kerja sama, kesabaran, dan menghargai orang lain. Selain itu,
Jepang memiliki budaya belajar yang sangat kuat, di mana siswa
ditanamkan nilai-nilai seperti disiplin, kerja keras, dan tanggung jawab.
Hal ini tercermin dalam kedisiplinan siswa dan motivasi mereka untuk
meraih prestasi.
Di Jepang, siswa didorong untuk fokus pada pembelajaran akademis dan
mencapai nilai yang tinggi. Hal ini dapat diterapkan di Indonesia dengan
meningkatkan kualitas kurikulum dan penilaian, serta memberikan lebih
banyak dukungan kepada siswa yang kesulitan belajar. Dari pada itu,
Orang tua di Jepang sangat terlibat dalam pendidikan anak-anak mereka.
Hal ini dapat diterapkan di Indonesia dengan meningkatkan komunikasi
antara sekolah dan orang tua, dan mendorong orang tua untuk lebih terlibat
dalam proses belajar mengajar.
Finlandia
Sistem pendidikan di Finlandia terkenal dengan fokusnya pada kesetaraan,
kesejahteraan, dan kemandirian belajar. Finlandia dikenal dengan
pendekatan pendidikan yang lebih berbasis pada kreativitas dan penemuan
diri siswa. Mereka menekankan pada pengembangan keterampilan berpikir
kritis, inovasi, dan kemandirian. Selain itu juga, Di Finlandia, siswa
didorong untuk belajar secara mandiri dan mengambil tanggung jawab
atas pendidikan mereka sendiri. Hal ini dapat diterapkan di Indonesia
dengan memberikan lebih banyak kesempatan kepada siswa untuk belajar
secara mandiri dan kolaboratif, serta mendorong mereka untuk menjadi
pembelajar yang aktif. Semua siswa di Finlandia memiliki akses ke
pendidikan berkualitas tinggi, terlepas dari latar belakang mereka. Hal ini
dapat diterapkan di Indonesia dengan meningkatkan akses ke pendidikan
berkualitas untuk semua anak, dan mengurangi kesenjangan pendidikan
antara siswa dari latar belakang yang berbeda.
5. Stratifikasi sosial adalah sebuah sistem pembedaan masyarakat secara
vertikal berdasarkan status sosial, ekonomi, dan budaya. Sistem ini
membagi masyarakat ke dalam tingkatan-tingkatan yang berbeda, dengan
tingkatan yang lebih tinggi memiliki hak istimewa dan akses yang lebih
besar dibandingkan dengan tingkatan yang lebih rendah.
Unsur-unsur stratifikasi sosial meliputi:
 Kelas sosial: Kelompok-kelompok sosial yang homogen dalam hal
status sosial, ekonomi, dan budaya.
 Status sosial: Posisi individu dalam masyarakat yang ditentukan
oleh faktor-faktor seperti pekerjaan, kekayaan, pendidikan, dan
prestise.
 Mobilitas sosial: Pergerakan individu atau kelompok dari satu
kelas sosial ke kelas sosial lainnya.

Gambaran Umum Realitas Stratifikasi Sosial di Masyarakat

Di banyak masyarakat, stratifikasi sosial menciptakan kesenjangan yang


signifikan antara kelompok-kelompok berbeda dalam hal akses terhadap
sumber daya, kesempatan, dan hak-hak. Misalnya, dalam masyarakat yang
stratifikasinya didasarkan pada kekayaan, orang-orang dari lapisan atas
memiliki akses yang lebih besar terhadap pendidikan yang berkualitas,
layanan kesehatan, dan kesempatan kerja yang baik.

Realitas stratifikasi social di Lembaga Pendidikan

Stratifikasi sosial juga tercermin di dalam lembaga pendidikan. Misalnya,


dalam sistem pendidikan yang dikontrol oleh faktor ekonomi, siswa dari
lapisan sosial yang lebih tinggi cenderung memiliki akses terhadap
pendidikan yang lebih baik, sementara siswa dari lapisan sosial yang lebih
rendah mungkin menghadapi hambatan seperti biaya pendidikan yang
tinggi atau kurangnya sumber daya.
Implikasi stratifikasi social dalam pengembangan iklim Pendidikan yang
ideal di sekolah

1. Stratifikasi sosial dapat mengakibatkan kesenjangan akses terhadap


pendidikan yang berkualitas. Untuk menciptakan iklim pendidikan
yang ideal, penting bagi sekolah untuk memastikan akses yang merata
bagi semua siswa tanpa memandang latar belakang sosial atau
ekonomi mereka
2. Penting bagi sekolah untuk memberdayakan siswa untuk mengatasi
hambatan-hambatan yang terkait dengan stratifikasi sosial. Ini dapat
dilakukan melalui program-program dukungan, mentoring, dan
pembangunan keterampilan sosial yang memungkinkan siswa untuk
berhasil di lingkungan yang kompleks dan beragam.

Anda mungkin juga menyukai