Pendekatan Komunikatif
Pendekatan Komunikatif
Pendekatan Komunikatif
PENDEKATAN KOMUNIKATIF
Dosen Pengampu:
OLEH
KELOMPOK 2:
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata
kuliah Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga penyusun.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Elfia Sukma, M.Pd., Ph.D dan Ibu Yesni
Yenti, M.Pd selaku dosen mata kuliah Pembelajaran Bahasa Indonesia SD yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami pelajari. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 17
B. Saran .................................................................................................................. 17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan penguasaan atau pemerolehan
pengetahuan tentang suatu subjek atau sebuah keterampilan (Brown, 2007:8).
Selanjutnya, Ellis (1995) menyatakan bahwa pembelajaran mengacu pada pemerolehan
keterampilan (bahasa) secara sadar. Senada dengan pendapat sebelumnya, Jamaluddin
(2003:9) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu upaya yang disengaja dan
direncanakan sedemikian rupa oleh guru sehingga memungkinkan terciptanya suasana
dan aktivitas belajar yang kondusif bagi siswa. Oleh karena itu, guru memiliki peran yang
sangat penting dalam pembelajaran di kelas. Salah satu peran guru, yaitu sebagai sumber
belajar, dikatakan demikian karena seorang guru harus menguasai materi pelajaran yang
akan diajarkan kepada siswa.
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku pada siswa akibat adanya
interaksi antara individu dan lingkungan melalui proses pengalaman dan latihan (Subana
dan Sunarti, 2009:9). Lebih lanjut, Kimble (dalam Hergenhahn dan Olson, 2008:2)
menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan yang relatif permanen di dalam potensi
behavioral (behavioral potentiality) yang terjadi sebagai akibat dari praktik yang
diperkuat (reinforced practice). Perubahan tersebut ditandai dengan adanya peningkatan
kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Selanjutnya, untuk meningkatkan kemampuan
siswa diperlukan pendekatan pembelajaran yang tepat.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan sejarah lahirnya pendekatan komunikatif?
2. Apakah yang dimaksud dengan pengertian pendekatan komunikatif?
3. Apakah yang dimaksud dengan ciri-ciri pendekatan komunikatif?
4. Apakah yang dimaksud dengan karakteristik pendekatan komunikatif?
5. Apakah yang dimaksud dengan tujuan pendekatan komunikatif?
6. Apakah yang dimaksud dengan aspek-aspek yang berkaitan erat dengan pendekatan
komunikatif?
1
7. Apakah yang dimaksud dengan langkah-langkah pembelajaran pendekatan
komunikatif?
8. Apakah yang dimaksud dengan prinsip dasar pendekatan komunikatif?
9. Apakah yang dimaksud dengan kelebihan dan kekurangan pendekatan komunikatif?
10. Apakah yang dimaksud dengan penerapan pendekatan komunikatif dalam
pembelajaran bahasa Indonesia?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan sejarah lahirnya pendekatan
komunikatif.
2. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan pengertian pendekatan
komunikatif.
3. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan ciri-ciri pendekatan komunikatif.
4. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan karakteristik pendekatan
komunikatif.
5. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan tujuan pendekatan komunikatif.
6. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan aspek-aspek yang berkaitan erat
dengan pendekatan komunikatif.
7. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan langkah-langkah pembelajaran
pendekatan komunikatif.
8. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan prinsip dasar pendekatan
komunikatif.
9. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan kelebihan dan kekurangan
pendekatan komunikatif.
10. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan penerapan pendekatan komunikatif
dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
seperti Dell Hymes, John Gumperz dan william Labov dari Amerika. Karya-karya
filsafat, seperti John Austin dan John Searle dari Amerika dan London (Tolla, 1996).
Dalam pandangan fundamental dalam kaitannya dengan hakikat pembelajaran
bahasa merupakan embrio bagi pendekatan lain dalam pembelajaran asing yang
bersumber dari perubahan realitas pembelajaran bahasa di Eropa dan membentuk suatu
dewan yang dinamakan “Dewan Eropa” yang mendukung sepenuhnya terbentuknya
Asosiasi Linguistik Terapan Internasional (Internasional Assosiasi of Applied
Linguistics). Assosiasi ini dianggap sangat penting untuk mengembangkan dan
menyebarluaskan metode-metode pembelajaran bahasa.
Sebagai realisasi dari program-program perkumpulan tersebut, tahun 1971 mulai
dikembangkan pembelajaran bahasa dalam suatu sistem kredit, yaitu sebuah sistem yang
tugas-tugas pembelajarannya dipecah-pecah ke dalam bagian atau unit-unit. Setiap unit
berhubungn dengan unit lainnya (Aleksander dalam Azies, 1996 :2). Upaya tersebut
mulai dipertajam oleh D.A. Wilkins pada tahun 1972 dalam makalahnya berjudul
“Grammatikal, Situasional an National Syllabus” yang disampaikan dalam konfrensi
Linguistik Terapan di Copenhagen. Sejak itu kepopuleran pembelajaran bahasa secara
komunikatif menyebar ke seluruh penjuru dunia dan mampu menggoyangkan konsep
pembelajaran bahasa yang dikembangkan oleh kaum struktural. Dalam konferensi
tersebut, Wilkins mendemonstrasikan sistem makna yang mendasari penggunaan bahasa
secara komunikatif. Wilkins menguraikan dua jenis makna yaitu kategori nasional
meliputi konsep-konsep seperti waktu, urutan, kuantitas, lokasi, frekuensi dan kategori
fungsi komunikatif seperti penolakan, penawaran, keluhan dan sebagainya. Wilkins
kemudian merevisi dan melengkapi makalahnya sehingga tersusun sebuah buku berjudul
National Syllabuses (1976) dan memiliki pengaruh besar terhadap pembelajaran bahasa
komunikatif (PBK).
Sekalipun pada mulanya gerakan ini tumbuh di Inggris, tetapi pada umumnny
pengaruhnya meluas sampai ke Amerika pada pertengahan 1970-an. Para pendukungnya
baik di Inggris maupun di Amerika sama-sama melihat sebagai suatu pendekatan bukan
metode.
4
Ramayulis mendefinisikan pendekatan ialah terjemahan dari kata “Approach”
dalam bahasa inggris diartikan dengan come near (menghampiri) go to (jalan ke) dan way
path dengan arti ( jalan) dalam pengertian ini dapat dikatakan bahwa appuroach ialah cara
menghampiri atau mendatangi sesuatu. Dalam pandangan Lawson dalam konteks belajar,
ia mendefinisikan bahwasanya pendekatan ialah segala cara atau strategi yang dipakai
peserta didik untuk menunjang keefektifan keefisienan dalam proses pembelajaran materi
tertentu. Sementara itu Ahmadi menyebutkan bahwa pendekatan dalam belajar mengajar
dapat diartikan sebagai tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran yang
merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat
umum yang didalamnya mewadahi, menginspirasi,menguatkan dan melatari metode
pembelajaran tertentu.
Berasaskan penjelasan diatas penulis menyimpulkan bahwa Pendekatan
pembelajaran dapat diartikan sebagai sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran,yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi , menguatkan, dan
melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Sederhananya
pendekatan pembelajaran ialah suatu cara pandang dalam melihat dan memahami situasi
belajar mengajar. Pendekatan ialah seperangkat asumsi koleratif yang menangani hakikat
bahasa dan hakikat pembelajaran bahasa. Pendekatan bersifat aksiomotif. Pendekatan
memberikan hakikat bahasa yang diajarkan.
Teori tentang pengajaran bahasa diwujudkan ke dalam metodologi di mana orang
bicara tentang pendekatan, metode, teknik, prosedur dan model yang akhirnya berujung
pada praktik pengajaran bahasa. Dalam pandangan Hamer pendekatan ialah istilah yang
dipakai mengacu pada teori-teori mengenai sifat dasar bahasa ( the nature of language)
dan pembelajaran bahasa yang ialah sumber alas an dari segala hal yang dilakukan di
kelas. Suatu pendekatan menggambarkan bagaimana bahasa dipakai dan bagaimana
bagianbagiannya saling menjalin untuk menghasilkan model kompetensi berbahasa.
Pendekatan komunikatif atau yang kini kerap disebut sebagai pengajaran bahasa
secara komunikatif atau communicative language teaching (CLT), berkembang di inggris
awal tahun 1980-an dan terus dipakai secara luas sehingga saat ini termasuk dalam
pengajaran bahasa kedua dan bahasa asing. Pendekatan komunikatif dalam pengajaran
5
bahasa didasari oleh teori tentang bahasa sebagai alat komunikasi. Fungsi utama bahasa
ialah memungkinkan terjadinya interaksi dan komunikasi sehingga struktur bahasa juga
menampilkan kegunaannya secara komunikatif .
Dalam pandangan Harmer pendekatan komunikatif ialah pendekatan yang tidak
hanya berfokus pada penguasaan tata bahasa, tetapi lebih mementingkan pada
penyampaian gagasan yang diekspresikan melalui bahasa dan fungsi bahasa komunikatif
apa yang dilakukan orang dengan memakai bahasa. Pendekatan komunikatif berpusat
pada keyakinan bahwa jika peserta didik dilibatkan dalam tugas-tugas komunikatif yang
bermakna maka pembelajaran bahasa akan berlangsung dengan sendirinya.
Pendekatan komunikatif ialah pendekatan yang dilandasi oleh pemikiran bahwa
kemampuan memakai bahasa dalam komunikasi ialah tujuan yang harus dicapai dalam
pembelajaran bahasa. Melalui pendekatan komunikatif akan meningkatkan kemampuan
peserta didik dalam berkomunikasi secara bermakna dan dalam konteks yang berbeda,
dengan orang yang berbeda, topic yang berbeda untuk tujuan tertentu. Pendekatan
komunikatif membuka diri bagi pandangan orang lebih luas tentang bahasa.
Menyebabkan orang melihat bahwa bahasa tidak terbatas pada tata bahasa dan kosa kata,
tetapi juga pada fungsi komunikatif bahasa, menimbulkan kesadaran bahwa mengajarkan
bahasa tidak cukup memberikan tugas kepada peserta didik bentuk-bentuk bahasa asing,
tetapi Peserta didik harus mampu mengembangkan cara-cara menerapkan bentuk-bentuk
itu sesuai dengan fungsi bahasa sebagai sarana komunikasi dalam situasi dan waktu yang
tepat.
6
5. Guru berperan sebagai penyuluh, penganalisis kebutuhan pelajar, dan sumber manajer
kelompok.
6. Peran bahan pengajaran ialah untuk menunjang komunikasi pelajar secara aktif.
Selanjutnya, Iskandarwassid dan Dadang Suhendar (2011:55) mengemukakan
delapan ciri pendekatan komunikatif. Pertama, acuan berpijaknya adalah kebutuhan
peserta didik dan fungsi bahasa. Kedua, tujuan belajar bahasa adalah membimbing
peserta didik agar mampu berkomunikasi dalam situasi yang sebenarnya. Ketiga, silabus
pengajaran harus ditata sesuai dengan fungsi pemakaian bahasa. Keempat, peranan tata
bahasa dalam pengajaran bahasa tetap diakui. Kelima, tujuan utama adalah komunikasi.
Keenam, peran pengajar sangat vital sebagai pengelola kelas dan pembimbing peserta
didik dalam berkomunikasi. Ketujuh, kegiatan belajar harus didasarkan pada teknikteknik
kreatif siswa.
Kemudian, Finnochiaro, dkk. (1983:91) mengemukakan dua puluh dua ciri utama
pendekatan komunikatif, yaitu berikut ini.
1. Kebermaknaan.
2. Dialog bersifat komunikatif.
3. Premis dasarnya adalah kontekstual.
4. Pembelajaran bahasa adalah pembelajaran berkomunikasi.
5. Diutamakan komunikasi yang efektif.
6. Teknik tubian boleh digunakan.
7. Pelafalan diharapkan yang komprehensif.
8. Alat bantu yang digunakan siswa dalam berkomunikasi disesuaikan dengan umur dan
minat.
9. Berkomunikasi didorong sejak awal.
10. Jika diperlukan penggunaan bahasa ibu boleh dilakukan.
11. Penerjemahan dapat digunakan jika diperlukan.
12. Membaca dan menulis diberikan sejak hari pertama.
13. Target sistem linguistik akan lebih baik dipelajari melalui proses berkomunikasi.
14. Kemampuan komunikatif diutamakan.
15. Variasi bahasa adalah konsep utama dalam materi dan metodologi.
7
16. Urutan ditentukan dengan berbagai cara agar keterampilan berbahasa siswa dapat
dimotivasi dan dikembangkan.
17. Siswa dibantu guru dengan berbagai cara agar keterampilan berbahasa siswa dapat
dimotivasi dan dikembangkan.
18. Bahasa diciptakan oleh individu sering kali melalui trial and error (mencoba-coba).
19. Kelancaran dan bahasa yang dapat diterima adalah tujuan utamanya.
20. Siswa diharapkan dapat berinteraksi dengan orang lain melalui kerja berpasangan
atau kelompok, maupun secara tertulis.
21. Bahasa yang akan digunakan siswanya tidak dapat diketahui gurunya secara pasti.
22. Minat berkomunikasi akan didorong oleh motivasi instrinsik.
Berdasarkan pendapat Subyakto, Iskandarwassid dan Dadang Suhendar, serta
Finnochiaro dapat diketahui bahwa ciri-ciri pendekatan komunikatif ditinjau dari segi
siswa, peran guru, perangkat pembelajaran, dan tujuan pembelajaran. Pertama, siswa,
dalam pendekatan komuniktaif, seorang siswa menunjukkan sikap aktif dalam
pembelajaran, hal tersebut didasarkan pada kemampuan komunikatif yang harus dikuasai
oleh siswa baik lisan maupun tulisan. Kedua, peran guru, dalam pendekatan komunikatif,
guru berperan sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran, hal ini didasarkan pada
guru adalah sumber utama dalam pembelajaran. Ketiga, perangkat pembelajaran, dalam
pendekatan komunikatif, perangkat pembelajaran yang akan digunakan harus bersifat
menunjang pembelajaran, misalnya pada keterampilan berbicara, guru dapat
menyediakan silabus pembelajaran, materi ajar, bahkan bahan ajar dalam pembelajaran.
Keempat, tujuan pembelajaran melalui pendekatan komunikatif adalah menjadikan siswa
aktif dalam berkomunikasi lisan maupun tulisan dalam menyampaikan ide ataupun
gagasan yang ada di dalam pikirannya kepada pendengar atau pembaca.
8
4. Mempertajam kepekaan sosial.
5. Belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.
6. Komunikasi yang efektif merupakan tuntutan.
7. Latihan komunikasi dimulai sejak permulaan belajar bahasa.
8. Kompetensi komunikatif merupakan tujuan utama.
9. Urutan pembelajaran tidak selalu linear, didasarkan atas kebutuhan.
10. Pembelajar sebagai pusat belajar.
11. Kesalahan berbahasa merupakan sesuatu yang wajar.
12. Materi senantiasa melibatkan aspek linguistik, makna fungsional, dan makna sosial.
Lebih lanjut, Fumiya (dalam Sudjianto, 2004:6) menyatakan bahwa pendekatan
komunikatif dipandang sebagai pendekatan yang memiliki karakteristik sebagai berikut.
1. Memusatkan pada fungsi bahasa, bukan pada struktur bahasa.
2. Komposisi silabusnya terpusat pada fungsi dan nosi.
3. Dimulai dari analisis kebutuhan siswa.
4. Pertimbangannya terhadap wacana yang merupakan level yang lebih besar dari pada
kalimat (Fumiya, dalam Sudjianto, 2004:6).
Berdasarkan pendapat Pringgawidagda dan Fumiya di atas, dapat diketahui bahwa
karakteristik pendekatan komunikatif ditinjau dari segi siswa, proses pembelajaran, dan
tujuan pembelajaran. Pertama, siswa, karakteristik pendekatan komunikatif, jika ditinjau
dari segi siswa adalah sebuah pendekatan yang menjadikan subjek didik (siswa) fasih
berbahasa Indonesia baik lisan maupun tulisan dan dalam lingkungan formal maupun
nonformal. Kedua, proses pembelajaran dengan pendekatan komunikatif mengutamakan
siswa dalam mempraktikan kegiatan berbahasa atau berkomunikasi di dalam kelas,
walaupun ada kesalahan, tetap diutamakan karena dalam belajar bahasa harus memakai
teori trial and error. Kemudian, materi dalam pembelajaran harus senantiasa melibatkan
aspek linguistik, makna fungsional, dan makna sosial, maksudnya dalam belajar bahasa
tidak hanya mengetahui aspek bahasa, namun juga mengetahui fungsi bahasa dan makna
bahasa tersebut di lingkungan sosial. Keempat, tujuan pembelajaran, karakteristik
pendekatan komunikatif adalah mencapai kompetensi komunikatif, maksudnya setelah
siswa mengikuti pembelajaran, siswa diharapkan mempunyai kompetensi-kompetensi
komunikatif, diantaranya kompetensi gramatikal, wacana, sosiolinguistik, dan strategis.
9
E. Tujuan Pendekatan Komunikatif
Pada hakikatnya pendekatan komunikatif berorientasi pada fungsi bahasa sebagai
alat komunikasi (Pringgawidagda, 2002:131). Tujuan utama dari pendekatan komunikatif
adalah menjadikan siswa mampu atau memiliki kompetensi komunikatif dalam berbahasa
Indonesia baik lisan maupun tulisan. Menurut Canale dan Merrill Swain (dalam Brown,
2007:241-242), terdapat empat komponen yang berkenaan dengan konsep kompetensi
komunikatif. Komponenkomponen tersebut adalah sebagai berikut.
a. Kompetensi gramatikal adalah aspek kompetensi komunikatif yang meliputi
pengetahuan tentang item-item leksikal dan kaidah morfologi, sintaksis, semantik
kalimat tata bahasa, dan fonologi.
b. Kompetensi wacana merupakan pelengkap dari kompetensi gramatikal. Kemampuan
wacana adalah kemampuan mengaitkan kalimat-kalimat yang terdapat dalam sebuah
wacana dan kemampuan untuk memaknai sebuah wacana. Jika kompetensi
gramatikal mencakup tata bahasa pada tataran kalimat, maka kompetensi wacana
mencakup hubungan antar kalimat.
c. Kompetensi sosiolinguistik adalah pengetahuan tentang kaidah sosial budaya bahasa
dan wacana. Kompetensi ini menekankan tentang konteks sosial, seperti peran para
partisipan, informasi yang dibicarakan, dan fungsi interaksi.
d. Kompetensi strategis, sebuah konsep yang luar biasa kompleks. Canale dan Swain
(dalam Brown, 2007:242) menggambarkan kompetensi strategis sebagai “Strategi
komunikasi verbal dan non verbal yang dapat dipakai untuk mengimbangi kemacetan
dalam komunikasi karena variabelvariabel performa atau karena kompetensi yang
tidak memadai”.
Menurut Djuanda (2008:2), pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang
dilandasi oleh pemikiran bahwa kemampuan mengunakan bahasa dalam berkomunikasi
merupakan tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa. Bahasa tidak hanya
dipandang sebagai seperangkat kaidah, tetapi lebih luas lagi, yakni sebagai sarana untuk
berkomunikasi. Bahasa ditempatkan sesuai dengan fungsinya, yaitu fungsi komunikatif.
Berdasarkan dua pendapat di atas, dapat diketahui bahwa tujuan utama dari
pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu menyangkut
kompetensi komunikatif yang meliputi kompetensi gramatikal, wacana, sosiolinguistik,
10
dan strategis. Dalam pendekatan komunikatif bahasa tidak hanya dipandang sebagai
sebuah aturan, namun lebih luas, yaitu sebagai sarana untuk berkomunikasi. Dengan
demikian tujuan utama dari pendekatan komunikatif adalah menjadikan siswa mampu
atau memiliki kompetensi komunikatif.
11
Dalam pembelajaran ini, guru hanya berperan sebagai fasilitas proses
komunikasi, partisipasi tugas dan teks, penganalisis kebutuhan, konselor, dan manajer
proses belajar.
7. Peranan Siswa
Dalam pembelajaran ini, pembelajar (baca: siswa) berperan sebagai pemberi
dan penerima, negosiator, dan interaktor sehingga para siswa tidak hanya menguasai
bentukbentuk bahasa, tetapi juga bentuk dan maknanya dalam kaitannya dengan
konteks pemakaiannya.
8. Peranan Materi
Dalam pembelajaran ini, materi harus disusun dan disajikan dalam peranan
sebagai pendukung usaha meningkatkan kemahiran berbahasa dalam tindak
komunikasi nyata.
12
I. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Komunikatif
1. Kelebihan Pendekatan Komunikatif
a. Siswa termotivasi dalam belajar.
b. Siswa lancar berkomunikasi, dalam arti menguasai kompetensi gramatikal,
sosiolinguistik, wacana dan strategis.
c. Suasana kelas hidup tidak membosankan karena aktivitas komunikasi antar
pelajar dengan berbagai model interaksi dan tingkat kebebasan pelajar tinggi.
2. Kelemahan Pendekatan Komunikatif
a. Guru harus menguasai keterampilan komunikasi secara memadai dalam bahasa
Indonesia, serta wawasan yang cukup tentang kebudayaan penutur asli bahasa
Indonesia
b. Kemampuan membaca dalam keterampilan tingkat ambang tidak mendapat
perhatian yang cukup
c. Loncatan langsung pada keterampilan komunikasi dapat menyulitkan siswa pada
tingkat permulaan.
13
tidak setuju dengan rote learning ‘belajar dengan menghafal’. Dewey menerapkan
prinsip-prinsip learning by doing, yaitu siswa perlu terlibat dalam proses belajar secara
spontan dan terlibat secara aktif dalam proses belajar-mengajar.
Dalam pendekatan komunikatif, ada beberapa metode yang dapat diterapkan, yaitu
metode simulasi (The Simulation Method), dan metode kaji pengalaman (The Inquiry
Method) (Pateda, dalam Syafyahya:2010). Rumusan yang hampir sama dinyatakan oleh
Slavin (dalam Syafyahya:2010) metode-metode belajar aktif terdiri atas: metode Students
Teams Achievement Division (STAD), metode Team Games Tournament (TGT). Berikut
ini penjelasan lebih lanjut.
1. Metode Simulasi (The Simulation Method)
Metode simulasi diterapkan dengan aturan sebagai berikut.
a. Siswa dibagi atas beberapa kelompok kecil. Setiap kelompok paling banyak
empat orang.
b. Guru menyediakan topik-topik pembicaraan yang akan dibahas oleh setiap
kelompok.
c. Guru berkeliling mengawasi kelompok dan sekali-kali melakukan tilang bahasa.
d. Kesalahan umum dibicarakan secara umum.
e. Diusahan agar anggota kelompok berani mengemukakan pendapat.
f. Guru mencatat kesalahan yang selalu muncul.
g. Kesalahan ini dapat dimunculkan dalam evaluasi.
h. Untuk memperbaiki kesalahan, sebaiknya, siswalah yang memperbaikinya.
2. Metode Kaji Pengalaman (The Inquiry Method)
Metode kaji pengalaman diterapkan dengan aturan sebagai berikut.
a. Siswa diundang ke depan kelas.
b. Siswa diminta mengemukakan pendapatnya mengenai topik yang telah
disediakan.
c. Guru memberanikan siswa agar ia dapat mengemukakan pendapat.
d. Guru dapat memperbaiki kesalahan penggunaan bahasa yang dilakukan siswa.
e. Para siswa mencatat kesalahan dan perbaikan yang dibahas bersama-sama.
f. Kesalahan yang selalu muncul dapat dijadikan bahan evaluasi.
3. Metode STAD (Students Teams Achievement Division)
14
Metode STAD diterapkan dengan aturan sebagai berikut.
a. Penyajian guru
b. Diskusi kelompok siswa
c. Tes atau kuis atau silang tanya antarkelompok
d. Penguatan dari guru
4. Metode TGT (Team Games Tournament) Metode TGT diterapkan dengan aturan
sebagai berikut.
a. Identifikasi masalah
b. Pembahasan masalah dalam kelompok
c. Presentasi hasil bahasan kelompok atau turnamen
d. Penguatan oleh guru
Berikut ini akan dipaparkan mengenai pendekatan komunikatif dan metode yang
cocok untuk keempat aspek berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan
menulis.
1. Mendengarkan
Pada aspek mendengarkan, guru dapat menggunakan pendekatan komunikatif
dengan metode Kaji Pengalaman (The Inquiry Method). Hal ini dapat kita praktikkan
di kelas VII pada Standar Kompetensi ke-9 dengan Kompetensi Dasar (KD)
menyimpulkan pikiran, pendapat, dan gagasan seorang tokoh yang disampaikan
dalam wawancara. Kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan mengundang
siswa ke depan kelas untuk menyampaikan pikiran dan pendapat mengenai tokoh
yang telah diwawancarai. Selanjutnya, jika terjadi kesalahan berbahasa baik fonologi,
morfologi, dan sintaksis, guru memberikan arahan, dan selanjutnya siswa sendiri
yang mengulang dan memperbaiki kesalahan berbahasa yang telah dilakukan.
2. Berbicara
Pada aspek berbicara, guru dapat menggunakan pendekatan komunikatif dengan
metode Simulasi (The Simulation Method). Hal ini dapat kita praktikkan di kelas VIII
semester 2, pada SK 10, yaitu mengemukakan pikiran, perasaan, dan informasi
melalui kegiataana diskusi dan protokoler dengan KD 10.1, yaitu menyampaikan
persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi disertai dengan bukti
atau alasan. Pembelajaran diawali dengan guru membagi siswa ke dalam beberapa
15
kelompok. Selanjutnya, guru menentukan sebuah topik yang akan didiskusikan oleh
siswa. Kemudian, guru memperhatikan jalannya diskusi dan mengarahkan siswa
berbahasa yang baik dan benar. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan evaluasi yang
dilakukan oleh guru.
3. Membaca
Pada aspek membaca, guru dapat menggunakan pendekatan komunikatif
dengan metode Kaji Pengalaman (The Inquiry Method). Hal ini dapat kita praktikkan
di kelas VIII semester dua pada SK ke-11 (memahami ragam wacana tulis dengan
membaca ekstensif dan membaca nyaring) dengan KD 11.3. membacakan teks berita
dengan intonasi yang tepat serta artikulasi dan volume suara yang jelas. Kegiatan
pembelajaran dapat dilakukan dengan mengundang siswa ke depan kelas untuk
membacakan teks berita. Selanjutnya, jika terjadi kesalahan berbahasa baik fonologi,
morfologi, dan sintaksis, guru memberikan arahan, dan selanjutnya siswa sendiri
yang mengulang dan memperbaiki kesalahan berbahasa yang telah dilakukan.
4. Menulis
Pada aspek menulis, guru dapat menggunakan pendekatan komunikatif dengan
metode Kaji Pengalaman (The Inquiry Method). Hal ini dapat kita praktikkan di kelas
VIII pada SK ke-12 (mengungkapkan informasi dalam bentuk rangkuman, teks berita,
slogan atau poster) dengan KD 12.2. menulis teks berita secarta singkat, padat, dan
jelas. Kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan menugaskan siswa menulis
sebuah berita. Selanjutnya, jika terjadi kesalahan berbahasa baik fonologi, morfologi,
dan sintaksis dalam tulisan siswa, guru memberikan arahan, dan selanjutnya siswa
sendiri yang mengulang dan memperbaiki kesalahan berbahasa yang telah dilakukan.
Hal ini didasarkan pada aspek menulis juga menggunakan bahasa yang komunikatif
dan lebih memperhatikan PUEBI.
16
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan paparan materi di atas dapat disimpulkan bahwa sejarah lahirnya
pendekatan komunikatif adalah pada tahun 1960-an tradisi pembelajaran bahasa di
Inggris mengalami perubahan cukup mendasar, dimana hal ini dipicu oleh asumsi baru
tentang hakikat pembelajaran bahasa yang secara mendasar mengikuti asumsi-asumsi
baru. Hal inilah yang mendorong munculnya pembelajaran bahasa komunikatif. Dalam
pandangan Harmer pendekatan komunikatif ialah pendekatan yang tidak hanya berfokus
pada penguasaan tata bahasa, tetapi lebih mementingkan pada penyampaian gagasan
yang diekspresikan melalui bahasa dan fungsi bahasa komunikatif apa yang dilakukan
orang dengan memakai bahasa. Pada hakikatnya pendekatan komunikatif berorientasi
pada Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Karakteristik pendekatan komunikatif
ditinjau dari segi siswa, proses pembelajaran, dan tujuan pembelajaran. Tujuan
pembelajaran dengan pendekatan komunikatif adalah mengembangkan kompetensi
komunikatif. Pendekatan komunikatif berorientasi pada proses belajar mengajar bahasa
berdasarkan tugas dan fungsi berkomunikasi.
B. Saran
Harapan kami kepada para pembaca makalah yang telah kami susun dari berbagai
sumber semoga dapat dimengerti yaitu mengenai “Pendekatan Komunikatif”. Dan
makalah yang telah kami susun dari berbagai sumber ini masih jauh dari kata sempurna,
untuk itu kami meminta saran dan kritik yang bersifat membangun.
17
DAFTAR PUSTAKA
Krissandi, Apri Damai Sagita, B. Widharyanto, dan Rishe Purnama Dewi. (2018). Pembelajaran
Bahasa Indonesia untuk SD (Pendekatan dan Teknis). Jakarta: Penerbit Media
Maxima.
18