Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

KONSEP DAN JENIS PENDEKATAN, STRATEGI, MODEL, METODE, DAN TEKNIK


DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK

Dosen Pengampu:

Dra. Elfia Sukma, M.Pd., Ph.D

Yesni Yenti, M.Pd

OLEH

KELOMPOK 2:

AMELIA WARDANA HASIBUAN : 22129009

AMERITA MARGARET : 22129010

FEBRI ALFENDI : 22129283

FEBRI ANUGRAH HERMANDA : 22129284

FEBRINA YULIA SYAFITRI : 22129035

DEPARTEMEN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata
kuliah Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga penyusun.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Elfia Sukma, M.Pd., Ph.D dan Ibu Yesni
Yenti, M.Pd selaku dosen mata kuliah Pembelajaran Bahasa Indonesia SD yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami pelajari. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 04 April 2024

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

A. Latar Belakang .................................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 1
C. Tujuan Masalah ................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 3

A. Hakikat Pembelajaran Menyimak .................................................................... 3


B. Jenis Pendekatan, Strategi, Model, Metode, dan Teknik dalam Pembelajaran
Menyimak .......................................................................................................... 5
C. Metode Pembelajaran Hypnoteaching.............................................................. 17
D. Metode Pembelajaran Menyimak ..................................................................... 23

BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 26

A. Kesimpulan ........................................................................................................ 26
B. Saran .................................................................................................................. 26

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 27

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemampuan menyimak merupakan aspek penting dalam perkembangan bahasa.
Kemampuan tersebut berkaitan dengan aspek perkembangan bahasa yang melibatkan
fungsi auditori (mendengar) dan proses mental dalam otak yang melakukan kegiatan
menyimpan, memahami, mengolah, dan menafsirkan berbagai hal yang didengar. Hal ini
menunjukan bahwa kemampuan menyimak merupakan proses mental yang kompleks
yang terjadi pada individu, termaksud anak usia dini. Sebagai bagian aspek
perkembangan bahasa pada anak usia dini, kemampuan menyimak seharusnya menjadi
sasaran dalam kegiatan pendidikan, baik dalam keluarga, lembaga formal, maupun
masyarakat.
Kemampuan menyimak dapat mengembangkan kemampuan lainya seperti
berbicara, membaca, dan menulis. Kemampuan menyimak dapat dimanfaatkan anak
untuk berbagai aspek kehidupan termaksud dalam kegiatan belajar di sekolah. Saat
kegiatan pembelajaran, dalam berinteraksi dengan guru, teman dan menangkap pelajaran,
anak membutuhkan kemampuan menyimak. Selain itu, pengetahuan yang diserap melalui
menyimak dapat tersimpan pada otak manusia dalam memori jangka panjang.
Kemampuan menyimak yang dimiliki seorang anak juga dapat membantu guru dalam
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan hakikat pembelajaran menyimak?
2. Apakah yang dimaksud dengan jenis pendekatan, strategi, model, metode, dan teknik
dalam pembelajaran menyimak?
3. Apakah yang dimaksud dengan metode pembelajaran hypnoteaching?
4. Apakah yang dimaksud dengan metode pembelajaran menyimak?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan hakikat pembelajaran menyimak.

1
2. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan jenis pendekatan, strategi, model,
metode, dan teknik dalam pembelajaran menyimak.
3. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan metode pembelajaran
hypnoteaching.
4. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan metode pembelajaran menyimak.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Pembelajaran Menyimak


Keterampilan menyimak sangat berperan dalam kehidupan manusia di lingkungan
masyarakat. Peran penting penguasaan keterampilan menyimak sangat tampak di
lingkungan sekolah. Siswa mempergunakan sebagaian besar waktunya untuk menyimak
pelajaran yang disampaikan oleh guru. Keberhasilan dalam memahami serta menguasai
pelajaran diawali oleh kemampuan menyimak yang baik. Kemampuan seseorang dalam
menyimak dapat dilihat dari latar belakangnya. Latar belakang masing-masing orang
mempunyai perbedaan, baik psikologis, sosiologis, maupun pendidikannya.
Menurut Rahminah (2005), menyimak dapat diartikan sebagai koordinasi berbagai
komponen-komponen keterampilan baik keterampilan mempersepsi, menganalisis,
mampu menyintensis. Apabila seseorang dalam menyimak mampu mengintegrasikan
komponen-komponen tersebut maka dapat dikatakan berhasil dalam kegiatan menyimak.
Subyantoro dan Hartono (2003: 1-2) menyatakan bahwa mendengar adalah peristiwa
tertangkapnya rangsangan bunyi oleh panca indra pendengar yang terjadi pada waktu kita
dalam keadaan sadar akan adanya rangsangan tersebut, sedangkan mendengarkan adalah
kegiatan mendengar yang dilakukan dengan sengaja penuh perhatian terhadap apa yang
didengar, sementara itu menyimak intensitas perhatiannya terhadap apa yang disimak.
Tarigan (1994: 28) menyatakan bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan
mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi,
serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta
memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui
ujaran atau bahasa lisan. Anderson (dalam Tarigan, 1994: 28) menyatakan bahwa
menyimak adalah proses besar mendengarkan, mengenal, serta menginterpretasikan
lambang-lambang lisan. Namun, menyimak menurut Akhadiat (dalam Sutari, dkk. 1998:
19) adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa,
mengidentifikasi, menginterpretasikan, dan mereaksi atas makna yang terkandung di
dalamnya.

3
Semi (dalam Duiqchoey 2009) Menyimak merupakan salah satu aspek
keterampilan berbahasa yang bersifat represif. Menyimak yaitu mendengarkan baik-baik
apa yang diucapkan atau dibaca orang. Menyimak adalah suatu proses yang mencakup
kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterprestasi, menilai dan
mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya. Menyimak melibatkan pendengaran,
penglihatan, penghayatan, ingatan, pengertian. Bahkan situasi yang menyertai bunyi
bahasa yang dsimak pun harus diperhitungkan dalam menentukan maknanya (Zuhayya,
2010). Menyimak adalah proses memahami ucapan dalam bahasa asal atau bahasa kedua
(Helgesen and Brown 2007: 32). Selanjutnya Howatt dan Dakin seperti dikutip oleh
Saricoban (2006) menyatakan bahwa menyimak adalah kemampuan untuk mengenali dan
memahami apa yang orang lain katakan. Nunan (2005: 3) menyatakan bahwa menyimak
adalah proses aktif dan berarti dalam memaknai apa yang kita dengar. Menurut Rubin
(1995: 7) menyimak diartikan sebagai sebuah proses aktif para pendengar memilih dan
menafsirkan informasi yang berasal dari keterangan audio dan visual untuk memahami
apa yang sedang terjadi dan apa yang sedang diungkapkan oleh pembicara.
Menurut Rost (2002: 279) menyimak ialah proses mental dalam menafsirkan
makna dari input lisan. Richard and Schmidt (2002: 313) menyatakan bahwa menyimak
pemahaman adalah proses memahami ucapan dalam bahasa asal atau bahasa kedua. Studi
dari pemahaman menyimak dalam pembelajaran bahasa kedua memusatkan pada peran
dari masing-masing unit kebahasaan (contohnya fonem, kata, struktur bahasa) dan juga
peran dari pendengar harapan situasi dan konteks, pengetahuan dasar dan topik. Berbeda
dengan pendapat Nurhadi (1995: 339) yang membagi pengertian menyimak menjadi dua
yaitu pertama menyimak dalam arti sempit mengacu pada proses mental pendengar yang
menerima bunyi yang dirangsangkan oleh pembicara dan kemudian menyusun penafsiran
apa yang disimaknya, kedua menyimak dalam arti luas mengacu pada proses bahwa si
penyimak tidak hanya mengerti dan membuat penafsiran tentang apa yang disimaknya,
tetapi lebih dari itu ia berusaha melakukan apa yang diinformasikan oleh materi yang
disimaknya.
Menyimak mempunyai arti yang sama dengan mendengarkan. Menyimak dapat
pula bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi
(Russel & Russel; Anderson dalam Tarigan, 1994: 28). Mendengarkan menurut

4
Subyantoro dan Hartono (2003: 1-2) adalah kegiatan mendengar yang dilakukan dengan
sengaja, penuh perhatian terhadap apa yang didengar. Dalam hal ini rangsangan bunyi
yang dimaksud untuk didengar adalah bunyi-bunyi bahasa yang diucapkan diucapkan
oleh seseorang dalam suatu peristiwa komunitas. Berdasarkan pendapat para ahli di atas
dapat disimpulkan menyimak adalah kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan
dilakukan dengan sengaja, penuh perhatian disertai pemahaman, apresiasi dan
interprestasi untuk memperoleh pesan, informasi, memahami makna komunikasi, dan
merespon yang terkandung dalam lambang lisan yang disimak. Menyimak juga
merupakan kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dilakukan dengan sengaja,
penuh perhatian disertai pemahaman, apresiasi dan interprestasi untuk memperoleh
pesan, informasi, memahami makna komunikasi, dan merespon yang terkandung dalam
tuturan lisan.

B. Jenis Pendekatan, Strategi, Model, Metode, dan Teknik dalam Pembelajaran


Menyimak
1. Jenis Pendekatan dalam Pembelajaran Menyimak
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatar belakangi metode pembelajaran dengan
cakupan teoretis tertentu.
a. Pendekatan komunikatif
Pendekatan komunikatif mengarahkan pengajaran bahasa pada tujuan
pengajaran yang mementingkan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi (Syafi’ie,
1993: 17, Hymes dalam Brumfit, 1987: 2, dan Djiwandono, 1996: 13).
Pendekatan komunikatif memfokuskan pada keterampilan siswa
mengimplementasikan fungsi bahasa (untuk berkomunikasi) dalam pembelajaran.
b. Pendekatan Integratif
Pembelajaran bahasa harus dilakukan secara utuh. Para siswa dituntut untuk
terampil berbahasa, yaitu terampil menyimak, membaca, berbicara, dan menulis.

5
Keempat keterampilan berbahasa tersebut harus dilakukan secara terpadu dalam
satu proses pembelajaran dengan fokus satu keterampilan.
c. Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif
Pendekatan cara belajar siswa aktif diartikan sebagai kegiatan belajar
mengajar yang melibatkan siswa. Artinya, siswa secara aktif terlibat dalam proses
pengajaran.
d. Pendekatan Belajar Kooperatif
Belajar kooperatif merupakan suatu metode yang mengelompokkan siswa
ke dalam kelompok-kelompok kecil. Siswa bekerja sama dan saling membantu
dalam menyelesaikan tugas.
e. Pendekatan Tujuan
Pendekatan tujuan ini dilandasi oleh pemikiran bahwa dalam setiap kegiatan
belajar mengajar, yang harus dipikirkan dan ditetapkan terlebih dahulu ialah
tujuan yang hendak dicapai. Dengan memperhatikan tujuan yang telah ditetapkan
itu dapat ditentukan metode mana yang akan digunakan dan teknik pengajaran
yang bagaimana yang diterapkan agar tujuan pembelajaran tersebut dapat dicapai.
f. Pendekatan Struktural
Pendekatan struktural merupakan salah satu pendekatan dalam
pembelajaran bahasa, yang dilandasi oleh asumsi yang menganggap bahasa
sebagai seperangkat kaidah. Atas dasar anggapan tersebut timbul pemikiran
bahwa pembelajaran bahasa harus diutamakan penguasaan kaidah-kaidah bahasa
atau tata bahasa. Dalam hal ini pengetahuan tentang pola-pola kalimat, pola kata,
dan suku kata menjadi sangat penting, jelas, bahwa aspek kognitif bahasa
diutamakan. Dengan pendekatan struktural siswa akan menjadi cermat dalam
menyusun kalimat, karena mereka memahami kaidah-kaidahnya.
g. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning/ CTL)
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pendekatan ini

6
mempunyai konsep, guru menggunakan objek di sekitar siswa sebagai media
pembelajaran di kelas.

2. Jenis Strategi dalam Pembelajaran Menyimak


Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran
adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan pendidik dan peserta didik
agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Kegiatan ini
dilakukan dengan cara-cara tertentu yang digunakan secara sistematis & prosedural
dalam kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar.
Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008)
menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan,
artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-
keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.
a. Menyimak dalam Pengajaran Bahasa : David Nunan
1) Proses mendengar dasar
Untuk dapat melakukan kegiatan menyimak dengan benar, maka
diperlukan proses mendengar yang baik terlebih dahulu. Karena, tanpa
mendengar yang baik pada proses pembelajaran, materi yang mudah sekalipun
akan sulit untuk dipahami.
2) Menyimak dalam praktik
Dapat dilakukan dengan cara memberikan sebuah video misalnya, lalu
siswa diminta untuk menyimak video tersebut dan menjelaskan isi dari video
yang disimaknya.
b. Hasil Pembelajaran Listening: John Field
Ada tiga tahapan dalam strategi menyimak menurut John Field yaitu:
1) Pre-listening, yaitu mengajarkan terlebih dahulu kosa kata yang terdapat
dalam pembahasan yang ingin disampaikan.
2) Listening, yaitu proses mendengarkan atau menyimak yang diikuti dengan
pertanyaan seputar pokok bahasan yang belum dipahami.
3) Post-listening, yaitu menganalisis kembali bahasan, serta menyimpulkannya
dengan bahasa dan pemahaman sendiri.

7
3. Jenis Model dalam Pembelajaran Menyimak
Model pembelajaran menurut Dewey dalam Suyanto adalah suatu rencana atau
pola yang dapat kita gunakan untuk merancang tatap muka di kelas atau pembelajaran
tambahan di luar kelas dan untuk menyusun materi pembelajaran. Dari pengertian
tersebut dapat dipahami bahwa (1) model pembelajaran merupakan kerangka dasar
pembelajaran yang dapat diisi oleh beragam muatan mata pelajaran, sesuai dengan
karakteristik kerangka dasarnya; (2) model pembelajaran dapat muncul dalam
beragam bentuk dan variasinya sesuai dengan landasan filosofis dan pedagogis yang
melatarbelakanginya.
a. Student Teams-Achievment Divisions (STAD)
Menurut pendapat slavin Pembelajaran STAD merupakan model
pembelajaran tipe kooperatif, guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok
yang terdiri dari 4-5 orang yang terdiri dari laki-laki maupun perempuan, yang
memiliki kemampuan berbeda-beda (Esminarto:2016). Pendapat dari Trianto
pembelajaran STAD ialah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif dengan
menggunakan kelompok kecil dengan jumlah anggota setiap kelompok 4-5
peserta didik yang terdiri atas berbagai unsur yang berbeda sifat serta berlainan
jenis (Rakhmawan:2014). Langkah-langkanya, yaitu:
1) Membentuk kelompok yang anggotanya terdiri dari 4 orang secara heterogen
(campuran menurut prestasi, jenis kelamin)
2) Guru menyajikan pelajaran
3) Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota
kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota
lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
4) Guru memberikan kuis/ pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab
tidak boleh saling membantu
5) Memberi evaluasi
6) Kesimpulan
b. Problem Based introduction (Pembelajaran berdasarkan Masalah)
Problem Based Introduction (PBI) adalah model pembelajaran berdasarkan
permasalahan yang menitikberatkan pada aktivitas dan kreativitas siswa untuk

8
mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah, keterampilan
intelektual yang sudah dimilikinya ketingkat yang lebih tinggi dalam memproses
perolehan belajarnya (Wasis, dkk,2002; 24). Model pengajaran ini sangat efektif
untuk mengajarkan proses–proses berfikir tingkat tinggi, membantu siswa
memproses informasi yang sudah dimilikinya dan membantu siswa membangun
sendiri pengetahuan tentang dunia sosial dan fisik di sekitarnya. Langkah-
langkahnya, yaitu:
1) Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana
atau alat pendukung yang dibutuhkan. Memotivasi siswa untuk terlibat
aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
2) Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar
yang berhubungan dengan masalah tersebut..(menetapkan topik, tugas,
jadwal)
3) Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
4) Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai
seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
5) Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
c. Demonstration
Pengertian demonstrasi menurut Syah (2000:208) adalah mengajar dengan
cara memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan kegiatan, baik
secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan
dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Demonstrasi adalah
pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada
penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami
oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya (Syaiful Bahri dan Aswan Zain,
2008:210). Jadi demonstrasi merupakan praktek yang diperagakan oleh guru atau
pemandu kepada siswa. Langkah-langkahnya, yaitu:
1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2) Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan

9
3) Menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan
4) Menunjuk salah seorang siswa untuk mendemonstrasikan sesuai skenario
yang telah disiapkan
5) Seluruh siswa memperhatikan demonstrasi dan menganalisanya f. Tiap siswa
mengemukakan hasil analisanya dan juga pengalaman siswa
didemonstrasikan.
6) Guru membuat kesimpulan
d. Word Square
Pada pembelajaran word square, siswa belajar untuk memadukan
kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokkan jawaban,
mirip sekali seperti teka teki silang. Bedanya jawaban sudah ada namun
disamarkan dengan menambah kotak tambahan dengan sembarang huruf atau
anglka penyamar atau pengecoh. Langkah-langkahnya, yaitu:
1) Guru menyampaikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai
2) Guru membagi lembaran kegiatan sesuai contoh
3) Siswa menjawab soal (mengisi kotak-kotak tersebut dengan huruf-huruf
sesuai pertanyaan)
4) Berikan poin setiap jawaban dalam kotak.
e. Complete Sentence
Model pembelajaran Complete Sentence adalah Model pembelajaran yang
mudah dan sederhana yang dapat digunakan untuk memperbaiki pembelajaran
didalam kelas. Model Complete Sentence merupakan pembelajaran yang
menggunakan media blangko isian berupa paragraf yang kalimatnya belum
lengkap. Dapat diambil kesimpulan bahwa model Complete Sentence merupakan
model pembelajaran melengkapi kalimat yang belum lengkap menggunakan
panduan pada kata kunci yang telah tersedia. Langkah-langkahnya, yaitu:
Langkah–langkah:
1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2) Guru menyampaikan materi secukupnya atau siswa disuruh membacakan
buku atau model dengan waktu secukupnya
3) Guru membentuk kelompok 2 atau 4 orang secara heterogen

10
4) Guru membagikan lembar kerja berupa pargraf yang kalimatnya belum
lengkap
5) Siswa berdiskusi untuk melengkapi kalimat dengan kunci jawaban yang
tersedia.
6) Siswa berdiskusi secara kelompok
7) Setelah jawaban didiskusikan,jawaban yangsalah diperbaiki. Tiap peserta
membaca sampai mengerti
8) Kesimpulan
f. Artikulasi
Artikulasi adalah model pembelajaran yang menekankan pada konsep siswa
aktif. Siswa dibagi kedalam kelompok kecil berpasangan, satu siswa bertugas
mewawancarai siswa lain mengenai materi yang disampaikan oleh guru, hal ini
dilakukan bergantian. Kemudian tiap kelompok menyampaikan hasil kegiatan
kelompok kepada kelompok yang lain. Sedangkan menurut Huda, (2013) “bahwa
pembelajaran artikulasi merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa
aktif dalam pembelajaran. Pada pembelajaran ini, siswa dibagi ke dalam
kelompok kelompok kecil yang masing-masing anggotanya bertugas
mewawancarai teman kelompoknya tentang materi yang baru dibahas”. Skill
pemahaman sangat diperlukan dalam model pembelajaran ini. Langkah-
langkahnya, yaitu:
1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2) Guru menyajikn materi sebagaimana biasa
3) Untuk mengetahui daya serap siswa,dibentuk kelompok berpasangan dua
4) Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru
diterima dari guru dan pasangannyamendengar sambil membuat catatan kecil
kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.
5) Menugaskan siswa secara bergiliran/ diacak menyampaikan hasil wawancara
dengan teman pasangannya sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil
wawancaranya.
6) Guru mengulang/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami
siswa

11
7) Kesimpulan/penutup

4. Jenis Metode dalam Pembelajaran Menyimak


Metode secara harfiah berarti cara. Dalam pemaknaan yang umum, metode
diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan
tertentu. Kata “mengajar” sendiri berarti memberi pelajaran. Metode Pembelajaran
adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh
guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara individual ataupun secara
kelompok. Agar tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, seorang
guru harus mengetahui berbagai metode.
a. Metode Langsung
Metode pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk
mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan
deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi
selangkah. Di dalam metode langsung terdapat 5 fase yaitu demonstrasi,
pembimbingan,pengecekan, dan pelatihan.
b. Metode Komunikatif
Desain yang bermuatan metode komunikatif harus mencakup semua
keterampilan berbahasa. Metode komunikatif berarti bahwa pembelajaran
menyimak harus berorientasi pada fungsi utama bahasa, yaitu sebagai alat
komunikasi.
c. Metode Integratif
Integratif berarti menyatukan beberap aspek ke dalam satu proses. Integratif
terbagi menjadi interbidang studi dan antarbidang studi. Interbidang studi artinya
beberapa aspek dalam satu bidang studi diintegrasikan. Misalnya, menyimak
diintegrasikan dengan berbicara dan menulis.
d. Metode Tematik
Dalam metode tematik, semua komponen materi pembelajaran
diintegrasikan ke dalam tema yang sama dalam satu unit pertemuan. Yang perlu
dipahami adalah tema bukanlah tujuan tetapi alat yang digunakan untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Tema tersebut harus diolah dan disajikan secara

12
kontekstualitas, kontemporer, kongkret, dan konseptual. Tema yang telah
ditentukan harus diolah sesuai dengan perkembangan dan lingkungan siswa.
Semua siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan logika yang
dipunyainya. Siswa berangkat dari konsep ke analisis atau dari analisis ke konsep
kebahasaan, penggunaan, dan pemahaman.
e. Metode Konstruktivitas
Asumsi sentral metode konstruktivitas adalah belajar itu menemukan.
Artinya, meskipun guru menyampaikan sesuatu kepada siswa, mereka melakukan
proses mental atau kerja otak atas informasi itu agar informasi tersebut masuk ke
dalam pemahaman mereka. Metode konstruktivistik didasarkan pada teori belajar
kognitif yang menekankan pada pembelajaran kooperatif, pembelajaran generatif
strategi bertanya, inkuiri, atau menemukan dan keterampilan metakognitif lainnya
(belajar bagaimana seharusnya belajar).
f. Metode Kontekstual
Pembelajaran kontekstual adalah konsepsi pembelajaran yang membantu
guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan
pembelajaran yang memotivasi siswa agar menghubungkan pengetahuan dan
terapannya dengan kehidupan sehari-hari. Adapun metode ini dapat diterapkan
dalam salah satu pembelajaran menulis deskripsi. Siswa dapat belajar dalam
situasi dunia nyata.

5. Jenis Teknik dalam Pembelajaran Menyimak


Menurut Morris teknik adalah “the systemic procedure by which a complex or
scientific task is accomplished, or the degree of skill or command of fundamentals
exhibited in any performance”. (William Morris, 1976) Dapat dipahami bahwa teknik
merupakan prosedur yang sistematis sebagai petunjuk untuk melaksanakan tugas
pekerjaan yang komplek dan ilmiah, merupakan tingkat keterampilan atau perintah
untuk melakukan patokan-patokan dasar suatu penampilan. Kamus besar bahasa
Indonesia memberi batasan bahwa teknik adalah cara (kepandaian, dsb) membuat
sesuatu atau melakukan sesuatu yang berhubungan dengan seni. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa teknik adalah ketrampilan dan seni untuk melaksanakan

13
langkah-langkah yang sistematik dalam melakukan suatu kegiatan ilmiah yang lebih
luas dan komplek. Teknik pembelajaran adalah cara kongkret yang dipakai saat
proses pembelajaran berlangsung. Teknik pembelajaran juga dapat diatikan sebagai
cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara
spesifik. Beberapa teknik pembelajaran menyimak yang dapat diterapkan guru
adalah:
1) Dengar-ulang ucap
Pembelajaran menyimak dengan teknik ini dilakukan dengan
memperdengarkan model ucapan kepada siswa dan siswamenirukan
pengucapannya. Guru perlu mempersiapkan secara cermat model ucapan yang
akan diajarkan apakah berbentuk kata, kalimat yang sesuai dengan tingkat
kemampuan siswa. Walaupun teknik pembelajaran teknik ini bersifat mekanis,
jika diperlukan akan bermanfaat bagi siswa. Misalnya pelafalan fonem yang benar
sesuai lafal fonem bahasa Indonesia, terutama sebagai bekal dalam membaca
teknik.
2) Dengar-tulis
Teknik dengar-tulis juga disebut dengan dikte. Dikte ini menurut Burhan
Nurgiantoro (2010: 417) dapat juga berperan sebagai alat penilaian menulis di
samping sebagai teknik pembelajaran menyimak. Dalam pembelajaran, siswa
diminta untuk mendengarkan penggunaan bahasa kemudian diminta menuliskan
apa yang telah didengarkan. Terdapat empat tipe dikte yaitu (1) dikte penuh, (2)
dikte sebagian, (3) dikte dengan gangguan, dan (4) dikte komposisi. Pada dikte
penuhsiswa diminta untuk menuliskan semua ujaran yang diperdengarkan
kepadanya. Pada dikte sebagian siswa diminta untuk menuliskan katab yang dapat
melengkapi kalimat atau paragraph, atau wacana yang tidak diperdengarkan
secara penuh. Jika dalam wacana tulis disebut dengan wacana rumpang. Pada
wacana tulis teknik ini disebut dengan colze test. Siswa diminta mengisi kata ke-n
dari sebuah wacana yang disediakan, bias kata kelima, keenam atau yang lain.
Sedangkan dikte dengan gangguan dilakukan dengan memperdengarkan wacana
lisan diikuti dengan gangguan seperti penyimakan sebenarnya yang sering ada
gangguan darilingkungan. Siswa diminta untuk menuliskan semua ujaran yang

14
diperdengarkan. Di sisilain dikte komposisi meminta siswa untuk mendengarkan
seluruh wacana lisan yang panjang baik berupa cerita, uraian,
penjelasankemudian siswa menuliskan kembali dengan menggunakan kalimat
sendiri.
3) Dengar-kerjakan
Pembelajaran menyimak dengan teknik ini, siswa diminta mendengarkan
perintah berupa kalimat, petunjuk kemudian mengerjakan sesuai perintah atau
petunjuk. Misalnya petunjuk mengerjakan soal, petunjuk mengoperasikan tape
recorder.
4) Dengar-terka
Pembelajaran menyimak dengan teknik ini, siswa diminta mendengarkan
pendeskripsian sesuatu benda, objek, atau konsep kemudian siswa menerka objek
atau benda atau konsep yang dimaksud.
5) Menemukan benda/konsep
Penggunaan teknik ini dilakukan dengan cara guru mengumpulkan benda-
benda dalam suatu tempat tertentu. Guru mendeskripsikan benda yang dimaksud
kemudian siswa mengambil bendanya. Atau benda dapat diganti dengan nama
konsep tertentu dalam bidang tertentu juga. Guru mendefinisikan atau menyebut
cirri-ciri suatu konsep kemudian siswa mengambil tulisan tentang konsep
dimaksud. Misalnya guru menyebut cirri-ciri (1) kalimat yang subjeknya
melakukan pekerjaan, (2) predikatnya diikuti objek. Siswa mengambil sebuah
tulisan dari beberapa konsep yang tersedia yaitu kalimat aktif transitif.
6) Siman bilang
Teknik pembelajaran ini sering disebut dengan permainan bahasa yang
bertujuan untuk melatih kemampuan menyimak siswa. Pelaksanaan pembelajaran
dengan teknik ini mula-mula siswa dibagi dalam dua kelompok. Masing-masing
kelompok mempersiapkan delapan perintah yang harus diikuti oleh kelompok
lawan dengan kriteria tertentu. Misalnya perintah berupa aktivitas menggerakkan
anggota tubuh, terdiri atas 5-8 kata dalam sebuah kalimat, perintah merupakan
gerakan yang sopan. Setelah perintah disusun permainan dimulai dengan setiap
siswa dalam satu kelompok menjadi yuri untuk satu siswa pada kelompok lawan.

15
Jika gerakan benar skornya 1 dan jika salah skornya 0. Skor perolehan untuk satu
gerakan tergantung jumlah siswa, jika jumlah siswa dalam satu kelompok 10,
sedang yang melakukan gerakan benar untuk satu perintah 6 maka skornya 6.
Skor tersebut dijumlah sesuai jumlah perintahnya. Kelompok pemenang adalah
kelompok yang jumlah skornya terbanyak.
7) Bisik berantai
Teknik pembelajaran ini dilakukan dengan kelas dibagi dalam dua
kelompok. Setiap kelompok menyiapkan kalimat-kalimat yang akan dsibisikkan
oleh setiap anggota kelompok lawan. Kalimat yang dibuat harus memenuhi
criteria tertentu misalnya dalam sebuah kalimat terdapat diftong, suku kata
berpola kompleks, memiliki fungsi SPOK. Setelah kalimat selesai disusun
diberitahukan kepada guru untuk dilihat sudah memenuhi criteria tersebut atau
belum. Jika sudah memenuhi, permainan dimulai dengan setiap siswa pertama
membisikkan kalimat kepada siswa kedua, siswa kedua membisikkannya kepada
siswa ketiga dan seterusnya sampai siswa terakhir. Semua kalimat yang dibuat
dibisikkan dan siswa kedua sampai terakhir menuliskan kalimat yang didengarnya
pada kertas. Pemberian skor dilakukan pada setiap siswa dalam satu kelompok
dengan membandingkannya dengan kalimat yang dibisikkan oleh siswa pertama.
Jika satu kelompok 8 siswa, kalimat yang ditulis sesuai dengan yang dibisikkan
siswa pertama 5, berarti skornya 5.
8) Melanjutkankan cerita
Kelas dapat dibagi dalam kelompok atau juga tidak. Kelas membuat
kesepakatan tentang cerita yang akan disampaikan kepada teman oleh anggota
kelas secara estafet. Kesepakatan itu misalnya tentang tema. Kemudian guru
memanggil seorang siswa untuk memulai bercerita di depan kelas dan dilanjutkan
oleh siswa kedua, ketiga dan seterusnya sampai cerita berakhir.
9) Merangkum
Teknik ini dilaksanakan dengan cara siswa mendengarkan wacana lisan,
dapat berupa ceramah, kotbah, dialog, talk show setelah selesai membuat
rangkuman secara tertulis dari yang didengarkan.
10) Menjawab pertanyaan

16
Pembelajaran menyimak dengan teknik ini dilaksanakan dengan cara siswa
diminta untuk mendengarkan sebuah rekaman wacana, kemudian diminta untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan guru. Guru menunjuk siswa
yang diminta untuk menjawab pertanyaan tersebut. Perlu diingat bahwa
pertanyaan hendaknya bervariasi tentang kata tanya yang digunakan maupun
variasi jenis pertanyaannya pada domain kognitif, afektif, atau psikomotorik.
Jawaban pertanyaan siswa dapat tertulis dan dapat juga disampaikan secara lisan
secara bergantian.
11) Permainan telepon/bertelepon
Dengan teknik ini, siswa dituntut untuk mendengarkan pembicaraan dari
tempat lain dengan media telepon. Kemudian memberikan respon yang sesuai
dengan pembicaraan lewat telepon tersebut. Kegiatan ini dapat dilanjutkan dengan
menulskan/menyampaikan secara lisan tenang pembicaraan yang telah
dilakukannya.

C. Metode Pembelajaran Hypnoteaching


1. Pengertian Metode Pembelajaran Hypnoteaching
Hypnoteaching terbentuk dari dua kata, yakni hypnosis dan teaching. Hipnosis
yang artinya mensugesti dan teaching mempunyai makna mendidik. Maka dapat di
artikan bahwa hypnoteaching iyalah salah satu cara untuk menghipnosis atau
mensugesti peserta didik agar menjadi lebih baik dan prestasi meningkat.
Hypnoteaching merupakan salah satu metode pembelajaran yang lebih menekankan
pada pemberian sugesti kepada peserta didik saat proses pembelajaran berlangsung,
sehingga peserta didik memiliki rasa nyaman, senang dan tidak ada rasa kecemasan
atau keterpaksaan dalam mengikuti proses belajar mengajar sehingga dapat
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang aktif, sehingga peserta
didik dapat meningkatkan potensi yang dimiliki.
Menurut Novian Triwidia Jaya hypnoteching merupakan perpaduan antara
pengajaran yang melibatkan pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Metode
pembelajaran hypnoteching merupakan metode pembelajaran yang unik, kreatif, dan
imajinatif. Sedangkan Muhammad Noer berpendapat bahwa dalam metode

17
hypnoteaching guru bertindak sebagai penghipnotis, sedangkan peserta didik
berperan sebagai suyet atau sebagai orang yang dihipnotis. Maksut dari hal tersebut
bukan berarti guru harus menidurkan peserta didik cukup dengan menggunakan
bahasa yang persuasive sebagai alat komunikasi yang sesuai dan yang diharapkan
oleh peserta didik. Hypnoteaching merupakan metode pembelajaran yang lebih
menekankan pada pemberian sugesti peserta didik saat proses belajar mengajar,
sehingga peserta didik memiliki motivasi belajar. Pembelajaran yang difokuskan
pemberian motivasi pada peserta didik akan mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran yang aktif, sehingga peserta didik dapat mengembangkan potensi yang
dimiliki.
2. Karakteristik Hypnoteaching
Hypnoteaching memiliki empat karakteristik yaitu:
a. Yelling atau berteriak, untuk mengembalikan konsentrasi siswa pada materi
pelajaran dengan meneriakkan sesuatu bersama-sama;
b. Jam emosi,yang terdiri atas jam tenang, jam diskusi, jam lepas, dan jam tombol,
untuk mengatur dan mengendalikan emosi siswa;
c. Ajarkan dan puji, mengajarkan kembali materi pelajaran kepada teman lainnya
dan memberikan pujian atas penjelasannya;
d. Pertanyaan ajaib, pertanyaan khusus yang bisa membangun proses pembelajaran,
memberikan solusi, meningkatkan potensi, dan mengarahkan siswa.
3. Langkah-Langkah Hypnoteaching
Terdapat satu hal penting dalam pelaksanaan langkah-langkah dasar
hypnoteaching yaitu melakukan sesuatu yang diyakini akan dapat mengembangkan
kualitas diri. Termasuk di dalamnya yaitu mengabaikan suara-suara dan perasaan-
perasaan yang menghambat untuk maju. Berikut ini adalah langkah-langkah dasar
hypnoteaching yang wajib dilakukan agar dapat menguasai jurus menjadi guru yang
setara dengan motivator dunia. Langkah-langkah tersebut adalah:
a. Niat dan motifasi diri
Niat merupakan salah satu kesusksesan dalam seseorang untuk meraih apa
yang diinginkannya. Niat dan tekat yang kuat akan menumbuhkan motivasi dan
komitmen yang tinggi pada bidang yang tengah ditekuni.

18
b. Pacing
Pacing memiliki makna menyelaraskan gerak tubuh, posisi, bahasa, serta
gelombang otak dengan orang lain. Dalam hal ini orang lain yang dimaksut iyalah
peserta didik. Prinsip pada langkah ini adalah manusia lebih condong atau lebih
suka berinteraksi dan berkumpul denganmsejenisnya setiap orang akan merasa
nyaman dan senang untuk berkumpul dengan orang lain yang mempunyai
kesamaan dengannya. Adapun cara-cara melakukan pecing kepada peserta didik
sebagai berikut:
1) Pertama guru harus membayangkan seolah olah berusia sama dengan peserta
didik.
2) Menggunakan tutur kata yang baik yang sering digunakan oleh para peserta
didik pada kehidupan sehari hari. Bahkan jika perlu guru menggunakan
bahasa gaul, yang engah marak dikalangaan peserta didik.
3) Melakukan gerakan-gerakan dan mimik wajah yang sesui dengan tema bahasa
baru.
4) Mengaitkan materi pelajaran yang sedang dibahas dengan pembahasan yang
sedang marak dibahas oleh peserta didik.
Melalui usaha-usaha diatas, tanpa sadar gelombang pikiran guru akan sama
dengan para peserta didik. Hal ini akan membuat peserta didik menjadi merasa
nyaman untuk berinteraksi dengan guru.
c. Leading
Leading memiliki arti membimbing atau mengarahkan. Setelah pendidik
melakukan pacing peserta didik akan merasa nyaman dengan suasana
pembelajaran yang berlangsung. Ketika itulah hampir setiap apapun yang
diucapkan oleh guru atau ditugaskan kepada peserta didik, peserta didik akan
mengerjakannya dengan senang hati dan ikhlas. Meskipun materi yang dihadapi
sulit, pikiran bawah sadar peserta didik akan menangkap materi pelajaran yang
disampaikan guru menjadi hal yang mudah. Dengan demikian, melalui penerapan
hyponteaching diharapkan peserta didik akan bisa meraih prestasi belajar yang
memuaskan.
d. Menggunakan bahasa-bahasa yang positif

19
Langkah ini merupakan pendukung dalam melakukan pacing dan leading.
Menggunakan bahasa-bahasa yang positip ini sesuai dengan kerja alam bawah
sadar kita bawasanya tidak menerima bahasa-bahasa yang negatip. Kata kata yang
langsung ataupun tidak langsung sangat mempengaruhi kondisi pesikis anak.
Kata-kata positip yang dilontarkan seorang guru membuat adak lebih percaya diri
dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru. Bahasa-bahasa positip ini
bisa berupa himbauan ataupun ajakan. Maka dari itu jika ada hal-hal yang tidak
boleh dilakukan oleh peserta didik, pendidik hendaknya menggunakan bahasa-
bahasa yang positif. Misalnya ketika suasana kelas sedang ramai dan gaduh, guru
jangan mengatakan ‘jangan ramai‘ tetapi diganti dengan mengatakan ‘mohon
tenang‘.
e. Memberikan pujian
Salah satu hal yang penting yang harus diingat oleh guru adalah adanya
reward and punishment dalam proses pembelajaran. Pujian adalah salah satu
reward peningkatan harga diri peserta didik. Kalimat pujian merupakan salah satu
cara untuk membentuk konsep diri seseorang, sedangkan punishment peringatan
atau hukuman yang diberikan guru kepada peserta didik yang melakukan suatu
tindakan tidak sopan atau kurang sesuai. Tentunya dengan hati-hati dalam
memberikan punishment kepada peserta didik jangan sampai peserta didik merasa
direndahkan dan tidak bersemangaat lagi dalam belajar. Pemberian reward dan
punishment sangat berpengaruh terhadap peserta didik. Lewat reward peserta
didik merasa terdorong untuk meningkatkan prestasinya. Berlawana dengan
punishment akan membuat peserta didik menghindari perilaku-perilaku yang
kurang baik dan tidak sesuai dengan norma.
f. Modeling
Modeling merupakan proses pemberian teladan atau contoh melalui ucapan
dan perilaku yang konsisten. Hal ini merupakan sesuatu yang sangat penting dan
menjadi salah satu kunci berhasil atau tidaknya hypnoteaching. Setelah peserta
didik merasa nyaman dengan guru dan suasana pembelajaran, diperlukan pula
kepercayaan peserta didik pada guru yang dimantabkan melalui perilaku dan

20
ucapan yang konsisten dari guru. Hal ini akan membuat guru menjadi sosok yang
bisa dipercaya di mata peserta didik.
g. Untuk mendukung serta memaksimalkan sebuah pembelajaran hypnoteaching,
sebaiknya guru juga menguasai materi pelajaran secara komprehensif. Hal ini
dapat dilakukan dengan melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses
pembelajaran. Lain dari pada itu, guru harus mengupayakan untuk melakukan
interaksi informal dengan peserta didik. Dengan demikian guru bisa memberikan
peserta didik kewenangan dan tanggung jawab atas belajarnya. Guru memberikan
pemahaman kepada peserta didik bahwa cara manusia belajar itu berbeda satu
sama lain. Guru juga memberikan motivasi kepada peserta didik bahwa mereka
mampu dalam menguasai materi pelajran. Ketika proses belajar berlangsung guru
hendaknya sebisa mungkin menyampaikan materi secara kontekstual, memberi
kesempatan peserta didik untuk melakukan sesuatu secara kolaborasi, memberi
umpan balik secara langsung kepada peserta didik.
4. Manfaat Hypnoteaching
Ketika seorang guru akan menerapkan metode hypnoteaching terlebih dahulu
guru harus memiliki niat dan komitmen yang kuat untuk meraih kesusksesan dalam
proses belajar mengajar. Seorang guru tidak hanya sekedar memberikan materi yang
melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran, lebih dari hal itu, hal terpenting
pada seorang guru harus mampu dan ahli dalam melihat kondisi dan sikapan peserta
didik pada saat prose pembelajaran didalam kelas berlangsung. Beberapa manfaat
yang dpat dicapai melalui penerapan metode hypnoteching (Yustisia) dalam kegiatan
pembelajaran didalam kelas iyalah sebagai berikut:
a. Menjadikan pembelajaran lebih menyenangkan baik peserta didik dan guru.
b. Menumbuhkan keterkaitan peserta didik dalam belajar dengan berbagai permain
kreatif yang diterapkan oleh guru.
c. Guru menjadi lebih cakap dalam mengontrol emosi.
d. Membina hubungan yang harmonis antara guru dan pesertadidik.
e. Guru dapat membantu peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar
melalui pendekatan secara pribadi.
f. Guru dapat memotivasi siswa melalui hypnoteachin.

21
g. Para guru membantu siswa dalam menghilangkan kebiasaaan buruk siswa.
5. Kelebihan dan Kekurangan Metode Hypnoteaching
Hypnoteaching pada hakikatnya merupakan suatu usaha bagaimana seorang
guru dapat menghipnosis para peserta didiknya supaya merasa senang dan selalu
bersemangaat dalam menerima pelajaran darinya. Melalui cara-cara dan trik tertentu,
guru bisa membuat kondisi otak peserta didik tetap merasa antusian dan gembira
selama pembelajaran. Selain itu, metode ini juga bisa membuat anak lebih mudah
dalam mengingat dan menguasai materi yang dipelajari. Dengan kata lain, melalui
metode hypnoteaching anak bisa memaksimalkan kemampuanya melebihi dari
kondisi biasanya.
Pelaksanaan metode hypnoteaching itu sendiri harus diarahkan kepada tujuan-
tujuan positif yang membangun. Guru bisa melakukanya dengan memasukan sugesti
positif ke dalam alam bawah sadar peserta didik. Dalam melakukanya, tentusaja guru
harus merasa yakin dan percaya diri bahwa iya bisa melakukan metode tersebut juga
menjadi daya tarik tersendiri bagi peserta didik. Adapun kelebihan yang dimiliki
metode hypnoteching sebagai berikut:
a. Peserta didik bisa berkembang sesuai dengan minat dan potensi yang dimilikinya.
b. Guru bisa menciptakan proses pembelajaran yang beragam sehingga tidak
membosankan bagi peserta didik.
c. Proses pembelajaran akan lebih dinamis.
d. Tercipta interaksi yang baik antara guru dan peserta didik.
e. Materi yang disajikan mampu memusatkan perhatian peserta didik.
f. Materi mudah dikuasai peserta didik sehingga mereka lebih termotivasi untuk
belajar.
g. Banyak terdapat proses pemberian keterampilan selama pembelajaran.
h. Proses pembelajaran bersifat aktif.
i. Peserta didik lebih bisa berimajinasi dan berpikir secara kreatif.
j. Disebabkan tidak menghafal, daya serap peserta didik akan lebih cepat dan
bertahan lama.
k. Pemantauan guru akan peserta didik menjadi lebih intensif.

22
l. Disebabkan suasana pembelajaran rileks dan menyenagkan, hal ini membuat
peserta didik merasa senang dan bersemangaat ketika mengikuti pembelajaran.
Sebuah metode pembelajaran, pasti tidak sempurna dan mempunyai
kekurangan. Dengan demikian, guru memang harus pandai-pandai mengombinasikan
metode pembelajaran satu dengan yang lain. Semua itu bertujuan untuk tercapainya
tujuan pendidikan yang dihapus. Adapun kekurangan metode pembelajaran
hyppnoteaching sebagai berikut.
a. Jika terlalu banyaknya peserta didik yang berada dalam suatu kelas,
mengakibatkan para pendidik merasa kesulitan untuk memberikan perhatian
kepada satu per satu peserta didiknya.
b. Para pendidik perlu belajar dan berlatih untuk dapat menerapkan metode
pembelajaran hypnoteaching ini di dalam proses pembelajaran di kelas.
c. Metode pembelajaran hypnoteaching masih tergolong dalam metode
pembelajaran baru jadi masih belum banyak dipakai oleh para pendidik di
Indonesia.
d. Kurang tersedianya fasilitas di sekolah yang dapat mendukung penerapan metode
pembelajaran hypnoteaching.
Dilihat dari kekurangan-kekurangan di atas, tampak bahwa peran guru sangat
besar ketika akan menerapkan pembelajaran dengan metode hypnoteaching. Oleh
sebab itu para guru pun wajib untuk banyak-banyak belajar dan berlatih supaya
menguasai metode ini dan dapat menerapkan pada peserta didik dikelas dengan baik.
Selain itu, guru juga perlu menggabungkan metode hypnoteaching dengan metode
pembelajaran yang lain. Contohnya seperti, untuk mengatasi jumlah peserta didik
yang banyak, guru bisa menerapkan metode hypnoteaching dengan metode diskusi
dan pemberian tugas.

D. Metode Pembelajaran Menyimak


1. Simak Tulis
Metode simak tulis adalah metode yang banyak diterapkan oleh guru Indonesia.
Implementasinya sangat mudah yakni guru mempersiapkan materi pembelajaran yang
akan didiktekan pada siswa. Kemudian siswa menulis apa yang diucapkan guru.

23
Metode ini juga membutuhan keterampilan menulis. Siswa harus menyimak dengan
saksama agar hasil tulisannya sesuai dengan pesan yang diucapkan guru.
2. Simak Terka
Metode ini sudah tidak asing lagi bagi siswa. Siswa disuruh menyimak apa
yang diucapkan guru, lalu ia menebak maksud pesan yang disampaikan. Seperti
contoh, guru mendeskripsikan ciri-ciri suatu benda tanpa menyebut namanya,
kemudian siswa menebak nama benda tersebut. Dalam hal ini, siswa tidak hanya
membutuhkan konsentrasi tetapi juga harus bisa berpikir dengan cepat.
3. Simak Cerita
Metode simak-cerita adalah pendekatan dalam pembelajaran menyimak yang
menggabungkan dua kegiatan utama: mendengarkan dengan aktif dan menceritakan
kembali cerita yang didengar. Metode ini dirancang untuk meningkatkan pemahaman
siswa terhadap isi cerita serta memperkaya keterampilan bahasa mereka. Siswa diajak
untuk terlibat secara aktif dalam proses mendengarkan cerita dan kemudian diminta
untuk merefleksikan kembali cerita tersebut dengan cara menceritakannya kembali
menggunakan bahasa mereka sendiri.
4. Bisik Berantai
Metode ini dapat diterapkan di kelas rendah dan kelas tinggi. Kegiatan
pembelajaran menyimak menjadi lebih menarik dan menyenangkan. Langkah yang
dapat dilakukan yakni guru membisikkan kalimat pada salah satu siswa. Lalu siswa
tersebut membisikkan kalimat tersebut kepada siswa lainnya, hal itu berulang secara
terus menerus sampai siswa terakhir. Lalu siswa terakhir mengucapkan kalimat
tersebut pada guru. Selain mengasyikkan, metode ini juga melatih kefokusan setiap
siswa.
5. Simak Ulang Ucap
Biasanya di gunakan untuk memperkenalkan bunyi bahasa dan cara
pengucapanya. Mengintegrasikan keterampilan menyimak dan berbicara. metode ini
biasanya digunakan dalam kelas rendah atau sekolah dasar. Metode ini masuk pada
pembelajaran bahasa dan sastra dan lebih condong pada ekspresi atau keterampilan
berbicara

24
Contoh: guru sebagai model pembelajaran membacakan atau memutar rekaman
bunyi bahasa tersebut, seperti fonem, kata mutiara, puisi pendek dengan perlahan-
lahan serta intonasi yang jelas dan tepat. Sedangkan tugas siswa meniru ucapan guru.
Peniruan ini dapat dilakukan secara individu, kelompok atau klasikal.
6. Simak Kerjakan
Metode ini melibatkan keterampilan menulis dalam implementasinya. Setelah
siswa menyimak, maka ia menulis jawaban soal yang diberikan guru sesuai dengan
pesan yang disampaikan. Biasanya guru memberikan bahan simakan cerita, lalu siswa
menjawab soal terkait unsur instrinsik dalam cerita tersebut. Oleh karena itu, metode
ini membutuhkan konsentrasi yang cukup tinggi.

25
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan paparan materi di atas dapat disimpulkan bahwa menyimak
merupakan kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan, dilakukan dengan sengaja,
penuh perhatian disertai pemahaman, apresiasi dan interpretasi untuk memperoleh pesan,
informasi, memahami makna komunikasi, dan merespon yang terkandung dalam
lambang lisan yang disimak. Terdapat beberapa jenis pendekatan dalam pembelajaran
menyimak yaitu pendekatan komunikatif, pendekatan integratif, pendekatan cara belajar
siswa aktif, pendekatan belajar kooperatif, pendekatan tujuan, pendekatan struktural, dan
pendekatan kontekstual.
Selain itu terdapat jenis strategi dalam pembelajaran menyimak yaitu menyimak
dalam pengajaran bahasa David Nunan dan hasil pembelajaran listening John Field.
Selain itu terdapat pula jenis model dalam pembelajaran menyimak yaitu STAD, problem
base introduction, demonstration, word square, complete sentence, dan artikulasi.
Terdapat beberapa jenis metode dalam pembelajaran menyimak yaitu metode langsung,
metode komunikatif, metode integratif, metode tematik, metode konstruktivis, dan
metode kontekstual. Kemudian ada beberapa jenis teknik dalam pembelajaran menyimak
yaitu teknik dengar ulang ucap, dengar tulis, dengar kerjakan, dengan terka, menemukan
benda/konsep, siman bilang, bisik berantai, melanjutkan cerita, merangkum, menjawab
pertanyaan, dan permainan telepon atau bertelepon.

B. Saran
Harapan kami kepada para pembaca makalah yang telah kami susun dari berbagai
sumber semoga dapat dimengerti yaitu mengenai “Konsep dan Jenis Pendekatan,
Strategi, Model, Metode, dan Teknik dalam Pembelajaran Menyimak”. Dan makalah
yang telah kami susun dari berbagai sumber ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu
kami meminta saran dan kritik yang bersifat membangun.

26
DAFTAR PUSTAKA

ANNISA, N. K. (2021). Pengaruh Metode Pembelajaran Hypnoteaching terhadap Peningkatan


Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dan Anxiety Peserta Didik (Doctoral
dissertation, UIN Raden Intan Lampung).

Fajrin, R., Sutrisno, S., & Reffiane, F. (2021). Model Kooperatif Tipe Word Square
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Journal for Lesson and Learning Studies, 4(1),
102-106.

Hamid, A. H. (2020). Strategi pembelajaran menyimak. Jurnal Al Bayan: jurnal jurusan


pendidikan bahasa Arab, 7(2), 1-27.

Hasriani. (2023). Terampil Menyimak. Bandung: Indonesia Emas Group.

Hijriyah, Umi. (2016). Menyimak Stategi dan Implikasinya Dalam Kemahiran Berbahasa.
Lampung: Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat IAIN Raden Intan Lampung.

Kasi, O. F., & Sari, Y. I. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Artikulasi Untuk Meningkatkan
Motivasi Belajar Siswa. JPIG (Jurnal Pendidikan dan Ilmu Geografi), 3(2), 252-260.

Mustadi, Ali dkk. (2022). Bahasa dan Sastra Indonesia SD Berorientasi Kurikulum Merdeka.
Yogyakarta: UNY Press.

Nursyamsiah, N. (2017). Pengaruh Model Problem Based Introduction (PBI) terhadap Prestasi
Belajar IPS Kompetensi Mengenal Jenis-Jenis Usaha dan Kegiatan Ekonomi di
Indonesia. FONDATIA, 1(1), 44-60.

Rahmadona, N. S. (2021). Analisis Model Pembelajaran Demonstrasi Untuk Meningkatkan


Kualitas Pembelajaran Di Kelas.

Siregar, R. L. (2021). Memahami tentang model, strategi, metode, pendekatan, teknik, dan
taktik. Hikmah: Jurnal Pendidikan Islam, 10(1), 63-75.

Wulandari, I., & Kunci, K. (2022). Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (student teams
achievement division) dalam pembelajaran MI. Jurnal papeda, 4(1).

27

Anda mungkin juga menyukai