Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MAKALAH

TIPOLOGI BELAJAR SISWA DAN PENERAPANNYA DALAM


PEMBELAJARAN PAI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Metodologi Pembelajaran PAI
Dosen Pengampu : Bapak Supriadi, M. Pd. I

Oleh :
Bukhari Akbar Rafsanjani - 19.42.021785
Zainab - 19.42.021780

Pendidikan Agama Islam


Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah taala yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Tipologi Belajar Siswa dan Penerapannya
dalam Pembelajaran PAI ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak Supriadi, M. Pd.
I pada mata kuliah Metodologi Pembelajaran PAI. Selain itu, tugas ini bertujuan untuk menambah
wawasan bagi para pembaca dan juga penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Supriadi, M. Pd. I selaku dosen Metodologi
Pembelajaran PAI yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Penulis menyadari, makalah yang penulis tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Amuntai, 25 Oktober 2021

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI
Sampul
Kata Pengantar ..................................................................................................................................... i
Daftar Isi .............................................................................................................................................. ii
Pembahasan
A. Tipologi Belajar Siswa ........................................................................................................ 1
a) Pengertian Tipologi Belajar ..................................................................................... 1
b) Tipe-tipe Belajar ...................................................................................................... 1
B. Penerapan Metode dalam Pembelajaran PAI ...................................................................... 3
a) Pengertian Pembelajaran PAI .................................................................................. 3
b) Macam-macam Metode Pembelajaran PAI ............................................................. 4
Daftar Pustaka ...................................................................................................................................... 7

ii
PEMBAHASAN
A. Tipologi Belajar Siswa
a. Pengertian Tipologi Belajar
Tipologi mengandung dua kata yakni “Tipo” dan “Logi”, yang berasal dari “tipe” dan
“logos”, Tipe adalah Gaya atau Model1, sedangkan Logos adalah Ilmu. Jadi kalau
kata “tipe” digabungkan dengan kata “logi” secara bahasa berarti Ilmu yang
mempelajari tentang tipe.
Tipologi Belajar siswa artinya cara bagaimana yang paling cepat dan mudah bagi
seorang siswa menyerap, memahami dan mengolah informasi yang diberikan
kepadanya. Adapun yang dikemukakan oleh M. Joko Susilo tipe belajar adalah suatu
proses gerak laku, penghayatan, serta kecenderungan seseorang pelajar mempelajari
atau memperoleh sesuatu ilmu dengan cara yang tersendiri. Pembudayaan ini
melibatkan aspek penggunaan ruang atau lokasi, kemudahan, pencahayaan dan
persekitaran.2
Dalam bab lain juga mengemukakan “Tipe belajar cara yang cenderung dipilih
seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan memproses informasi
tersebut”.3
Lebih lanjut, dia menjelaskan: Tipe belajar juga sering didefinisikan sebagai cara-cara
yang digunakan untuk mempermudah proses belajar. Jadi, seorang anak atau peserta
didik akan menggunakan cara-cara tertentu untuk membantunya menangkap dan
mengerti suatu materi pelajaran. Kita harus bisa memperhatikan bagaimana tipe
belajar tersebut supaya kita bisa lebih mudah mengerti materi pelajaran dan kita bisa
mengembangkan potensi belajar kita dengan lebih optimal dalam suatu materi
pelajaran.4
Dari beberapa penjelasan di atas dapat dipahami bahwa inti dari tipe belajar adalah
untuk mendapatkan kemudahan dan kesenangan dalam memahami pelajaran, kita
harus belajar sesuai dengan tipe kita masing-masing. Proses sikap dan gerak laku
yang mudah dan menyenangkan tersebut tidaklah sama untuk setia individu. Boleh
jadi suatu proses sangat mudah dan menyenangkan bagi seseorang tetapi belum tentu
mudah dan menyenangkan bagi orang lain. Jadi, seorang peserta didik akan
menggunakan cara-cara tertentu untuk membantunya menangkap dan mengerti suatu
pelajaran. Kita harus bisa memperhatikan bagaimana tipe belajar tersebut supaya kita
bisa lebih mudah mengerti materi pelajaran dan kita bisa mengembangkan potensi
belajar kita dengan lebih optimal.
Yang menjadi landasan untuk mengetahui tipe belajar kita sendiri adalah supaya kita
bisa memahami dengan cepat dan optimal dalam suatu materi pelajaran. Dan juga
bahwa tidak semua orang tahu bagaimana tipe belajar mereka sendiri. Untuk
mengetahui lebih jelas mengenai tipe belajar tersebut berikut ini pemaparan macam-
macam tipe belajar yang umum dimiliki oleh setiap orang.
b. Tipe-tipe Belajar
Tipe belajar itu sebenarnya banyak, dan bahkan tidak sedikit orang yang bisa belajar
dengan semua tipe belajar tersebut. Bobbi De Porter dan Mike Hemacki dalam buku
Quantum Learningnya membagi tipe belajar tersebut kepada 3 macam yaitu:
1. Visual, yaitu belajar dengan cara melihat.

1
J.P Caplin. Penerjemah Kartini Kartono. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
2006. hl 521
2
M. Joko Susilo. Gaya Belajar Makin Pintar. Yogyakarta: Pinus. 2006. hl 94
3
Ibid. hl 94
4
Ibid. hl 98

1
2. Auditorial, yaitu belajar dengan cara mendengar.
3. Kinestetik, yaitu belajar dengan cara bergerak5
Untuk lebih jelasnya secara garis besar penulis memaparkan macam-macam tipe
belajar siswa ke dalam 3 (tiga) bagian yaitu Visual, Auditorial, dan kinestetik yang
biasa disingkat menjadi V-A-K.
1. Visual
Secara etimologi visual berarti “penglihatan” atau “daya lihat”.6 Dari arti bahasa kita
bisa memahami bahwa tipe belajar ini menggunakan penglihatannya untuk membantu
belajarnya (visual learner). Adapun secara terminology, seperti yang dijelaskan oleh
Bobbi dePorter & Mike Hernacki anak didik yang memiliki tipe belajar visual lebih
senang belajar dengan cara melihat, mengikuti ilustrasi, membaca instruksi (bukan
bacaan) dan mengingat informasi dengan asosiasi visual.7 Dan dijelaskan juga dalam
buku M. Joko Susilo, tipe belajar visual adalah “tipe belajar yang merasa mudah
untuk belajar bila dengan cara melihat atau membaca bahan pelajaran”. Definisi ini
dia perjelas lagi dalam baba yang berbeda bahwa orang visual “harus melihat dulu
buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya”. 8 Sedangkan dalam bukunya
Hamzah B. Uno, tipe belajar Visual adalah “ harus melihat dulu buktinya untuk
kemudian bisa mempercayainya”.9
Dari beberapa definisi di atas kita bisa menyimpulkan bahwa siswa yang mempunyai
tipe belajar akan mudah dan senang dalam memahami/menyerap informasi apabila
disajikan dalam bentuk visual, karena penglihatan dan pengamatan merupakan cara
yang utama bagi mereka untuk mengolah informasi yang ada di sekeliling mereka.
2. Auditorial.
Asal kata dari “oditor” da “aural”, oditor bersifat pendengaran, sedangkan aural
bersifat telinga. 10 Adapun secara istilah tipe belajar auditorial menurut M. Joko
Susilo adalah tipe belajar yang mengandalkan pada pendengaran untuk bisa
memahami dan mengingatnya. 11 Artinya anak didik yang memiliki tipe belajar
auditorial lebih mudah memahami dan mengolah informasi dengan cara
mendengarkan atau meminta orang lain untuk membacakan instruksi, belajar dengan
mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan pada apa yang dilihat, suka
berdiskusi dan menjelaskan sesuatu panjang lebar.
Menurut Melvin L. Siberman tipe belajar auditorial adala “mengandalkan mendengar
untuk mengingat, selama pelajaran berlangsung, mereka mungkin banyak berbicara
dan mudah teralihkan perhatiannya oleh suara atau kebisingan”. 12 Dan menurut
Bobbi dePorter & Mike Hernacki juga mengatakan bahwa tipe belajar auditorial
adalah belajar melalui apa yang mereka dengar.13 Sedangkan dalam bukunya Hamzah
B. Uno mengatakan bahwa tipe belajar auditorial adalah belajar yang mengandalkan
pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingat pelajaran. 14
5
Bobbi De Porter & Mike Hermacki. Penerjemah Alwiayah Abdurahman. Quantum Learning
Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan : Cet ke-21. Bandung: Kaifa. 2005. hl. 113
6
J.P Caplin Op. Cit. hl 531
7
Bobbi De Porter & Mike Mernacki. Op. Cit. hl 113 & 115
8
M. Joko Sosilo. Op. Cit. hl 100 & 149
9
Hamzah B.Uno. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran: Cet ke-1. Jakarta: Bumi Aksara. 2006.
hl 181
10
J.P Caplin Op. Cit. hl. 45
11
M. Joko Susilo. Op. Cit. hl. 100
12
Melvin L. Siberman. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Cet-III edisi revisi. Bandung:
Musamedia & Nuansa. 2006. hl. 28
13
Bobbi De Porter & Mike Mernacki. Op. Cit. hl. 112
14
Hamzah B.Uno Op. Cit. hl 181

2
Dari definisi di atas sudah jelas bahwa kunci keberhasilan tipe belajar auditorial
terletak pada pendengaran. Tipe belajar ini sangat berbeda dengan tipe belajar visual
yang mengandalkan penglihatan untuk mudah mengingat pelajaran.
3. Kinestetik.
Kinestetik asal kata dari “kinestesis” yang artinya perasaan atau penghayatan pada
otot-otot atau urat-urat daging dan tulang-tulang sendi.15
Sedangkan secara istilah seperti yang dijelaskan oleh Bobbi DePorter & Mike
Hernacki tipe belajar kinestetik dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh. 16
Dalam bab yang lain mereka menjelaskan lagi bahwa “pelajar kinestetik suka belajar
melalui gerakan, dan paling baik menghafal informasi engan mengasosiasikan
gerakan dengan setiap fakta. 17 Artinya anak didik yang memiliki tipe belajar
kinestetik lebih senang dan mudah mengikuti cara belajar yang berorientasi pada fisik
dan banyak bergerak, ia belajar dengan mulai mengerjakannya sendiri.
Dalam bukunya Melvin L. Siberman juga menjelaskan “tipe belajar Kinestetik adalah
belajar terutama dengan terlibat langsung dalam kegiatan. Mereka cenderung impulsif,
semau gue, dan kurang sabar, selama pelajaran mereka mungkin saja gelisah bila
tidak leluasabergerak dan mengerjakan sesuatu”. 18 Sedangkan dalam bukunya
Hamzah B. Uno menjelaskan bahwa tipe belajar Kinestetik adalah belajarnya harus
menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar kita bisa
mengingatnya.19 Tipe belajar kinestetik adalah tipe belajar yang ,mengakses segala
jenis gerak dan emosi ciptakan maupun diingat. Gerakan, koodinasi, tanggapan
emosional, dan kenyamanan fisik menonjol di sini.20 Pengertian lebih sederhananya
informasi dengan mengasosiasikan gerakan dengan setiap fakta.21
Dari beberapa definisi di atas sudah jelas bahwa keberhasilan belajarnya lebih banyak
mementingkan gerakan-gerakan tubuh. Tipe belajar kinestik ini sudah sangat jelas
berbeda dengan tipe belajar visual dan auditorial yang mengandalakan penglihatan
dan pendengaran untuk memudahkan dalam belajarnya.
Dari macam-macam tipe belajar di atas sudah jelas bahwa kemampuan seseorang itu
pasti berbeda-berbeda. Apapun cara yang dipilih, perbedaab tipe belajar itu
menunjukkan cara tercepat dan terbaik bagi setiap individu untuk bisa menyerap
sebuah informasi dari luar dirinya. Jika kita bisa memahami bagaimana perbedaan
tipe setiap orang, maka akan lebih mudah bagi kita jika suatu ketika, misalnya, kita
harus memandu seseorang untuk mendapatkan tipe belajar yang tepat dan hasilnya
pun akan maksimal. Selain mengetahui macam-macam tipe belajar, kita juga bisa
melihat ciri-ciri dari masing-masing tipe belajar dan metode apa yang cocok untuk
masing-masing tipe belajar tersebut.

B. Penerapan Metode dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam


a. Pengertian Pembelajaran PAI
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar.22 Dari pengertian tadi dapat di pahami bahwa

15
J.P Caplin. Op. Cit. hl 267.
16
Bobbi De Porter & Mike Hernacki. Op. Cit. hl 113 & 115
17
Ibid. hl. 168
18
Melvin L. Siberman. Op. Cit. hl. 28
19
Hamzah B.Uno. Op. Cit. hl. 182
20
Bobbi DePorter Dkk. Quantum Teaching: Orchestrating Student Succes. Quantum Learning:
Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas. Bandung: Kaifa. 2007. hl. 85
21
Ibid. hl. 168
22
Undang-Undang Sisdiknas No. 20. Tahun 2003, hl 2

3
dalam proses pembelajaran, pendidik (guru) hanya menjadi salah satu sumber belajar.
Guru bisa berperan sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur
lingkungan, partisipan, ekspiditor, perecana, supervisor, motivator, dan konselor.
Pendidikan berasal dari bahasa yunani yakni pedagogik yang artinya ilmu
mengantarkan anak. Dalam Undang Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidkan Nasional, pendidikan di definisikan sebagai usaha sadar dan dilakukan
secara terencana untuk menciptakan suasana dan proses pembelajaran secara aktif
guna mengembangkan potensi diri peserta didik sehingga peserta didik memiliki
kekuatan dalam bidang spiritual, kekuatan sosial maupun intelektual. Pendidikan juga
dapat di definisikan sebagai usaha yang dilakukan dengan sengaja guna
mempengaruhi anak untuk mencapai tujuannya dengan melalui ilmu pengetahuan,
kesehatan jasmani yang baik dan akhlak yang mulia.
Sementara itu, dalam Islam pendidikan didasarkan pada nilai-nilai Agama Islam yang
tercantum dalam Al-Qur’an dan Hadist. Berbeda dari pendidikan umum, pendidikan
Islam memiliki karakter yang khas dalam pengertian pendidikan Islam merupakan
pendidikan yang menyeluruh yang mencakup aspek jasmani dan rohani. Sementara
Hasan Langlung mendefinisikan pendidikan Islam sebagai bentuk kegiatan yang
terstruktur untuk mempersiapkan generasi muda dalam mengisi peran penting di masa
depan dengan melakukan transfer ilmu dan nilai nilai Islam yang berorientasi pada
hasil di Akhirat. Secara garis besar dapat dipahami bahwa pendidikan Islam
merupakan usaha sadar dan terencana dengan memasukkan nilai nilai ajaran Islam
yang sesuai Al Quran dan Hadist guna menciptakan manusia yang insan kamil.
b. Macam-macam Metode Pembelajaran PAI
Mengetahui tipe belajar peserta didik membantu guru untuk dapat mendekati semua
atau hampir semua murid hanya dengan menyampaikan informasi dengan gaya yang
berbeda-beda yang disesuai kan dengan tipe belajar peserta didik. Adapun tipe belajar
peserta di dik itu adalah; Pertama, tipe belajar visual. Bagi peserta didik yang bertipe
belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata atau penglihatan (visual).
Maka dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak
dititikberatkan pada peragaan atau media. Guru PAI harus mengajak mereka ke
obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara
menunjukkan alat peraganya langsung pada peserta didik atau menggambarkannya di
papan tulis. Kedua, tipe belajar auditori. Peserta didik yang ber tipe auditif
mengandalakan kesuksesan belajarnya melalui telinga (alat pendengarannya), untuk
itu maka guru sebaiknya harus memperha tikan peserta didiknya hingga ke alat
pendengarannya. Karena akan sia-sialah guru yang menerangkan kepada peserta didik
tuli, walaupun guru tersebut menerangkan dengan lantang jelas dan dengan intonasi
yang tepat. Ketiga, tipe belajar kinestetik. Peserta didik yang bertipe belajar ini
belajarnya melalui gerak dan sentuhan.
Metode pembelajaran PAI dapat meningkatkan kecerdasan peserta didik dalam proses
pembelajaran. Kecerdasan intelektual merupakan salah satu faktor penting yang ikut
menentukan berhasil atau gagalnya belajar seseorang. Menurut para psikolog
kecerdasan intelektual adalah kecerdasan menghadapi persoalan teknikal dan
intelektual. Perkembangan kecerdasan intelektual dipengaruhi oleh; Faktor heriditas:
Teori heriditas atau nativisme pertama kali dipelo pori oleh seorang ahli filsafat
Schopenhauer. Dia berpendapat bahwa manusia lahir sudah membawa potensi-potensi
tertentu yang tidak dapat dipengaruhi lingkungan. Berdasarkan teorinya, taraf
inteligensi sudah ditentukan sejak anak dilahirkan sedangkan faktor lingkungan sama
sekali tak berarti pengaruhnya; Faktor lingkungan: Teori ling kungan atau empirisme
dipelopori oleh John Locke. Dia berpendapat bahwa manusia dilahirkan sebenarnya

4
suci atau tabularasa. Munurut. pendapatnya, perkembangan manusia sangatlah
ditentukan oleh ling kungannya. Berdasarkan pendapat John Locke tersebut,
perkembang an taraf inteligensi sangatlah ditentukan oleh pengalaman dan penge
tahuan yang diperolehnya dari lingkungan hidupnya.
Kecerdasan emosi. Emosi merupakan dorongan untuk bertin dak, rencana seketika
untuk mengatasi masalah yang telah ditanam kan secara berangsur-angsur yang terkait
dengan pengalaman. Menu rut D. Goleman emosi terbagi menjadi; Amarah seperti
mengamuk, benci, terganggu, kesal hati; Kesedihan seperti berduka, asa, depresi;
Rasa takut seperti cemas, gugup, khawatir, tidak tenang, fobia, panik; Kenikmatan
seperti senang, bahagia, gembira, puas, bangga, terhibur; Cinta seperti perasaan kasih
sayang, kepuasan seksual, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati; Terkejut seperti
takjub, terpana, jijik, jengkel, hina.
Kecerdasan jamak. Intelligensi jamak (multiple intelligences) merupakan temuan dan
terobosan baru di dalam bidang intelligensi yang ditemukan oleh Howard Gardner.
Beberapa alasan yang dike mukan oleh Gardner tentang temuannya tersebut di
antaranya adalah. isolasi potensial oleh kerusakan otak. Berdasarkan penelitian yang
di lakukan oleh Gardner, ditemukan bahwa seseorang yang mengalami kecelakaan
dan ternyata ada pengaruhnya terhadap otaknya. Misal nya, seseorang yang rusak
'bagian' depan otaknya, maka kecerdasan linguistiknya rusak, sehingga ia sukar
berbicara, membaca, dan menulis, namun ia masih bisa melakukan matematika,
menyanyi menari, dan berhubungan dengan orang lain. Gardner menyimpulkan
bahwa ada paling tidak tujuh daerah yang otonom dalam sistem otak dan masing-
masing mempengaruhi satu macam kecerdasan dan mempe ngaruhi keberadaan anak
'super'.
Dalam bukunya Frams of Mind, tahun 1983, Gardner me nampilkan Theory of
Multiple Intelligence yang memperkuat pers pektifnya tentang kognisi manusia.
Kecerdasan adalah bahasa-bahasa yang dibicarakan oleh semua orang dan sebahagian
dipengaruhi oleh kebudayaan di mana ia dilahirkan. Merupakan alat untuk belajar,
menyelesaikan masalah, dan menciptakan semua hal yang bisa digu nakan manusia.
berikut ini akan dideskripsikan secara singkat tujuh kecerdasasan manusia menurut
Gardner. Kecerdasan jamak yang di maksud adalah: linguistic intelligence
(kecerdasan linguistik); logical mathematical intelligence (kecerdasan logika-
matematika); spatial intelligence (kecerdasan spasial); bodily-kinesthetic intelligence
(ke cerdasan kinestetik-tubuh); musical intelligene (kecerdasan musik); in terpersonal
intelligence (kecerdasan interpersonal); dan intrapersonal intelligence (kecerdasan
intrapersonal).
Kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual dicetuskan oleh dua orang tokoh suami istri
yaitu Danah Zohar dan lan Marshall dari Inggris tahun 2000. Kecerdasan spiritual
menurut Danah Zohar dan lan Mar shall adalah kecerdasan untuk menghadapi dan
memecahkan persoa lan makna dan nilai, yakni kecerdasan untuk menempatkan
perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, ke cerdasan
untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna
dibandingkan dengan lainnya. Kecerdasan spiritual adalah landasan yang diperlukan
untuk memfungsikan IQ dan EQ se cara efektif. Bahkan SQ merupakan kecerdasan
tertinggi kita.
SQ tidak mesti berhubungan dengan agama. Bagi sebagian orang, SQ mungkin
menemukan cara penangkapan melalui agama formal, tetapi beragama tidak
menjamin SQ tinggi. Banyak orang humanis dan ateis memiliki SQ tinggi; sebaliknya,
banyak orang yang aktif beragama memiliki SQ sangat rendah. Beberapa penelitian
oleh psikolog Gardon Allport, lima puluh tahun silam, menunjukkan bahwa orang

5
memiliki pengalaman keagamaan lebih banyak di luar batas-batas arus utama lembaga
keagamaan dari pada di dalamnya. Kecerdasah spiritual adalah kecerdasan jiwa. la
adalah kecerdasan yang dapat membantu kita menyembuhkan dan membangun diri
kita secara utuh. Banyak sekali di antara kita yang saat ini menjalani hidup yang
penuh luka dan berantakan. SQ adalah kecerdasan yang berada di bagian diri yang
dalam, berhubungan dengan kearifan di luar ego atau pikiran sadar. SQ adalah
kesadaran yang dengannya kita tidak hanya mengakui nilai-nilai yang ada, tetapi kita
juga secara kreatif menemukan nilai-nilai baru. SQ tidak bergantung pada budaya
mau pun nilai. Ia tidak mengikuti nilai-nilai yang ada, tetapi menciptakan
kemungkinan untuk memiliki nilai-nilai itu sendiri.
Dalam membangun konsep SQ-nya, Danah Zohar dan lan Marshall tampaknya
mengurai temuan dengan konsep "teratai diri". Teratai diri terdiri dari enam
kelompook bunga. Lapisan luar setiap kelompok mewakili ego, yang dibagi-bagi di
antara enam tipe kepriba dian atau fungsi yang diakui oleh banyak psikolog. Pada
prinsipnya Danah Zohar dan lan Marshall bersandar pada tiga sumber yang telah
diteliti secara ekstensif oleh J.F. Holland mengenai panduan karir dan enam tipe
kepribadian, enam tipe Jung sebagaimana digunakan dalam Myers-Briggs (introvensi,
ekstroversi, pemikiran, perasaan, sensasi, dan instuisi), dan karya Cattell mengenai
motivasi. Ditegaskan bahwa aspek-aspek kepribadian sadar terbagi di antara enam
kelopak tera tai. Lebih ke dalam, setiap kelopak memiliki lapisan proses primer, alam
tak sadar, asosiasi bagian tubuh, motivasi dan lain sebagainya. Pada bagian paling
dalam lapisan tak-sadar ini, terdapat ketaksadaran kolektif dengan pola-pola dasarnya.
Di tengah-tengah teratai adalah lapisan ketiga, yaitu inti diri yang memberi kita energi
dan potensi untuk berubah.
Kecerdasan emosi dan spiritual/ESQ. Emotional spritual quo tient (ESQ) model
merupakan konsep pemikiran fenomenal yang ditemukan dan dikembangkan oleh Ary
Ginanjar Agustian dari Indo nesia tahun 2001. Ari Ginanjar Agustian melandaskan
pemikirannya ketika mengkaji konsep ESQ pada dasar dan sumber ajaran Islam yang
dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Menurut Ari Ginanjar Agustian, konsep
pemikiran baru ini yang diberi nama ESQ model merupakan perangkat kerja dalam
hal pengembangan pengembangan karak ter dan kepribadian berdasarkan nilai-nilai
Rukun Iman dan Rukun Islam, yang pada akhirnya akan menghasilkan manusia
unggul di sek tor emosi dan spiritual, yang mampu mengeksplorasi dan menginter
nalisasi kekayaan ruhiyah dan jasadiyah dalam hidupnya.
Pemikiran tentang ESQ ini, menurut Ari Ginanjar Agustian, di dasarkan pada empat
hal penting yang diramu di dalamnya dengan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, yaitu;
pertama, zero mind process, yang berusaha mengungkap belenggu-belenggu pikiran
dan mencoba mengidentifikasi paradigma itu, sehingga dapat dikenali apakah para
digma itu telah mengkrangkeng pikiran. Jika hal itu ada dapat dian tisipasi lebih dini
sebelum menghujam dalam benak. Hasli akhirnya adalah lahirnya alam berpikir jernih
dan suci yang disebut dengan God-Spot atau fitrah, yaitu kembali kepada hati dan
pikiran yang bersi fat merdeka serta bebas dari belenggu; kedua, mental building-
enam prinsip, dijelaskan tentang kesadaran diri, yaitu arti pentingnya alam pikiran.
Dijabarkan cara membangun alam berpikir dan emosi secara sistematis berdasarkan
Rukun Iman. Dimulai dari pembangunan; (1) prinsip bintang atau star principle; (2)
angel principle; (3) leadership principle; (4) learning principle; (5) vision principle;
dan (6) well organized principle; ketiga adalah personal strength, suatu langkah pe
ngasahan hati yang telah terbentuk. Ini dilaksanakan secara berurutan dan sangat
sistematis berdasarkan Rukun Islam. Pada intinya bagian ini merupakan langkah yang
dimulai dari; (1) penetapan misi atau mis sion statement; dilanjutkan dengan (2)

6
pembentukan karakter secara kontiniu dan intensif atau character building; (3)
pelatihan pengendalian diri atau self controlling. Ketiga langkah ini akan menghasil
kan apa yang disebut dengan ketangguhan pribadi (personal strength; keempat, adalah
social strength, diuraikan tentang pembentukan dan pelatihan untuk melakukan aliansi
atau sinergi dengan orang lain atau dengan lingkungan sosialnya. Ini merupakan suatu
perwujudan tang gung jawab sosial seorang individu yang telah memiliki
ketangguhan pribadi di atas. Pelatihan yang diberikan dinamakan langkah sinergi atau
strategic collaboration; dan diakhiri dengan langkah aplikasi to tal atau total action.
Pada tahap ini, diharapkan akan terbentuk apa yang dinamakan ketangguhan sosial
atau social strength. Di sinilah letak sublimasi semua prinsip dan langkah yang
dibahas dalam ESQ tersebut.
Pemahaman guru pendidikan agama Islam tentang kecerdasan (ESQ) ini merupakan
hal krusial untuk dimiliki. Di mana penggunaan sebuah metode pembelajaran yang
dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam menjadi berhasil manakala dikolaborasi
dengan pema haman tentang kecerdasan ESQ ini. Metode dapat dijalankan dengan
baik dan sesuai tujuan manakala guru dapat mengaplikasi kecerdasan ESQ ini dalam
setiap pembelajarannya. maka, tidak ada alasan bagi seorang guru pendidikan agama
Islam untuk tidak lagi mengetahui kecerdasan FSQ ini. Bahkan memahami FSQ ini
dapat menjadikan pribadi guru pendidikan agama Islam itu sendiri menjadi pribadi
yang smart, berkarakter, religious, dan sukses membawa peserta didik men jadi
manusia yang berhasil.

DAFTAR PUSTAKA

Bakar, Abu. 2014. “Penerapan Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam


Pada Program Akselerasi Di Smpn 3 Tangerang Selatan”. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah
Bobbi De Porter & Mike Hermacki. Penerjemah Alwiayah Abdurahman.
Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan : Cet ke-21.
Bandung: Kaifa. 2005.
Bobbi DePorter Dkk. Quantum Teaching: Orchestrating Student Succes.
Quantum Learning: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas.
Bandung: Kaifa. 2007.
Hamzah B.Uno. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran: Cet ke-1.
Jakarta: Bumi Aksara. 2006.
J.P Caplin. Penerjemah Kartini Kartono. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada. 2006.
Laila, Ratna. 2008. “Tipologi Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam Di Smp Negeri 2 Logas Tanah Darat Kabupaten Kuantan Singingi”.
Skripsi. Pekanbaru: UIN Sultan Syarif Kasim Riau
M. Joko Susilo. Gaya Belajar Makin Pintar. Yogyakarta: Pinus. 2006.
Melvin L. Siberman. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Cet-III
edisi revisi. Bandung: Musamedia & Nuansa. 2006.
Tambak, Syahraini. 2014. Pendidikan Agama Islam Konsep Metode Pembelajaran
PAI. Yogyakarta: Graha Ilmu
Undang-Undang Sisdiknas No. 20. Tahun 2003

Anda mungkin juga menyukai