Mola
Mola
Oleh:
Pembimbing:
dr. Ihya Ridlo Nizomy, M. Kes, SpOG (K)-Urogin
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................ ii
DAFTAR TABEL.................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR............................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
2.1. Definisi............................................................................. 3
2.2. Epidemiologi................................................................... 3
2.4. Etiologi............................................................................ 4
2.5. Klasifikasi........................................................................ 5
2.6. Patogenesis...................................................................... 6
2.8. Diagnosis......................................................................... 9
2.9 Tatalaksana...................................................................... 13
2.10 Komplikasi..................................................................... 19
2.11 Prognosis........................................................................ 19
3.1. Identitas…………………............................................... 20
ii
3.2. Anamnesis....................................................................... 20
3.5. Diagnosis......................................................................... 28
BAB V PENUTUP.................................................................................. 56
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………..... 57
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
iv
DAFTAR GAMBAR
Tabel Halaman
v
BAB I
PENDAHULUAN
prosedur intrauterin yang jarang terjadi. 1 Perforasi uterus juga dapat terjadi pada
kehamilan mola yang biasa diakibatkan oleh mola invasif atau koriokarsinoma
mortalitas pada pasien sehingga diperlukan diagnosis dan tatalaksana yang tepat. 2
pada trofoblas.4 Insiden mola hidatidosa lebih tinggi pada negara berkembang
terutama pada wanita kurang dari 20 tahun atau di atas 40 tahun, nulipara, wanita
dengan status ekonomi rendah, dan pada wanita yang kekurangan gizi protein,
asam folat, dan karoten.5 Insidensi kejadian mola hidatidosa di Amerika Serikat
dan Eropa mencapai 1-2 per 1000 kehamilan.6 Sedangkan insidensi mola
hidatidosa di Indonesia lebih tinggi yaitu mencapai 7-20 per 1000 kehamilan.7
mola invasif pada jenis mola hidatidosa komplit dan kurang dari 1-5% pada mola
1
2
ekstra uterus.9 Invasi ini terjadi dengan cara ekstensi langsung atau melalui
sirkulasi vena.9 Etiologi mola invasif dari mola hidatidosa masih belum jelas
diketahui.9 Beberapa faktor risiko yang diidentifikasi adalah ras, usia ekstrim, dan
defisiensi vitamin A.9 Mola invasif lebih sering didiagnosis secara klinis
Dalam tulisan ini akan disajikan laporan kasus seorang wanita berusia 30
tahun dengan diagnosis perforasi uterus pada kasus mola hidatidosa. Tujuan dari
penulisan ini ditekankan pada cara mendiagnosis secara klinis mola hidatidosa,
terutama jenis mola invasif sehingga dapat mengurangi morbiditas dan mencegah
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
menjadi mola invasif pada jenis mola hidatidosa komplit dan kurang dari 1-5%
pada mola hidatidosa parsial.9 Mola invasif adalah mola hidatidosa yang
ke jaringan ekstra uterine.9 Mola invasif ditandai dengan adanya vili korialis atau
2.2 Epidemiologi
dimana prevalensi meningkat pada ras Asia, Hispanik, Amerika dan India. 6
Insidensi kejadian mola hidatidosa di Amerika serikat dan Eropa relatif konstan
Indonesia mencapai 7-20 per 1000 kehamilan.7 Insiden mola hidatidosa lebih
tinggi pada negara berkembang terutama pada wanita kurang dari 20 tahun atau di
dengan status ekonomi rendah, dan pada wanita yang kekurangan gizi protein,
3
4
Mola hidatidosa dapat terjadi pada semua wanita dalam masa reproduksi.
untuk mendapat mola hidatidosa yaitu mereka yang hamil di usia dibawah 20
tahun dan diatas 35 tahun. Bahkan menurut Pritchard dan Smalbraak, pada usia
kejadian mola hidatidosa. Insidensi mola hidatidosa meningkat pada wanita yang
WHO Scientific Group 1983 berkesimpulan selain usia dan gizi riwayat
mola hidatidosa meningkat pada wanita yang pernah mendapat mola hidatidosa
sitogenetik Kajii et al dan Lawler et al, menunjukkan bahwa pada kasus mola
dengan populasi normal (4,6% dan 0,6%). Ada kemungkinan pada wanita dengan
nondisjunction sehingga lebih banyak terjadi ovum yang kosong atau intinya tidak
aktif. 10
2.4 Etiologi
sampai sekarang penyebab dari mola hidatidosa belum diketahui. Oleh karena itu,
5
terjadinya mola hidatidosa, seperti tidak hamil pada usia kurang dari 20 dan lebih
dari 35 tahun serta memperbaiki keadaan gizi terutama pada wanita usia
produktif. 10
2.5 Klasifikasi
histopatologi terbagi menjadi dua yaitu jenis pra-maligna dan jenis maligna.
Mola hidatidosa terdiri dari dua jenis, yaitu mola hidatidosa komplit dan
hidropik sehingga sama sekali tidak ditemukan unsur janin. Secara makroskopis
MHK mempunyai gambaran yang khas, yaitu berbentuk kista atau gelembung
berdinding tipis, kenyal, berwarna putih berisi cairan seperti asites atau edema.
6
Apabila ukurannya kecil tampak seperti telur katak, tetapi apabila ukurannya
besar, tampak seperti serangkaian buah anggur yang bertangkai, sehingga mola
Pada mola hidatidosa parsial hanya sebagian dari vili korialis mengalami
degenerasi hidropik sehingga unsur janin selalu ada. Perkembangan janin akan
biasanya tidak dapat bertahan lama dan akan mati dalam rahim, walaupun dalam
kepustakaan ada yang melaporkan tentang kasus mola hidatidosa parsial yang
2.6 Patogenesis
abnormal.6 Mola hidatidosa dibagi menjadi dua yaitu mola hidatidosa komplit dan
parsial.8 Mola hidatidosa komplit terdiri dari kromosom diploid yang hanya
mengandung DNA paternal sehingga bersifat androgenetik. 6 Hal ini terjadi karena
satu sel sperma haploid melakukan fertilisasi terhadap sel telur yang tidak
setelah tahap miosis.6 Fertilisasi juga dapat terjadi pada dua sperma yang akan
membentuk 46XX atau 46XY heterozigot yang disebut juga fertilisasi dispermi. 6
Mola hidatidosa komplit lebih sering terjadi dan ditandai dengan tidak adanya
bagian janin.8
atau yang lebih jarang, 69XYY, yang berkembang dari dua haploid paternal pada
7
dapat berkembang menjadi embrio namun dalam kondisi letal yang. Walaupun
Gambar 2.1 Patogenesis mola hidatidosa komplit (A) dan parsial (B)6
Para pakar menganggap bahwa secara patologi anatomi, tidak ada
perbedaan antara mola hidatidosa komplit dan invasif, hanya saja pada mola
invasif vili korialisnya mempunyai daya penetrasi yang berlebih, sehingga dapat
Pada mola invasif, vili korialis yang ada di miometrium memiliki dua
kemungkinan. Pertama akan direabsorpsi oleh tubuh sehingga akan hilang sama
sekali dan penderita sehat kembali. Kedua, vili tersebut berkembang lagi menjadi
khas vesikuler diantara otot otot miometrium. Apabila jumlah gelembung makin
banyak, ruang miometrium tidak bisa menampungnya lagi sehingga dapat terjadi
8
perforasi. Kemungkinan arah perforasi ada tiga, yang paling sering, arahnya ke
lebih ke bawah, perforasi dapat pula terjadi kearah parametrium, perforasi bisa
juga menuju ke arah cavum uteri, sehingga cavum uteri terisi lagi oleh jaringan
Tanda dan gejala yang biasa muncul pada kehamilan mola hidatidosa
antara lain:11,12
1. Hiperemesis
kehamilan biasa yaitu mual, muntah, pusing, dan lain-lain, hanya saja derajat
2. Perdarahan pervaginam
Perdarahan biasanya terjadi antara bulan pertama sampai ketujuh dengan rata-
menyebabkan uterus lebih besar dari usia kehamilan. Ada pula kasus-kasis
yang uterusnya lebih kecil atau sama besar walaupun jaringannya belum
mole.
9
4. Preeklampsia
Klinisi harus melakukan tes urin pada kehamilan dengan wanita yang
Preeklampsia pada mola biasa terjadi pada kehamilan yang lebih muda dari
kehamilan biasa.
Gejala dan tanda yang lebih sering muncul pada kehamilan mola adalah
perdarahan pervaginam yang ireguler, tes kehamilan yang positif, dan hasil USG
yang mendukung. Sedangkan gejala yang jarang terjadi antara lain hiperemesis,
distensi abdomen yang disebabkan oleh kista lutein. 11 Umumnya kista lutein
dapat menyertai mola hidatidosa baik unilateral maupun bilateral dan dapat
pervaginam yang persisten setelah evakuasi kehamilan mola. Selain itu, pada
mola invasif juga dapat ditemukan kista teka lutein yang persisten dan subinvolusi
2.8 Diagnosis
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
adalah uterus yang lebih besar dari tuanya kehamilan dan tidak ditemukan tanda
pasti kehamilan seperti detak jantung janin, balotemen, atau gerakan anak.
3. Laboratorium
Kadar β-hCG pada kasus kehamilan mola biasanya lebih tinggi dari
Kadar hCG yang plateau pada empat kali pemeriksaan selama 3 minggu atau
4. Pemeriksaan penunjang
preeklamsia, dan hipertiroidisme lebih jarang terjadi. Gambaran khas sarang lebah
pada pemeriksaan USG mola hidatidosa komplit jarang ditemukan terutama pada
11
trimester pertama. Pada pemeriksaan USG mola hidatidosa komplit biasanya tidak
gestasional yang berubah bentuk yang mungkin tampak seperti aborsi spontan.15
sebagai stroma vili korialis yang edematus tanpa vaskularisasi disertai hiperplasi
dari sel sito dan sel sinsitiotrofoblas. Beberapa pakar menganggap jika pada
parsial ditemukan gambaran khas vili korialis dari berbagai ukuran dengan
dari vili; inklusi stroma trofoblas yang menonkol; dan ditemukan jaringan
Gambar 2.3 Gambaran mola hidatidosa secara makroskopis (A) dan secara
mikroskopis (B).6
Sedangkan untuk diagnosis mola invasif sulit dibuat secara klinis kecuali
bila penderita datang dalam keadaan darurat yaitu bila seorang wanita yang
pernah mendapat mola hidatidosa komplit datang dengan keluhan akut abdomen
mengeluhkan nyeri yang berat, anemis, dan tidak jarang dalam keadaan syok.
Dalam keadaan ini diagnosis memang mudah dibuat tetapi secara prognostik
dilakukan walaupun pada wanita muda dengan paritas rendah. Bila tidak hati-hati
dalam melakukan anamnesis penderita mola invasif yang masuk dalam keadaan
Pada kasus tanpa keadaan akut abdomen seperti yang telah disebutkan
sebelumnya, mola invasif dapat dicurigai bila ditemukan hal-hal sebagai berikut: 10
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
3. Laboratorium
Kadar β-hCG tetap tinggi atau ada distorsi pada kurva regresi.
4. USG
kadang dengan USG dapat pula ditentukan adanya ancaman perforasi (impending
5. Patologi Anatomi
diperlukan pemeriksaan:
a. Hemopoetik lengkap
d. Foto toraks
2. Evakuasi jaringan
sering disertai dengan penyulit sehingga harus dievakuasi secepat mungkin. Ada
Setelah KV, dinding uterus dibersihkan dengan kuret tajam. Untuk PA,
diambil jaringan yang melekat pada dinding uterus. Laporan harus mencakup:
jumlah jaringan, darah, diameter gelembung, ada tidaknya bagian janin. Kuret
a. Hanya untuk golongan risiko tinggi yaitu umur >35 tahun dengan
keganasan di uterus.
Pada kasus mola invasif, penderita dapat diobati secara konservatif hanya
berdasarkan hasil PA yang jaringannya diambil bukan dari uterus melainkan dari
tempat metastasis seperti vagina atau vulva. Indikasi pemberian kemoterapi pada
mola invasif adalah wanita muda dengan paritas rendah atau yang masih
Operasi pada mola invasif dapat dilakukan jika disertai gejala perdarahan
akut akibat perforasi uterus. Operasi juga dianjurkan bila pada USG ditemukan
wanita tersebut sudah tidak memerlukan fungsi reproduksinya. Jenis operasi yang
mungkin dihindari pada wanita usia muda. Bila terjadi perforasi ke arah
uterus membesar lagi karena terisi gelembung mola, maka evakuasi jaringan
sterilisasi. Dengan cara ini penderita tidak boleh hamil lagi karena bahaya ruptur
uteri pada saat kehamilan, di samping itu, fungsi menstruasi masih dapat
dipertahankan.10
3. Profilaksis
Profilaksis pada mola hidatidosa dapat dilakukan dengan dua cara, antara
lain:10
a. Histerektomi totalis
tidak bisa dilakukan HT, atau pada wanita muda dengan hasil PA yang
mencurigakan.
Caranya:
17
berturut-turut.
walaupun sudah diberikan profilaksis sitostatika akan lebih sukar untuk diobati
membahayakan. Oleh karena itu, banyak pakar yang tidak setuju dengan
pemberian profilaksis ini. Dengan follow up yang baik, kita dapat membuat
4. Follow up
sekali pada 3 bulan pertama, 1 bulan sekali pada 3 bulan kedua, dan 2 bulan sekali
pada 6 bulan terakhir. Hal-hal yang perlu dicatat selama follow up antara lain:10
c. Kadar β-hCG, terutama jika ditemukan ada tanda-tanda distorsi dari kurva
Bila dalam tiga kali pemeriksaan berturut-turut ditemukan salah satu dari
yang lebih intensif. Follow up dihentikan jika sebelum satu tahun penderita hamil
normal kembali, atau sebelum setahun tidak ditemukan tanda-tanda yang telah
disebutkan sebelumnya.10
Selama follow up, pasien disarankan untuk tidak hamil terlebih dahulu
karena akan menimbulkan salah interpretasi akibat kadar β-hCG yang meningkat
kembali. Jenis kontrasepsi yang disarankan adalah kondom. Jika kadar β-hCG
atau haid normal kembali, dapat disarankan menggunakan pil kombinasi. Bila pil
lebih besar. Jangan menggunakan IUD atau preparat progesteron jangka panjang
karena dapat menyebabkan gangguan perdarahan yang bisa menyerupai salah satu
diawasi selama satu tahun untuk melihat kemungkinan kekambuhan. Jadwal dan
cara pemantauannya tidak berbeda dengan follow up mola hidatidosa. Jika mola
19
melainkan hanya diawasi selama satu tahun seperti pada kasus mola hidatidosa
biasa.10
2.10 Komplikasi
merupakan komplikasi paling banyak pada kasus mola hidatidosa. 16 Sekitar 8,8%
hipertiroid.17 Tingkat kematian pada mola invasif adalah sebesar 15% yang biasa
2.11 Prognosis
rendah yaitu sekitar 0,6%-2%, meskipun akan meningkat setelah kehamilan mola
yang berturut-turut.15 Mutasi pada NLRP7 dan KHDC3L telah dilaporkan pada
jinak, karena hanya 10-20% kasus yang akan berkembang menjadi neoplasia
wanita dengan riwayat mola invasif yang hamil harus lebih hati-hati terutama
20
pada kehamilan tua sehingga harus dilakukan pemeriksaan USG secara serial
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas
Nama : Ny. R
Umur : 30 tahun
Agama : Islam
Suku : Banjar
Pendidikan : SMP
3.2 Anamnesis
April 2021 pukul 14.00 WITA. Pasien datang dengan keadaan telah diberikan RL
kuretase atas indikasi mola hidatidosa, namun karena pasien mengeluhkan nyeri
20
21
perut hebat disertai penurunan keadaan umum pasien dirujuk ke RSUD Ulin
Banjarmasin.
Saat ini pasien mengeluhkan nyeri perut hebat sejak 14 jam SMKB,
memberat sejak 6 jam SMKB, pasien merasa lemas, perdarahan pervaginam (-);
Riwayat keputihan (+) gatal (+), berbau (-) sejak 3 bulan SMKB; Demam (-);
Nyeri BAK (-); BAB normal; Mual (+), muntah (+) 1 kali berisi makanan.
praktek dokter spesialis kandungan karena mengeluhkan mual muntah yang hebat
dan test pack positif, setelah di USG dokter mengatakan hamil anggur dan
namun karena merasa tidak ada gejala dan terbentur biaya pasien tidak
selama 15 hari berwarna hitam yang muncul sedikit-sedikit. Pasien mengaku nyeri
perut serta mual muntah, lalu melakukan test pack dan hasilnya positif. Pada
tanggal 9 April 2021 ia datang ke praktek dokter spesialis dan dikatakan hamil
Tidak ada riwayat operasi sebelumnya. Tidak ada riwayat keganasan, hipertensi,
Tidak ada keluhan mola hidatidosa, keganasan, hipertensi, DM, dan asma.
22
Menarche usia 13 tahun. Siklus haid teratur 28 hari. Lama haid rata-rata 5-7 hari.
V = 2020 – Sekarang
P1A1
Tanda vital :
Nadi : 88 kali/menit
Suhu : 36,8oC
Kepala/leher :
cuping hidung.
ada kelainan.
pembesaran JVP.
24
Thoraks :
Paru
retraksi
Perkusi : sonor
Jantung
Abdomen
Inspeksi : tegang
Perkusi : timpani
Ekstremitas
Gizi
Lingkar perut 85 cm
PP Test (+)
A. Pemeriksaan Laboratorium
22 April
13 April 2021 14 April 2021 20 April 2021
Hasil Lab 2021
(14.56 WITA) (05.23 WITA) (22.12 WITA)
(08.12)
Hemoglobin 7,7 8,8 8,7 12,0
Leukosit 27,6 20,4 13,4 14,7
Eritrosit dalam
2,74 3,09 3,05 batas
normal
Hematokrit 23,5 26,9 26,6 35,9
Trombosit dalam batas dalam batas
501.000 654.000
normal normal
RDW-CV dalam
dalam batas
14,6 14.3 batas
normal
normal
MCV dalam
dalam batas dalam batas dalam batas
batas
normal normal normal
normal
MCH dalam
dalam batas dalam batas dalam batas
batas
normal normal normal
normal
dalam
MCHC 32,8 32,7 32,7 batas
normal
B. Pemeriksaan USG
Interpretasi:
Tampak gambaran free fluid pada cavum douglas dan cavum vesicouterina.
3.5 Diagnosis
- Oksigenasi 3 lpm
2. Dilakukan aseptic dan antiseptic dengan providone iodine 10% pada lapang
abdomen terbuka
No.0
10. Dilakukan pemasangan uphill drain pada cavum abdomen dengan fiksasi
3.8 Follow Up
S) Nyeri luka post operasi belum terasa, flatus (-), pusing (+), mual (-), muntah (-)
O) Status Umum
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36.1oC
Skala nyeri :-
Lingkar perut : 89 cm
Produksi drain :-
S) Nyeri luka post operasi (+), flatus (-), pusing (-), mual (-), muntah(-)
O) Status Umum
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36.8oC
Lingkar perut : 89 cm
P) IVFD RL 500 cc/8 jam -> drip oxytocin 4 amp – 20 tpm sd 24 jam post op
S) Nyeri luka post operasi (<), flatus (+), pusing (-), mual (-), muntah(-)
O) Status Umum
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36.6oC
Skala nyeri :4
FU hasil BNO
Mobilisasi bertahap
S) Nyeri luka post operasi (<), flatus (+), pusing (-), mual (-), muntah(-)
O) Status Umum
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36.8oC
Skala nyeri :4
Lingkar perut : 88 cm
FU Hasil BNO
S) Nyeri luka post operasi (<), flatus (+), pusing (-), mual (-), muntah(-)
O) Status Umum
Nadi : 92 x/menit
Suhu : 36.6oC
Skala nyeri :4
Lingkar perut : 88 cm
Mobilisasi bertahap
S) Nyeri luka post operasi (<), flatus (+), pusing (-), mual (-), muntah(-)
O) Status Umum
Nadi : 78 x/menit
Suhu : 36.3oC
Skala nyeri :3
36
Observasi drain, jika produksi drain (-) atau < 50 cc/24 jam → aff drain
S) Nyeri luka post operasi (<), flatus (+), pusing (-), mual (-), muntah(-)
O) Status Umum
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36.4oC
37
Skala nyeri :3
Mobilisasi bertahap
Observasi drain, jika produksi drain (-) atau < 50 cc/24 jam → aff drain
S) Nyeri luka post operasi (-), flatus (+), pusing (-), mual (-), muntah(-)
O) Status Umum
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36.7oC
Skala nyeri :-
Lingkar perut : 87 cm
Observasi drain, jika produksi drain (-) atau < 50 cc/24 jam → aff drain
S) Nyeri luka post operasi (-), flatus (+), pusing (-), mual (-), muntah(-)
O) Status Umum
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 36.7oC
Skala nyeri :-
Lingkar perut : 87 cm
Aff drain
Konsul IPD
S) Nyeri luka post operasi (-), flatus (+), pusing (-), mual (-), muntah(-), BAB (+)
O) Status Umum
Nadi : 90 x/menit
Suhu : 36.6oC
Skala nyeri :-
Lingkar perut : 85 cm
P) Venflon
BLPL
Resep pulang :
PO Cefixime 2x200mg
41
Jawaban TS IPD:
- USG Tiroid
APRIL 2021
SOAP 13 14 15 16 17
Subjektif
Nyeri luka post operasi - + < < <
Flatus - - + + +
Pusing + - - - -
Mual - - - - -
Muntah - - - - -
Nyeri perut - - - - -
BAK - - - - -
BAB - - - - -
Objektif
Tekanan darah (mmHg) 126/62 126/70 110/80 127/78 110/70
Nadi (kali/menit) 91 80 80 84 92
Respirasi (kali/menit) 22 20 21 20 20
Suhu (kali/menit) 36,1 36,8 36,6 36,8 36,6
SpO2 (%) tanpa supp
97% 98% 98% 98% 99%
O2
Skala nyeri - 5-6 4 4 4
Lingkar perut (cm) 89 89 88,5 88 88
Fluxus (+/-) - - - - -
Drain (cc)/24 jam - 50cc/8jam 100 200 150
Folley catheter (cc)/ 400cc/8
Inisial 100cc 600cc 900cc 1100cc
24jam jam
Assesment
Abdominal
Pain ec KET
Kronis
(Hematocele)
+ susp
internal
bleeding +
Anemia (Hb
42
7,7) +
Hipoalbumin
(2,7) +
leukositosis
(27600)
APRIL 2021
SOAP 18 19 20 21 22
Subjektif
Nyeri luka post operasi - - - - -
Flatus + + + + +
Pusing - - - - -
Mual - - - - -
Muntah - - - - -
Nyeri perut - - - - -
BAK spontan - - + + +
BAB - - - - +
43
Objektif
Tekanan darah (mmHg) 110/80 126/70 110/80 127/78 110/70
Nadi (kali/menit) 78 80 80 84 92
Respirasi (kali/menit) 20 20 21 20 20
Suhu (kali/menit) 36,3 36,8 36,6 36,8 36,6
SpO2 (%) tanpa supp
99% 98% 98% 98% 99%
O2
Skala nyeri 3 3 - - -
Lingkar perut (cm) 87,5 87,5 87 87 85
Fluxus (+/-) - - - - -
Drain (cc)/24 jam 150 100 50 - -
Folley catheter (cc)/
1300cc 1400cc - - -
24jam
Assesment
Post histerorafi ai perforasi uterus ec susp.
Mola invasif dd iatrogenik + Anemia (Hb
8,8) + Hipoalbumin (2,7)
Post
histerorafi ai
perforasi
uterus (H8)
ec susp.
Mola
invasif dd
iatrogenik +
Anemia (HB
12,0)
terkoreksi +
Hipoalbumin
(2,8)
Plan
IVFD RL 500 cc/8 jam + + + + +
drip oxytocin 4 amp –
20 tpm sd 24 jam post - - - - -
op
Injeksi ceftriaxone 1
+ + + + -
gram/12 jam IV
Injeksi metronidazole
+ + + + -
500 mg/ 8 jam IV
Injeksi asam
tranexamat 500 mg/ 8 - - - - -
jam IV
Injeksi ketorolac 30
- - - - -
mg/ 8 jam IV
Venflon +
PO Asam mefenamat
+ + + + +
3x500 mg
44
PO Asam traneksamat
+ + + + +
3x500 mg
Drain + + + - -
Folley catheter + + - - -
Obs
KU/kel/TTV/flx/lingkar + + + + +
perut
O) Status Umum
Nadi : 98 x/menit
Suhu : 36.5oC
CU = agak membesar
Pemeriksaan Penunjang
- USG Transvaginal
VU = Kosong
45
II. Uterus ukuran lebih kecil 3,5cm x 1,7 cm x 2,49 cm. EL (+) 0,3cm.
Kesan: Rudimenter
Pada laporan kasus ini dibahas sebuah kasus perempuan usia 30 tahun
dengan diagnosis P1A1 post histerorafi atas indikasi perforasi uterus riwayat
kuretase 2 bulan yang lalu atas indikasi mola hidatidosa dengan gestasional
trofoblastik neoplasma (Susp. mola invasif grade I) dan uterus unicornuate non
keadaan umum dan riwayat kejang 1 kali, pasien dirujuk ke RSUD Ulin
Banjarmasin
hebat sejak 14 jam SMKB memberat sejak 6 jam SMKB, pasien merasa lemas,
disertai mual dan muntah 1 kali berisi makanan. Riwayat keputihan gatal namun
tidak berbau sejak 3 bulan SMKB, riwayat perdarahan pervaginam, demam, nyeri
mual muntah yang hebat dan test pack positif, setelah di USG dokter mengatakan
secara rutin, namun karena merasa tidak ada gejala dan terbentur biaya pasien
tidak memeriksakannya.
46
47
Setelah kuretase, pasien mengaku keluar flek terus menerus selama 15 hari
berwarna hitam yang muncul sedikit-sedikit. Pasien mengaku nyeri perut serta
mual muntah, lalu melakukan test pack dan hasilnya positif kemudian pasien
datang ke praktek dokter spesialis dan dikatakan hamil anggur lagi, sehingga
pada trofoblas.4 Mola hidatidosa dapat berkembang menjadi mola invasive. Mola
terjadi pada semua wanita dalam masa reproduksi. Penelitian menunjukkan wanita
dengan umur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 mempunyai risiko lebih
tinggi untuk mendapat mola hidatidosa. Wanita yang berusia diatas 40 tahun,
berisiko 4 – 10 kali lipat menderita mola hidatidosa dari mereka yang berusia 20 –
40 tahun.10 Selain itu dikatakan pasien memiliki riwayat mola hidatidosa 2 bulan
sebelumnya dan sempat dilakukan kuretase. Menurut WHO (1983) kejadian mola
hidatidosa juga meningkat pada wanita yang pernah mendapat mola hidatidosa
sebelumnya.10
rutin, namun karena merasa tidak ada gejala dan terbentur biaya pasien tidak
protein, asam folat, histidine, dan β-karoten. 10 Faktor risiko lain adalah genetik,
dimana menurut penelitian pada kasus mola hidatidosa lebih banyak ditemukan
0,6%), ada kemungkinan, pada wanita dengan kelainan sitogenetik lebih banyak
terjadi ovum yang kosong atau intinya tidak aktif. 10 Etnis merupakan salah satu
mengeluhkan nyeri perut hebat disertai mual dan muntah 1 kali berisi makanan.
Sebelumnya pasien memiliki riwayat mola hidatidosa 2 bulan yang lalu dan
Pada pasien ini terjadi tanda tanda akut abdomen berupa nyeri perut hebat
invasif. Pada mola invasif, vili korialis yang ada di miometrium memiliki dua
kemungkinan. Pertama akan direabsorpsi oleh tubuh sehingga akan hilang sama
sekali dan penderita sehat kembali. Kedua, vili tersebut berkembang lagi menjadi
arah perforasi ada tiga, yang paling sering, arahnya ke perimetrium sehingga
perforasi dapat pula terjadi kearah parametrium, perforasi bisa juga menuju ke
arah cavum uteri, sehingga cavum uteri terisi lagi oleh jaringan mola dan uterus
kembali membesar.10
Diagnosis mola invasif sulit dibuat secara klinis kecuali bila penderita
datang dalam keadaan darurat yaitu bila seorang wanita yang pernah mendapat
mola hidatidosa komplit datang dengan keluhan akut abdomen yang disebabkan
hidatidosa komplit sebelumnya dalam rentang waktu yang tidak terlalu lama, dari
anamnesis pasien mengatakan pernah mengalami hamil anggur 2 bulan yang lalu
pertama terdapat flek flek kecoklatan yang keluar dari lubang kemaluan. Menurut
teori pada mola hidatidosa invasif terjadi perdarahan tidak teratur pasca evakuasi.
Gejala lain dari mola invasif yaitu perut terasa membesar namun tidak ada
Dua bulan setelah mengalami mola hidatidosa pasien mengaku nyeri perut
serta mual muntah, lalu melakukan test pack dan hasilnya positif kemudian pasien
datang ke praktek dokter spesialis dan dikatakan hamil anggur lagi, sehingga
dijadwalkan untuk kuretase kedua yaitu 4 hari sebelum masuk kamar bersalin.
50
Gejala yang lain pada kehamilan mola hidatidosa antara lain, tes
kehamilan positif, keluhan hyperemesis yaitu mual, muntah, pusing, dan lain-lain,
kuadran dengan tinggi fundus uteri sulit dievaluasi karena tidak teraba. Tidak
toucher ditemukan portio yang menutup dengan nyeri goyang portio, cavum uteri
sedikit membesar, dan cavum douglas yang menonjol. Pada USG tampak
Pemeriksaan fisik dan USG yang ditemukan pada pasien ini tidak khas
pada kasus kehamilan mola karena sudah terjadi perforasi uterus. Pada kasus mola
hidatidosa, pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan adalah uterus yang lebih
besar dari tuanya kehamilan dan tidak ditemukan tanda pasti kehamilan seperti
detak jantung janin, balotemen, atau gerakan anak. 10 Pada pemeriksaan USG
sarang lebah serta bagian janin. Gambaran khas sarang lebah pada pemeriksaan
pertama.15 Pada USG juga tidak ditemukan gambaran vesikuler di antara otot-otot
Patologi Anatomi dan didapatkan pada sediaan tampak proliferasi jaringan vili
korialis yang mengalami degenerasi hidrofik dengan taburan sel radang dan tidak
tampak tanda ganas. Sehingga diagnosis pasti dari kasus ini dapat ditetapkan
sebagai mola hidatidosa. Tetapi hasil dari pemeriksaan ini tidak menjelaskan
apakah vili korialis ditemukan di antara otot-otot miometrium seperti yang biasa
Pada saat datang pasien memiliki kadar β-HCG setinggi 77.786 mIU/ml.
Pada pemeriksaan post laparatomi, kadar β-HCG pasien menurun menjadi 13.066
mIU/ml dan pada pemeriksaan ketiga kadar β-HCG sedikit meningkat menjadi
16.794 mIU/ml. Pada kasus ini terjadi distorsi dari kurva regresi yang normal
pada minggu ke-3 sehingga dicurigai terjadi keganasan. Pada kasus mola
hidatidosa, kadar β-HCG akan menurun secara perlahan setelah jaringan mola
dievakuasi sampai akhirnya tidak terdeteksi lagi dengan rata-rata waktu yang
diperlukan 12 minggu.10 Pasien kemudian tidak datang ke poli lagi untuk kontrol
Mola invasif pada kasus ini masih berada pada stadium 1. Mola invasif
Tata laksana dari kehamilan mola terdiri dari 4 tahap, yaitu perbaikan
keadaan umum, evakuasi jaringan, profilaksis, dan follow up. Pada kasus mola
berdasarkan gambaran klinis, laboratoris, dan USG atau berdasarkan hasil PA.
catheter, injeksi ceftriaxone 2x1 gram intravena, serta sedia darah 2 kolf whole
53
blood dan 2 kolf packed red cell untuk transfusi agar HB ≥10 g/dl. Hal ini sudah
sesuai dengan teori yang mengatakan penatalaksanaan awal untuk pasien dengan
mola hidatidosa ialah perbaikan keadaan umum dengan cara transfusi darah, untuk
dengan tekanan darah tinggi, serta obat antitiroid jika ada indikasi.
perdarahan baru ±1000cc, serta tampak perforasi uteri bagian corpus posterior
dilakukan histerorafi. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bila terjadi
selanjutnya dapat dilakukan histerorafi dan sterilisasi. Dengan cara ini pasien
tidak boleh hamil lagi karena bahaya ruptur uteri pada saat kehamilan selanjutnya,
dilakukan kuret vakum dan histerektomi totalis. Namun histerektomi totalis hanya
untuk golongan risiko tinggi yaitu umur >35 tahun dengan jumlah anak cukup,
pada mola invasif dapat dilakukan jika disertai gejala perdarahan akut akibat
perforasi uterus. Operasi juga dianjurkan bila pada USG ditemukan gambaran
54
ancaman perforasi dengan uterus di atas 14 minggu terutama bila wanita tersebut
Profilaksis pada mola hidatidosa dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
histerektomi totalis dan kemoterapi. Histerektomi tidak dilakukan pada pasien ini
karena usia ≤35 tahun serta paritas yang masih rendah. Kemoterapi profilaksis
juga tidak langsung diberikan pada pasien ini karena ada pendapat yang
profilaksis sitostatik, akan lebih sukar untuk diobati. Obat sitostatika yang telah
dengan paritas rendah atau yang masih memerlukan fungsi reproduksi, tidak ada
Pada saat follow up selalu dievaluasi mengenyai nyeri luka post operasi, nyeri
perut, perdarahan, serta ada tidaknya keluhan lain. Setelah keluar dari rumah sakit,
evaluasi kadar βHCG. Sesuai teori, follow up pasien dengan mola hidatidosa dapat
dilakukan selama satu tahun dengan jadwal 2 minggu sekali pada 3 bulan pertama,
1 bulan sekali pada 3 bulan kedua, dan 2 bulan sekali pada 6 bulan terakhir.
kembali, atau sebelum setahun tidak ditemukan tanda-tanda yang telah disebutkan
harus diawasi selama satu tahun untuk melihat kemungkinan kekambuhan. Jadwal
55
dan cara pemantauannya tidak berbeda dengan follow up mola hidatidosa. Jika
mola invasif masih dalam stadium I, penderita tidak perlu mendapat kemoterapi
melainkan hanya diawasi selama satu tahun seperti pada kasus mola hidatidosa
biasa.10
Saat pasien datang dengan keadaan akut abdomen, mola hidatidosa yang
didapatkan pada pasien sudah memberikan komplikasi berupa perforasi uterus dan
anemia. Pada saat post operasi histerorafi, pasien sudah tidak ada mengeluhkan
nyeri dan perdarahan, kadar hemoglobin pada pasien pun berangsur normal.
Namun pasien harus terus melakukan kontrol rutin ke rumah sakit karena sekitar
8,8% kasus dapat berkembang menjadi koriokarsinoma dimana pada 5,9% kasus
hipertiroid.17 Tingkat kematian pada mola invasif adalah sebesar 15% yang biasa
wanita dengan riwayat mola invasif yang hamil harus lebih hati-hati terutama
pada kehamilan tua sehingga harus dilakukan pemeriksaan USG secara serial
PENUTUP
dengan keluhan utama nyeri perut hebat disertai penurunan keadaan umum.
pada uterus. Penyebab dari keluhan pasien diketahui diakibatkan oleh mola invasif
Pasien dirawat di ruang Cempaka RSUD Ulin Banjarmasin sejak tanggal 13 April
2021 sampai tanggal 22 April 2021 dan diperbolehkan pulang pada hari
sebelum melakukan tata laksana karena dua kasus tersebut memiliki terapi yang
berbeda. Penegakkan diagnosis mola invasif sejak dini harus dilakukan guna
56
DAFTAR PUSTAKA
57