KTI kelompok 3, terafi refleksi pijat kaki
KTI kelompok 3, terafi refleksi pijat kaki
DI SUSUN OLEH
OLEH:
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan hidayat-Nya penulisan dan penyusunan karya tulis ilmiah yang
berjudul “Terapi Refleksi Pijat Kaki Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Lansia
Dengan Hipertensi” dapat terselesaikan. Karya tulis ilmiah ini merupakan salah
satu tugas mata ajar keperawatan gerontik program profesi ners STIKes
PERTAMEDIKA.
Karya tulis ilmiah ini penulis harapkan dapat menambah pengetahuan tentang
pengaruh terapi relaksasi autogenic terhadap penurunan tingkat nyeri pada lanisa.
Penulis menyadari dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini masih banyak
kekurangan di banyak bagian, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik
supaya penulis dapat memperbaikinya.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR SKEMA
DAFTAR TABEL
DAFTAR
LAMPIRAN BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan
Masalah Tujuan
Penelitian Manfaat
Penelitian
BAB II
TINJAUAN
TEORI
Kaki
BAB III
METODE PENELITIAN
Kerangka Konsep
Desain
Penelitian Subjek
Kasus
Frekuensi BAB IV
2. Pengkajian
3. Diagnosa Keperawatan
4. Intervensi Keperawatan
5. Implementasi Keperawatan
6. Evaluasi Keperawatan
8. Analisa Univariat
9. Analisa Bivariat
10. Pembahasan
kasus BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Hipertensi adalah suatu keadaan yang dialami oleh seorang pasien terhadap
peningkatan tekanan darah di atas normal, baik tekanan darah sistolik maupun
diastolik. Bertambahnya usia berpengaruh terhadap perubahan tekanan darah
tinggi atau hipertensi. hipertensi pada lansia dapat menyebabkan stroke dan
faktor yang memperberat infark miokard (serangan jantung) (Fadli, 2018).
Hipertensi merupakan penyebab kematian ke-3 setelah stroke dan
tuberkulosis Hipertensi merupakan salah satu penyebab utama kematian dini
diseluruh dunia (Agoes , 2011). Hampir 1 milyar orang diseluruh dunia
memiliki tekanan darah tinggi.Kondisi tersebut merupakan gangguan
asimptomatik (Fadli, 2018). Hipertensi dapat di turunkan dengan terapi non
farmakologi yaitu salah satunya Hal ini dapat diatasi dengan terapi refleksi
pijat kaki
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh Terapi Refleksi Pijat Kaki Terhadap Tekanan
Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi di RT 57Jl. Mentok Kelurahan Keramat
Kota Pangkalpinang
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada lansia dengan hipertensi di RT 57 Jl.
Mentok Kelurahan Keramat Kota Pangkalpinang
b. Mengidentifikasi masalah keperawatan yang dapat ditemukan pada
lansia dengan hipertensi di RT 57 Jl. Mentok Kelurahan Keramat Kota
Pangkalpinang
c. Membuat intervensi keperawatan sesuai masalah keperawatan yang
ditemukan pada lansia dengan hipertensi di RT 57 Jl. Mentok
Kelurahan Keramat Kota Pangkalpinang
d. Mengaplikasikan terapi refleksi pijat kaki pada lansia dengan
hipertensi di RT 57 Jl. Mentok Kelurahan Keramat Kota Pangkalpinang
e. Mengidentifikasi karakteristik usia dan jenis kelamin responden di
RT 57 Jl. Mentok Kelurahan Keramat Kota Pangkalpinang
f. Mengidentifikasi rata- rata tekanan darah pada lansia sebelum dan
sesudah diberikan terapi refleksi pijat kaki di RT 57 Jl. Mentok
Kelurahan Keramat Kota Pangkalpinang
g. Mengidentifikasi perbedaan rata-rata penurunan tekanan darah
setelah dilakukan intervensi terapi refleksi pijat kaki terhadap
penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di RT 57 Jl.
Mentok Kelurahan Keramat Kota Pangkalpinang
h. Menganalisa Pengaruh Terapi Refleksi Pijat Kaki Terhadap Tekanan
Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi di RT 57 Jl. Mentok Kelurahan
Keramat Kota Pangkalpinang
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bidang
keperawatan dan Pendidikan kesehatan pada masyarakat khususnya untuk
menggunakan terapi pijat kaki sebagai terapi non farmakologis guna
mengatasi tekanan darah tinggi atau hipertensi pada lansia
TINJAUAN TEORI
Konsep Lansia
1. Pengertian Lansia
Lansia adalah merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang
ditandai dengan penurunan berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah
dimiliki sebelumnya. Mulai dari perubahan penampilan fisik maupun
mental, khususnya dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah
dimiliki. Dengan keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk
mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stress fisiologis (Erna,
2016).
Lansia adalah seseorang yang telah berusia >60 tahun dan tidak berdaya
untuk mencari nafkah sendiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
sehari- hari. Hal diatas dapat disimpulkan bahwa lansia merupakan
seseorang yang telah berusia >60 tahun, mengalami penurunan kemampuan
beradaptasi, dan tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
seorang diri (Ratnawati, 2017).
Batasan usia pada lansia menurut WHO (dalam (Utomo, 2015), usia
lanjutmeliputi:
c. Usia tua (old) yaitu antara 75-90 tahun Usia sangat tua (very old) yaitu
diatas 90 tahun
2. Klasifikasi Hipertensi
3. Etiologi
4. Patofisiologi Hipertensi
Pengaturan tekanan arteri meliputi kontrol sistem saraf yang kompleks dan
hormonal yang saling berhubungan satu sama lain dalam mempengaruhi
curah jantung dan dalam penahanan vaskular perifer. Baroreseptor
merupakan salah satu yang dapat mempengaruhi tekanan darah. Curah
jantung ditentukan oleh volume sekuncup dan frekuensi jantung. Tahanan
perifer ditentukan oleh diameter arteriol. Jika diameter mengalami
penurunan (vasokonstriks), maka tahanan perifer mengalami peningkatan.
Akan tetapi jika diameter mengalami peningkatan (vasodilatasi) maka
tahanan perifer akan mengalami penurunan.
Faktor lain yang mempengaruhi tekanan darah adalah ginjal. Renin yang
dilepaskan ginjal diman ketika aliran darah keginjal mengalami penurunan
makaakan menyebabkan angiostensin I, kemudian akan berubah menjadi
angiostensin II. Angiostensin II meningkatkan tekanan darah dapat
terjadinya konstriksi langsung arteriol sehingga terjadi peningkatan
resistensi perifer (TPR) secara tidak langsug dapat melepaskan aldosteron,
sehingga terjadi retensi natrium dan air dalam ginjal serta menstimulasi
perasan haus.
7. Komplikasi Hipertensi
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mengetahui apakah seseorang
terkena hipertensi yaitu dengan pemeriksaan labolatorium rutin yang
dilakukan sebelum memulai tropi dimana bertujuan untuk menentukan
kerusakan jaringan dan faktor resiko lain atau mencari penyebab dari
hipertensi, biasanya tindakan yang dilakukan yaitu pemeriksaan urinasi,
darah perifer lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah
puasa, kolesterol total, kolesterol HDL, dan EKG (Mansjoer,dkk,2001).
9. Penatalaksanaan
Setiap program terapi memiliki suatu tujuan yaitu untuk mencegah
kematian dan komplikasi, dengan mencapai dan mempertahankan tekanan
darah arteri pada atau kurang dari 140/90 mmHg (130/80 mmHg untuk
penderita diabetes melitus atau penderita penyakit ginjal kronis) kapan pun
jika memungkinkan (Smeltzer, 2013).
b. Medikamentosa meliputi :
Hipertensi ringan sampai sedang, dicoba dulu diatasi dengan
pengobatan non medikamentosa selama 2-4 minggu.
Medikamentosa hipertensi stage 1 mulai salah satu obat berikut :
1) Hidroklorotiazid (HCT) 12,5-25 mg/hari dosis tunggal pagi
hari
2) Propanolol 2 x 20-40 mg sehari.
3) Methyldopa
4) MgSO4
5) Kaptopril 2-3 x 12,5 mg sehari
6) Nifedipin long acting (short acting tidak dianjurkan) 1 x 20-60
mg
7) Tensigard 3 x 1 tablet
8) Amlodipine 1 x 5-10 mg
9) Diltiazem (3 x 30-60 mg sehari) kerja panjang 90 mg sehari.
Sebaiknya dosis dimulai dengan yang terendah, dengan evaluasi
berkala dinaikkan sampai tercapai respons yang diinginkan. Lebih
tua usia penderita, penggunaan obat harus lebih hati-hati.
Hipertensi sedang sampai berat dapat diobati dengan kombinasi
HCT + propanolol, atau HCT + kaptopril, bila obat tunggal tidak
efektif. Pada hipertensi berat yang tidak sembuh dengan kombinasi
di atas, ditambahkan metildopa 2 x 125-250 mg. Penderita
hipertensi dengan asma bronchial jangan beri beta blocker. Bila ada
penyulit/ hipertensi emergensi segera rujuk ke rumah sakit.
10. Pencegahan
Sebagaimana diketahui pre hipertensi bukanlah suatu penyakit, juga bukan
sakit hipertensi, tidak diindikasikan untuk diobati dengan obat farmasi,
bukan target pengobatan hipertensi, tetapi populasi pre hipertensi adalah
kelompok yang berisiko tinggi untuk menuju kejadian penyakit
kardiovaskular. Di populasi USA, menurut NHANES 1999-2000, insiden
pre hipertensi sekitar 30 %. Populasi pre hipertensi ini diprediksi pada
akhirnya akan menjadi hipertensi permanen sehingga pada populasi ini
harus segera dianjurkan untuk merubah gaya hidup (lifestyle modification)
agar tidak menjadi progresi ke TOD (Setiati, 2015).
Rekomendasi gaya hidup yang harus ditaati menurut CHEP 2011 untuk
mencegah risiko menjadi hipertensi, dianjurkan untuk menurunkan asupan
garam sampai di bawah 1500 mg/hari. Diet yang sehat ialah bilamana
dalam makanan sehari-hari kaya dengan buah-buahan segar, sayuran,
rendah lemak, makanan yang kaya serat (soluble fibre), protein yang
berasal dari tanaman, juga harus tidak lupa olahraga yang teratur, tidak
mengkonsumsi alkohol, mempertahankan berat badan pada kisaran 18,5 –
24,9 kg/m2 (Setiati, 2015).
3. Prosedur Relaksasi
a. Waktu pijat refleksi dapat dilakukan selama 30-40menit . tetapi bagi
penderita penyakit kronis,lanjut usia waktunya lebih pendek.
b. Setiap titik refleksi hanya dipijat 5 sampai 9 menit dalam sekali
pemijatan
c. Bisa menggunakan minyak agar kulit tidak lecet tatkala dipijat
d. Gerakan pertama disebut dengan eflurage yaitu memijat dari
pergelangan kaki ditarik sampai kejari-jari. Gerakan dapat dilakukan
sekitar 3-4 kali.
e. Gerakan kedua ini sama dengan gerakan pertama yaitu menarik dari
pergelangan kaki hingga sampai ujung jari melewati perselangan jari
diakhiri dengan tarikan kecil pada jari. Gerakan ini dilakukan pada
semua jari kaki,dari kelingking hingga jempol.
f. Setelah itu,dilakukan seperti gerakan pertama tapi dengan
menungkupkan semua telapak tangan pada atas dan bawah telapak
kaki,ditarik lembut dari pergelangan kaki hingga kejari kaki.gerakan
ini dilakukan 3-4 kali.
g. Lakukan pemijatan dengan memfokuskan penekanan pada jempol,jari
telunjuk.dan jari tengah,dengan membuat gerakan tarikan dari mata
kaki kearah tumit. Gerakan ini dilakukan sebanyak 3-4 kali.
h. Lakukan pemijatan penekanan yang berfokus pada jempol,mengusap
dari telapak kaki bagian atas hingga kebawah. Gerakan ini dapat
dilakukan sebanyak 3-4 kali
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penentuan dari masalah keperawatan yang
ditunjukkan oleh klien.
a. Resiko Perfusi Serebral Tidak Efektif b.d Hipertensi (SDKI: D.0017)
3. Intervensi Keperawatan
Terapeutik
1. Pertahankan
posisi kepala
dan leher
netral
2. Atur interval
pemantauan
sesuai
kondisi
pasien
3. Dokumentasi
kan hasil
pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan
tujuan dan
prosedur
pemantauan
serta
informasikan
hasil
pemantauan
Terapi refleksi
pijat kaki
(SIKI: I.05187)
Observasi
1. Identifikasi
tempat yang
tenangsempit
tidak dan
2. Anjurkan
melakukan
relaksasi otot
rahang
3. Anjurkan
menegangka
n otot
selama 5-10
detik,
kemudian
dianjurkan
untuk
merilekskan
otot 20-30
detik,
masing-
masing 8-16
kali
4. Anjurkan
menegangka
n otot kaki
selama tidak
lebih dari 5
detik untuk
menghindari
kram
5. Anjurkan
fokus pada
sensasi otot
yang
menegang
6. Anjurkan
fokus pada
sensasi otot
yang rileks
7. Anjurkan
bernafas
dalam dan
perlahan
4. Implementasi
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan yang
digunakan sebagai alat atau acuan untuk menilai keberhasilan dari
implementasi keperawatan (ika & sariono, 2010)
Jurnal Terkait
1. Efektivitas terapi pijat refleksi dan terapi benson terhadap penurunan
tekanan darah pada penderita hipertensi .
Hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan kronis yang
ditandai dengan meningkatnya tekanan darah pada dinding pembuluh
darah arteri.Keadaann tersebut menagkibatkan jantung bekerja lebih keras
untuk mengedarkan darah ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah
arteri.keadaan tersebut mengakibatkan jantung bekerja lebih keras untuk
mengedarkan darah keseluruh tubuh melalui pembuluh darah.hal ini dapat
menganggu aliran darah,merusak pembuluh darah,bahkan menyebabkan
penyakit degenerative,hingga kemudian kematian (Ratnawati &
Ahmad ,2019).
Terapi pijat refleksi merupakan terapi sentuhan tradisional yang dapat
memberikan efek relaksasi dan melemaskan otot-otot yang tegang,dan
juga bermanfaat bagi kesehatan.pijat melancarkan peredaran darah dengan
memberikan efek langsung yang bersifat mekanis dari tekanan dan
gerakan secara berirama sehingga menimbulkan rangsangan yang
ditimbulkan terhadap reseptor saraf juga mengakibatkan pembuluh darah
melebar secara refleks sehingga melancarkan aliran darah ( Ratnawati &
Ahmad , 2015 ).
Penelitian yang dilakukan oleh ( Ratnawati & Ahmad , 2015 ) dalam
menganalisanya bahwa ada pengaruh terapi pijat refleksi terhadap
penurunan tekanan darah pada penderita Hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Hulonthalangi Kota Gorantalo dengan nilai tekanan darah
sistolik pValue 0,000<0,005 dan nilai tekanan darah diastolik pValue
0,000,0,005.
2. Efektivitas pijat refleksi kaki dan hipnoterapi terhadap penurunan
tekanan darah pada pasien hipertensi
kedua nilai tersebut ,dapat diketahui bahwa ada perbedaan efektifitas pijat
refleksi kaki dan hipnoterapi dalam menurunkan tekanan darah pada
tekanan darah sistolik pasien hipertensi,dan ini berarti menerima Ha dan
menolak Ho.berdasarkan nilai mean rank pada perhitungan statistic,nilai
pijat refleksi kaki lebih tinggi yaitu 40,00 dibanding nilai mean rank
hipnoterapi yaitu 21,00 untuk tekanan darah sistolik , dan nilai pijst
refleksi kaki 35,50 smenetara hipnoterapi25,50 untuk tekanan diastolik
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
B. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakaan angka
dan menganalisis dengan statistik dalam hasil datanya dengan
menggunakan jenis penelitian pre-eksperimental, dimana jenis penelitian
ini digunakan karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh
terhadap terbentuknya variable dependen dan tidak ada variabel kontrol
dan sampel tidak dipilih secara random dengan One Group Pretest-Postest
Design (Sugiyono, 2011). Pada penelitian kali ini tekanan darah diukur
sepuluh menit sebelum dan sesudah dilakukan intervensi (pijat refleksi
kaki) pada waktu penelitian.
Skema 3.1
Skema Desain Penelitian
R1 : O1 X1 O2
Keterangan :
R : Responden penelitian semua mendapat perlakuan/intervensi
O1: Pre test pada kelompok perlakuan’
O2: Post test setelah perlakuan
X1: Uji coba / intervensi pada kelompok perlakuan sesuai protokol
(Dharma, 2011)
6. Subjek Kasus
Menurut Suharsimi Arikunto (2016) subjek penelitian adalah batasan
penelitian di mana peneliti bisa menentukannya dengan benda, hal atau
orang untuk melekatnya variabel penelitian.
Populasi dalam penelitian ini yaitu pasien hipertensi yang berada di wilayah
Kel Gunung sari . Sampel pada penelitian ini yaitu responden yang menderita
penyakit hipertensi yang berjumlah 20 responden yang telah memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini.
b. Waktu Penelitian
Waktu penelitian yang terdiri dari waktu persiapan, pelaksanaan dan
penyusunan laporan dan pemberian intervensi dilaksanakan pada bulan
April 2024.
9. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud,
atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo,
2012). Definisi operasional ini juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada
pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan
serta pengembangan instrument (alat ukur) (Notoatmodjo, 2010). Definisi
operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Karakteristik Responden
Lama waktu Mengisi Lembaran Ordinal
Usia 1. Usia
hidup sejak lembar observasi
(elderly) usia
responden lahir observasi
60-74 tahun
hingga dilakukan
2. Usia tua
intervensi
(old) usia 75-
90 tahun
3. Usia sangat
tua (very old)
usia diatas 90
tahun.
Jenis Kelamin Perbedaan antara Mengisi Lembar 1. Perempuan Nominal
perempuan dan lembar observasi 2. Laki-laki
laki-laki secara observasi
biologis
Variabel Dependen
Penurunan
Disebut hipertensi Mengukur Sphygmo Tekanan darah Ordinal
Tekanan Darah
jika, tekanan Tekanan manomete 1. Hipertensi
Sistole dan
darah Darah r ringan sistole
Diastole
sistolik >140 mengguna 140-159,
mmHg dan kan diastole 90-
Diastolik >90 Tensimete 99 mmHg
mmHg r 2. Hipertensi
sedang
sistole 160-
179, diastole
100-109
mmHg
3. Hipertensi
berat
sistole >180 ,
diastole >110
Variabel Independen
Refleksi Pijat
Suatu tekhnik non Melakuka Melakuka Responden Nominal
Kaki
farmakologis n Terapi n terapi diberikan terapi
untuk refleksi refleksi refleksi pijat
menurunkan pijat kaki pijat kaki kaki
tekanan darah dalam dalam
dengan waktu 15- waktu 15-
menggunakan 20 menit 20 menit
pijat refleksi kaki setiap hari menit
selama 3 Dengan
hari mengguna
kan SOP
Refleksi
Pijat Kaki
Tabel 3.2
Hasil uji normalitas Tekana Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi
Sebelum (pre) dan sesudah (post) Diberikan Intervensi terapi
refleksi pijat kaki Tahun 2024 (n=20)
Nilai Z Std.
Variabel Swekness Eror Hasil Keterangan
Data
Sistol pre 0,000 0,512 0,000 berdistribusi
normal
Data
Sistol Post 0,432 0,512 0,844 berdistribusi
normal
Data
Diastol Pre 0,186 0,512 0,363 berdistribusi
normal
Data
Diastol Post -0,253 0,512 -0,494 berdistribusi
normal
2. Analisa Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis ini tergantung dari
jenis datanya. Untuk data numerik digunakan nilai rata-rata, median, dan
standar deviasi.Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan
distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2012).
Analisa data univariat pada penelitian ini menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik responden yang meliputi usia dan jenis
kelamin.
Rumus:
f
X = x 100 %
n
Keterangan:
X : Frekuensi relatif dari suatu
kelas F : Frekuensi suatu kelas
n : banyak
sampel (Hidayat,
2013)
3. Analisa Bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk menganalisis hubungan terhadap 2
variabel (variable independen dengan variable dependen) (Notoatmojo,
2012). Analisi bivariate dalam penelitian ini di lakukan untuk
mengetahui pengaruh refleksi pijat kaki terhadap tekanan darah pada
lansia penderita hipertensi dengan melihat pre test dan post test. Menutur
Sabri & Harton (2014). Analisis ini menggunakan uji statistik Paired t-
test karena data berdistribusi normal, tujuan pengujian ini adalah untuk
menguji perbedaan mean pada kelompok sama dari dua hasil pengukuran
(pre test and post test).
Rumus:
d
T=
SDd / √ n
Keterangan:
d : Rata-rata deviasi/selisih sampel 1 dan 2
SD_d: Standar deviasi dari deviasi/selisih sampel 1 dan sampel 2
(Hastono & Sabri, 2014).
Nilai T tersebut dimasukan dalam table t dan cari nilai p. jika hasil
perhitungan p < nilai alpha (0,05) maka di putuskan H0 di tolak (sabri
& Hastono, 2014)
BAB IV
2. Pengkajian
DO :
- KU: baik
- Kesadaran:
compos mentis
- TD: 150/80
mmHg N: 87
x/menit RR: 20
x/menit
S: 36,8 oC
- Klien tampak
lemas
3. Tn.M 62 th Laki-laki DS :
- Pasien mengatakan
sakit kepala sekala 4-
5 . nyeri di rasakan
hilang timbul dan reda
saat beristirahat
- kepala terasa pusing,
tengkuk terasa kaku
- klien mengatakan
mengkonsumsi obat
tensi amlodipine 1 x 5
mg
DO :
- Pasien tampak lemas,
- TTV :
TD 140/80 mmHg
Nadi; 87 x/mennit
Pernapasan; 20
x/menit
Suhu 36,4˚ c
4. Tn.A 65 th Laki-laki DS :
- Pasien mengatakan
nyeri kepala belakang
hilang timbul , skala
nyeri 4-5
- kepala terasa pusing,
tengkuk terasa kaku
- kelien mengatakan
jantung sering terasa
berdebar
- klien mengatakan
riwayat hipertensi
selama 6 tahun
dengan obat rutin
amlodipone 1 x 10
mg
DO :
- Pasien tampak lemas,
- Knadi teraba kuat dan
teratur ,
- Akral hangat
- TTV :
TD 150/90 mmHg
Nadi; 70 x/mennit
Pernapasan; 20
x/menit
Suhu 36,9˚ c
5. Ny.K 70 th Perempuan DS :
- Pasien mengatakan
kepala terasa pusing,
tengkuk terasa kaku
- Klien mengatakan
nyeri kepala belakang
hilang timbul sekala 4
- Klien mengatakan
tangan terasa
kesemutan
- Klien mengatakan
riwayat hipertensi
sellama 15 tahun
dengan obat rutin
nipedipine 1 x 10 mg
dan candesaertan 1 x
16 mg
DO :
- Pasien tampak lemas,
- Nadi teraba kuat dan
teratur
- Akral hangat
- TTV :
TD 160/100 mmHg
Nadi; 100x/mennit
Pernapasan; 20
x/menit
Suhu 36,7˚ c
6. Ny . D 76 th Perempuan DS :
- Klien mengatakan
nyeri di bagian
belakang kepala
hilang timbul sekala 5
- Klien mengatakan
mata sering
berkunang kunang
- Klien mengatakan
jantung berdebar
debar
- Klien mengatakan
kepala terasa pusing
dan tangan terasa
kesemutan
DO :
- Klien tampak lemas
- Dari teraba kuat dan
teratur
- Akral hangat
- TTV :
TD 160/100 mmHg
Nadi; 98x/mennit
Pernapasan; 20
x/menit
Suhu: 36.1˚ c
7. tn. R 61 th Laki – laki DS :
- Pasien mengatakan
kepala terasa pusing,
tengkuk terasa kaku
- Klien mengatakan
tangan terasa
kesemutan
- Klien mengatakan
jantung berdebar
- Kloen mengatakan
riwayat hipertensi 3
thn yang lalu dengan
mengkonsumsi obat
yang tidak rutin
DO :
- Nadi teraba kuat dan
teratur
- Akra hangat ,
- TTV :
TD 180/110 mmHg
Nadi; 100 x/mennit
Pernapasan; 20
x/menit
Suhu 36,7˚ c
8. Ny. W 67 th Perempuan DS :
- Klien
mengatakan
memiliki
riwayat
hipertensi sejak
15 thn yang
lalu
- Klien
mengatakan bila
tensinya tingggi
kepala terasa
pusing, tengkuk
terasa kaku serta
nyeri hilang
timbul
- Klien
mengatakan
konsumsi obat
rutin
candesartan 1 x
16 mg , hct 1 x
2,5 mg
DO :
- Nadi teraba kuat
dan teratur
- Akral hangat
- TTV :
TD 140/80
mmHg
Nadi; 87
x/mennit
Pernapasan; 20
x/menit
Suhu 36,1˚ c
DO :
- Kesadaran CM
- Nadi teraba kuat
dan teratur
- Akral hangat
- CRT 3detik
- TD : 160 / 80
mmHg
- N : 90x/menit
- S :36,7°C
- RR: 20x/menit
- Ekspesi wajah
meringis
DO =
- Kes CM
- GCS 15
- Nadi teraba kuat
dan teratur
- Keadaan umum
baik
- CRT 3detik
- TD : 150/ 90
mmHg
- N : 90x/menit
- S :36,5°C
- RR: 18x/menit
14. Ny .E 60 tahun Perempuan DS =
- Klien
mengatakan
pusing dan sakit
kepala
- Klien
mengatakan
tengkuk terasa
sakit
- Klien
mengatakan
sakit sekali jika
tekanan
darahnya tinggi
DO =
- Kesadaran
compos mentis
- Keadaan umum
baik
- CRT 3detik
- TD : 160 / 100
mmHg
- N : 90x/menit
- S :36,9°C
- RR: 20x/menit
15. Ny . G 65 tahun Perempuan DS =
- Klien
mengatakan
pusing dan sakit
kepala
- Klien
mengatakan
tengkuk terasa
sakit
- Klien
mengatakan
riwayat
hipertensi sejak
10 tahun yg lalu
- Klien
mengakatak
mengkonsumsin
obat rutin
cadesartan 1 x
16 mg
DO =
- Kesadaran
compos mentis
- Keadaan umum
baik
- Nadi teraba kuat
dan teratur
- Akral hangat
- CRT 3detik
- TD : 140/ 80
mmHg
- N : 80x/menit
- S :36,2°C
- RR: 20x/menit
16. Tn. C 60 tahun Laki Laki DS =
- Klien
mengatakan
pusing dan sakit
kepala
- Klien
mengatakan
tengkuk terasa
sakit
- Klien
mengatakan
sakit sekali jika
tekanan
darahnya tinggi
DO =
- Kesadaran
compos mentis
- Keadaan umum
baik
- CRT 3detik
- TD : 160 / 80
mmHg
- N : 85x/menit
- S :36,2°C
- RR: 20 x/menit
17. Tn. AA 78 th Laki Laki DS :
- Klien
mengatakan
pusing
- Klien
mengatakan
sakit kepala
bagian
belakang skala
6 . nyeri dirasa
hilang timbul
- Klien
mengatakan
pandangan
berkunang
kunang
- Klien
mengatakan
memiliki
riwayat
hipertensi 20 thn
dengan obat
rutin amlodipine
1 x 10 mg ,
candesartan 1 x
16 mg , ISDN 3
x 5 mg
DO :
- Kesadaran:
Compos Mentis
- GCS: 15
- Nadi teraba
kiuat dan teratur
- Akral hangat
- Klien tampak
lemas
- Klien tampak
meringis
- TD : 180/100
mmHg, N : 108
x/menit, S :
36,8ºC, RR : 20
- Klien mengatakan
tengkuk terasa berat
- Klien mengatakan
pusing dan nyeri
kepala
DO :
- TD : 140/90 mmHg
RR : 20x/menit
N : 82x/menit
S : 36,1⁰C
- Klien tampak lemas
3. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perfusi Serebral Tidak Efektif b.d Hipertensi (SDKI: D.0017)
4. Intervensi Keperawatan
Paraf &
Hari Diagnosa Tujuan & Intervensi
No Nama
/Tgl Keperawatan Kriteria Hasil Keperawatan
Jelas
1 Resiko Perfusi Setelah dilakukan Pemantauan KELOMP
Serebral Tidak tindakan Intrakranial
Efektif b.d keperawatan 3x24 (SIKI: I.06198) 3
Hipertensi jam diharapkan
(SDKI: perfusi serebral Observasi
D.0017) tidak efektif dapat 1. Identifikasi
teratasi dengan penyebab
kriteria hasil: peningkatan
7. Tekanan TIK
Intrakranial 2. Monitor
Menurun Peningkatan
8. Sakit Kepala Tekanan
Menurun Darah
9. Gelisah 3. Monitor
Menurun Pelebaran
10. Kecemasan Tekanan Nadi
Menurun (Selisih TDS
11. Tekanan dan TDD)
Darah Sistolik 4. Monitor
Membaik Penurunan
12. Tekanan Frekuensi
Darah Jantung
Diastolik 5. Monitor
Membaik Ireguleritas
Irama Nafas
(SLKI: L.02014) 6. Monitor
Penurunan
Tingkat
Kesadaran
Terapeutik
1. Pertahankan
posisi kepala
dan leher
netral
2. Atur interval
pemantauan
sesuai kondisi
pasien
3. Dokumentasik
an hasil
pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan
tujuan dan
prosedur
pemantauan
serta
informasikan
hasil
pemantauan
Terapi refleksi
pijat kaki
(SIKI: I.05187)
Observasi
1. Identifikasi
tempat yang
tenang dan
nyaman
2. Monitor adanya
indikator tidak
rileks
Terapeutik
1. Atur
lingkungan
agar tidak ada
gangguan saat
terapi
2. Berikan posisi
yang nyaman
3. Beri waktu
mengungkapk
an perasaan
tentang terapi
5. Implementasi Keperawatan
HARI PERTAMA
HARI KEDUA
2. Memonitor peningkatan TD
Hasil : TD :150/100 mmHg
IMPLEMENTASI
HARI KETIGA
2. Memonitor peningkatan TD
Hasil : TD :160/100 mmHg
3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil :
klien mengerti dan mengikuti teknik refleksi Pijat Kaki
yang diberikan oleh perawat
18. Ny. M 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan KELOMPOK
TIK Hasil : 3
- Klien mengatakan merasakan pusing.berkurang
2. Memonitor VITAL SGIN
Hasil : TD : 160/100 mmHg
RR : 18x/menit
N : 76x/menit
S : 36,5⁰C
3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : klien mengerti dan mengikuti teknik refleksi
Pijat Kaki yang diberikan oleh perawat
6. Evaluasi Keperawatan
EVALUASI HARI PERTAMA
2. Ny.P S: KELOMPOK
- Klien mengatakan sering pusing 3
- Klien mengatakan neri di belakang kepala
belakang dan tengkuk skala 5
O:
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi
pijat kaki
3. Tn.M S: KELOMPOK
- klien mengatakan sakit kepala sekala 4 3
O:
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
kaki
- TTV :
TD 15080 mmHg
Nadi; 92 x/mennit
Pernapasan; 20 x/menit
Suhu 36,7˚ c
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
- Memonitor vital sign
- Berikan teknik refleksi Pijat Kaki
4. Tn.A S: KELOMPOK
3
- klien merasakan kepalanya pusing
O:
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
kaki
- TTV :
TD 140/0 mmHg, Nadi; 90 x/mennit, Pernapasan; 20
x/menit, Suhu 36,7˚ c
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
- Memonitor vital sign
- Berikan teknik refleksi Pijat Kaki
5. Ny.K S: KELOMPOK
- klien mengatakan cepat lelah 3
- klien merasakan kepalanya pusing
O:
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
kaki
- TTV :
TD 150/80 mmHg, Nadi; 92 x/mennit, Pernapasan; 20
x/menit, Suhu 36,7˚ c
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
- Memonitor vital sign
- Berikan teknik refleksi Pijat Kaki
6. NY.D S: KELOMPOK
3
- klien mengatakan kepalanya terasa pusing
O:
- Klien tampak lemas
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
kaki
- TTV :
TD 140/80 mmHg, Nadi; 100 x/mennit, Pernapasan;
20 x/menit, Suhu: 37˚ c
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
- Memonitor vital sign
- Berikan teknik refleksi Pijat Kaki
7. TN. R S: KELOMPOK
- klien merasakan kepalanya pusing 3
O:
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
kaki
- TTV :
TD 150/80 mmHg, Nadi; 90 x/mennit, Pernapasan; 20
x/menit, Suhu 36,7˚ c
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
- Memonitor vital sign
- Berikan teknik refleksi Pijat Kaki
8. NY.W S: KELOMPOK
- Klien mengatakan kepala terasa pusing, tengkuk terasa 3
kaku
O:
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
kaki
- TTV :TD 150/80 mmHg, Nadi; 90 x/mennit,
Pernapasan; 20 x/menit, Suhu 36,5˚ c
- Klien tampak lemas
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
- Memonitor vital sign
- Berikan teknik refleksi Pijat Kaki
9. NY.B S: KELOMPOK
- Klien mengatakan kepala nya terasa nyeri sekala 4 dan 3
leher kaku.
O:
a. Hasil TTV :
TD : 140/90 mmHg, RR : 19x/menit, N : 67x/menit, S :
36,4⁰C
- Klien tampak lemas.
P : Lanjutkan intervensi
-
A : masalah belum teratasi
P : intevensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
- Memonitor vital sign
1. NY. A S: KELOMPOK
- Klien lmengatakan pusing berkurang 3
O:
- Hasil TTV :
TD : 130/80 mmHg, RR : 17x/menit, N : 86x/menit ,S :
36,5⁰C
- Klien tampak lemas.
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
kaki
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
- Memonitor vital sign
- Berikan teknik refleksi Pijat Kaki
2. Ny.P S: KELOMPOK
- Klien mengatakan neri di belakang kepala 3
belakang berkurang
O:
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi
pijat kaki
3. Tn.M S: KELOMPOK
- klien mengatakan sakit kepala hialng timbul 3
O:
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
kaki
- TTV :
TD 160/100 mmHg
Nadi; 92 x/mennit
Pernapasan; 20 x/menit
Suhu 36,7˚ c
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
- Memonitor vital sign
- Berikan teknik refleksi Pijat Kaki
4. Tn.A S: KELOMPOK
- klien mengatakan tidak ada keluhahan 3
O:
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
kaki
- TTV :
TD 120/80 mmHg, Nadi; 90 x/mennit, Pernapasan; 20
x/menit, Suhu 36,7˚ c
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
- Memonitor vital sign
5. Ny.K S: KELOMPOK
- Klien mengatakan pusing berkurang 3
O:
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
kaki
- TTV :
TD 130/80 mmHg, Nadi; 87 x/mennit, Pernapasan; 20
x/menit, Suhu 36,7˚ c
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
- Memonitor vital sign
- Berikan teknik refleksi Pijat Kaki
6. NY.D S: KELOMPOK
- klien mengatakan ktidak ada keluhan 3
O:
- Klien tampak lemas
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
kaki
- TTV :
TD 130/80 mmHg, Nadi; 86 x/mennit, Pernapasan; 20
x/menit, Suhu: 37˚ c
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
- Memonitor vital sign
- Berikan teknik refleksi Pijat Kaki
7. TN. R S: KELOMPOK
- klien mengatakan tidak ada keluhan 3
O:
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
kaki
- TTV :
TD 140/80 mmHg, Nadi; 68 x/mennit, Pernapasan; 20
x/menit, Suhu 36,7˚ c
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
- Memonitor vital sign
- Berikan teknik refleksi Pijat Kaki
8. NY.W S: KELOMPOK
- Klien mengatakan kepala terasa pusing, tengkuk terasa 3
kaku
O:
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
kaki
- TTV :TD 170/100 mmHg, Nadi; 77 x/mennit,
Pernapasan; 20 x/menit, Suhu 36,5˚ c
- Klien tampak lemas
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
- Memonitor vital sign
- Berikan teknik refleksi Pijat Kaki
9. NY.B S: KELOMPOK
- Klien mengatakan tidak ad akeluhan 3
b. Hasil TTV :
TD : 130/80 mmHg, RR : 19x/menit, N : 67x/menit, S :
36,4⁰C
- Klien tampak lemas.
P : Lanjutkan intervensi
P : intevensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
- Memonitor vital sign
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
2. Ny.P S: KELOMPOK
- Klien mengatakan tidak ada keluhan 3
O:
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi
pijat kaki
P: Intervensi dihentikan
3. Tn.M S: KELOMPOK
- klien mengatakan tidak ada keluhan 3
O:
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
Kaki
- TTV :
TD 120/80 mmHg
Nadi; 92 x/mennit
Pernapasan; 20 x/menit
Suhu 36,7˚ c
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dilhentikan
-
4. Tn.A S: KELOMPOK
- klien mengatakan tidak ada keluhahan 3
O:
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
Kaki
- TTV :
TD 130/80 mmHg, Nadi; 90 x/mennit, Pernapasan; 20
x/menit, Suhu 36,7˚ c
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
-
5. Ny.K S: KELOMPOK
- Klien mengatakan nyeri di kepala sekala 6 3
O:
- Klien tampak gelisah
O:
- Klien tampak lemas
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
kaki
- TTV :
TD 170/100 mmHg, Nadi; 86 x/mennit, Pernapasan;
20 x/menit, Suhu: 37˚ c
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
7. TN. R S: KELOMPOK
- klien mengatakan tidak ada keluhan 3
O:
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
kaki
- TTV :
TD 150/100 mmHg, Nadi; 68 x/mennit, Pernapasan;
20 x/menit, Suhu 36,7˚ c
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
8. NY.W S: KELOMPOK
kaki
-
A : masalah teratasi
P : intevensi dihentikan
A : masalah teratasi
P : intevensi hentikan intervensi
13. Tn. 0 S: KELOMPOK
- Klien tidak ada keluhan 3
O:
- Keadaan umum : baik
- Kesadaran : compos mentis
- Ttv : TD = 140/80 mmHg
- Hr : 90x/menit
- S : 36,6 °C
- RR : 18x/menit
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
Kaki
A : masalah teratasi
A : masalah teratasi
P : intevensi dihentikan
15. NY.G S: KELOMPOK
- Klien mengatakan tidak ada keluhan 3
O:
- Keadaan umum : baik
- Kesadaran : compos mentis
- Ttv : TD = 130/80 mmHg
- Hr : 80x/menit
- S : 36,5 °C
- RR : 20x/menit
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
Kaki
A : masalah teratasi
P : intevensi dihentikan
16. TN. C S: KELOMPOK
- Klien mengatakan tidak ada keluhan 3
O:
- Keadaan umum : baik
A : masalah teratasi
P : intevensi dihentikan
17. TN.AA S: KELOMPOK
3
- Klien mengatakan sakit kepalanya berkurang
O:
- Keadaan umum klien baik
- Kesadaran : composmentis
- Klien tampak lemas
- Klien tampak meringis
- TTV : TD : 160/100 mmHg, N : 98x/ menit, RR :
18x/menit, S : 36,8°C
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
kaki
A : Masalah teratasi
P : hentikan intervensi
kaki
A: Masalah teratasi
P: hentikan
intervensi
19. TN.H S: KELOMPOK
- Klien mengatakan kepalanya pusing 3
O:
- Keadaan umum : baik
- Kesadaran : compos mentis
- Ttv : TD = 140/80 mmHg
- Hr : 80x/menit
- S : 36,5 °C
- RR : 20x/menit
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
kaki
-
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
20 Ny F S: KELOMPOK
- Klien mengatakan nyeri kepala berkurang 3
O:
- Keadaan umum : baik
- Kesadaran : compos mentis
- Ttv : TD = 140/80 mmHg
- Hr : 80x/menit
- S : 36,5 °C
- RR : 20x/menit
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
Kaki
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
7. Hasil Penerapan Tindakan Keperawatan
a. Karakteristik Responden
1) Distribusi Frekuensi Usia Responden
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Tahun di Jl.
Mentok Kelurahan Keramat Kota Pangkalpinang tahun 2024 (n=20)
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Jl.
Mentok Kelurahan Keramat Kota Pangkalpinang Tahun 2024 (n=20)
No Jenis Kelamin N %
1 Laki-laki 9 45
2 Perempuan 11 55
Total 20 100
Tabel 4.3
Gambaran Tekana Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Sebelum (pre)
dilakukan refleksi pijat kaki DI di Jl. Mentok Kelurahan Keramat Kota
Pangkalpinang
Tahun 2024 (n=20)
Tabel 4.4
Gambaran Tekana Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Sesudah
(post) dilakukan Refleksi pijat kaki Di di Jl. Mentok Kelurahan
Keramat Kota Pangkalpinang
Tahun 2024 (n=20)
Tabel 4.5
Gambaran selisi tekanan darah dengan hipertensi sebelum (pre) dan
sesudah (post) dilakukan Refleksi pijat kaki di Jl. Mentok Kelurahan
Keramat Kota Pangkalpinang tahun 2024 (n=20)
9. Analisa Bivariat
Tabel 4.6
Pengaruh Terapi Refleksi Pijat Kaki Terhadap Tekanan Darah Pada
Lansia dengan hipertensi di di Jl. Mentok Kelurahan Keramat Kota
Pangkalpinang Tahun 2024 (n=20)
sesuai dengan teori yakni Pijat secara luas diakui sebagai tindakan
yang memberikan relaksasi yang dalam dikarenakan sistem saraf
simpatis yang mengalami penurunan aktivitas sehingga
mengakibatkan penurunan tekanan darah serta pijat merupakan
suatu bentuk latihan pasif yang mampu meningkatkan sirkulasi
darah pada tubuh (Safitri, 2009).
Hal ini sesuai dengan teori yakni Pijat secara luas diakui sebagai
tindakan yang memberikan relaksasi yang dalam dikarenakan
sistem saraf simpatis yang mengalami penurunan aktivitas
sehingga mengakibatkan penurunan tekanan darah serta pijat
merupakan suatu bentuk latihan pasif yang mampu meningkatkan
sirkulasi darah pada tubuh (Safitri, 2009). Salah satu cara terbaik
untuk menurunkan tekanan darah adalah dengan terapi pijat.
Sejumlah studi telah menunjukkan bahwa terapi pijat yang
dilakukan secara teratur bisa menurunkan tekanan darah sistolik
dan diastolik, menurunkan kadar hormon stress cortisol,
menurunkan sumber depresi dan kecemasan, sehingga tekanan
darah akan terus turun dan fungsi tubuh semakin membaik.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pengkajian, analisa data penentuan diagnosa, perencanaan
(intervensi), implementasi, dan evaluasi tentang terapi pijat refleksi untuk
menurunkan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi, maka kelompok
menarik kesimpulan:
1. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Hasil pengkajian di Jl. Mentok Kelurahan Keramat Kota Pangkalpinang
pada lansia dengan hipertenmsi didapatkan data subjektif, dari semua
lansia mengatakan merasa pusing,nyeri kepala dan kaku pada leher
dan didapatkan rata-rata nilai tekanan darah 150/89 mmHg dengan
usia rata- rata 60- 79 tahun. Ditemukan pada semua lansia mereka
mengkonsumti terapi farmakologi yaitu amlodipine dan candesartan .
b. Diagnosa
Hasil diagnosa keperawatan pada kasus hipertensi pada lansia di Jl.
Mentok Kelurahan Keramat Kota Pangkalpinang yaitu resiko perfusi
serebral tidak efektif berhubungan dengan hipertensi ditandai dengan
klien mengatakan nyeri kepala, klien mengatakan nyeri pada tengkuk,
dan klien mengatakan pusing, janutng berdebar, badan lemas , dan
amta terasa kabur .
c. Intervensi
Intervensi untuk diagnosa resiko perfusi serebral tidak efektif
berhubungan dengan hipertensi yaitu identifikasi penyebab
peningkatan TIK, monitor tekanan darah, , beri tekhnik refleksi pijat
kaki selama 3 hari.
d. Implementasi
Mengaplikasikan terapi refleksi pijat kaki untuk diagnosa resiko
perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan hipertensi yaitu
dilaksanakan 1 hari dua kali pertemuan yaitu pagi dilakukan
pengkajian dan sore dilakukan tindakan keperawatan. Hari pertama
kunjunganpara responden merasa senang atas kedatangan para
mahasiswa yang melakukan pemeriksaan dan tindakan pijat kaki . di
hari ke dua para responden sudah merasakan hasil dari tindakan
keperawatan yang telah di lakukan. Di hari ke 3 para responden
mengatakan akan melakukan refleksi pijat kaki mandiri karna telah
merasakan hasilnya yang berdampak positif .
e. Evaluasi
Hasil evaluasi yang diberikan pada lansia hipertensi yaitu data
subjektif yaitu keluhan tentang nyeri kepala , pusing , dan nyeri
tengkuk sangat berkurang dan klien mengatakan sangat terbantu
dengan tindakan yang telah dilakukan kepada mereka . Untuk data
objektif didapatkan hasil penurunan tekanan darah sistol terdapat nilai
selisih 12 mmHg dan nilai diastole 7 mmHg.
Responden mengatakan akan rutin mencoba melakukan terapi refleksi
pijat kaki yang di lakukan secara mandiri ataupun di bantu oleh
anggota keluarganya karna di dapatkan hasil bila di sandingkan
dengan terapi farmakologi yang rutin di konsumsi mampu
menurunkan tekanan darah dan keluhan keluhan yang selama ini
dirasakan . Masalah keperawatan resiko perfusi serebral teratasi dan
intervensi dihentikan.
2. Hasil Penelitian
Dari 20 responden lansia yang ada di RT 57 Jl. Mentok Kelurahan
Keramat Kota Pangkalpinang tahun 2024 didapatkan sebanyak 15
responden berusia 60-69 tahun (75%) dan 5 responden berusia 70-79
tahun (55,6%) dan sebanyak 9 orang (45%) berjenis kelamin laki-laki,
serta sebanyak 11 orang (55%) berjenis kelamin perempuan.
Gambaran Tekanan Darah Sebelum Diberikan Intervensi Terapi
Terapi Refleksi pijat kaki menunjukan rata-rata tekanan darah sistolik
sebesar 150 mmhg dan tekanan darah diastolik sebesar 89 mmHg .
Setelah Diberikan Intervensi Terapi Refleksi pijat kaki Terhadap
Tekanan
Darah Pada Lansia didapatkan rata-rata tekanan darah sistolik sebesar
138.00 dan tekanan darah diastolik sebesar 82,50 mmHg.
Rata-rata tekanan darah sistol sebelum dan sesudah diberikan terapi
Refleksi pijat kaki ada pengaruh yang signifikan (0,000 < 0,05) dan
rata-rata tekanan darah diastol sebelum dan sesudah diberikan terapi
refleksi pijat kaki ada pengaruh yang signifikan (0,000 < 0,05). Dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh Terapi refleksi pijat kaki terhadp
Tekanan darah Pada Lansia dengan hipertensi di RT 57Jl. Mentok
Kelurahan Keramat Kota Pangkalpinang Tahun 2024.
A. Saran
1. Bagi mahasiswa
Asuhan keperawatan ini sangat berguna untuk menambah wawasan ilmu
pengetahuan dan sebagai penerapan ilmu yang telah diterima selama
kuliah.
2. Bagi pelayanan keperawatan
Hasil pembahasan ini dapat dijadikan pertimbangan dalam melakukan
pelayanan keperawatan sebagai salah satu cara menurunkan tekanan
darah dengan menggunakan terapi relaksasi autogenik.
3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi tambahan dengan
digunakan sebagai salah satu intervensi mandiri keperawatan dalam
menangani pasien hipertensi dan mengembangkan intervensi
keperawatan. Sehingga dapat menambah keilmuan khususnya dalam
bidang keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Juliansyah.(2011).Metodologi Penelitian.Jakarta:Kencana.
Nugroho, I. A., & Asrin, S. (2012). Efektifitas pijat refleksi kaki dan hipnoterapi
terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi. Jurnal
IlmiahKesehatan Keperawatan, 8(2), 57.
Organization WH.A global brief on Hypertension: silent killer, global public
health crises (World Health Day 2013). Geneva: WHO. 2013.
Potter,p.(2012).Fundamental Keperawatan.Jakarta:EGC.
Zunaidi, A., Nurhayati, S., & Prihatin, T. W. (2014). Pengaruh pijat refleksi
terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi di Klinik Sehat
Hasta Therapetika Tugurejo Semarang. In Prosiding Seminar
Nasional & Internasional (Vol. 2, No. 1).
World Health Organization (WHO). 2016. WHO methods and data sources global
burden of diasese estimates 2000-2015.
Daftar Tekanan Darah
Statistics
SistolPre SistolPost DiastolPre DiastolPost
N Valid 20 20 20 20
Missing 0 0 0 0
Mean 150.00 138.00 89.00 82.50
Median 150.00 140.00 90.00 80.00
a
Mode 140 140 90 80
Std. Deviation 8.584 8.944 7.881 6.387
Skewness .000 .432 .186 -.253
Std. Error of Skewness .512 .512 .512 .512
Kurtosis -1.676 1.037 -1.308 -.439
Std. Error of Kurtosis .992 .992 .992 .992
Minimum 140 120 80 70
Maximum 160 160 100 90
UsiaGroup
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Statistics
SistolPre SistolPost DiastolPre DiastolPost
N Valid 20 20 20 20
Missing 0 0 0 0
Mean 150.00 138.00 89.00 82.50
Median 150.00 140.00 90.00 80.00
Mode 140a 140 90 80
Std. Deviation 8.584 8.944 7.881 6.387
Skewness .000 .432 .186 -.253
Std. Error of Skewness .512 .512 .512 .512
Kurtosis -1.676 1.037 -1.308 -.439
Std. Error of Kurtosis .992 .992 .992 .992
Minimum 140 120 80 70
Maximum 160 160 100 90
Statistics
SistolPre SistolPost DiastolPre DiastolPost
N Valid 20 20 20 20
Missing 0 0 0 0
Mean 150.00 138.00 89.00 82.50
Median 150.00 140.00 90.00 80.00
a
Mode 140 140 90 80
Std. Deviation 8.584 8.944 7.881 6.387
Skewness .000 .432 .186 -.253
Std. Error of Skewness .512 .512 .512 .512
Kurtosis -1.676 1.037 -1.308 -.439
Std. Error of Kurtosis .992 .992 .992 .992
Minimum 140 120 80 70
Maximum 160 160 100 90
5. Gerakan kedua ini sama dengan gerakan pertama yaitu menarik dari pergelangan kaki hingga sampai ujung
jari melewati perselangan jari diakhiri dengan tarikan kecil pada jari. Gerakan ini dilakukan pada semua jari
kaki, dari kelingking hingga jempol.
6. Setelah itu, dilakukan seperti gerakan pertama tetapi dengan menungkupkan semua telapak tangan pada atas
dan bawah telapak kaki, ditarik lembut dari pergelangan kaki hingga ke jari kaki. Gerakan ini
dilakukan 3 – 4kali.
7. Pegang kaki seperti gambar di atas, lakukan pemijatan pada daerah tumit dengan gerakan melingkar.
Penekanan pemijatan dipuasatkan pada jempol tangan yang dilakukan seperti gerakan-gerakan
memutar kecilsearah jarum jam. Gerakan ini dapat dilakukan sebanyak 3 – 4 kali.
8. Lakukan pemijatan dengan memfokuskan penekanan pada jempol, jari telunjuk, dan jari tengah
dengan membuat gerakan tarikan dari mata kaki kearah tumit. Gerakan ini dilakukan sebanyak 3 – 4
kali.
17. Gerakan terakhir yaitu memberi usapan lembut dengan sedikit diberikan penekanan dari
pergelangan kaki hingga semua ujung kaki. Gerakan ini dilakukan 3 -4 kali, dan ditutup dengan
mengusap satu kali dengan lembut dari atas pergelangan kaki hingga ujung kaki tanpa diberikan
penekanan.