Anda di halaman 1dari 152

KARYA TULIS ILMIAH

TERAPI REFLEKSI PIJAT KAKI TERHADAP TEKANAN DARAH


PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI JALAN MENTOK
PANGKALPINANG TAHUN 2024

DI SUSUN OLEH

OLEH:

1. Anggraini Lorenza 21231327


2. Antoni Trinanda 21231407
3. Desi Karmila 21231350
4. Ernes 21231406
5. Rosita Sari 21231507
6. Sikin Walta 21231514
7. Widarianti 21231558
8. Yogie Tasti Apriansyah 21231538

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA JAKARTA

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan hidayat-Nya penulisan dan penyusunan karya tulis ilmiah yang
berjudul “Terapi Refleksi Pijat Kaki Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Lansia
Dengan Hipertensi” dapat terselesaikan. Karya tulis ilmiah ini merupakan salah
satu tugas mata ajar keperawatan gerontik program profesi ners STIKes
PERTAMEDIKA.

Karya tulis ilmiah ini penulis harapkan dapat menambah pengetahuan tentang
pengaruh terapi relaksasi autogenic terhadap penurunan tingkat nyeri pada lanisa.
Penulis menyadari dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini masih banyak
kekurangan di banyak bagian, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik
supaya penulis dapat memperbaikinya.

Pangklpinang, 4 April 2024

Tim Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR SKEMA

DAFTAR TABEL

DAFTAR

LAMPIRAN BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rumusan

Masalah Tujuan

Penelitian Manfaat

Penelitian

BAB II

TINJAUAN

TEORI

Konsep Teori Lansia

Konsep Teori Hipertensi

Konsep Refleksi Pijat

Kaki

Asuhan Keperawatan Berdasarkan Teori

BAB III

METODE PENELITIAN

Kerangka Konsep

Desain

Penelitian Subjek

Kasus

Lokasi dan Waktu Penelitian


Fokus Studi Kasus
Definisi Operasional

Instrumen Studi Kasus

Metode Pengumpulan Data

Penyajian dan Analisa Data dalam Distribusi

Frekuensi BAB IV

HASIL DAN STUDI KASUS

A. Hasil Studi Kasus

1. Gambaran Lokasi Penelitian

2. Pengkajian

3. Diagnosa Keperawatan

4. Intervensi Keperawatan

5. Implementasi Keperawatan

6. Evaluasi Keperawatan

7. Hasil Penerapan Tindakan Keperawatan

8. Analisa Univariat

9. Analisa Bivariat

10. Pembahasan

11. Keterbatasan studi

kasus BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................................................

B. Saran...............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan penyakit yang paling sering terjadi dan prevalensi


semakin meningkat dengan makin bertambahnya usia harapan hidup (UHH)
di dunia. Angka kejadian hipertensi banyak ditemukan pada usia > 60
tahun sekitar 65%, sedangkan pada dewasa ditemukan pada usia 20-39
tahun yang hanya 6,7%.1Hipertensi juga merupakan penyakit silent killer
( pembunuh diam-diam) karena dapat menyebabkan kematian mendadak
yang diakibatkan oleh semakin tingginya tekanan darah sehingga resiko
untuk menderita kompilikasi pun semakin besar.

Diseluruh dunia, hipertensi merupakan masalah yang besar dan serius


disamping karena prevalensinya yang tinggi dan cenderung meningkat
dimasa yang akan datang karena tingkat keganasannya yang tinggi berupa
kecacatan permanen dan kematian mendadak (Ardiansyah, 2019). Menurut
WHO ( World Health Organization ) tahun 2014 menyatakan , penduduk
Indonesia mengalami hipertensi sebesar 23,3%. Data WHO tahun 2012
menunjukan diseluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni
bumi mengidap hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1 %
wanita.angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% ditahun
2030. Berdasarkan data dari Riskesdes (2013), kejadian hipertensi di
indonesia adalah sebesar 26,5% .Survei Indikator Kesehatan Nasional
( SIRKENAS ) tahun 2016 menunjukan prevalensi hipertensi meningkat
menjadi 32,4%.

Berdasarkan Kemenkes RI pada tahun 2013 prevelensi hipertensi ini akan


terus meningkat dan diprediksi pada tahun 2025 sebanyak 29% orang
dewasa diseluruh dunia menderita hipertensi. dan menurut (Riset Kesehatan
Dasar) Riskesdas 2013 diindonesia sendiri, survey kesehatan rumah tangga
Departemen Kesehatan RI 2013 menyebutkan sekitar 16-31% dari populasi
masyarakat indonesia diberbagai provinsi menderita hipertensi.
Data yang tercatat Penderita Hipertensi Di Bangka Belitung pada Riskesdas
2018 sebesar 29,90%, masih masuk dalam 5 besar penderita Hipertensi
tertinggi. Laporan Dinas Kesehatan kabupaten Belitung tahun 2019,
penyakit Hipertensi menempati urutan kedua dan Jumlah estimasi penderita
Hipertensi di Kabupaten Belitung 44.719 jiwa dengan cakupan penderita
yang mendapatkan pelayanan 18,535 jiwa (41,4%). Keadaan ini sangat
berbahaya, yang mana dapat menyebabakan kematian mendadak. Faktor-
faktor yang dapat menyebabakan timbulnya gangguan atau kerusakan pada
pembuluh darah juga berperan pada terjadinya hipertensi, faktor tersebut
antara lain stres, obesitas, kurangnya olahraga, merokok,alkohol, dan
makan-makanan yang tinggi kadar lemaknya. Perubahan gaya hidup seperti
perubahan pola makan yang tinggi kadar lemaknya menjerus kepada
makanan siap saji yang mengandung banayak lemak, protein, dan tinggi
garam tetapi rendah serat panggan, merupakan salah satu faktor
berkembangnya penyakit degeneratif seperti hipertensi.

Intervensi yang dapat dilakukan pada pasien hipertensi yaitu dengan


pengontrolan farmakologis dan non farmakologis. Pengontrolan
farmakologis yaitu dengan cara pemberian obat anti hipertensi, sedangkan
untuk pengontrolan non farmakologis yaitu bisa dilakukan dengan cara
berhenti merokok, menguranggi konsumsi alkohol yang berlebihan,
menurunkan asupan garam dan lemak, meningkatkan konsumsi buah dan
sayur, menurunkan berat badan yang berlebihan dan melakukan latihan fisik.

Terapi massage atau teknik pemijatan adalah melakukan sebuah pemijatan


dititik-titik tertentu seperti pada jalur-jalur tangan, punggung dan kaki,
dimana pemijatan ini akan menimbulkan aliran energi ke seluruh tubuh,
sehingga memperoleh rangsangan yang membuat kenyamanan. Selain itu
pemijatan membantu memperbaiki sirkulasi dan menurunkan tekanan
darah.8 Pernyataan tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Saputro (2013) dengan judul “pengaruh terapi refleksi pijat kaki terhadap
tekanan darah pada lansia dengan hipertensi” , yang menunjukkan bahwa
tekanan darah sebelum diberikan perlakuan sebesar 160,78/96,56 mmHg,
6
dan sesudah diberikan perlakuan 143,43/86,09 mmHg. Hasil tersebut
menyatakan bahwa massage punggung berpengaruh signifikan terhadap
penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di Ungaran. Penerapan
terapi refleksi pijat kaki pada lansia dapat menurunkan tekanan darah, dan
dilihat dari teknik terapinya tidak menimbulkan efek samping dan mampu
mencegah dampak buruk dari hipertensi pada lansia.

Penenelitian lain yang dilakukan oleh Faridah, dan Shinta ( 2019 )


berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi penurunan pada
kategori tekanan darah. Responden memiliki tekanan darah sebelum di
berikan pijat refleksi kaki yakni hipertensi derajat I 140-159 mmHg / 90-99
mmHg sedangkan sesudah diberikan pijat refleksi kaki yakni normal <130
mmHg/<85mmHg.

Mengingat pentingnya upaya penurunan tekanan darah pada lansia dan


efek samping dari terapi farmakologi, maka diperlukan alternatif lain
untuk menurunkan tekanan darah. Oleh karena itu, peneliti tertarik
melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Terapi Refleksi Pijat Kaki
Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi di wilayah Jl.
Mentok Pangkalpinang ”.

B. Rumusan Masalah
Hipertensi adalah suatu keadaan yang dialami oleh seorang pasien terhadap
peningkatan tekanan darah di atas normal, baik tekanan darah sistolik maupun
diastolik. Bertambahnya usia berpengaruh terhadap perubahan tekanan darah
tinggi atau hipertensi. hipertensi pada lansia dapat menyebabkan stroke dan
faktor yang memperberat infark miokard (serangan jantung) (Fadli, 2018).
Hipertensi merupakan penyebab kematian ke-3 setelah stroke dan
tuberkulosis Hipertensi merupakan salah satu penyebab utama kematian dini
diseluruh dunia (Agoes , 2011). Hampir 1 milyar orang diseluruh dunia
memiliki tekanan darah tinggi.Kondisi tersebut merupakan gangguan
asimptomatik (Fadli, 2018). Hipertensi dapat di turunkan dengan terapi non
farmakologi yaitu salah satunya Hal ini dapat diatasi dengan terapi refleksi
pijat kaki

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti terhadap 20


lansia di RT 57 Jl. Mentok Kelurahan Keramat Kota Pangkalpinang dengan masalah
hipertensi di dapatkan hanya patuh mengkonsumsi obat farmakologis dan tidak
berupaya menggunakan terapi komplementer untuk menurunkan tekanan darah .
Pada saat dilakukan pengkajian didapatkan hasil tekanan darah yang rata rata di atas
140 mmhg .

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan “Adakah Pengaruh Terapi


Refleksi Pijat Kaki Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi di RT
57 Jl. Mentok Kelurahan Keramat Kota Pangkalpinang ?”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh Terapi Refleksi Pijat Kaki Terhadap Tekanan
Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi di RT 57Jl. Mentok Kelurahan Keramat
Kota Pangkalpinang

2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada lansia dengan hipertensi di RT 57 Jl.
Mentok Kelurahan Keramat Kota Pangkalpinang
b. Mengidentifikasi masalah keperawatan yang dapat ditemukan pada
lansia dengan hipertensi di RT 57 Jl. Mentok Kelurahan Keramat Kota
Pangkalpinang
c. Membuat intervensi keperawatan sesuai masalah keperawatan yang
ditemukan pada lansia dengan hipertensi di RT 57 Jl. Mentok
Kelurahan Keramat Kota Pangkalpinang
d. Mengaplikasikan terapi refleksi pijat kaki pada lansia dengan
hipertensi di RT 57 Jl. Mentok Kelurahan Keramat Kota Pangkalpinang
e. Mengidentifikasi karakteristik usia dan jenis kelamin responden di
RT 57 Jl. Mentok Kelurahan Keramat Kota Pangkalpinang
f. Mengidentifikasi rata- rata tekanan darah pada lansia sebelum dan
sesudah diberikan terapi refleksi pijat kaki di RT 57 Jl. Mentok
Kelurahan Keramat Kota Pangkalpinang
g. Mengidentifikasi perbedaan rata-rata penurunan tekanan darah
setelah dilakukan intervensi terapi refleksi pijat kaki terhadap
penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di RT 57 Jl.
Mentok Kelurahan Keramat Kota Pangkalpinang
h. Menganalisa Pengaruh Terapi Refleksi Pijat Kaki Terhadap Tekanan
Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi di RT 57 Jl. Mentok Kelurahan
Keramat Kota Pangkalpinang

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bidang
keperawatan dan Pendidikan kesehatan pada masyarakat khususnya untuk
menggunakan terapi pijat kaki sebagai terapi non farmakologis guna
mengatasi tekanan darah tinggi atau hipertensi pada lansia

2. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan


Hasil penelitian diharapkan dapat menambah dan meningkatkan
pengetahuan di dunia keperawatan gerontik yang dapat dimanfaatkan
dalam pemberian intervensi dan pendidikan kesehatan yang berkaitan
dengan lansia yang mengalami tekanan darah tinggi atau hipertensi.
3. Bagi Masyarakat/ Pasien
Menambah wawasan masyarakat bahwa terapi pijat kaki sebagai terapi
non farmakologis guna mengatasi tekanan darah tinggi atau hipertensi
pada lansia.
BAB II

TINJAUAN TEORI
Konsep Lansia
1. Pengertian Lansia

Lansia adalah merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang
ditandai dengan penurunan berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah
dimiliki sebelumnya. Mulai dari perubahan penampilan fisik maupun
mental, khususnya dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah
dimiliki. Dengan keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk
mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stress fisiologis (Erna,
2016).

Lansia adalah seseorang yang telah berusia >60 tahun dan tidak berdaya
untuk mencari nafkah sendiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
sehari- hari. Hal diatas dapat disimpulkan bahwa lansia merupakan
seseorang yang telah berusia >60 tahun, mengalami penurunan kemampuan
beradaptasi, dan tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
seorang diri (Ratnawati, 2017).

2. Batasan Usia Lansia

Batasan usia pada lansia menurut WHO (dalam (Utomo, 2015), usia
lanjutmeliputi:

a. Usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun

b. Usia lanjut (elderly) yaitu antara 60-74 tahun

c. Usia tua (old) yaitu antara 75-90 tahun Usia sangat tua (very old) yaitu
diatas 90 tahun

3. Penyakit Pada Lansia

Menurut Nugroho (2015) penyakit yang menonjol pada lansia :

a. Gangguan pembuluh darah (hipertensi dan stroke)

b. Gangguan metabolik diabetes mellitus


c. Gangguan persendian reumatik, sakit punggung, dan terjatuh

d. Gangguan social kurang penyesuaian diri dan merasa tidak memiliki


fungsilagi.

Konsep Teori Hipertensi


1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah keadaan dimana terjadi suatu peningkatan tekanan


darah melebihi batas normal pada sistolik lebih dari 180 mmHg dan
diastolik lebih dari 90 mmHg atau sama ( Any, 2018 ).
Hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan kronis yang
ditandai dengan meningkatnya tekanan darah pada dinding pembuluh
darah arteri.keadaan tersebut mengakibatkan jantung bekerja lebih keras
untuk mengedarkan darah keseluruh tubuh melalui pembuluh darah. Hal
ini dapat mengangggu aliran darah,merusak pembuluh darah bahkan
menyebabkan penyakit degenerative hingga kemudian kematian
(Ratnawati, 2019 ).

2. Klasifikasi Hipertensi

Pudiastuti (2011) menyatakan bahwa kenaikan tekanan darah diastolik


merupakan faktor risiko yang lebih berpengaruh daripada peningkatan
tekanan darah sistolik, tapi saat ini pada orang-orang yang berusia 50
tahun menunjukkan bahwa tekanan darah sistolik lebih berisiko.Batasan
hipertensi yag digunakan oleh WHO adalah TDS > 160 mmHg dan
TDD >95 mmHg. Berdasarkan tingginya nilai tekanan darah, maka
hipertensi dibedakan menjadi:
1. Hipertensi ringan : TDD 90-110 mmHg
2. Hipertensi sedang : Tdd 110 -130 mmHg
3. Hipertensi berat : > 130 mmHg

Klasifikasi tekanan darah menurut WHO-ISH (World Health


Organization-International Society of Hypertension), dan ESH-ESC
(European Society of Hypertension-European Society of Cardiology,
2014).

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan darah


Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Darah
Tekanan Darah Sistolik Diastolik
WHO- ESH-ESC WHO-ISH ESH-ESC
ISH
Optimal <120 <120 <80 <80
Normal <130 120- <85 80-84
129
Tinggi-Normal 130- 130- 85-89 85-89
139 139
Hipertensi kelas 140- 140- 90-99 90-99
1 (ringan) 159 159
Cabang: 140- 90-94
Perbatasan 149
Hipertensi kelas 160- 160- 100- 100-
2 (sedang) 179 179 109 109
Hipertensi kelas ≥180 ≥180 ≥110 ≥110
3 (berat)

Berikut kategori tekanan darah menurut Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia (2016):
Tabel 2.2 Kategori Tekanan darah menurut Depkes, 2016
Tekanan Darah Tekanan Darah
Kategori
Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal 120-129 80-89
Normal
130-139 89
Tinggi
Hipertensi 140-159 90-99
derajat 1
Hipertensi
≥ 160 ≥ 100
derajat 2
Hipertensi
> 180 > 110
derajat 3

3. Etiologi

Berdasarkan penyebabnya atau etiologinya hipertensi dibagi menjadi 2


golongan, yaitu hipertensi esensial (hipertensi primer) dan hipertensi
sekunder (hipertensi renal).
a. Hipertensi Esensial
Hipertensi esensial terjadi pada 90 %dari penderita hipertensi
(Kemenkes RI, 2013). Faktor yang mempengaruhi seperti genetik,
lingkungan, hiperaktivitas sistem simpatis, dan faktor-faktor yang
meningkatkan risiko 11seperti obesitas, alkohol, merokok, serta
polisistemia. Hipertensi primer biasanya timbul pada kelompok
umur 30-50 tahun (Pudiastuti, 2011).
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder atau hipertensi renal yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi
penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2% penyebabnya
adalah kelainan hormon atau pemakaian obat tertentu misalnya pil
KB (Kemenkes RI,2013 ).

4. Patofisiologi Hipertensi

Pengaturan tekanan arteri meliputi kontrol sistem saraf yang kompleks dan
hormonal yang saling berhubungan satu sama lain dalam mempengaruhi
curah jantung dan dalam penahanan vaskular perifer. Baroreseptor
merupakan salah satu yang dapat mempengaruhi tekanan darah. Curah
jantung ditentukan oleh volume sekuncup dan frekuensi jantung. Tahanan
perifer ditentukan oleh diameter arteriol. Jika diameter mengalami
penurunan (vasokonstriks), maka tahanan perifer mengalami peningkatan.
Akan tetapi jika diameter mengalami peningkatan (vasodilatasi) maka
tahanan perifer akan mengalami penurunan.

Pengaturan primer tekanan atreri disebabkan oleh baroreseptor pada sinus


karotikus dan arkus aorta yang akan menyampaikan impuls ke pusat saraf
simpatis pada medula oblongata. Jika tekanan arteri mengalami
peningkatan maka setiap ujung reseptor akan mengalami pereganagan dan
memberikan terhadap penghambat pusat simpatis, maka akrelasi puast
jantung dihambat sehinga jantung akan mengalami penurunan curah
jantung. Akan tetapi jika vasomotor yang dihambat maka akan terjadi
vasodilatasi. Akiabat dari vasodilatsi dan penurunan curah jantung hal ini
lah yang menyebabkan terjadinya penurunan tekanan darah. Jika tekanan
darah mengamai penurunan menyebabkan respon reaksi cepat untuk
melakukan proses hemostasis tekanan darah agar tetap berada dalam
ambang batas normal.

Faktor lain yang mempengaruhi tekanan darah adalah ginjal. Renin yang
dilepaskan ginjal diman ketika aliran darah keginjal mengalami penurunan
makaakan menyebabkan angiostensin I, kemudian akan berubah menjadi
angiostensin II. Angiostensin II meningkatkan tekanan darah dapat
terjadinya konstriksi langsung arteriol sehingga terjadi peningkatan
resistensi perifer (TPR) secara tidak langsug dapat melepaskan aldosteron,
sehingga terjadi retensi natrium dan air dalam ginjal serta menstimulasi
perasan haus.

Pengaruh ginjal yang lain yaitupelepasan eritroproetin yang menyebabkan


terjadinya peningkatan pada sel darah merah. Manifestasi dari ginjal
secara keseluruhan akan terjadinya peningkatan volume darah dan
peningkataan tekanan darah secara simultan (Muttaqin 2009).
5. Pathway

6. Tanda Dan Gejala Hipertensi


Hipertensi jarang menimbulkan gejala dan cara satu-satunya untuk
mengetahui apakah seseorang tersebut menderita hipertensi yaitudengan
cara mengukur tekanan darah atau skrining kesehatan. Jika tekanan
darah tidak terkontrol dan menjadi sangat tinggi (keadaan ini disebut
dengan tekanan hipertensi berat atau maligna), sehingga dapat
menimbulkan gejala seperti : pusing, pandanggan kabur, sakit kepala,
kebinggungan, mengantuk, sulit bernafas, epistaksis, marah, telingga
berdengging (Palmer 2007).

Akan tetapi, sebagian besar nyeri kepalapada pasien hipertensi ternyata


tidak berhubungan dengan tekanandarah. Fase hipertensi yang berbahaya
bisa ditandai oleh nyeri kepala dan hilangnya penglihatan (papiledema)
(Gray,et al,2005 & Davy, 2006).

7. Komplikasi Hipertensi

Hipertensi dalam waktu lama akan merusak endothel arteri dan


mempercepat atherosclerosis. komplikasi dari hipertensi termasuk
rusaknya organ tubuh seperti jantung, mata ginjal, otak dan pembuluh
darah besar. Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk
penyakit serebvaskuler yaitu stroke,transient ischemi attack, penyakit
arteri koroner yaitu infark miokard angina, penyakit gagal ginjal,
dementia, dan atrial fibrilasi.

Bila penderitahipertensi memiliki faktor resiko kardiovaskuler yang lain,


maka akan meningkatkan mortalitas dan mordibitas akibat gangguan
kardiovaskulernya tersebut. Menurut studi Framighram, pasien dengan
hipertensi mempunyai peningkatan risiko yang bermakna untuk
penyakit koroner, stroke, penyakit arteri perifer, dan gagaljantung.

Penderita hipertensi beresiko terserang penyakit lain yang timbul


kemudian. Adapun penyakit yang timbul akaibat hipertensi yaitu :
1. Penyakit Jantung Koroner
Penyakit ini sering dialami penderita hipertensi sebagai akibat
terjadinya pengapuran pada dinding pembuluh darah jantung.
Penyempitan lubang pembuluh darah jantung menyebabkan
berkurangnya aliran darah pada beberapa bagian otot jantung. Halini
menyebabkan timbulnya rasa nyeri di dada dan dapat berakibat
gangguan pada otot jantung. Bahkan dapat menyebabkan timbulnya
serangan jantung.
2. Gagal Jantung
Tekanan darah yang tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih berat
untuk memompa darah. Kondisi ini berakibat otot jantung akan
menebal dan meregang sehingga daya pompa otot menurun. Hal ini
lah yang menyebabkan terjadinya kegagalan kerja jantung secara
umum. Dapat ditandai dengan sesak nafas, napas pendek, dan terjadi
pembengkakan pada tungkai bawah serta kaki.
3. Kerusakan Pembuliuh darah Otak
Peneliti diluar negeri mengungkapakan bawha hipertensi menjadi
penyebab utama pada kerusakan pembuluh darah otak. Ada dua jenis
kerusakan yang dapat ditimbulkan yaitu pecahnya pembuluh darah
dan rusaknya dinding pembuluh darah. Pada akirnya dapat
menyebabkan stroke bahkan kematian.
4. Gagal Ginjal
Gagal ginjal merupakan peristwa diman ginjal tidak dapat berfungsi
sebagai mana semestinya. Ada dua jenis kelainan pada ginjal yang
disebabkan oleh hipertensi yaitu nefrosklerosis. Nefrosklerosis ada
dua yaitu Nefrosklerosis Benigna dan Nefrosklerosis Maligna.
Nefroskleris benigna terjadi pada hipertensi yang berlangsung
lama .sehingga terjadi pengendapan fraksi-fraksi plasma pada
pembuluh darah akibat proses penuaan. Hal ini akan menyebabkan
daya permeabilitas dinding pembuluh darah berkurang. Adapun
nefrosklirosis maligna merupakan kelainan ginajal yang ditandai
dengan naiknya tekanan diastole diatas 130 mmHg yang disebabkan
terganggunya fungsi ginjal.
5. Stroke
Hipertensi dapat menyebabkan stroke, yaitu stroke iskemik dan
stroke hemoragik. Stroke hemoragik hampir sering terjadi yaitu
sekitar 80% (Williasms,2007). Stroke iskemik dapat disebabkan
tersumbat pembuluh arteri yang timbul karena tekanan darah tinggi
atau penumpukan lemak. Seorang pria yang menderita stroke diatas
170/100 mmHg, memiliki resiko stroke 3:1 dibandikan dengan
wanita. Jika tekanan darah diastole diatas 100mmHg maka dapat
meningkatkan resiko stroke 2,5 kali
6. Kerusakan Pada Mata
Pembuluh darah pada mata termasuk pembuluh darah yang lunak
dan resisten, jika terjadi tekanan darah yang tinggi mengakibatkan
kerusakan pembuluh darah dan saraf-saraf yang ada pada mata
sehingga penglihatan menjadi terganggu

8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mengetahui apakah seseorang
terkena hipertensi yaitu dengan pemeriksaan labolatorium rutin yang
dilakukan sebelum memulai tropi dimana bertujuan untuk menentukan
kerusakan jaringan dan faktor resiko lain atau mencari penyebab dari
hipertensi, biasanya tindakan yang dilakukan yaitu pemeriksaan urinasi,
darah perifer lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah
puasa, kolesterol total, kolesterol HDL, dan EKG (Mansjoer,dkk,2001).

9. Penatalaksanaan
Setiap program terapi memiliki suatu tujuan yaitu untuk mencegah
kematian dan komplikasi, dengan mencapai dan mempertahankan tekanan
darah arteri pada atau kurang dari 140/90 mmHg (130/80 mmHg untuk
penderita diabetes melitus atau penderita penyakit ginjal kronis) kapan pun
jika memungkinkan (Smeltzer, 2013).

a. Pendekatan non farmakologis mencakup penurunan berat badan;


pembatasan alkohol dan natrium; olahraga teratur dan relaksasi. Diet
DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) tinggi buah,
sayuran, dan produk susu rendah lemak telah terbukti menurunkan
tekanan darah tinggi (Smeltzer, 2013).
b. Pilih kelas obat yang memiliki efektivitas terbesar, efek samping
terkecil, dan peluang terbesar untuk diterima pasien. Dua kelas obat
tersedia sebagai terapi lini pertama : diuretik dan penyekat beta
(Smeltzer, 2013).
c. Tingkatkan kepatuhan dengan menghindari jadwal obat yang
kompleks (Smeltzer, 2013).

Menurut Irwan (2016), tujuan pengobatan hipertensi adalah


mengendalikan tekanan darah untuk mencegah terjadinya komplikasi,
adapun penatalaksanaannya sebagai berikut :
a. Non Medikamentosa
Pengendalian faktor risiko. Promosi kesehatan dalam rangka
pengendalian faktor risiko, yaitu :
1) Turunkan berat badan pada obesitas.
2) Pembatasan konsumsi garam dapur (kecuali mendapat HCT)
3) Hentikan konsumsi alkohol.
4) Hentikan merokok dan olahraga teratur.
5) Pola makan yang sehat.
6) Istirahat cukup dan hindari stress.
7) Pemberian kalium dalam bentuk makanan (sayur dan buah)
diet hipertensi.

Penderita atau mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi


diharapkan lebih hati-hati terhadap makanan yang dapat memicu
timbulnya hipertensi, antara lain :
1) Semua makanan termasuk buah dan sayur yang diolah dengan
menggunakan garam dapur/ soda, biskuit, daging asap, ham,
bacon, dendeng, abon, ikan asin, telur pindang, sawi asin,
asinan, acar, dan lainnya.
2) Otak, ginjal, lidah, keju, margarin, mentega biasa, dan lainnya.
3) Bumbu-bumbu; garam dapur, baking powder, soda kue, vetsin,
kecap, terasi, magi, tomat kecap, petis, taoco, dan lain-lain.

b. Medikamentosa meliputi :
Hipertensi ringan sampai sedang, dicoba dulu diatasi dengan
pengobatan non medikamentosa selama 2-4 minggu.
Medikamentosa hipertensi stage 1 mulai salah satu obat berikut :
1) Hidroklorotiazid (HCT) 12,5-25 mg/hari dosis tunggal pagi
hari
2) Propanolol 2 x 20-40 mg sehari.
3) Methyldopa
4) MgSO4
5) Kaptopril 2-3 x 12,5 mg sehari
6) Nifedipin long acting (short acting tidak dianjurkan) 1 x 20-60
mg
7) Tensigard 3 x 1 tablet
8) Amlodipine 1 x 5-10 mg
9) Diltiazem (3 x 30-60 mg sehari) kerja panjang 90 mg sehari.
Sebaiknya dosis dimulai dengan yang terendah, dengan evaluasi
berkala dinaikkan sampai tercapai respons yang diinginkan. Lebih
tua usia penderita, penggunaan obat harus lebih hati-hati.
Hipertensi sedang sampai berat dapat diobati dengan kombinasi
HCT + propanolol, atau HCT + kaptopril, bila obat tunggal tidak
efektif. Pada hipertensi berat yang tidak sembuh dengan kombinasi
di atas, ditambahkan metildopa 2 x 125-250 mg. Penderita
hipertensi dengan asma bronchial jangan beri beta blocker. Bila ada
penyulit/ hipertensi emergensi segera rujuk ke rumah sakit.

10. Pencegahan
Sebagaimana diketahui pre hipertensi bukanlah suatu penyakit, juga bukan
sakit hipertensi, tidak diindikasikan untuk diobati dengan obat farmasi,
bukan target pengobatan hipertensi, tetapi populasi pre hipertensi adalah
kelompok yang berisiko tinggi untuk menuju kejadian penyakit
kardiovaskular. Di populasi USA, menurut NHANES 1999-2000, insiden
pre hipertensi sekitar 30 %. Populasi pre hipertensi ini diprediksi pada
akhirnya akan menjadi hipertensi permanen sehingga pada populasi ini
harus segera dianjurkan untuk merubah gaya hidup (lifestyle modification)
agar tidak menjadi progresi ke TOD (Setiati, 2015).

Rekomendasi gaya hidup yang harus ditaati menurut CHEP 2011 untuk
mencegah risiko menjadi hipertensi, dianjurkan untuk menurunkan asupan
garam sampai di bawah 1500 mg/hari. Diet yang sehat ialah bilamana
dalam makanan sehari-hari kaya dengan buah-buahan segar, sayuran,
rendah lemak, makanan yang kaya serat (soluble fibre), protein yang
berasal dari tanaman, juga harus tidak lupa olahraga yang teratur, tidak
mengkonsumsi alkohol, mempertahankan berat badan pada kisaran 18,5 –
24,9 kg/m2 (Setiati, 2015).

Menurut Riyadi (2011), pencegahan hipertensi terbagi atas dua bagian,


yaitu :
a. Pencegahan primer
Faktor risiko hipertensi antara lain: tekanan darah di atas rata-rata,
adanya riwayat hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro),
takikardia, obesitas, dan konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan
untuk :
1) Mengatur diet agar berat badan tetap idel juga untuk menjaga
agar tidak terjadi hiperkolesterolemia, diabetes mellitus, dan
sebagainya.
2) Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
3) Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah
garam.
4) Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.
b. Pencegahan sekunder.
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui
menderita hipertensi karena faktor tertentu, tindakan yang bisa
dilakukan berupa :
1) Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat
maupun tindakan-tindakan seperti pencegahan primer.
2) Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol
secara normal atau stabil mungkin.
3) Faktor-faktor risiko penyakit jantung iskemik yang lain harus
dikontrol.
4) Batasi aktivitas.

11. Prosedur Pengukuran Tekanan Darah


a. Pengertian
Pemeriksaan tekanan darah adalah suatu prosedur pemeriksaan untuk
mengetahui tekanan darah dalam mmHg.
b. Tujuan
Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk pmeriksaan
tekanan darah.
c. Prosedur
1. Alat dan bahan
a. Sphygmomanometer
b. Stetoskop
2. Pelaksanaan
a. Buka lengan baju responden.
b. Pasangkan manset 2,5 cm diatas nadi brachialis dan manset
tidak terlalu ketat maupun longgar.
c. Tentukan nadi brachialis.
d. Letakan diagfragma stetoskop tepat di atas arteri brachialis.
e. Pompa balon sampai jarum/air raksa naik minimal 140-160
mmHg atau lebih.
f. Buka skrup balon perlahan sampai mendengarkan bunyi
detak terakhir.
g. Lepaskan manset dan rapikan alat.
h. Catat pada lembar observasi.

Konsep Terapi refleksi Pijat Kaki


1. Pengertian Pijat Kaki refleksi
Pijat refleksi kaki atau sering disebut dengan pijat refleksiologi yang
dilakukan dengan cara memijat bagian titik refleksi di kaki yang dapat
memberikan rangsangan relaksasi yang mampu memperlancar aliran darah
dan cairan tubuh pada bagian-bagian tubuh yang berhubungan dengan titik
syaraf kaki yang dipijat. Pijat refleksi kaki juga merupakan terapi
komplementer yang dapat diaplikasikan dalam menurunkan tekanan darah
pasien hipertensi, dengan teknik pemijatan/penekanan, pijat refleksi dapat
memberikan efek relaksasi dimana sirkulasi atau aliran darah dan cairan
tubuh dapat mengalir tanpa hambatan dan dapat memasok nutrisi serta
oksigen ke sel – sel tubuh , sehingga organ tubuh yang akan kembali pada
keadaan dan fungsi yang normal (Wijayakusuma , 2012).

2. Tujuan Terapi Pijat Kaki refleksi


Manfaat pijat refleksi menurut Pamungkas,( 2010 ) adalah :
a. Menjaga kesehatan agar tetap prima
b. Membantu mengurangi rasa sakit dan kelelahan
c. Merangsang produksi hormon endorphin yang berfungsi untuk
relaksasi
d. Mengurangi beban yang ditimbulkan akibat stress
e. Menyingkirkan toksin
f. Mengembalikan keseimbangan kimiawi tubuh dan meningkatkan
imunitas
g. Menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan punggung,
tekanan darah tinggi, frekuensi jantung, laju metabolik.
h. Mengurangi distritmia jantung, kebutuhan oksigen.
i. Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dan
tidak memfokus perhatian seperti relaks.
j. Meningkatkan rasa kebugaran, konsentrasi.
k. Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stres.
l. Mengatasi insomnia, depresi, kelelahan, iritabilitas, spasme otot, fobia
ringan, gagap ringan,
m. Membangun emosi positif dari emosi negatif. Memperbaiki
keseimbangan potensi elektrikal dari berbagai bagian tubuh dengan
memperbaiki kondisi zona yang berhubungan
n. Menyehatkan dan menyeimbangkan kerja organ tubuh

3. Prosedur Relaksasi
a. Waktu pijat refleksi dapat dilakukan selama 30-40menit . tetapi bagi
penderita penyakit kronis,lanjut usia waktunya lebih pendek.
b. Setiap titik refleksi hanya dipijat 5 sampai 9 menit dalam sekali
pemijatan
c. Bisa menggunakan minyak agar kulit tidak lecet tatkala dipijat
d. Gerakan pertama disebut dengan eflurage yaitu memijat dari
pergelangan kaki ditarik sampai kejari-jari. Gerakan dapat dilakukan
sekitar 3-4 kali.
e. Gerakan kedua ini sama dengan gerakan pertama yaitu menarik dari
pergelangan kaki hingga sampai ujung jari melewati perselangan jari
diakhiri dengan tarikan kecil pada jari. Gerakan ini dilakukan pada
semua jari kaki,dari kelingking hingga jempol.
f. Setelah itu,dilakukan seperti gerakan pertama tapi dengan
menungkupkan semua telapak tangan pada atas dan bawah telapak
kaki,ditarik lembut dari pergelangan kaki hingga kejari kaki.gerakan
ini dilakukan 3-4 kali.
g. Lakukan pemijatan dengan memfokuskan penekanan pada jempol,jari
telunjuk.dan jari tengah,dengan membuat gerakan tarikan dari mata
kaki kearah tumit. Gerakan ini dilakukan sebanyak 3-4 kali.
h. Lakukan pemijatan penekanan yang berfokus pada jempol,mengusap
dari telapak kaki bagian atas hingga kebawah. Gerakan ini dapat
dilakukan sebanyak 3-4 kali

Asuhan Keperawatan Berdasarkan Teori


1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi : Nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa,
status perkawinan, pekerjaan sebelumnya, pendidikan terakhi, kamar
dan penanggung jawab.
b. Riwayat Keluarga Menggambarkan silsilah (kakek, nenek, orang tua,
saudara kandung, pasangan, dan anak-anak)
c. Riwayat Pekerjaan Menjelaskan status pekerjaan saat ini, pekerjaan
sebelumnya, dan sumbersumber pendapatan dan kecukupan terhadap
kebutuhan yang tinggi.
d. Riwayat Lingkup Hidup Meliputi : tipe tempat tinggal, jumlah kamar,
jumlah orang yang tinggal di rumah, derajat privasi, alamat, dan
nomor telpon.
e. Riwayat Rekreasi Meliputi : hoby/minat, keanggotaan organisasi,
dan liburan
f. Sumber/ Sistem Pendukung Sumber pendukung adalah anggota atau
staf pelayanan kesehatan seperti dokter, perawat atau klinik
g. Deksripsi Harian Khusus Kebiasaan Ritual Tidur 24 Menjelaskan
kegiatan yang dilakukan sebelum tidur. Pada pasien lansia dengan
hipertensi mengalami susah tidur sehingga dilakukan ritual ataupun
aktivitas sebelum tidur.
h. Status Kesehatan Saat Ini Meliputi : klien mengeluh pusing, klien
mengatakan kaku pada leher, hasil tekanan darah rata-rata ≥ 150/90
mmHg.
i. Obat-Obatan Menjelaskan obat yang telah dikonsumsi, bagaimana
mengonsumsinya, atas nama dokter siapa yang menginstruksikan
dan tanggal resep
j. Status Imunisasi Mengkaji status imunisasi klien pada waktu dahulu
k. Nutrisi Menilai apakah ada perubahan nutrisi dalam makan dan
minum, pola konsumsi makanan dan riwayat peningkatan berat
badan. Biasanya pasien dengan hipertensi perlu memenuhi
kandungan nutrisi seperti karbohidrat, protein, mineral, air, lemak,
dan serat. Tetapi diet rendah garam juga berfungsi untuk mengontrol
tekanan darah pada klien.
l. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik merupakan suatu proses memeriksa tubuh pasien
dari ujung kepala sampai ujung kaki (head to toe) untuk menemukan
tanda klinis dari suatu penyakit dengan teknik inpeksi, aukultasi,
palpasi dan perkusi. Pada pemeriksaan kepala dan leher meliputi
pemeriksaan bentuk kepala, penyebaran rambut, warna rambut,
struktur wajah, warna kulit, kelengkapan dan kesimetrisan mata,
kelopak mata, kornea mata, konjungtiva dan sclera, pupil dan iris,
ketajaman penglihatan, tekanan bola mata, cuping hidung, lubang
hidung, tulang hidung, dan septum nasi, menilai ukuran telinga,
ketegangan telinga, kebersihan lubang telinga, ketajaman
pendengaran, keadaan bibir, gusi dan gigi, keadaan lidah, palatum
dan orofaring, posisi trakea, tiroid, kelenjar limfe, vena jugularis
serta denyut nadi karotis. Pada pemeriksaan payudara meliputi
inpeksi terdapat atau tidak kelainan berupa (warna kemerahan pada
mammae, oedema, papilla mammae menonjol atau tidak,
hiperpigmentasi aerola mammae, apakah ada pengeluaran cairan
pada putting susu), palpasi (menilai apakah ada benjolan,
pembesaran kelenjar getah bening, kemudian disertai dengan
pengkajian nyeri tekan). Pada pemeriksaan thoraks meliputi inspeksi
terdapat atau tidak kelainan berupa (bentuk dada, penggunaan otot
bantu pernafasan, pola nafas), palpasi (penilaian vocal premitus),
perkusi (menilai bunyi perkusi apakah terdapat kelainan), dan
auskultasi (peniaian suara nafas dan adanya suara nafas tambahan).
Pada pemeriksaan jantung meliputi inspeksi dan palpasi (mengamati
ada tidaknya pulsasi serta ictus kordis), perkusi (menentukan batas-
batas jantung untuk mengetahui ukuran jantung), auskultasi
(mendengar bunyi jantung, bunyi jantung tambahan, ada atau tidak
bising/murmur) Pada pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi
terdapat atau tidak kelainan berupa (bentuk abdomen,
benjolan/massa, bayangan pembuluh darah, warna kulit abdomen,
lesi pada abdomen), auskultasi(bising usus atau peristalik usus
dengan nilai normal 5-35 kali/menit), palpasi (terdapat nyeri tekan,
benjolan/masa, benjolan/massa, pembesaran hepar dan lien) dan
perkusi (penilaian suara abdomen serta pemeriksaan asites).
Pemeriksaan kelamin dan sekitarnya meliputi area pubis, meatus
uretra, anus serta perineum terdapat kelainan atau tidak. Pada
pemeriksaan muskuloskletal meliputi pemeriksaan kekuatan dan
kelemahan eksremitas, kesimetrisan cara berjalan. Pada pemeriksaan
integument meliputi kebersihan, kehangatan, warna, turgor kulit,
tekstur kulit, kelembaban serta kelainan pada kulit serta terdapat lesi
atau tidak. Pada pemeriksaan neurologis meliputi pemeriksaan
tingkatan kesadaran (GCS), pemeriksaan saraf otak (NI-NXII),
fungsi motorik dan sensorik

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penentuan dari masalah keperawatan yang
ditunjukkan oleh klien.
a. Resiko Perfusi Serebral Tidak Efektif b.d Hipertensi (SDKI: D.0017)
3. Intervensi Keperawatan

Hari/ Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Paraf & Nama


No
Tgl Keperawatan Hasil Keperawatan Jelas
1 Resiko Perfusi Setelah dilakukan Pemantauan KELOMPOK
Serebral Tidak tindakan keperawatan Intrakranial 3
Efektif b.d 3x24 jam diharapkan (SIKI: I.06198)
Hipertensi perfusi serebral tidak
(SDKI: efektif dapat teratasi
D.0017) dengan kriteria hasil: Observasi
1. Tekanan 1. Identifikasi
Intrakranial penyebab
Menurun peningkatan
2. Sakit Kepala TIK
Menurun 2. Monitor
3. Gelisah Menurun Peningkatan
4. Kecemasan Tekanan
Menurun Darah
5. Tekanan Darah 3. Monitor
Sistolik Membaik Pelebaran
6. Tekanan Darah Tekanan
Diastolik Nadi (Selisih
Membaik TDS dan
TDD)
(SLKI: L.02014) 4. Monitor
Penurunan
Frekuensi
Jantung
5. Monitor
Ireguleritas
Irama Nafas
6. Monitor
Penurunan
Tingkat
Kesadaran

Terapeutik
1. Pertahankan
posisi kepala
dan leher
netral
2. Atur interval
pemantauan
sesuai
kondisi
pasien
3. Dokumentasi
kan hasil
pemantauan

Edukasi
1. Jelaskan
tujuan dan
prosedur
pemantauan
serta
informasikan
hasil
pemantauan

Terapi refleksi
pijat kaki
(SIKI: I.05187)

Observasi
1. Identifikasi
tempat yang
tenangsempit
tidak dan
2. Anjurkan
melakukan
relaksasi otot
rahang
3. Anjurkan
menegangka
n otot
selama 5-10
detik,
kemudian
dianjurkan
untuk
merilekskan
otot 20-30
detik,
masing-
masing 8-16
kali
4. Anjurkan
menegangka
n otot kaki
selama tidak
lebih dari 5
detik untuk
menghindari
kram
5. Anjurkan
fokus pada
sensasi otot
yang
menegang
6. Anjurkan
fokus pada
sensasi otot
yang rileks
7. Anjurkan
bernafas
dalam dan
perlahan

4. Implementasi

Implementasi keperawatan yang dapat dilakukan yaitu dengan


memberikan teknik refleksi pijat kaki . Teknik refleksi pijat kaki yaitu
Pijat dengan melakukan penekanan pada titik titik syaraf. Titik titik syaraf
tersebut berada pada kaki, kebanyakan titik titik syaraf tersebut berada di
telapak kaki merupakan suatu metode untuk membantu menurunkan
tegangan sehingga otot tubuh menjadi rileks, dengan menurunkan sistem
saraf simpatis, meningkatkan aktifitas parasmpatis, menurunkan
metabolisme, menurunkan tekanan darah dan denyut nadi. Diketahui
bahwa pijat refleksi kaki dapat memberikan rangsangan relaksasi yang
mampu memperlancar aliran darah dan cairan tubuh pada bagian-bagian
dalam tubuh yang berhubungan dengan titik syaraf kaki yang dipijat.
Sirkulasi darah yang lancar akan memberikan efek relaksasi sehingga
tubuh mengalami kondisi yang seimbang.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan yang
digunakan sebagai alat atau acuan untuk menilai keberhasilan dari
implementasi keperawatan (ika & sariono, 2010)
Jurnal Terkait
1. Efektivitas terapi pijat refleksi dan terapi benson terhadap penurunan
tekanan darah pada penderita hipertensi .
Hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan kronis yang
ditandai dengan meningkatnya tekanan darah pada dinding pembuluh
darah arteri.Keadaann tersebut menagkibatkan jantung bekerja lebih keras
untuk mengedarkan darah ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah
arteri.keadaan tersebut mengakibatkan jantung bekerja lebih keras untuk
mengedarkan darah keseluruh tubuh melalui pembuluh darah.hal ini dapat
menganggu aliran darah,merusak pembuluh darah,bahkan menyebabkan
penyakit degenerative,hingga kemudian kematian (Ratnawati &
Ahmad ,2019).
Terapi pijat refleksi merupakan terapi sentuhan tradisional yang dapat
memberikan efek relaksasi dan melemaskan otot-otot yang tegang,dan
juga bermanfaat bagi kesehatan.pijat melancarkan peredaran darah dengan
memberikan efek langsung yang bersifat mekanis dari tekanan dan
gerakan secara berirama sehingga menimbulkan rangsangan yang
ditimbulkan terhadap reseptor saraf juga mengakibatkan pembuluh darah
melebar secara refleks sehingga melancarkan aliran darah ( Ratnawati &
Ahmad , 2015 ).
Penelitian yang dilakukan oleh ( Ratnawati & Ahmad , 2015 ) dalam
menganalisanya bahwa ada pengaruh terapi pijat refleksi terhadap
penurunan tekanan darah pada penderita Hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Hulonthalangi Kota Gorantalo dengan nilai tekanan darah
sistolik pValue 0,000<0,005 dan nilai tekanan darah diastolik pValue
0,000,0,005.
2. Efektivitas pijat refleksi kaki dan hipnoterapi terhadap penurunan
tekanan darah pada pasien hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan kondisi yang seering


terjadi pada usia lebih dari 30 tahun dan kejadian ini akan meningkat
pada lanjut usia ( usia 50 tahun ) sekitar 20% populasi orang dewasa
mengalami hipertensi dan 90% nya merupakan hipertensi primer
(Nugroho,dkk 2012).

Adapun komplikasi yang sering terjadi pada penderita hipertensi apabila


tidak terdeteksi secara dini menurut listiyani (2004) antara lain
komplikasi ginjal (10%) komplikasi otak /stroke (15%) dan komplikasi
jantung (75 %). Diantara penanganan non medis tersebut adalah pijat
refleksi kaki dan hipnoterapi.metode ini dipilih karena kecilnya efek
samping yang ditimbulkan dan lebih ekonomis.proses pijat refleksi
kaki hanyalah menggunakan tangan manusia tidak ada obat,
pembedahan,atau alat – alat kedokteran yang digunakan karena itulah,
metode ini dirasa lebih aman untuk digunakan (Gala,2009).
Terapi pijat refleksi kaki telah terbukti efektif untuk mengatasi berbagai
penyakit,termasuk hipertensi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Nugroho,dkk 2012 berdasarkan hasil perhitungan statistik pada
tekanan darah systole,didapatkan nilai sig.0,000 (Sig.,0,05) dari nilai
signifikasi tersebut,menunjukan bahwa ada perbedaan efektifitas pijat
refleksi kaki dan hiopnoterapi dalam menunrunkan tekanan darah pada
tekanandarah sistolik pasien hipertensi.
Berdasarkan nilai mean rnk pada perhitungan statistic untuk tekanan
darah sistolik,dapat klita lihat bahwa nilai pijat refleksi kaki lebih tinggi
yaitu 40,00 dibanding nilai mean rank hipnoterapi yaitu 21,00 .ini
menunjukan pijat refleksi lebih efektif disbanding
hipnoterapi.berdasarkan hasil perhitungan statistic dengan menggunakan
perhitungan Mann Whitney U-Test , didapatkan nilai Sig . 0,000 pada
tekanan darah systole , dan nilai Sig.0,001 pada diastole .
Kedua nilai tersebut ,dapat diketahui bahwa ada perbedaan efektifitas
pijat refleksi kaki dan hipnoterapi dalam menurunkan tekanan darah
pada tekanan darah sistolik pasien hipertensi,dan ini berarti menerima
Ha dan menolak Ho.berdasarkan nilai mean rank pada perhitungan
statistic,nilai pijat refleksi kaki lebih tinggi yaitu 40,00 dibanding nilai
mean ranl hipnoterapi yaitu 21,00 untuk tekanan darah sistolik , dan
nilai pijst refleksi kaki 35,50 smenetara hipnoterapi25,50 untuk tekanan
diastolik. Diantara penanganan non medis tersebut adalah pijat refleksi
kaki dan hipnoterapi.metode ini dipilih karena kecilnya efek samping
yang ditimbulkan dan lebih ekonomis.proses pijat refleksi kaki
hanyalah menggunakan tangan manusia tidak ada obat,
pembedahan,atau alat – alat kedokteran yang digunakan karena itulah,
metode ini dirasa lebih aman untuk digunakan (Gala,2009). Terapi pijat
refleksi kaki telah terbukti efektif untuk mengatasi berbagai
penyakit,termasuk hipertensBerdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Nugroho,dkk 2012. Berdasarkan hasil perhitungan statistik pada tekanan
darah systole,didapatkan nilai sig.0,000 (Sig.,0,05) dari nilai signifikasi
tersebut,menunjukan bahwa ada perbedaan efektifitas pijat refleksi kaki
dan hiopnoterapi dalam menunrunkan tekanan darah pada tekanandarah
sistolik pasien hipertensi. Berdasarkan nilai mean rnk pada perhitungan
statistic untuk tekanan darah sistolik,dapat klita lihat bahwa nilai pijat
refleksi kaki lebih tinggi yaitu 40,00 dibanding nilai mean rank
hipnoterapi yaitu 21,00 .ini menunjukan pijat refleksi lebih efektif
disbanding hipnoterapi.berdasarkan hasil perhitungan statistic dengan
menggunakan perhitungan Mann Whitney U-Test , didapatkan nilai Sig .
0,000 pada tekanan darah systole , dan nilai Sig.0,001 pada diastole .

kedua nilai tersebut ,dapat diketahui bahwa ada perbedaan efektifitas pijat
refleksi kaki dan hipnoterapi dalam menurunkan tekanan darah pada
tekanan darah sistolik pasien hipertensi,dan ini berarti menerima Ha dan
menolak Ho.berdasarkan nilai mean rank pada perhitungan statistic,nilai
pijat refleksi kaki lebih tinggi yaitu 40,00 dibanding nilai mean rank
hipnoterapi yaitu 21,00 untuk tekanan darah sistolik , dan nilai pijst
refleksi kaki 35,50 smenetara hipnoterapi25,50 untuk tekanan diastolik
BAB III

METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan penjelasan tentang konsep- konsep yang


terkandung didalam asumsi teoritis yang akan digunakan untuk
mengistilahkan unsur-unsur yang terkandung didalam fenomena-fenomena
yang akanditeliti,dan bagaimana hubungan diantara konsep-konsep tersebut
(Kelana, 2011). Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan
antara konsep-konsep yang diamati dan diukur melalui penelitian yang
akan dilakukan atau suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan
antara konsep satu terhadap konsep lainya atau variabel yang satu dengan
variabel yang lain dari masalah yang diteliti (Notoadmojo, 2012).
Skema 2.1
Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

B. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakaan angka
dan menganalisis dengan statistik dalam hasil datanya dengan
menggunakan jenis penelitian pre-eksperimental, dimana jenis penelitian
ini digunakan karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh
terhadap terbentuknya variable dependen dan tidak ada variabel kontrol
dan sampel tidak dipilih secara random dengan One Group Pretest-Postest
Design (Sugiyono, 2011). Pada penelitian kali ini tekanan darah diukur
sepuluh menit sebelum dan sesudah dilakukan intervensi (pijat refleksi
kaki) pada waktu penelitian.

Skema 3.1
Skema Desain Penelitian
R1 : O1 X1 O2

Keterangan :
R : Responden penelitian semua mendapat perlakuan/intervensi
O1: Pre test pada kelompok perlakuan’
O2: Post test setelah perlakuan
X1: Uji coba / intervensi pada kelompok perlakuan sesuai protokol
(Dharma, 2011)
6. Subjek Kasus
Menurut Suharsimi Arikunto (2016) subjek penelitian adalah batasan
penelitian di mana peneliti bisa menentukannya dengan benda, hal atau
orang untuk melekatnya variabel penelitian.
Populasi dalam penelitian ini yaitu pasien hipertensi yang berada di wilayah
Kel Gunung sari . Sampel pada penelitian ini yaitu responden yang menderita
penyakit hipertensi yang berjumlah 20 responden yang telah memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini.

7. Lokasi dan Waktu Penelitian


a. Lokasi Penelitian
Penelitijan inidi RT 57 Jl. Mentok Kelurahan Keramat Kota
Pangkalpinang dikarenakan jumlah lansia yang cukup banyak dan belum
adanya penelitikan terkait yang di lakukan di wilayah tersebut .

b. Waktu Penelitian
Waktu penelitian yang terdiri dari waktu persiapan, pelaksanaan dan
penyusunan laporan dan pemberian intervensi dilaksanakan pada bulan
April 2024.

8. Fokus Studi Kasus


Focus studi kasus ini adalah penurunan tekanan darah pada lansia dengan
penerapan terapi refleksi pijat kaki.

9. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud,
atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo,
2012). Definisi operasional ini juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada
pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan
serta pengembangan instrument (alat ukur) (Notoatmodjo, 2010). Definisi
operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional

Karakteristik Responden
Lama waktu Mengisi Lembaran Ordinal
Usia 1. Usia
hidup sejak lembar observasi
(elderly) usia
responden lahir observasi
60-74 tahun
hingga dilakukan
2. Usia tua
intervensi
(old) usia 75-
90 tahun
3. Usia sangat
tua (very old)
usia diatas 90
tahun.
Jenis Kelamin Perbedaan antara Mengisi Lembar 1. Perempuan Nominal
perempuan dan lembar observasi 2. Laki-laki
laki-laki secara observasi
biologis
Variabel Dependen
Penurunan
Disebut hipertensi Mengukur Sphygmo Tekanan darah Ordinal
Tekanan Darah
jika, tekanan Tekanan manomete 1. Hipertensi
Sistole dan
darah Darah r ringan sistole
Diastole
sistolik >140 mengguna 140-159,
mmHg dan kan diastole 90-
Diastolik >90 Tensimete 99 mmHg
mmHg r 2. Hipertensi
sedang
sistole 160-
179, diastole
100-109
mmHg
3. Hipertensi
berat
sistole >180 ,
diastole >110

Variabel Independen
Refleksi Pijat
Suatu tekhnik non Melakuka Melakuka Responden Nominal
Kaki
farmakologis n Terapi n terapi diberikan terapi
untuk refleksi refleksi refleksi pijat
menurunkan pijat kaki pijat kaki kaki
tekanan darah dalam dalam
dengan waktu 15- waktu 15-
menggunakan 20 menit 20 menit
pijat refleksi kaki setiap hari menit
selama 3 Dengan
hari mengguna
kan SOP
Refleksi
Pijat Kaki

10. Instrumen Studi Kasus


Alat pengumpulan data atau instrumen penelitian adalah suatu alat yang
digunakan oleh peneliti untuk mengobservasi, mengukur, atau menilai suatu
fenomena (Dharma, 2011).
1. Lembar demografi, lembar ini adalah lembar yang akan diisi oleh
responden.
2. Sphygmomanometer untuk mengukur tekanan darah responden
3. Lembar observasi, lembar ini digunakan untuk mencatat hasil
pengukuran tekanan darah responden sebelum dan sesudah di berikan
terapi.

11. Metode Pengumpulan Data


1. Pengkajian awal pada pasien lansia dengan hipertensi
2. Peneliti mebuat rencana asuhan keperawatan
3. Peneliti Melakukan kontrak waktu kepada responden untuk dilakukan
pemberian intervensi.
4. Peneliti memberikan intervensi terapi r refleksi pijat kaki pada responden
selama 3 hari.
5. Peneliti akan melakukan pengukuran (pre test) tekanan darah sebelum
dilakukan terapi refleksi pijat kaki.
6. Peneliti melakukan terapi refleksi pijat kaki selama 15-20 menit
7. Peneliti akan melakukan pengukuran (post test) kembali tekanan darah
setelah dilakukan terapi relaksasi refleksi pijat kaki dan memasukan data
ke lembar observasi.

12. Penyajian dan Analisa Data dalam Distribusi Frekuensi


Proses pengolahan data dapat dilakukan dengan cara:

1. Uji Normalitas Data


Uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data
mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan
bentuk lonceng. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti
distribusi normal (Santoso, 2010). Tujuan uji normalitas adalah ingin
mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati
distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng (bell
shaped). Data yang ‘baik’ adalah data yang mempunyai pola seperti
distribusi normal, yakni distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri
atau kanan (Santoso, 2010).

Sebelum dilakukan uji-t dependen, peneliti terlebih dahulu melakukan uji


normalitas data. Uji normalitas menggunakan nilai Z skewness dengan
keputusan uji bila hasil ukur didapatkan nilai -2 sampai dengan +2 maka
data dinyatakan berdistribusi normal

Tabel 3.2
Hasil uji normalitas Tekana Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi
Sebelum (pre) dan sesudah (post) Diberikan Intervensi terapi
refleksi pijat kaki Tahun 2024 (n=20)

Nilai Z Std.
Variabel Swekness Eror Hasil Keterangan
Data
Sistol pre 0,000 0,512 0,000 berdistribusi
normal
Data
Sistol Post 0,432 0,512 0,844 berdistribusi
normal
Data
Diastol Pre 0,186 0,512 0,363 berdistribusi
normal
Data
Diastol Post -0,253 0,512 -0,494 berdistribusi
normal

Tabel 3.2 menjelaskan bahwa semua data berdistribusi normal


berdasarkan uji normalitas koefisien skewness. Bila koefisien skewness
dibagi standar eror, nilainya -2 s/d +2 maka data terdistribusi normal.
Diketahui bahwa hasil bagi koefisien skewness sebelum intervensi
sistoliknya adalah 0,000 dan diastoliknya adalah 0,363 mmHg ,
sementara itu hasil bagi koefisien skewness sesudah intervensi
sistoliknya adalah 0,844 dan diastoliknya adalah -0,494 kedua hasil
tersebut bernilai< 2, sehingga dapat disimpulkan data berdistribusi secara
normal dan hipotesa dapat di ujikan dengan Uji-T Dependen

2. Analisa Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis ini tergantung dari
jenis datanya. Untuk data numerik digunakan nilai rata-rata, median, dan
standar deviasi.Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan
distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2012).
Analisa data univariat pada penelitian ini menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik responden yang meliputi usia dan jenis
kelamin.
Rumus:

f
X = x 100 %
n

Keterangan:
X : Frekuensi relatif dari suatu
kelas F : Frekuensi suatu kelas
n : banyak
sampel (Hidayat,
2013)

3. Analisa Bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk menganalisis hubungan terhadap 2
variabel (variable independen dengan variable dependen) (Notoatmojo,
2012). Analisi bivariate dalam penelitian ini di lakukan untuk
mengetahui pengaruh refleksi pijat kaki terhadap tekanan darah pada
lansia penderita hipertensi dengan melihat pre test dan post test. Menutur
Sabri & Harton (2014). Analisis ini menggunakan uji statistik Paired t-
test karena data berdistribusi normal, tujuan pengujian ini adalah untuk
menguji perbedaan mean pada kelompok sama dari dua hasil pengukuran
(pre test and post test).
Rumus:

d
T=
SDd / √ n

Keterangan:
d : Rata-rata deviasi/selisih sampel 1 dan 2
SD_d: Standar deviasi dari deviasi/selisih sampel 1 dan sampel 2
(Hastono & Sabri, 2014).

Nilai T tersebut dimasukan dalam table t dan cari nilai p. jika hasil
perhitungan p < nilai alpha (0,05) maka di putuskan H0 di tolak (sabri
& Hastono, 2014)
BAB IV

HASIL DAN STUDI KASUS

A. Hasil Studi Kasus


1. Gambaran Lokasi Penelitian
RT 57 Jl. Mentok Kelurahan Keramat Kota Pangkalpinang sebanyak 20
responden

2. Pengkajian

No Nama Usia Jenis Kelmain Pengkajian


1. Ny. A 60 Tahun Perempuan DS :
- Klien mengtakan
nyeri kepala bagian
belakang hilang
timbul sekala 4-5 .
- Klien mengatakan
mempunyai riwayat
tekanan darah tinggi
selama 2 tahun
dengan obat rutin
amlodipine 1 x 5 mg
- Klien mengatakan
leher terasa berat
bila tensinya naik
DO :
- TD : 160/80mmHg
RR : 18x/menit
N : 80x/menit
S : 36,8⁰C

2. Ny. P 67 Tahun Perempuan DS :


- Klien
mengatakan
memiliki
riwayat
hipertensi
selama 7
thn
- Klien
mengatakan
sering nyeri
kepala hilang
timbul dan
pusing
- Klien
mengatakan
jantung
berdebar bila
beraktifitas
berat
- Klien
mengatakan
konsumsi obat
rutin
Candesartan 1
x 8 mg dan
amlodipine 1 x
10 mg

DO :
- KU: baik
- Kesadaran:
compos mentis
- TD: 150/80

mmHg N: 87
x/menit RR: 20
x/menit
S: 36,8 oC
- Klien tampak
lemas
3. Tn.M 62 th Laki-laki DS :
- Pasien mengatakan
sakit kepala sekala 4-
5 . nyeri di rasakan
hilang timbul dan reda
saat beristirahat
- kepala terasa pusing,
tengkuk terasa kaku
- klien mengatakan
mengkonsumsi obat
tensi amlodipine 1 x 5
mg
DO :
- Pasien tampak lemas,
- TTV :
TD 140/80 mmHg
Nadi; 87 x/mennit
Pernapasan; 20
x/menit
Suhu 36,4˚ c
4. Tn.A 65 th Laki-laki DS :
- Pasien mengatakan
nyeri kepala belakang
hilang timbul , skala
nyeri 4-5
- kepala terasa pusing,
tengkuk terasa kaku
- kelien mengatakan
jantung sering terasa
berdebar
- klien mengatakan
riwayat hipertensi
selama 6 tahun
dengan obat rutin
amlodipone 1 x 10
mg
DO :
- Pasien tampak lemas,
- Knadi teraba kuat dan
teratur ,
- Akral hangat
- TTV :
TD 150/90 mmHg
Nadi; 70 x/mennit
Pernapasan; 20
x/menit
Suhu 36,9˚ c
5. Ny.K 70 th Perempuan DS :
- Pasien mengatakan
kepala terasa pusing,
tengkuk terasa kaku
- Klien mengatakan
nyeri kepala belakang
hilang timbul sekala 4
- Klien mengatakan
tangan terasa
kesemutan
- Klien mengatakan
riwayat hipertensi
sellama 15 tahun
dengan obat rutin
nipedipine 1 x 10 mg
dan candesaertan 1 x
16 mg
DO :
- Pasien tampak lemas,
- Nadi teraba kuat dan
teratur
- Akral hangat
- TTV :
TD 160/100 mmHg
Nadi; 100x/mennit
Pernapasan; 20
x/menit
Suhu 36,7˚ c
6. Ny . D 76 th Perempuan DS :
- Klien mengatakan
nyeri di bagian
belakang kepala
hilang timbul sekala 5
- Klien mengatakan
mata sering
berkunang kunang
- Klien mengatakan
jantung berdebar
debar
- Klien mengatakan
kepala terasa pusing
dan tangan terasa
kesemutan
DO :
- Klien tampak lemas
- Dari teraba kuat dan
teratur
- Akral hangat
- TTV :
TD 160/100 mmHg
Nadi; 98x/mennit
Pernapasan; 20
x/menit
Suhu: 36.1˚ c
7. tn. R 61 th Laki – laki DS :
- Pasien mengatakan
kepala terasa pusing,
tengkuk terasa kaku
- Klien mengatakan
tangan terasa
kesemutan
- Klien mengatakan
jantung berdebar
- Kloen mengatakan
riwayat hipertensi 3
thn yang lalu dengan
mengkonsumsi obat
yang tidak rutin
DO :
- Nadi teraba kuat dan
teratur
- Akra hangat ,
- TTV :
TD 180/110 mmHg
Nadi; 100 x/mennit
Pernapasan; 20
x/menit
Suhu 36,7˚ c
8. Ny. W 67 th Perempuan DS :
- Klien
mengatakan
memiliki
riwayat
hipertensi sejak
15 thn yang
lalu
- Klien
mengatakan bila
tensinya tingggi
kepala terasa
pusing, tengkuk
terasa kaku serta
nyeri hilang
timbul
- Klien
mengatakan
konsumsi obat
rutin
candesartan 1 x
16 mg , hct 1 x
2,5 mg
DO :
- Nadi teraba kuat
dan teratur
- Akral hangat
- TTV :
TD 140/80
mmHg
Nadi; 87
x/mennit
Pernapasan; 20
x/menit
Suhu 36,1˚ c

9. Ny. B 70 Tahun Perempuan DS :


- Klien mengatakan
mempunyai riwayat
tekanaan darah
tinggi selama 20 thn
- Klien mengatakan
konsumsi obat rutin
amlodipine 1 x 10
mg, hct 1 x 2,5 mg ,
candesartan 1 x 16
mg, bisorolol 1 x
10 mg, furosemide
1 x 20 ,
spirolactone 1 x 25
mg
- Klien mengatakan
pusing.
- Klien mengatakan
nyeri di bagian
kepalam bagian
belakang.
DO :
- TD : 180/120
mmHg
RR : 20x/menit
N : 98x/menit
S : 36,2⁰C
- Klien tampak
meringis.
- Klien tampak lemas
-
10. Ny. P 60 th Perempuan DS :
- Klien
mengatakan
memiliki
riwayat
hipertensi sejak
5 tahun terakhir
- Klien
mengatakan
kepala terasa
pusing, tengkuk
terasa kaku
- Klien
mengatakan
tangan terasa
kesemutan
- Klien
mengatakan
meminum obat
amlodiphine 5
mg 1x1 tablet
DO :
- Pasien tampak
lemas,
- TTV :
TD 150/100
mmHg
Nadi; 95
x/mennit
Pernapasan; 20
x/menit
Suhu 36,1˚ c
11. Tn. B 67 Tahun Laki – laki DS =
- Klien
mengatakan
sering pusing
dan sakit kepala
- Klien
mengatakan
pandangan
kabur
- Klien
mengatakan
jantung bedebar
debar
- Klien
mengatakan
memiliki
riwayat
hipertensi sejak
15 tahun yang
lallu
- Klien
mengatakan
mengkonsjujmsi
amlodipine 1 x
10 mg dan
candesartan 1 x
16 mg

DO :
- Kesadaran CM
- Nadi teraba kuat
dan teratur
- Akral hangat
- CRT 3detik
- TD : 160 / 80
mmHg
- N : 90x/menit
- S :36,7°C
- RR: 20x/menit
- Ekspesi wajah
meringis

12. Tn. K 62 tahun Laki _laki DS =


- Klien
mengatakan
pusing dan sakit
kepala
- Klien
mengatakan
tengkuk terasa
sakit
- Klien
mengatakan
riwayat tekanan
darah sudah 2
tahun tapi tidak
mengkonsumsi
obat secara rutin
DO =
- Kesadaran
compos mentis
- Nadi teraba kuat
dan teratur akral
hangat
- CRT 3detik
- TD : 140 / 90
mmHg
- N : 90x/menit
- S :36,2°C
- RR: 20x/meni
13. Tn. O 70 tahun Laki – laki DS =
- Klien
mengatakan
pusing dan sakit
kepala
- Klien
mengatakan
tengkuk terasa
sakit
- Klien
mengatkan jika
tekanan
darahnya tidak
dikontrol

DO =
- Kes CM
- GCS 15
- Nadi teraba kuat
dan teratur
- Keadaan umum
baik
- CRT 3detik
- TD : 150/ 90
mmHg
- N : 90x/menit
- S :36,5°C
- RR: 18x/menit
14. Ny .E 60 tahun Perempuan DS =
- Klien
mengatakan
pusing dan sakit
kepala
- Klien
mengatakan
tengkuk terasa
sakit
- Klien
mengatakan
sakit sekali jika
tekanan
darahnya tinggi
DO =
- Kesadaran
compos mentis
- Keadaan umum
baik
- CRT 3detik
- TD : 160 / 100
mmHg
- N : 90x/menit
- S :36,9°C

- RR: 20x/menit
15. Ny . G 65 tahun Perempuan DS =
- Klien
mengatakan
pusing dan sakit
kepala
- Klien
mengatakan
tengkuk terasa
sakit
- Klien
mengatakan
riwayat
hipertensi sejak
10 tahun yg lalu
- Klien
mengakatak
mengkonsumsin
obat rutin
cadesartan 1 x
16 mg
DO =
- Kesadaran
compos mentis
- Keadaan umum
baik
- Nadi teraba kuat
dan teratur
- Akral hangat
- CRT 3detik
- TD : 140/ 80

mmHg
- N : 80x/menit
- S :36,2°C
- RR: 20x/menit
16. Tn. C 60 tahun Laki Laki DS =
- Klien
mengatakan
pusing dan sakit
kepala
- Klien
mengatakan
tengkuk terasa
sakit
- Klien
mengatakan
sakit sekali jika
tekanan
darahnya tinggi
DO =
- Kesadaran
compos mentis
- Keadaan umum
baik
- CRT 3detik
- TD : 160 / 80
mmHg
- N : 85x/menit
- S :36,2°C
- RR: 20 x/menit
17. Tn. AA 78 th Laki Laki DS :
- Klien
mengatakan
pusing
- Klien
mengatakan
sakit kepala
bagian
belakang skala
6 . nyeri dirasa
hilang timbul
- Klien
mengatakan
pandangan
berkunang
kunang
- Klien
mengatakan
memiliki
riwayat
hipertensi 20 thn
dengan obat
rutin amlodipine
1 x 10 mg ,
candesartan 1 x
16 mg , ISDN 3
x 5 mg
DO :
- Kesadaran:
Compos Mentis
- GCS: 15
- Nadi teraba
kiuat dan teratur
- Akral hangat
- Klien tampak
lemas
- Klien tampak
meringis
- TD : 180/100
mmHg, N : 108
x/menit, S :
36,8ºC, RR : 20

18. Ny. M 68 th Perempuan DS :


- Klien mengatakan
mempunyai riwayat
tekanan darah tinggi
selama 8 tahun
terakhir.

- Klien mengatakan
tengkuk terasa berat
- Klien mengatakan
pusing dan nyeri
kepala
DO :
- TD : 140/90 mmHg
RR : 20x/menit
N : 82x/menit
S : 36,1⁰C
- Klien tampak lemas

19. Tn. H 60 thn Laki laki DS =


- Klien
mengatakan
pusing dan sakit
kepala
- Klien
mengatakan
tengkuk terasa
sakit
- Klien
mengatakan
riwayat tekanan
darah sudah 2
tahun
- Klien
mengatakan
mengkonsumsi
obat rutin
amlodipine 1 x
10 mg
DO =
- Kesadaran
compos mentis
- Nadi teraba kuat
dan teratur akral
hangat
- CRT 3detik
- TD : 140 / 90
mmHg
- N : 90x/menit
- S :36,2°C
RR: 20x/menit
20. Ny. F 65 thn Perempuan DS =
- Klien
mengatakan
pusing dan sakit
kepala
- Klien
mengatakan
tengkuk terasa
sakit
- Klien
mengatakan
sakit sekali jika
tekanan
darahnya tinggi
DO =
- Kesadaran
compos mentis
- Keadaan umum
baik
- CRT 3detik
- TD : 160 / 100
mmHg
- N : 90x/menit
- S :36,9°C
- RR: 20x/menit

3. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perfusi Serebral Tidak Efektif b.d Hipertensi (SDKI: D.0017)

4. Intervensi Keperawatan

Paraf &
Hari Diagnosa Tujuan & Intervensi
No Nama
/Tgl Keperawatan Kriteria Hasil Keperawatan
Jelas
1 Resiko Perfusi Setelah dilakukan Pemantauan KELOMP
Serebral Tidak tindakan Intrakranial
Efektif b.d keperawatan 3x24 (SIKI: I.06198) 3
Hipertensi jam diharapkan
(SDKI: perfusi serebral Observasi
D.0017) tidak efektif dapat 1. Identifikasi
teratasi dengan penyebab
kriteria hasil: peningkatan
7. Tekanan TIK
Intrakranial 2. Monitor
Menurun Peningkatan
8. Sakit Kepala Tekanan
Menurun Darah
9. Gelisah 3. Monitor
Menurun Pelebaran
10. Kecemasan Tekanan Nadi
Menurun (Selisih TDS
11. Tekanan dan TDD)
Darah Sistolik 4. Monitor
Membaik Penurunan
12. Tekanan Frekuensi
Darah Jantung
Diastolik 5. Monitor
Membaik Ireguleritas
Irama Nafas
(SLKI: L.02014) 6. Monitor
Penurunan
Tingkat
Kesadaran

Terapeutik
1. Pertahankan
posisi kepala
dan leher
netral
2. Atur interval
pemantauan
sesuai kondisi
pasien
3. Dokumentasik
an hasil
pemantauan

Edukasi
1. Jelaskan
tujuan dan
prosedur
pemantauan
serta
informasikan
hasil
pemantauan
Terapi refleksi
pijat kaki
(SIKI: I.05187)

Observasi
1. Identifikasi
tempat yang
tenang dan
nyaman
2. Monitor adanya
indikator tidak
rileks

Terapeutik
1. Atur
lingkungan
agar tidak ada
gangguan saat
terapi
2. Berikan posisi
yang nyaman
3. Beri waktu
mengungkapk
an perasaan
tentang terapi
5. Implementasi Keperawatan
HARI PERTAMA

No Nama Tindakan Dan Hasil Paraf &


Nama Jelas
1. NY.A 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan KELOMPOK
TIK Hasil : 3
- Klien mengtakan nyeri kepala bagian belakang hilang
timbul sekala 4-5
- Klien mengatakan mempunyai riwayat tekanan darah
tinggi selama 2 tahun dengan obat rutin amlodipine 1
x 5 mg
- Klien mengatakan leher terasa berat bila tensinya naik
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
- Hasil : TD :
160/80mmHg RR :
18x/menit
N : 80x/menit
S : 36,8⁰C
3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : Klien mengerti dan tampak antusias saat
mengikuti teknik refleksi Pijat Kaki yang diberikan oleh
perawat.
2. Ny. P 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan KELOMPOK
TIK Hasil : 3
- Klien mengatakan memiliki riwayat hipertensi selama
7 thn
- Klien mengatakan sering nyeri kepala hilang timbul
dan pusing
- Klien mengatakan jantung berdebar bila beraktifitas
berat
- Klien mengatakan konsumsi obat rutin Candesartan 1
x 8 mg dan amlodipine 1 x 10 mg
- klien mengatakan mengkonsumsi obat tensi amlodipine
1 x 5 mg
2. Memonitor VITAL SIGN
- Hasil : TD: 150/80 mmHg N: 87 x/menit RR: 20
x/menit
S: 36,8 oC
3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : : Klien mengerti dan tampak antusias saat
mengikuti teknik refleksi Pijat Kaki yang diberikan oleh
perawat.
3. Tn.M 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK
Hasil : 3
- Pasien mengatakan sakit kepala sekala 4-5 . nyeri di rasakan
hilang timbul dan reda saat beristirahat
- kepala terasa pusing, tengkuk terasa kaku
- klien mengatakan mengkonsumsi obat tensi amlodipine 1 x 5
mg
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : tekanan darah klien 150/80 mmHg
3. Memonitor pelebaran tekanan
nadi Hasil : TD 140/80 mmHg
Nadi; 87 x/mennit
Pernapasan; 20 x/menit
Suhu 36,4˚ c
4. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : klien mengerti dan mengikuti teknik refleksi Pijat
Kaki yang diberikan oleh perawat
4. Tn.A 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK
- Hasil : Pasien mengatakan nyeri kepala belakang hilang 3
timbul , skala nyeri 4-5
- kepala terasa pusing, tengkuk terasa kaku
- kelien mengatakan jantung sering terasa berdebar
- klien mengatakan riwayat hipertensi selama 6 tahun
dengan obat rutin amlodipone 1 x 10 mg

2. Memonitor VITAL SIGN


Hasil : TD 150/90 mmHg
Nadi; 70 x/mennit
Pernapasan; 20 x/menit
Suhu 36,9˚ c
3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : klien mengerti dan mengikuti teknik refleksi Pijat
Kaki yang diberikan oleh perawat
5. Ny. K 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan KELOMPOK
TIK Hasil : 3
- Pasien mengatakan kepala terasa pusing, tengkuk terasa
kaku
- Klien mengatakan nyeri kepala belakang hilang timbul
sekala 4
- Klien mengatakan tangan terasa kesemutan
- Klien mengatakan riwayat hipertensi sellama 15 tahun
dengan obat rutin nipedipine 1 x 10 mg dan
candesaertan 1 x 16 mg
2. Memonitor VITAL SIGN
Hasil : TD 160/100 mmHg
Nadi; 100x/mennit
Pernapasan; 20 x/menit
Suhu 36,7˚ c
4. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : klien mengerti dan mengikuti teknik refleksi Pijat
Kaki yang diberikan oleh perawat
6. NY.D 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK
Hasil : 3
- Klien mengatakan nyeri di bagian belakang kepala hilang
timbul sekala 5
- Klien mengatakan mata sering berkunang kunang
- Klien mengatakan jantung berdebar debar
- Klien mengatakan kepala terasa pusing dan tangan terasa
kesemutan

2. Memonitor peningkatan tekanan darah


Hasil : TD 160/100 mmHg
Nadi; 98x/mennit
Pernapasan; 20 x/menit Suhu: 36.1˚ c
3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : klien mengerti dan mau teknik refleksi Pijat Kaki
yang diberikan oleh perawat
7. TN.R 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan KELOMPOK
TIK Hasil : 3
- Pasien mengatakan kepala terasa pusing, tengkuk terasa
kaku
- Klien mengatakan tangan terasa kesemutan
- Klien mengatakan jantung berdebar
- Kloen mengatakan riwayat hipertensi 3 thn yang lalu
dengan mengkonsumsi obat yang tidak rutin

2. Memonitor peningkatan VITAL


SIGN HASIL : TD 180/110 mmHg
Nadi; 100 x/mennit
Pernapasan; 20 x/menit Suhu 36,7˚ c
3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : klien mengerti dan mengikuti teknik refleksi Pijat
Kaki yang diberikan oleh perawat
8. NY.W 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK
Hasil : Klien mengatakan memiliki riwayat hipertensi 3
sejak 15 thn yang lalu
Klien mengatakan bila tensinya tingggi kepala terasa
pusing,
2. Memonitor VITAL SIGN
Hasil : TTV :TD 150/80 mmHg, Nadi; 90 x/mennit,
Pernapasan; 20 x/menit, Suhu 36,5˚ c
3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : klien mengerti dan mengikuti teknik refleksi Pijat
Kaki yang diberikan oleh perawat
9. NY.B 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan KELOMPOK
TIK Hasil : 3
- Klien mengatakan mempunyai riwayat tekanan darah
tinggi selama 4 tahun terakhir.
- Klien mengatakan meminum obat amlodiphine 10
mg1x1 tablet .
- Klien mengatakan pusing.
- Klien mengatakan kepala nya terasa kaku.
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD 140/80 mmHg
Nadi; 87 x/mennit
Pernapasan; 20 x/menit
Suhu 36,1˚ c
3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : klien mengerti dan mengikuti teknik refleksi Pijat
Kaki yang diberikan oleh perawat

10. Ny. P 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan KELOMPOK


TIK Hasil : 3
- Klien mengatakan memiliki riwayat
penyakit hipertensi
- Klien mengatakan kepala terasa pusing,
tengkuk terasa kaku
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TTV :TD 150/80 mmHg, Nadi; 95 x/mennit,
Pernapasan; 21 x/menit, Suhu 36,6˚ c
3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : klien mengerti dan teknik refleksi Pijat Kaki yang
diberikan oleh perawat
11. TN.B 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK
Hasil : Klien mengatakan merasa pusing,nyeri kepala 3
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
- Hasil : TD : 160 / 80 mmHg
- N : 90x/menit
- S :36,7°C
- RR: 20x/menit
3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : klien mengerti dan mengikuti teknik refleksi Pijat
Kaki yang diberikan oleh perawat
12. TN.K 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK
Hasil : Klien mengatakan merasa puisng,nyeri kepala dan 3
menderita hipertensi sejak 3 bulan yang lalu
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
- Hasil : TD : 140 / 90 mmHg
- N : 90x/menit
- S :36,2°C
RR: 20x/meni
3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : klien mengerti dan mengikuti teknik refleksi Pijat
Kaki yang diberikan oleh perawat
13. Tn.O 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK
Hasil : Klien mengatakan pusing,nyeri kepala dan kaku 3
pada leher
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
- Hasil : TD : 150/ 90 mmHg
- N : 90x/menit
- S :36,5°C
RR: 18x/menit
3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : klien mengerti dan mengikuti teknik refleksi Pijat
Kaki yang diberikan oleh perawat
14. Ny. E 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK
Hasil : Klien mengatakan pusing,nyeri kepala dan kaku 3
pada leher
2. Memonitor VITAL SIGN
- Hasil : TD : 160 / 100 mmHg
- N : 90x/menit
- S :36,9°C
- RR: 20x/menit
3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : klien mengerti dan mengikuti teknik refleksi Pijat
Kaki yang diberikan oleh perawat
15. NY.G 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK
Hasil : Klien mengatakan pusing,nyeri kepala dan kaku 3
pada leher
2. Memonitor VITAL SIGN
- Hasil : TD : 140/ 80 mmHg
- N : 80x/menit
- S :36,2°C
3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : klien mengerti dan mengikuti teknik refleksi Pijat
Kaki yang diberikan oleh perawat
16. TN.C 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK
Hasil : Klien mengatakan pusing,nyeri kepala dan kaku 3
pada leher
2. Memonitor VITAL SIGN
- Hasil : TD : 160 / 80 mmHg
- N : 85x/menit
- S :36,2°C
RR: 20 x/menit
3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : klien mengerti dan mengikuti teknik refleksi Pijat
Kaki yang diberikan oleh perawat
17. TN.AA 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan KELOMPOK
3
TIK Hasil :

- Klien mengatakan pusing.


- Klen mengatakan sakit kepalanya berdenyut-
denyut.
- Klien mengatakan sakit kepaalanya
datang sewaktu-waktu.
- Klien mengatakan pandangan kabur atau buram.
2. Memonitor peningkatan TD

Hasil : TD :140/80 mmHg

3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki


Hasil :
klien mengerti dan mengikuti teknik refleksi Pijat Kaki
yang diberikan oleh perawat
18. Ny. M 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan KELOMPOK
TIK Hasil : 3
- Klien mengatakan merasakan pusing.
- Klien mengatakan kaku disertai dengan pusing jika
tekanan darahnya naik.
2. Memonitor VITAL SGIN
Hasil : TD : 150/90 mmHg
RR : 18x/menit
N : 76x/menit
S : 36,5⁰C
3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki

Hasil : klien mengerti dan mengikuti teknik refleksi Pijat


Kaki yang diberikan oleh perawat
TN.H 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK 3
Hasil : Klien mengatakan pusing,nyeri kepala dan kaku
pada leher
2. Memonitor VITAL SIGN
- Hasil : TD : 140/ 80 mmHg
- N : 80x/menit
- S :36,2°C
3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : klien mengerti dan mengikuti teknik refleksi Pijat
Kaki yang diberikan oleh perawat
NY.F 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK 3
Hasil : Klien mengatakan pusing,nyeri kepala dan kaku
pada leher
2. Memonitor VITAL SIGN
- Hasil : TD : 140/ 80 mmHg
- N : 80x/menit
- S :36,2°C
3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : klien mengerti dan mengikuti teknik refleksi Pijat
Kaki yang diberikan oleh perawat
IMPLEMENTASI

HARI KEDUA

No Nama Tindakan Dan Hasil Paraf &


Nama Jelas
1. NY.A 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan KELOMPOK
TIK Hasil : 3
- Klien mengtakan nyeri kepala bagian belakang hilang
timbul sekala 4-5
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
- Hasil : TD : 140/80mmHg
RR : 18x/menit
N : 80x/menit
S : 36,8⁰C
3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : Klien merasakan nyaman setelah di berikan terapi.

2. Ny. P 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan KELOMPOK


TIK Hasil : 3
- Klien mengatakan sering nyeri kepala hilang timbul
dan pusing
2. Memonitor VITAL SIGN
- Hasil : TD: 150/80 mmHg N: 89 x/menit RR: 20
x/menit
S: 36,8 oC
3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : : Klien merasakan nyaman setelah di berikan
terapi
3. Tn.M 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK
Hasil : 3
- Pasien mengatakan sakit kepala sekala 4-5 . nyeri di rasakan
hilang timbul dan reda saat beristirahat
- kepala terasa pusing, tengkuk terasa kaku
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : tekanan darah klien 150/80 mmHg
3. Memonitor pelebaran tekanan nadi
Hasil : TD 150/80 mmHg
Nadi; 98 x/mennit
Pernapasan; 20 x/menit
Suhu 36,4˚ c
4. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : Klien merasakan nyaman setelah di berikan terapi
4. Tn.A 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK
- Hasil : Pasien mengatakan nyeri kepala belakang hilang 3
timbul , skala nyeri 4-5
2. Memonitor VITAL
SIGN Hasil : TD 140/80
mmHg Nadi; 80 x/mennit
Pernapasan; 20 x/menit
Suhu 36,9˚ c
3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : Klien merasakan nyaman setelah di berikan terapi
5. Ny. K 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan KELOMPOK
TIK Hasil : 3
- Pasien mengatakan kepala terasa pusing, tengkuk
terasa kaku
- Klien mengatakan nyeri kepala belakang hilang timbul
sekala 4
2. Memonitor VITAL SIGN
Hasil : TD 150/80 mmHg
Nadi; 97x/mennit
Pernapasan; 20 x/menit
Suhu 36,7˚ c

3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki


Hasil : Klien merasakan nyaman setelah di berikan terapi
6. NY.D . Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK
Hasil : 3
- Klien mengatakan nyeri di bagian belakang kepala hilang
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD 130/ 80 mmHg
Nadi; 98x/mennit
Pernapasan; 20 x/menit Suhu: 36.1˚ c
3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : Klien merasakan nyaman setelah di berikan terapi
7. TN.R 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan KELOMPOK
TIK Hasil : 3
- Pasien mengatakan kepala terasa pusing, tengkuk terasa
kaku
2. Memonitor peningkatan VITAL SIGN
HASIL : TD 130/80 mmHg
Nadi; 100 x/mennit
Pernapasan; 20 x/menit Suhu 36,7˚ c
3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : Klien merasakan nyaman setelah di berikan terapi
8. NY.W 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK
Hasil : klien mengatakan nyeri kepala hilanh timbul 3
2. Memonitor VITAL SIGN
Hasil : TTV :TD 130/80 mmHg, Nadi; 88 x/mennit,
Pernapasan; 20 x/menit, Suhu 36,5˚ c
3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : Klien merasakan nyaman setelah di berikan terapi
9. NY.B 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK
Hasil : klien mengatakan nyeri kepala berkurang 3
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD 130/80 mmHg
Nadi; 74 x/mennit
Pernapasan; 20 x/menit
Suhu 36,1˚ c
3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : Klien merasakan nyaman setelah di berikan
terapi
10. Ny. P 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK
Hasil :Klien mengatakan kepala terasa pusing, tengkuk 3
terasa kaku
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TTV :TD 160/100 mmHg, Nadi; 93 x/mennit,
Pernapasan; 21 x/menit, Suhu 36,6˚ c
3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : Klien merasakan nyaman setelah di berikan terapi
11. TN.B 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK
Hasil : Klien mengatakan merasa pusing,nyeri kepala 3
berkurang
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
- Hasil : TD : 130 / 80 mmHg
- N : 78x/menit
- S :36,7°C
- RR: 20x/menit
3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : Klien merasakan nyaman setelah di berikan terapi
12. TN.K 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK
Hasil : Klien mengatakan merasa puisng,nyeri kepala 3
berkurang
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
- Hasil : TD : 120 / 80 mmHg
- N : 76x/menit
- S :36,2°C
RR: 20x/meni

3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki


Hasil : Klien merasakan nyaman setelah di berikan terapi
13. Tn.O 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK
Hasil : Klien mengatakan pusing,nyeri kepala dan kaku 3
pada leher berkurang
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
- Hasil : TD : 130/ 80 mmHg
- N : 90x/menit
- S :36,5°C
RR: 18x/menit
3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : Klien merasakan nyaman setelah di berikan terapi
14. Ny. E 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK
Hasil : Klien mengatakan pusing,nyeri kepala dan kaku 3
pada leher berkurang
2. Memonitor VITAL SIGN
- Hasil : TD : 160 / 100 mmHg
- N : 87x/menit
- S :36,9°C
- RR: 20x/menit
3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : klien mengerti dan mengikuti teknik refleksi Pijat
Kaki yang diberikan oleh perawat
15. NY.G 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK
Hasil : Klien mengatakan pusing,nyeri kepala Memonitor 3
VITAL SIGN
- Hasil : TD : 150/ 100 mmHg
- N : 97x/menit
- S :36,2°C
2. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : klien mengerti dan mengikuti teknik refleksi Pijat
Kaki yang diberikan oleh perawat
16. TN.C 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK
Hasil : Klien mengatakan pusing,nyeri kepala berkurang 3
2. Memonitor VITAL SIGN
- Hasil : TD : 140 / 80 mmHg
- N : 85x/menit
- S :36,2°C
RR: 20 x/menit
3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : klien mengerti dan mengikuti teknik refleksi Pijat
Kaki yang diberikan oleh perawat
17. TN.AA 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan KELOMPOK
TIK Hasil klien mengatakan nyeri kepala 3
sekala 5

2. Memonitor peningkatan TD
Hasil : TD :150/100 mmHg

3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki


Hasil :
klien mengerti dan mengikuti teknik refleksi Pijat Kaki
yang diberikan oleh perawat
18. Ny. M 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan KELOMPOK
TIK Hasil : 3
- Klien mengatakan merasakan pusing.berkurang
2. Memonitor VITAL SGIN
Hasil : TD : 130/80 mmHg
RR : 18x/menit
N : 76x/menit
S : 36,5⁰C
3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : klien mengerti dan mengikuti teknik refleksi
Pijat Kaki yang diberikan oleh perawat

19 TN.H 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK 3


Hasil : Klien mengatakan pusing,nyeri kepala dan kaku
pada leher
2. Memonitor VITAL SIGN
- Hasil : TD : 120/ 80 mmHg
- N : 80x/menit
- S :36,2°C
3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : klien mengerti dan mengikuti teknik refleksi
Pijat Kaki yang diberikan oleh perawat
20 NY.F 2. Mengidentifikasi penyebab peningkatan 3
TIK Hasil : Klien mengatakan
pusing,berkurang
3. Memonitor VITAL SIGN
- Hasil : TD : 120/ 80 mmHg
- N : 80x/menit
- S :36,2°C
4. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : klien mengerti dan mengikuti teknik refleksi
Pijat Kaki yang diberikan oleh perawat

IMPLEMENTASI

HARI KETIGA

No Nama Tindakan Dan Hasil Paraf &


Nama Jelas
1. NY.A 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan KELOMPOK
TIK Hasil : 3
- Klien mengtakan nyeri kepala bagian belakang hilang
timbul sekala 4-5
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD : 140/80mmHg
RR : 18x/menit
N : 80x/menit
S : 36,8⁰C
3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : Klien merasakan nyaman setelah di berikan terapi.

2. Ny. P 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK


Hasil : 3
- Klien mengatakan sering nyeri kepala hilang timbul
dan pusing
2. Memonitor VITAL SIGN
- Hasil : TD: 130/80 mmHg N: 89 x/menit RR: 20
x/menit
S: 36,8 oC
3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : : Klien merasakan nyaman setelah di berikan
terapi
3. Tn.M 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan KELOMPOK
TIK Hasil : 3
- Pasien mengatakan sakit kepala sekala 4-5 . nyeri di
rasakan hilang timbul dan reda saat beristirahat
- kepala terasa pusing, tengkuk terasa kaku
2. Memonitor pelebaran tekanan nadi
Hasil : TD 150/80 mmHg
Nadi; 98 x/mennit
Pernapasan; 20 x/menit
Suhu 36,4˚ c
3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : Klien merasakan nyaman setelah di berikan terapi
4. Tn.A 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK
- Hasil : Pasien mengatakan nyeri kepala belakang hilang 3
timbul , skala nyeri 4-5
2. Memonitor VITAL SIGN
Hasil : TD 130/80 mmHg
Nadi; 80 x/mennit
Pernapasan; 20 x/menit
Suhu 36,9˚ c
3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : Klien merasakan nyaman setelah di berikan terapi
5. Ny. K 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK
Hasil : 3
- Pasien mengatakan kepala terasa pusing, tengkuk
terasa kaku
- Klien mengatakan nyeri kepala belakang hilang timbul
sekala 4
2. Memonitor VITAL
SIGN Hasil : TD 150/80
mmHg Nadi; 97x/mennit
Pernapasan; 20 x/menit
Suhu 36,7˚ c
3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : Klien merasakan nyaman setelah di berikan
terapi
6. NY.D . 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK
Hasil : 3
- Klien mengatakan nyeri di bagian belakang kepala hilang
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD 170/ 100 mmHg
Nadi; 98x/mennit
Pernapasan; 20 x/menit Suhu: 36.1˚ c
3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : Klien merasakan nyaman setelah di berikan terapi
7. TN.R 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan KELOMPOK
TIK Hasil : 3
- Pasien mengatakan kepala terasa pusing, tengkuk terasa
kaku
2. Memonitor peningkatan VITAL SIGN
HASIL : TD 150/100 mmHg
Nadi; 100 x/mennit
Pernapasan; 20 x/menit Suhu 36,7˚ c
3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : Klien merasakan nyaman setelah di berikan terapi
8. NY.W 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK
Hasil : klien mengatakan nyeri kepala hilanh timbul 3
2. Memonitor VITAL SIGN
Hasil : TTV :TD 140/80 mmHg, Nadi; 88 x/mennit,
Pernapasan; 20 x/menit, Suhu 36,5˚ c
3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : Klien merasakan nyaman setelah di berikan terapi
9. NY.B 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK
Hasil : klien mengatakan nyeri kepala berkurang 3
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TD 130/80 mmHg
Nadi; 74 x/mennit
Pernapasan; 20 x/menit
Suhu 36,1˚ c
3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : Klien merasakan nyaman setelah di berikan terapi
10. Ny. P 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK
Hasil :Klien mengatakan kepala terasa pusing, tengkuk 3
terasa kaku
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
Hasil : TTV :TD 160/100 mmHg, Nadi; 93 x/mennit,
Pernapasan; 21 x/menit, Suhu 36,6˚ c
3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : Klien merasakan nyaman setelah di berikan terapi
11. TN.B 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK
Hasil : Klien mengatakan merasa pusing,nyeri kepala 3
berkurang
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
- Hasil : TD : 130 / 80 mmHg
- N : 78x/menit
- S :36,7°C
- RR: 20x/menit
3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : Klien merasakan nyaman setelah di berikan terapi
12. TN.K 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK
Hasil : Klien mengatakan merasa puisng,nyeri kepala 3
berkurang
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
- Hasil : TD : 150 / 100 mmHg
- N : 76x/menit
- S :36,2°C
RR: 20x/meni
3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : Klien merasakan nyaman setelah di berikan terapi
13. Tn.O 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK
Hasil : Klien mengatakan pusing,nyeri kepala dan kaku 3
pada leher berkurang
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
- Hasil : TD : 140/ 80 mmHg
- N : 90x/menit
- S :36,5°C
RR: 18x/menit
3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : Klien merasakan nyaman setelah di berikan terapi
14. Ny. E 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK
Hasil : Klien mengatakan pusing,nyeri kepala dan kaku 3
pada leher berkurang
2. Memonitor VITAL SIGN
- Hasil : TD : 140 / 80 mmHg
- N : 87x/menit
- S :36,9°C
- RR: 20x/menit
3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : klien mengerti dan mengikuti teknik refleksi Pijat
Kaki yang diberikan oleh perawat
15. NY.G 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK
Hasil : Klien mengatakan pusing,nyeri kepala 3
2. Memonitor VITAL SIGN
- Hasil : TD : 130/ 80 mmHg
- N : 97x/menit
- S :36,2°C
3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : klien mengerti dan mengikuti teknik refleksi Pijat
Kaki yang diberikan oleh perawat
16. TN.C 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK
Hasil : Klien mengatakan pusing,nyeri kepala berkurang 3
2. Memonitor VITAL SIGN
- Hasil : TD : 140 / 80 mmHg
- N : 85x/menit
- S :36,2°C
RR: 20 x/menit
3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : klien mengerti dan mengikuti teknik refleksi Pijat
Kaki yang diberikan oleh perawat
17. TN.AA 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK KELOMPOK
Hasil klien mengatakan nyeri kepala sekala 5 3

2. Memonitor peningkatan TD
Hasil : TD :160/100 mmHg
3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil :
klien mengerti dan mengikuti teknik refleksi Pijat Kaki
yang diberikan oleh perawat
18. Ny. M 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan KELOMPOK
TIK Hasil : 3
- Klien mengatakan merasakan pusing.berkurang
2. Memonitor VITAL SGIN
Hasil : TD : 160/100 mmHg
RR : 18x/menit
N : 76x/menit
S : 36,5⁰C
3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : klien mengerti dan mengikuti teknik refleksi
Pijat Kaki yang diberikan oleh perawat

19 TN.H 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK 3


Hasil : Klien mengatakan pusing,nyeri kepala dan kaku
pada leher
2. Memonitor VITAL SIGN
- Hasil : TD : 140/ 80 mmHg
- N : 80x/menit
- S :36,2°C
3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : klien mengerti dan mengikuti teknik refleksi
Pijat Kaki yang diberikan oleh perawat
20 NY.F 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan 3
TIK Hasil : Klien mengatakan
pusing,berkurang
2. Memonitor VITAL SIGN
- Hasil : TD : 140/ 80 mmHg
- N : 80x/menit
- S :36,2°C
3. memberikan teknik refleksi Pijat Kaki
Hasil : klien mengerti dan mengikuti teknik refleksi
Pijat Kaki yang diberikan oleh perawat

6. Evaluasi Keperawatan
EVALUASI HARI PERTAMA

No Nama Evaluasi Hasil (SOAP) Paraf &


Nama Jelas
1. NY. A S: KELOMPOK
- Klien mengatakan merasakan pusing. 3
- Klien mengatakan kaku disertai dengan pusing jika
tekanan darahnya naik.
O:
- Hasil TTV :
TD : 150/90 mmHg, RR : 17x/menit, N : 78x/menit ,S :
36,5⁰C
- Klien tampak lemas.
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
kaki

A: Masalah belum teratasi


P: Intervensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
- Memonitor vital sign
- Berikan teknik refleksi Pijat Kaki

2. Ny.P S: KELOMPOK
- Klien mengatakan sering pusing 3
- Klien mengatakan neri di belakang kepala
belakang dan tengkuk skala 5
O:
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi
pijat kaki

- TD: 140/80 mmHg N: 110


x/menit RR: 19 x/menit, S:
36,5 oC
- Klien tampak lemas
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
- Memonitor vital sign
- Berikan teknik refleksi Pijat Kaki Mengajarkan
teknik refleksi pijat kaki

3. Tn.M S: KELOMPOK
- klien mengatakan sakit kepala sekala 4 3

O:
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
kaki
- TTV :
TD 15080 mmHg
Nadi; 92 x/mennit
Pernapasan; 20 x/menit
Suhu 36,7˚ c
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
- Memonitor vital sign
- Berikan teknik refleksi Pijat Kaki

4. Tn.A S: KELOMPOK
3
- klien merasakan kepalanya pusing

O:
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
kaki
- TTV :
TD 140/0 mmHg, Nadi; 90 x/mennit, Pernapasan; 20
x/menit, Suhu 36,7˚ c
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
- Memonitor vital sign
- Berikan teknik refleksi Pijat Kaki

5. Ny.K S: KELOMPOK
- klien mengatakan cepat lelah 3
- klien merasakan kepalanya pusing

O:
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
kaki
- TTV :
TD 150/80 mmHg, Nadi; 92 x/mennit, Pernapasan; 20
x/menit, Suhu 36,7˚ c
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
- Memonitor vital sign
- Berikan teknik refleksi Pijat Kaki

6. NY.D S: KELOMPOK
3
- klien mengatakan kepalanya terasa pusing

O:
- Klien tampak lemas
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
kaki
- TTV :
TD 140/80 mmHg, Nadi; 100 x/mennit, Pernapasan;
20 x/menit, Suhu: 37˚ c
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
- Memonitor vital sign
- Berikan teknik refleksi Pijat Kaki

7. TN. R S: KELOMPOK
- klien merasakan kepalanya pusing 3

O:
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
kaki
- TTV :
TD 150/80 mmHg, Nadi; 90 x/mennit, Pernapasan; 20
x/menit, Suhu 36,7˚ c
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
- Memonitor vital sign
- Berikan teknik refleksi Pijat Kaki

8. NY.W S: KELOMPOK
- Klien mengatakan kepala terasa pusing, tengkuk terasa 3
kaku
O:
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
kaki
- TTV :TD 150/80 mmHg, Nadi; 90 x/mennit,
Pernapasan; 20 x/menit, Suhu 36,5˚ c
- Klien tampak lemas
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
- Memonitor vital sign
- Berikan teknik refleksi Pijat Kaki

9. NY.B S: KELOMPOK
- Klien mengatakan kepala nya terasa nyeri sekala 4 dan 3
leher kaku.
O:
a. Hasil TTV :
TD : 140/90 mmHg, RR : 19x/menit, N : 67x/menit, S :
36,4⁰C
- Klien tampak lemas.

A: Masalah belum teratasi


P: Intervensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
- Memonitor vital sign
- Berikan teknik refleksi Pijat Kaki

10. Ny.S S: KELOMPOK


- Klien mengatakan memiliki riwayat hipertensi 3
- Klien mengatakan kepala terasa pusing, tengkuk terasa
kaku
O:
- TTV :TD 150/80 mmHg, Nadi; 90 x/mennit, Pernapasan;
20 x/menit, Suhu 36,5˚ c
- Klien tampak lemas
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
- Memonitor vital sign
- Berikan teknik refleksi Pijat Kaki
11. TN.B S: KELOMPOK
- Klien mengatakan masih pusing dan terasa sakit 3
dibagian tengkuk
O:
- Keadaan umum : baik
- Kesadaran : compos mentis
- Ttv : TD = 145/80 mmHg
- Hr : 90x/menit
- S : 36,6 °C
- RR : 18x/menit
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
kaki
-
A : masalah belum teratasi
P : intevensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
- Memonitor peningkatan tekanan darah
- Memonitor pelebaran tekanan nadi

12. TN.K S: KELOMPOK


- Klien mengatakan sakit kepala bagian belakang sekala 3
5
O:
- Keadaan umum : baik
- Kesadaran : compos mentis
- Ttv : Td = 150/90 mmHg
- Hr : 80x/menit
- S : 36,6 °C
- RR : 18x/menit
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
kaki

A : masalah belum teratasi


P : intevensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
- Memonitor vital sign
- Berikan teknik refleksi Pijat Kaki

13. Tn. 0 S: KELOMPOK


- Klien mengatakan masih pusing dan terasa sakit 3
dibagian tengkuk
O:
- Keadaan umum : baik
- Kesadaran : compos mentis
- Ttv : TD = 145/80 mmHg
- Hr : 90x/menit
- S : 36,6 °C
- RR : 18x/menit
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
Kaki

A : masalah belum teratasi


P : intevensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
- Memonitor vital sign
- Berikan teknik refleksi Pijat Kaki

14. Ny. E S: KELOMPOK


- Klien mengatakan jantungnya berdebar 3
O:
- Keadaan umum : baik
- Kesadaran : compos mentis
- Ttv : Td = 150/80 mmHg
- Hr : 90x/menit
- S : 36,5 °C
- RR : 19x/menit
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
Kaki

A : masalah belum teratasi


P : intevensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
- Memonitor vital sign
- Berikan teknik refleksi Pijat Kaki

15. NY.G S: KELOMPOK


- Klien mengatakan terasa sakit dibagian tengkuk 3
O:
- Keadaan umum : baik
- Kesadaran : compos mentis
- Ttv : TD = 150/80 mmHg
- Hr : 80x/menit
- S : 36,5 °C
- RR : 20x/menit
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
Kaki

A : masalah belum teratasi


P : intevensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK

- Memonitor vital sign


- Berikan teknik refleksi Pijat Kaki

16. TN. C S: KELOMPOK


- Klien mengatkan berat dibagian tengkuk 3
O:
- Keadaan umum : baik
- Kesadaran : compos mentis
- Ttv : TD= 155/90 mmHg
- Hr : 85x/menit
- S : 36,5 °C
- RR : 20x/menit
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
Kaki

A : masalah belum teratasi


P : intevensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
- Memonitor vital sign
- Berikan teknik refleksi Pijat Kaki

17. TN.AA S: KELOMPOK


3
- Klien mengatakan sakit kepalanya berdenyut-denyut
O:

- Keadaan umum klien baik


- Kesadaran : composmentis
- Klien tampak lemas
- Klien tampak meringis
- TTV : TD : 140/80 mmHg, N : 85x/ menit, RR :
18x/menit, S : 36,8°C
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
kaki

A : Masalah keperawatan belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK


- Memonitor vital sign
- Berikan teknik refleksi Pijat Kaki
18. Ny. M S: KELOMPOK
- Klien mengatakan leher bagian belakang terasa tegang 3
O:
- Hasil TTV : TD : 150/90 mmHg, RR : 17x/menit, N :
78x/menit, S : 36,5⁰C
- Klien tampak lemas.
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
kaki

A: Masalah belum teratasi


P: Intervensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
- Memonitor vital sign
- Berikan teknik refleksi Pijat Kaki

19. TN.H S: KELOMPOK


- Klien mengatakan kepalanya pusing 3
O:
- Keadaan umum : baik
- Kesadaran : compos mentis
- Ttv : TD = 150/80 mmHg
- Hr : 80x/menit
- S : 36,5 °C
- RR : 20x/menit
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
kaki

-
A : masalah belum teratasi
P : intevensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
- Memonitor vital sign

Berikan teknik refleksi Pijat Kaki


20 Ny F S: KELOMPOK
- Klien mengatakan terasa sakit dibagian tengkuk dan 3
kepala belakang hilang timul
O:
- Keadaan umum : baik
- Kesadaran : compos mentis
- Ttv : TD = 150/80 mmHg
- Hr : 80x/menit
- S : 36,5 °C
- RR : 20x/menit
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
Kaki

A : masalah belum teratasi


P : intevensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
- Memonitor vital sign

Berikan teknik refleksi Pijat Kaki

EVALUASI HARI KEDUA

No Nama Evaluasi Hasil (SOAP) Paraf &


Nama Jelas

1. NY. A S: KELOMPOK
- Klien lmengatakan pusing berkurang 3
O:
- Hasil TTV :
TD : 130/80 mmHg, RR : 17x/menit, N : 86x/menit ,S :
36,5⁰C
- Klien tampak lemas.
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
kaki
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
- Memonitor vital sign
- Berikan teknik refleksi Pijat Kaki

2. Ny.P S: KELOMPOK
- Klien mengatakan neri di belakang kepala 3
belakang berkurang
O:
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi
pijat kaki

- TD: 140/80 mmHg N: 110


x/menit RR: 19 x/menit, S:
36,5 oC
- Klien tampak lemas
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
- Memonitor vital sign
- Berikan teknik refleksi Pijat Kaki Mengajarkan
teknik refleksi pijat kaki

3. Tn.M S: KELOMPOK
- klien mengatakan sakit kepala hialng timbul 3
O:
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
kaki
- TTV :
TD 160/100 mmHg
Nadi; 92 x/mennit
Pernapasan; 20 x/menit
Suhu 36,7˚ c
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
- Memonitor vital sign
- Berikan teknik refleksi Pijat Kaki

4. Tn.A S: KELOMPOK
- klien mengatakan tidak ada keluhahan 3

O:
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
kaki
- TTV :
TD 120/80 mmHg, Nadi; 90 x/mennit, Pernapasan; 20
x/menit, Suhu 36,7˚ c
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
- Memonitor vital sign

- Berikan teknik refleksi Pijat Kaki

5. Ny.K S: KELOMPOK
- Klien mengatakan pusing berkurang 3
O:
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
kaki
- TTV :
TD 130/80 mmHg, Nadi; 87 x/mennit, Pernapasan; 20
x/menit, Suhu 36,7˚ c
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
- Memonitor vital sign
- Berikan teknik refleksi Pijat Kaki

6. NY.D S: KELOMPOK
- klien mengatakan ktidak ada keluhan 3

O:
- Klien tampak lemas
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
kaki
- TTV :
TD 130/80 mmHg, Nadi; 86 x/mennit, Pernapasan; 20
x/menit, Suhu: 37˚ c
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
- Memonitor vital sign
- Berikan teknik refleksi Pijat Kaki

7. TN. R S: KELOMPOK
- klien mengatakan tidak ada keluhan 3
O:
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
kaki
- TTV :
TD 140/80 mmHg, Nadi; 68 x/mennit, Pernapasan; 20
x/menit, Suhu 36,7˚ c
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
- Memonitor vital sign
- Berikan teknik refleksi Pijat Kaki

8. NY.W S: KELOMPOK
- Klien mengatakan kepala terasa pusing, tengkuk terasa 3
kaku
O:
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
kaki
- TTV :TD 170/100 mmHg, Nadi; 77 x/mennit,
Pernapasan; 20 x/menit, Suhu 36,5˚ c
- Klien tampak lemas
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
- Memonitor vital sign
- Berikan teknik refleksi Pijat Kaki

9. NY.B S: KELOMPOK
- Klien mengatakan tidak ad akeluhan 3
b. Hasil TTV :
TD : 130/80 mmHg, RR : 19x/menit, N : 67x/menit, S :
36,4⁰C
- Klien tampak lemas.

A: Masalah belum teratasi


P: Intervensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
- Memonitor vital sign
- Berikan teknik refleksi Pijat Kaki

10. Ny.S S: KELOMPOK


- Klien mengatakan nyeri kepala hilang timbul 3
O:
- TTV :TD 160/100 mmHg, Nadi; 90 x/mennit,
Pernapasan; 20 x/menit, Suhu 36,5˚ c
- Klien tampak lemas
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
- Memonitor vital sign
- Berikan teknik refleksi Pijat Kaki
11. TN.B S: KELOMPOK
- Klien mengatakan masih pusing dan terasa sakit 3
dibagian tengkuk
O:
- Keadaan umum : baik
- Kesadaran : compos mentis
- Ttv : TD = 130/80 mmHg
- Hr : 90x/menit
- S : 36,6 °C
- RR : 18x/menit
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
kaki
-
A : masalah belum teratasi
P : intevensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
- Memonitor peningkatan tekanan darah
- Memonitor pelebaran tekanan nadi

12. TN.K S: KELOMPOK


- Klien mengatakan sakit kepala bagian belakang sekala 3
5
O:
- Keadaan umum : baik
- Kesadaran : compos mentis
- Ttv : Td = 140/90 mmHg
- Hr : 80x/menit
- S : 36,6 °C
- RR : 18x/menit
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
Kaki

A : masalah belum teratasi


P : intevensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
- Memonitor vital sign
- Berikan teknik refleksi Pijat Kaki

13. Tn. 0 S: KELOMPOK


- Klien mengatakan masih pusing dan terasa sakit 3
dibagian tengkuk
O:
- Keadaan umum : baik
- Kesadaran : compos mentis
- Ttv : TD = 160/90 mmHg
- Hr : 90x/menit
- S : 36,6 °C
- RR : 18x/menit
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
kaki

A : masalah belum teratasi


P : intevensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
- Memonitor vital sign
- Berikan teknik refleksi Pijat Kaki

14. Ny. E S: KELOMPOK


- Klien mengatakan jantungnya berdebar 3
O:
- Keadaan umum : baik
- Kesadaran : compos mentis
- Ttv : Td = 140/80 mmHg
- Hr : 90x/menit
- S : 36,5 °C
- RR : 19x/menit
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
kaki

A : masalah belum teratasi


P : intevensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
- Memonitor vital sign
- Berikan teknik refleksi Pijat Kaki

15. NY.G S: KELOMPOK


- Klien mengatakan tidak ada keluhan 3
O:
- Keadaan umum : baik
- Kesadaran : compos mentis
- Ttv : TD = 150/80 mmHg
- Hr : 80x/menit
- S : 36,5 °C
- RR : 20x/menit
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
kaki

A : masalah belum teratasi


P : intevensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
- Memonitor vital sign
- Berikan teknik refleksi Pijat Kaki

16. TN. C S: KELOMPOK


- Klien mengatkan berat dibagian tengkuk 3
O:
- Keadaan umum : baik
- Kesadaran : compos mentis
- Ttv : TD= 160/100 mmHg
- Hr : 85x/menit
- S : 36,5 °C
- RR : 20x/menit
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
kaki

A : masalah belum teratasi


P : intevensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
- Memonitor vital sign
- Berikan teknik refleksi Pijat Kaki
17. TN.AA S: KELOMPOK
3
- Klien mengatakan sakit kepalanya berdenyut-denyut
O:

- Keadaan umum klien baik


- Kesadaran : composmentis
- Klien tampak lemas
- Klien tampak meringis
- TTV : TD : 130/80 mmHg, N : 98x/ menit, RR :
18x/menit, S : 36,8°C
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
kaki

A : Masalah keperawatan belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK


- Memonitor vital sign
- Berikan teknik refleksi Pijat Kaki

18. Ny. M S: KELOMPOK


- Klien nyeri kepala hilang timbul 3
O:
- Hasil TTV : TD : 130/90 mmHg, RR : 17x/menit, N :
98x/menit, S : 36,5⁰C
- Klien tampak lemas.
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
kaki

A: Masalah belum teratasi


P: Intervensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
- Memonitor vital sign

- Berikan teknik refleksi Pijat Kaki

19. TN.H S: KELOMPOK


- Klien mengatakan kepalanya pusing 3
O:
- Keadaan umum : baik
- Kesadaran : compos mentis
- Ttv : TD = 130/80 mmHg
- Hr : 80x/menit
- S : 36,5 °C
- RR : 20x/menit
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
Kaki
-
A : masalah belum teratasi
P : intevensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
- Memonitor vital sign

Berikan teknik refleksi Pijat Kaki


20 Ny F S: KELOMPOK
- Klien mengatakan nyeri kepala berkurang 3
O:
- Keadaan umum : baik
- Kesadaran : compos mentis
- Ttv : TD = 150/100 mmHg
- Hr : 80x/menit
- S : 36,5 °C
- RR : 20x/menit
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
Kaki

A : masalah belum teratasi

P : intevensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
- Memonitor vital sign

Berikan teknik refleksi Pijat Kaki


EVALUASI HARI KETIGA

No Nama Evaluasi Hasil (SOAP) Paraf &


Nama Jelas
1. NY. A S: KELOMPOK
- Klien mengatakan pusing berkurang 3
O:
- Hasil TTV :
TD : 140/80 mmHg, RR : 17x/menit, N : 86x/menit ,S :
36,5⁰C
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
kaki

A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
2. Ny.P S: KELOMPOK
- Klien mengatakan tidak ada keluhan 3
O:
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi
pijat kaki

- TD: 130/80 mmHg N: 110


x/menit RR: 19 x/menit, S:
36,5 oC
A: Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan
3. Tn.M S: KELOMPOK
- klien mengatakan tidak ada keluhan 3

O:
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
Kaki
- TTV :
TD 120/80 mmHg
Nadi; 92 x/mennit
Pernapasan; 20 x/menit
Suhu 36,7˚ c
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dilhentikan
-

4. Tn.A S: KELOMPOK
- klien mengatakan tidak ada keluhahan 3

O:
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
Kaki
- TTV :
TD 130/80 mmHg, Nadi; 90 x/mennit, Pernapasan; 20
x/menit, Suhu 36,7˚ c
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
-

5. Ny.K S: KELOMPOK
- Klien mengatakan nyeri di kepala sekala 6 3

O:
- Klien tampak gelisah

- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat


kaki
- TTV :
TD 150/100 mmHg, Nadi; 87 x/mennit, Pernapasan;
20 x/menit, Suhu 36,7˚ c
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
6. NY.D S: KELOMPOK
- klien mengatakan nyeri kepala 3

O:
- Klien tampak lemas
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
kaki
- TTV :
TD 170/100 mmHg, Nadi; 86 x/mennit, Pernapasan;
20 x/menit, Suhu: 37˚ c
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
7. TN. R S: KELOMPOK
- klien mengatakan tidak ada keluhan 3

O:
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
kaki
- TTV :
TD 150/100 mmHg, Nadi; 68 x/mennit, Pernapasan;
20 x/menit, Suhu 36,7˚ c
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
8. NY.W S: KELOMPOK

- Klien mengatakan tidak ada keluhan 3


- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
kaki
- TTV :TD 140/80 mmHg, Nadi; 77 x/mennit,
Pernapasan; 20 x/menit, Suhu 36,5˚ c
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
9. NY.B S: KELOMPOK
- Klien mengatakan tidak ad akeluhan 3
c. Hasil TTV :
TD : 130/70 mmHg, RR : 19x/menit, N : 67x/menit, S :
36,4⁰C
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
10. Ny.S S: KELOMPOK
- Klien mengatakan nyeri kepala hilang timbul 3
O:
- TTV :TD 160/100 mmHg, Nadi; 90 x/mennit,
Pernapasan; 20 x/menit, Suhu 36,5˚ c
- Klien tampak lemas
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
11. TN.B S: KELOMPOK
- Klien mengatakan tidak ada keluhan 3
O:
- Keadaan umum : baik
- Kesadaran : compos mentis
- Ttv : TD = 130/80 mmHg
- Hr : 90x/menit
- S : 36,6 °C
- RR : 18x/menit
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat

kaki
-
A : masalah teratasi
P : intevensi dihentikan

12. TN.K S: KELOMPOK


- Klien mengatakan sakit kepala bagian belakang sekala 3
5
O:
- Keadaan umum : baik
- Kesadaran : compos mentis
- Ttv : Td = 150/100 mmHg
- Hr : 80x/menit
- S : 36,6 °C
- RR : 18x/menit
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
Kaki

A : masalah teratasi
P : intevensi hentikan intervensi
13. Tn. 0 S: KELOMPOK
- Klien tidak ada keluhan 3
O:
- Keadaan umum : baik
- Kesadaran : compos mentis
- Ttv : TD = 140/80 mmHg
- Hr : 90x/menit
- S : 36,6 °C
- RR : 18x/menit
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
Kaki

A : masalah teratasi

P : intevensi hentikan intervensi


14. Ny. E S: KELOMPOK
- Klien mengatakan tidak ada keluhan 3
O:
- Keadaan umum : baik
- Kesadaran : compos mentis
- Ttv : Td = 140/80 mmHg
- Hr : 90x/menit
- S : 36,5 °C
- RR : 19x/menit
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
Kaki

A : masalah teratasi
P : intevensi dihentikan
15. NY.G S: KELOMPOK
- Klien mengatakan tidak ada keluhan 3
O:
- Keadaan umum : baik
- Kesadaran : compos mentis
- Ttv : TD = 130/80 mmHg
- Hr : 80x/menit
- S : 36,5 °C
- RR : 20x/menit
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
Kaki

A : masalah teratasi
P : intevensi dihentikan
16. TN. C S: KELOMPOK
- Klien mengatakan tidak ada keluhan 3
O:
- Keadaan umum : baik

- Kesadaran : compos mentis


- Ttv : TD= 140/80 mmHg
- Hr : 85x/menit
- S : 36,5 °C
- RR : 20x/menit
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
kaki

A : masalah teratasi
P : intevensi dihentikan
17. TN.AA S: KELOMPOK
3
- Klien mengatakan sakit kepalanya berkurang
O:
- Keadaan umum klien baik
- Kesadaran : composmentis
- Klien tampak lemas
- Klien tampak meringis
- TTV : TD : 160/100 mmHg, N : 98x/ menit, RR :
18x/menit, S : 36,8°C
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
kaki

A : Masalah teratasi

P : hentikan intervensi

18. Ny. M S: KELOMPOK


- Klien nyeri kepala hilang timbul 3
O:
- Hasil TTV : TD : 160/100 mmHg, RR : 17x/menit, N :
98x/menit, S : 36,5⁰C
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat

kaki

A: Masalah teratasi
P: hentikan
intervensi
19. TN.H S: KELOMPOK
- Klien mengatakan kepalanya pusing 3
O:
- Keadaan umum : baik
- Kesadaran : compos mentis
- Ttv : TD = 140/80 mmHg
- Hr : 80x/menit
- S : 36,5 °C
- RR : 20x/menit
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
kaki
-
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
20 Ny F S: KELOMPOK
- Klien mengatakan nyeri kepala berkurang 3
O:
- Keadaan umum : baik
- Kesadaran : compos mentis
- Ttv : TD = 140/80 mmHg
- Hr : 80x/menit
- S : 36,5 °C
- RR : 20x/menit
- Klien tampak rileks saat di berikan terapi refleksi pijat
Kaki

A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
7. Hasil Penerapan Tindakan Keperawatan
a. Karakteristik Responden
1) Distribusi Frekuensi Usia Responden

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Tahun di Jl.
Mentok Kelurahan Keramat Kota Pangkalpinang tahun 2024 (n=20)

Usia Responden Jumlah Persentase (%)


60 – 69 tahun 15 75
70 – 79 tahun 5 25
Total 20 100

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 20 responden sebanyak 15


responden berusia 60-69 tahun (75%) dan 5 responden berusia 70-
79 tahun (55,6%).

2) Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Jl.
Mentok Kelurahan Keramat Kota Pangkalpinang Tahun 2024 (n=20)

No Jenis Kelamin N %
1 Laki-laki 9 45
2 Perempuan 11 55

Total 20 100

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 20 responden sebanyak 9 orang


(45%) berjenis kelamin laki-laki, dan sebanyak 11 orang (55%)
berjenis kelamin perempuan.
8. Analisa Univariat
a. Rata-rata Tekanan Darah Sebelum Dilakukan Intervensi

Tabel 4.3
Gambaran Tekana Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Sebelum (pre)
dilakukan refleksi pijat kaki DI di Jl. Mentok Kelurahan Keramat Kota
Pangkalpinang
Tahun 2024 (n=20)

Tekanan darah Mean Mean Selisih


Sebelum Sesudah
Sistol 150 138 12
Diastol 89 82,50 6,5

Tabel 4.3 Gambaran Tekanan Darah Sebelum Diberikan Intervensi


Terapi Terapi Refleksi pijat kaki menunjukan rata-rata tekanan darah
sistolik sebesar 150 mmhg dengan standar deviasi 8.584 dan tekanan
darah diastolik sebesar 89 mmHg dengan standar deviasi 7.881

b. Gambaran Tekanan Darah Sesudah Dilakukan Intervensi

Tabel 4.4
Gambaran Tekana Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Sesudah
(post) dilakukan Refleksi pijat kaki Di di Jl. Mentok Kelurahan
Keramat Kota Pangkalpinang
Tahun 2024 (n=20)

Tekanan Darah Mean SD Min Max


Post Sistolik 138.00 8,944 120 160
Post Diastolik 82,50 6,387 70 90

Tabel 4.4 Gambaran Tekanan Darah Sesudah Diberikan Intervensi


Terapi Refleksi pijat kaki Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia
dengan Hipertensi menunjukan bahwa sesudah pemberian intervensi
pemberian Terapi Refleksi pijat kaki didapatkan rata-rata tekanan
darah sistolik sebesar 138.00 mmhg dengan standar deviasi 8.944 dan
tekanan darah diastolik sebesar 82,50 mmHg dengan standar deviasi
6.387.

c. Gambaran frekuensi selisih tekanan darah sebelum dan sesudah intervensi

Tabel 4.5
Gambaran selisi tekanan darah dengan hipertensi sebelum (pre) dan
sesudah (post) dilakukan Refleksi pijat kaki di Jl. Mentok Kelurahan
Keramat Kota Pangkalpinang tahun 2024 (n=20)

Tekanan darah Mean Mean Selisih


Pre Post
Sistol 150 138.00 12
Diastol 89.00 82.50 6.5

Tabel 4.5 Menunjukan bahwa selisih tekanan darah responden


sebelum dan sesudah diberikan terapi Refleksi pijat kaki dilakukan
selama 3 hari dengan tekanan darah sistol 12 mmHg dan tekanan
darah diastol 6.5 mmHg. Data ini menunjukan bahwa terjadi
penurunan tekanan darah setelah diberikan intervensi

9. Analisa Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk menguji pengaruh Refleksi pijat kaki


terhadap penurunan tekanan darah penderita hipertensi. Untuk mengetahui
pengaru Refleksi pijat kaki terhadap penurunan tekanan darah pada
kelompok intervensi digunakan uji statistik Paired Samples T- Test (uji T
Dependen), sedangkan untuk mengetahui perbedaan penurunan tekanan
darah pada responden kelompok intervensi dengan kelompok kontrol
setelah diberikan intervensi digunakan uji statistik Independen-Sample T
Test (Uji T Independen) dengan tingkat kemaknaan (Level of Significance)
5%. Dengan ketentuan sebagai berikut : ada pengaruh jika p-value < 0,05
dan tidak ada pengaruh jika p-value > 0,05, dengan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.6
Pengaruh Terapi Refleksi Pijat Kaki Terhadap Tekanan Darah Pada
Lansia dengan hipertensi di di Jl. Mentok Kelurahan Keramat Kota
Pangkalpinang Tahun 2024 (n=20)

Tekanan Pre Post P


N
Darah Mean SD SE Mean SD SE Value
Sistol 150 8.584 1,919 138 8.944 2.000 0.0005
20
Diastol 89 7.881 1,762 82,50 6,387 1,428 0.0005

Tabel 4.6 menujukkan bahwa rata-rata tekanan darah sistol sebelum


diberikan terapi Refleksi pijat kaki pada responden sebesar 150 mmHg
yang menurut WHO termasuk dalam klasifikasi hipertensi ringan dan
derajat 3 dan rata-rata tekanan darah diastol sebelum diberikan terapi
Refleksi pijat kaki sebesar 89 mmHg yang menurut WHO termasuk
dalam klasifikasi hipertensi ringan. Standar deviasi tekanan darah
sistolik 8.944dan tekanan darah diastol 6,387. Sedangkan rata-rata
tekanan darah sistol sesudah diberikan terapi refleksi pijat kaki sebesar
138.00 mmHg yang menurut WHO termasuk dalam klasifikasi normal
tinggi dan rata-rata tekanan darah diastol setelah diberikan terapi refleksi
pijat kaki sebesar 82.50 mmHg yang menurut WHO termasuk dalam
klasifikasi normal. Standar deviasi tekanan darah sistol 8.944dan tekanan
darah diastol 6.387Dapat disimpulkan bahwa rata-rata tekanan darah
sistol sebelum dan sesudah diberikan terapi Refleksi pijat kaki ada
pengaruh yang signifikan (0,000 < 0,05) dan rata-rata tekanan darah
diastol sebelum dan sesudah diberikan terapi refleksi pijat kaki ada
pengaruh yang signifikan (0,000 < 0,05). Artinya Ho ditolak dan Ha
gagal ditolak.
10. Pembahasan
a. Analisa Masalah Keperawatan Utama Sesuai Judul
Terapi terapi refleksi pijat kaki pada lansia penderita hipertensi untuk
menurunkan tekanan darah
Gambaran Tekanan Darah Sebelum Diberikan Intervensi Terapi
Refleksi pijat kaki menunjukan rata-rata tekanan darah sistolik sebesar
150 mmhg yang menurut WHO termasuk dalam klasifikasi hipertensi
ringan dan tekanan darah diastolik sebesar 89 mmHg yang menurut
WHO termasuk dalam klasifikasi hipertensi ringan. Standar deviasi
tekanan darah sistolik 8.584 dan tekanan darah diastol 4,421.
Sedangkan rata-rata tekanan darah sistol sesudah diberikan terapi
Terapi Refleksi pijat kaki sebesar 138.00 mmHg yang menurut WHO
termasuk dalam klasifikasi normal tinggi dan rata-rata tekanan darah
diastol setelah diberikan terapi sebesar 82,50 mmHg yang menurut
WHO termasuk dalam klasifikasi normal. Standar deviasi tekanan
darah sistol 8.944 dan tekanan darah diastol 6.387. Dapat disimpulkan
bahwa rata-rata tekanan darah sistol sebelum dan sesudah diberikan
Terapi Refleksi pijat kaki ada pengaruh yang signifikan (0,000 < 0,05)
dan rata-rata tekanan darah diastol sebelum dan sesudah diberikan
Terapi Refleksi pijat kaki ada pengaruh yang signifikan (0,000 < 0,05).
Artinya Ho ditolak dan Ha gagal ditolak.

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian rahmawati dan ahmad


tahun 2019 yang berjudul Efektivitas terapi pijat refleksi dan terapi
benson terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi
setelah dilakukan intervensi ada pengaruh terapi pijat refleksi terhadap
penurunan tekanan darah pada penderita Hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Hulonthalangi Kota Gorantalo dengan nilai tekanan darah
sistolik pValue 0,000<0,005 dan nilai tekanan darah diastolik pValue
0,000,0,005.
Menurut analisa peneliti bahwa melakukan Terapi Refleksi pijat kaki
dan bersamaan dengan pemberian obat obat anti hipetensi dapat
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi, dan juga karena
terapi yang mudah dilakukan tanpa mengeluarkan biaya sedikipun.
Pijat refleksi adalah suatu praktik memijat titik-titik tertentu pada
tangan dan kaki. Manfaat pijat refleksi untuk kesehatan sudah tidak
perlu diragukan lagi. Salah satu khasiatnya yang paling populer adalah
untuk mengurangi rasa sakit pada tubuh. Manfaat lainnya adalah
mencegah berbagai penyakit, meningkatkan daya tahan tubuh,
membantu mengatasi stress, meringankan gejala migrain, membantu
penyembuhan penyakit kronis, dan mengurangi ketergantungan
terhadap obat- obatan

b. Analisa inervensi keperawatan berdasaran diagnosa keperawatan


utama

1. Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Sebelum Diberikan Terapi


refleksi pijat kaki .

Hasil penelitian Tekanan Darah Sebelum Diberikan Intervensi


Terapi Terapi Refleksi pijat kaki menunjukan rata-rata tekanan
darah sistolik sebesar 150 mmhg dengan standar deviasi 8.584 dan
tekanan darah diastolik sebesar 89 mmHg dengan standar deviasi
7.881. Berdasarkan data tersebut responden pada penelitian ini
termasuk dalam kategori memiliki tekanan darah tinggi dengan
kategori ringan.
Penelitian yang dilakukan Nugroho (2012) dengan judul “Pengaruh
Pijat Refleksi Kaki dan Hipnoterapi Terhadap Tekanan Darah Pada
Pasien Hipertensi” didapatkan hasil bahwa pijat refleksi mampu
menurunkan tekanan darah sistol sebesar 23,5 mmHg dan diastol
sebesar 8,42 mmHg. Penelitian lain oleh Zunaidi, Nurhayati, dan
Prihatin (2014) didapatkan hasil bahwa pijat refleksi mampu
menurunkan tekanan darah sistol sebesar 13,8 mmHg dan diastol
13,3 mmHg.

Secara teori, menurut Ratnawati (2019) Hipertensi atau penyakit


darah tinggi adalah suatu keadaan kronis yang ditandai dengan
meningkatnya tekanan darah pada dinding pembuluh darah
arteri.keadaan tersebut mengakibatkan jantung bekerja lebih keras
untuk mengedarkan darah keseluruh tubuh melalui pembuluh
darah. Hal ini dapat mengangggu aliran darah,merusak pembuluh
darah bahkan menyebabkan penyakit degenerative hingga
kemudian kematian

Faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi, yaitu faktor yang


dapat diubah seperti jenis kelamin, umur, genetik dan faktor yang
dapat diubah seperti pola makan, kebiasaan olah raga dan lain-lain.
Hipertensi juga disebabkan oleh tiga faktor, yaitu genetik,
lingkungan dan adaptasi struktural jantung serta pembuluh darah.
Gemar makan fastfood yang kaya lemak, asin dan malas
berolahraga merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya
hipertensi.

2. Tekanan Darah Sistolik Dan Diastolik Sesudah Diberikan Terapi


refleksi pijat kaki .

Hasil penelitian yang telah dilakukan terapi refleksi pijat kaki


menunjukan bahwa sesudah pemberian intervensi rata-rata tekanan
darah sistolik sebesar 138.00 mmhg dengan standar deviasi 8.944
dan tekanan darah diastolik sebesar 82,50 mmHg dengan standar
deviasi 6.387.
Hal ini sejalan dengan Penelitian Zunaidi (2014) didapatkan hasil
bahwa pijat refleksi mampu menurunkan tekanan darah sistol
sebesar 13,8 mmHg dan diastol 13,3 mmHg. Setelah dilakukan
terapi pijat refleksi kaki didapatkan beberapa orang responden
mengatakan badan lebih ringan dan sakit kepala berkurang.

sesuai dengan teori yakni Pijat secara luas diakui sebagai tindakan
yang memberikan relaksasi yang dalam dikarenakan sistem saraf
simpatis yang mengalami penurunan aktivitas sehingga
mengakibatkan penurunan tekanan darah serta pijat merupakan
suatu bentuk latihan pasif yang mampu meningkatkan sirkulasi
darah pada tubuh (Safitri, 2009).

Hal ini sesuai dengan teori yakni Pijat secara luas diakui sebagai
tindakan yang memberikan relaksasi yang dalam dikarenakan
sistem saraf simpatis yang mengalami penurunan aktivitas
sehingga mengakibatkan penurunan tekanan darah serta pijat
merupakan suatu bentuk latihan pasif yang mampu meningkatkan
sirkulasi darah pada tubuh (Safitri, 2009). Salah satu cara terbaik
untuk menurunkan tekanan darah adalah dengan terapi pijat.
Sejumlah studi telah menunjukkan bahwa terapi pijat yang
dilakukan secara teratur bisa menurunkan tekanan darah sistolik
dan diastolik, menurunkan kadar hormon stress cortisol,
menurunkan sumber depresi dan kecemasan, sehingga tekanan
darah akan terus turun dan fungsi tubuh semakin membaik.

Menurut peneliti dapat disimpulkan bahwa pijat refleksi kaki dapat


memberikan rangsangan relaksasi yang mampu memperlancar
aliran darah dan cairan tubuh pada bagian-bagian dalam tubuh
yang berhubungan dengan titik syaraf kaki yang dipijat. Sirkulasi
darah yang lancar akan memberikan efek relaksasi sehingga tubuh
mengalami kondisi yang seimbang. Dengan adanya penurunan
tekanan darah yang bermakna baik pada sesi pagi maupun pada
sesi sore, maka dapat disimpulkan bahwa pemberian terapi pijat
refleksi telapak kaki dapat menurunkan tekanan darah pada
penderita hipertensi.

3. Selisih Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Diberikan Terapi


Refleksi Pijat Kaki

Hasil penelitian dari selisih tekanan darah responden sebelum dan


sesudah diberikan terapi Refleksi pijat kaki dilakukan selama 3 hari
dengan tekanan darah sistol 12 mmHg dan tekanan darah diastol
6.5 mmHg. Data ini menunjukan bahwa terjadi penurunan tekanan
darah setelah diberikan intervensi
Salah satu cara terbaik untuk menurunkan tekanan darah adalah
dengan terapi pijat. Sejumlah studi telah menunjukkan bahwa
terapi pijat yang dilakukan secara teratur bisa menurunkan tekanan
darah sistolik dan diastolik, menurunkan kadar hormon stress
cortisol, menurunkan sumber depresi dan kecemasan, sehingga
tekanan darah akan terus turun dan fungsi tubuh semakin membaik.
Hal ini sejalan dengan Penelitian Zunaidi (2014) didapatkan hasil
bahwa pijat refleksi mampu menurunkan tekanan darah sistol
sebesar 13,8 mmHg dan diastol 13,3 mmHg. Setelah dilakukan
terapi pijat refleksi kaki didapatkan beberapa orang responden
mengatakan badan lebih ringan dan sakit kepala berkurang.

1. Analisa Tindakan Keperawatan Sesuai Dengan Judul Hasil


Penelitian
1) Pengaruh refleksi pijat kaki Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia
dengan Hipertensi

Gambaran Tekanan Darah Sebelum Diberikan Intervensi Terapi


Refleksi pijat kaki menunjukan rata-rata tekanan darah sistolik
sebesar 150 mmhg dan tekanan darah diastolik sebesar 89 mmHg .
Standar deviasi tekanan darah sistolik 8.584 dan tekanan darah
diastol 4,421. Sedangkan rata-rata tekanan darah sistol sesudah
diberikan terapi Terapi Refleksi pijat kaki sebesar 138.00 mmHg
dan rata-rata tekanan darah diastol setelah diberikan terapi sebesar
82,50 mmHg dengan Standar deviasi tekanan darah sistol 8.944
dan tekanan darah diastol 6.387.

Hasil penelitian Tekanan Darah Sebelum Diberikan Intervensi


Terapi Terapi Refleksi pijat kaki menunjukan rata-rata tekanan
darah sistolik sebesar 150 mmhg dengan standar deviasi 8.584 dan
tekanan darah diastolik sebesar 89 mmHg dengan standar deviasi
7.881. Berdasarkan data tersebut responden pada penelitian ini
termasuk dalam kategori memiliki tekanan darah tinggi dengan
kategori ringan.

Dapat disimpulkan bahwa rata-rata tekanan darah sistol sebelum


dan sesudah diberikan terapi refleksi pijat ada pengaruh yang
signifikan (0,000 < 0,05) dan rata-rata tekanan darah diastol
sebelum dan sesudah diberikan terapi refleksi pijat kaki ada
pengaruh yang signifikan (0,000 < 0,05). Artinya Ho ditolak dan
Ha gagal ditolak.

Hasil penelitian ini sama Penelitian yang dilakukan oleh


Umamah ( 2018) menunjukkan bahwa terjadi penurunan pada
kategori tekanan darah. Responden memiliki tekanan darah
sebelum di berikan pijat refleksi kaki yakni hipertensi derajat 1
140-159 mmHg/90-99 mmHg sedangkan sesudah di berikan pijat
refleksi kaki yakni normal dimana <130 mmHg/<85 mmHg.
Dari penelitian tersebut diketahui bahwa terdapat pengaruh
setelah diberikanterapi pijat refleksi kaki terhadap tekanan darah
pada penderita hipertensi di Karangrejo Timur Wonokromo
Surabaya. Berdasarkan uji wilcoxon sign rank test didapatkan
nilai ρ adalah 0,001 dan nilai α = 0,05, berarti ρ < α maka H 0
ditolak yang artinya ada pengaruh terapi pijat refleksi kaki
terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi.
Menurut Wahyuni (2014) Pijatrefleksi kaki merupakan salah satu
terapi alternatif pengobatan nonfarmakologis yang efektif untuk
membantu meringankan dan menyembuhkan daripada penyakit
tekanan darah tinggi atau hipertensi, teknik dasar yang sering
dipakai dalam pijat refleksi diantaranya: mengusap (massase),
teknik merambatkanibu jari, memutar tangan pada satu titik, serta
teknik menekan dan menahan. Rangsangan-rangsangan berupa
pijatan dan tekanan pada kaki dapat memancarkan gelombang-
gelombang relaksasi ke seluruh tubuh. Setelah dilakukan terapi
pijat refleksi kaki responden mengatakan sering buang air kecil
dan nyenyak ketika tidur dimalamhari serta ketika bangun badan
terasa enteng dan kaki terasa ringan ketikadibuat untuk berjalan.
Hal ini sesuai dengan teori Gala (2009) yang menyatakan
reaksi-reaksi sesudah sesi pengobatan refleksiologi, pasien akan
mengalami perasaaan sehat, kehangatan yang menyenangkan dan
relaksasi mendalam, peningkatan pada banyaknyabuang air, dan
kadang-kadang lebih sering, tidur nyenyak dan bangun jauh
lebih segar. Jika pada malam hari tidur terasa nyenyak, berarti
refleksi yang dilakukan sudah tepat.
Menurut analisa peneliti bahwa melakukan terapi refleksi pijat kaki
sebagai terapi non farmakolosis pendamping obat obatan yang di
konsumsi dapat menurunkan tekanan darah pada penderita
hipertensi, dan juga karena terapi yang mudah dilakukan
dimanapun dan kapan saja . Terapi pijat refleksi yang dilakukan
secara teratur bisa menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik,
menurunkan kadar hormon stress cortisol, menurunkan sumber
depresi dan kecemasan, sehingga tekanan darah akan terus turun
dan fungsi tubuh semakin membaik . selain itu pijat refleksi kaki
dapat memberikan rangsangan relaksasi yang mampu
memperlancar aliran darah dan cairan tubuh pada bagian-bagian
tubuh yang berhubungan dengan titik syaraf kaki yang dipijat.
Sirkulasi darah yang lancar akan memberikan efek relaksasi
sehingga tubuh mengalami kondisi seimbang.

11. Keterbatasan studi kasus


Penelitian ini dilakukan dengan mengunjungi dari rumah ke rumah
responden untuk melakukan intervensi dan tidak bisa dilakukan di satu
tempat secara bersamaan dikarenakan ada beberapa orang masih aktif
bekerja sehingga untuk mengumpulkan seluruh responden dalam waktu
yang bersamaan sangat tidaklah mudah. Dikarenakan penelitian ini
dilakukan para dalam waktu yang singkat dan terbenturnya waktu luang
untuk kunjungan ke responden dengan waktu bekerja di rumah sakit ,
sehingga peneliti menyadari bahwa menjadi salah satu faktor yang
menghambat peneliti dalam melakukan intervensi sehingga tidak
maksimal dalam melakukan intervensi yang dilakukan .
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pengkajian, analisa data penentuan diagnosa, perencanaan
(intervensi), implementasi, dan evaluasi tentang terapi pijat refleksi untuk
menurunkan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi, maka kelompok
menarik kesimpulan:

1. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Hasil pengkajian di Jl. Mentok Kelurahan Keramat Kota Pangkalpinang
pada lansia dengan hipertenmsi didapatkan data subjektif, dari semua
lansia mengatakan merasa pusing,nyeri kepala dan kaku pada leher
dan didapatkan rata-rata nilai tekanan darah 150/89 mmHg dengan
usia rata- rata 60- 79 tahun. Ditemukan pada semua lansia mereka
mengkonsumti terapi farmakologi yaitu amlodipine dan candesartan .
b. Diagnosa
Hasil diagnosa keperawatan pada kasus hipertensi pada lansia di Jl.
Mentok Kelurahan Keramat Kota Pangkalpinang yaitu resiko perfusi
serebral tidak efektif berhubungan dengan hipertensi ditandai dengan
klien mengatakan nyeri kepala, klien mengatakan nyeri pada tengkuk,
dan klien mengatakan pusing, janutng berdebar, badan lemas , dan
amta terasa kabur .
c. Intervensi
Intervensi untuk diagnosa resiko perfusi serebral tidak efektif
berhubungan dengan hipertensi yaitu identifikasi penyebab
peningkatan TIK, monitor tekanan darah, , beri tekhnik refleksi pijat
kaki selama 3 hari.
d. Implementasi
Mengaplikasikan terapi refleksi pijat kaki untuk diagnosa resiko
perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan hipertensi yaitu
dilaksanakan 1 hari dua kali pertemuan yaitu pagi dilakukan
pengkajian dan sore dilakukan tindakan keperawatan. Hari pertama
kunjunganpara responden merasa senang atas kedatangan para
mahasiswa yang melakukan pemeriksaan dan tindakan pijat kaki . di
hari ke dua para responden sudah merasakan hasil dari tindakan
keperawatan yang telah di lakukan. Di hari ke 3 para responden
mengatakan akan melakukan refleksi pijat kaki mandiri karna telah
merasakan hasilnya yang berdampak positif .
e. Evaluasi
Hasil evaluasi yang diberikan pada lansia hipertensi yaitu data
subjektif yaitu keluhan tentang nyeri kepala , pusing , dan nyeri
tengkuk sangat berkurang dan klien mengatakan sangat terbantu
dengan tindakan yang telah dilakukan kepada mereka . Untuk data
objektif didapatkan hasil penurunan tekanan darah sistol terdapat nilai
selisih 12 mmHg dan nilai diastole 7 mmHg.
Responden mengatakan akan rutin mencoba melakukan terapi refleksi
pijat kaki yang di lakukan secara mandiri ataupun di bantu oleh
anggota keluarganya karna di dapatkan hasil bila di sandingkan
dengan terapi farmakologi yang rutin di konsumsi mampu
menurunkan tekanan darah dan keluhan keluhan yang selama ini
dirasakan . Masalah keperawatan resiko perfusi serebral teratasi dan
intervensi dihentikan.

2. Hasil Penelitian
Dari 20 responden lansia yang ada di RT 57 Jl. Mentok Kelurahan
Keramat Kota Pangkalpinang tahun 2024 didapatkan sebanyak 15
responden berusia 60-69 tahun (75%) dan 5 responden berusia 70-79
tahun (55,6%) dan sebanyak 9 orang (45%) berjenis kelamin laki-laki,
serta sebanyak 11 orang (55%) berjenis kelamin perempuan.
Gambaran Tekanan Darah Sebelum Diberikan Intervensi Terapi
Terapi Refleksi pijat kaki menunjukan rata-rata tekanan darah sistolik
sebesar 150 mmhg dan tekanan darah diastolik sebesar 89 mmHg .
Setelah Diberikan Intervensi Terapi Refleksi pijat kaki Terhadap
Tekanan
Darah Pada Lansia didapatkan rata-rata tekanan darah sistolik sebesar
138.00 dan tekanan darah diastolik sebesar 82,50 mmHg.
Rata-rata tekanan darah sistol sebelum dan sesudah diberikan terapi
Refleksi pijat kaki ada pengaruh yang signifikan (0,000 < 0,05) dan
rata-rata tekanan darah diastol sebelum dan sesudah diberikan terapi
refleksi pijat kaki ada pengaruh yang signifikan (0,000 < 0,05). Dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh Terapi refleksi pijat kaki terhadp
Tekanan darah Pada Lansia dengan hipertensi di RT 57Jl. Mentok
Kelurahan Keramat Kota Pangkalpinang Tahun 2024.

A. Saran
1. Bagi mahasiswa
Asuhan keperawatan ini sangat berguna untuk menambah wawasan ilmu
pengetahuan dan sebagai penerapan ilmu yang telah diterima selama
kuliah.
2. Bagi pelayanan keperawatan
Hasil pembahasan ini dapat dijadikan pertimbangan dalam melakukan
pelayanan keperawatan sebagai salah satu cara menurunkan tekanan
darah dengan menggunakan terapi relaksasi autogenik.
3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi tambahan dengan
digunakan sebagai salah satu intervensi mandiri keperawatan dalam
menangani pasien hipertensi dan mengembangkan intervensi
keperawatan. Sehingga dapat menambah keilmuan khususnya dalam
bidang keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Anas, Sudijono. 2007. Pengantar Statistika Pendidikan. Jakarta: Grafindo Persada


Raju.

Anggraeni, N. I., Hidayat, I. W., Rachman, S. D., Ersanda. 2018. Bioactivity of


essential oil from lemongrass (Cymbopogon citratus Stapf) as
antioxidant agent. American Institute of Physics Publishing

Apriliani, A. L. (2018). EFEKTIFITAS TERAPI MUROTTAL DAN


HIDROTERAPI RENDAM KAKI AIR HANGAT TERHADAP
TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI
KELURAHANSRONDOL KULON (Doctoral dissertation, Universitas
MuhammadiyahSemarang).

Depkes RI (2017). Profil kesehatan indonesia. Jakarta: Depkes Republik


Indonesia.

Hartono, LA. (2007). Stres & stroke. Yogyakarta: Kanisius.

Irfannudin.(2019).Cara Sistematis Berlatih Meneliti.Jakarta Timur:Rayana


Komunikasindo.

Jiwantoro,A.,Yudha.(2017).Riset Keperawatan Analisa Data Statistiik


Menggunakan SPSS.Jakarta:Mitra Wacana Media.

Juliansyah.(2011).Metodologi Penelitian.Jakarta:Kencana.

Kemenkes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 6


Tahun 2016 Tentang Formularium Obat Herbal Asli Indonesia.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Marleni, L., & Haryani, J. (2019). PENGARUH RELAKSASI AUTOGENIK


TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH
PADAPENDERITA HIPERTENSI. Babul Ilmi Jurnal Ilmiah Multi
ScienceKesehatan 10(2).
Nuraini, Y. D. (2019). APLIKASI PIJAT REFLEKSI KAKI TERHADAP
PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA KELUARGA DENGAN
LANSIA HIPERTENSI (Doctoral dissertation, Tugas Akhir, Universitas
Muhammadiyah Magelang).

Nugroho, I. A., & Asrin, S. (2012). Efektifitas pijat refleksi kaki dan hipnoterapi
terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi. Jurnal
IlmiahKesehatan Keperawatan, 8(2), 57.
Organization WH.A global brief on Hypertension: silent killer, global public
health crises (World Health Day 2013). Geneva: WHO. 2013.

Potter,p.(2012).Fundamental Keperawatan.Jakarta:EGC.

Purwanto, B. (2013). Herbal dan Keperawatan Komplementer. Yogyakarta: Nuha


Medika.

. 2018. Hasil Utama Riskesdas 2018. Riset Kesehatan Dasar, 58.


https://www.kemkes.go.id/resources/download/info-
terkini/hasilriskesdas-2018.pdf

PPNI, T. P. S. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta


Selatan: DPP: Dewan Pengurus Pusat

Ratna, R., & Aswad, A. (2019). EFEKTIVITAS TERAPI PIJAT REFLEKSI


DAN TERAPI BENSON TERHADAP PENURUNAN TEKANAN
DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI. Jambura Health and
Sport Journal, 1(1), 33-40.

Umamah, F., & Paraswati, S. (2019). PENGARUH TERAPI PIJAT REFLEKSI


KAKI DENGAN METODE MANUAL TERHADAP TEKANAN
DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH
KARANGREJO TIMUR WONOKROMO SURABAYA. Jurnal
Ilmu Kesehatan Vol, 7(2).

Zunaidi, A., Nurhayati, S., & Prihatin, T. W. (2014). Pengaruh pijat refleksi
terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi di Klinik Sehat
Hasta Therapetika Tugurejo Semarang. In Prosiding Seminar
Nasional & Internasional (Vol. 2, No. 1).

World Health Organization (WHO). 2016. WHO methods and data sources global
burden of diasese estimates 2000-2015.
Daftar Tekanan Darah

JENIS SISTOLE DIASTOLE DIASTOLE


No Nama SISTOLE
KELAMIN PRE PRE POST
POST
1 A P 160 90 140 80
2 P P 150 90 130 80
3 M L 140 80 120 80
4 A L 150 90 130 80
5 K P 160 100 150 100
6 D P 160 100 170 100
7 R L 180 110 150 100
8 W P 140 80 140 80
9 B P 150 90 130 70
10 P P 150 100 160 100
11 B L 140 80 130 80
12 K L 140 80 150 100
13 O L 150 90 140 80
14 E P 160 100 140 80
15 EE P 140 80 130 80
16 L L 160 80 140 80
17 AA L 180 100 160 100
18 M P 190 90 160 100
19 H L 140 80 140 80
20 F P 160 100 140 80
Daftar Lampiran Tabel

Statistics
SistolPre SistolPost DiastolPre DiastolPost

N Valid 20 20 20 20
Missing 0 0 0 0
Mean 150.00 138.00 89.00 82.50
Median 150.00 140.00 90.00 80.00
a
Mode 140 140 90 80
Std. Deviation 8.584 8.944 7.881 6.387
Skewness .000 .432 .186 -.253
Std. Error of Skewness .512 .512 .512 .512
Kurtosis -1.676 1.037 -1.308 -.439
Std. Error of Kurtosis .992 .992 .992 .992
Minimum 140 120 80 70
Maximum 160 160 100 90

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown


Jenis kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-Laki 9 45.0 45.0 45.0


Perempuan 11 55.0 55.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

UsiaGroup
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 60-69 15 75.0 75.0 75.0


70-79 5 25.0 25.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

Statistics
SistolPre SistolPost DiastolPre DiastolPost

N Valid 20 20 20 20
Missing 0 0 0 0
Mean 150.00 138.00 89.00 82.50
Median 150.00 140.00 90.00 80.00
Mode 140a 140 90 80
Std. Deviation 8.584 8.944 7.881 6.387
Skewness .000 .432 .186 -.253
Std. Error of Skewness .512 .512 .512 .512
Kurtosis -1.676 1.037 -1.308 -.439
Std. Error of Kurtosis .992 .992 .992 .992
Minimum 140 120 80 70
Maximum 160 160 100 90

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Statistics
SistolPre SistolPost DiastolPre DiastolPost

N Valid 20 20 20 20
Missing 0 0 0 0
Mean 150.00 138.00 89.00 82.50
Median 150.00 140.00 90.00 80.00
a
Mode 140 140 90 80
Std. Deviation 8.584 8.944 7.881 6.387
Skewness .000 .432 .186 -.253
Std. Error of Skewness .512 .512 .512 .512
Kurtosis -1.676 1.037 -1.308 -.439
Std. Error of Kurtosis .992 .992 .992 .992
Minimum 140 120 80 70
Maximum 160 160 100 90

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Paired Samples Statistics


Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 SistolPre 150.00 20 8.584 1.919


SistolPost 138.00 20 8.944 2.000
Pair 2 DiastolPre 89.00 20 7.881 1.762
DiastolPost 82.50 20 6.387 1.428
LAMPIARAN SOP

STANDAR OPERATING PROCEDURE (SOP)


PROSEDUR PIJAT REFELEKSI KAKI
Pengertian Pijat dengan melakukan penekanan pada titik titik syaraf. Titik titik syaraf tersebut berada pada kaki, kebanyakan
titik titik syaraf tersebut berada di telapak kaki
Tujuan 1. Melancarakan peredaran darah
2. Menurunkan tekanan darah tinggi
3. Mencegah berbagai macam penyakit
4. Menjaga meningkatkan daya tahan tubuh
5. Memebantu mengatasi stres
6. Menyembuhkan rasa capek dan pegel
Persiapan Pasien Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan
Persiapan Alat 1. Minyak telon
2. Lotion/handbody
3. Sphygmomanometer ,Stetoskop , Lembar observasi tekanan darah.

Persiapan 1. Memberikan lingkungan yang aman dan nyaman


Lingkungan 2. Tutup sketsel
Prosedur 1. Waktu pijat refleksi dapat dilakukan selama 15-20 menit. Tetapi bagi penderita penyakit kronis, lanjut usia
waktunya lebih pendek
2. Setiap titik refleksi hanya dipijat 3 sampai 5 menit dalam sekali pemijatan
3. Bisa menggunakan minyak agar kulit tidak lecet tatkala dipijat
4. Gerakan pertama disebut dengan eflurage yaitu memijat dari pergelangan kaki ditarik sampai ke jari-jari.
Gerakan dapat dilakukan sekitar 3 – 4 kali.

5. Gerakan kedua ini sama dengan gerakan pertama yaitu menarik dari pergelangan kaki hingga sampai ujung
jari melewati perselangan jari diakhiri dengan tarikan kecil pada jari. Gerakan ini dilakukan pada semua jari
kaki, dari kelingking hingga jempol.

6. Setelah itu, dilakukan seperti gerakan pertama tetapi dengan menungkupkan semua telapak tangan pada atas
dan bawah telapak kaki, ditarik lembut dari pergelangan kaki hingga ke jari kaki. Gerakan ini
dilakukan 3 – 4kali.

7. Pegang kaki seperti gambar di atas, lakukan pemijatan pada daerah tumit dengan gerakan melingkar.
Penekanan pemijatan dipuasatkan pada jempol tangan yang dilakukan seperti gerakan-gerakan
memutar kecilsearah jarum jam. Gerakan ini dapat dilakukan sebanyak 3 – 4 kali.
8. Lakukan pemijatan dengan memfokuskan penekanan pada jempol, jari telunjuk, dan jari tengah
dengan membuat gerakan tarikan dari mata kaki kearah tumit. Gerakan ini dilakukan sebanyak 3 – 4
kali.
17. Gerakan terakhir yaitu memberi usapan lembut dengan sedikit diberikan penekanan dari
pergelangan kaki hingga semua ujung kaki. Gerakan ini dilakukan 3 -4 kali, dan ditutup dengan
mengusap satu kali dengan lembut dari atas pergelangan kaki hingga ujung kaki tanpa diberikan
penekanan.

18. Cuci tangan setelah memijat kaki pasien

Anda mungkin juga menyukai