Mustika sari
2. Nike
3. Iswadi
4. Firzhan Rachmadi
5. Sikin Walta
6. Ardianti
7. Yuliani M yusuf
8. Wulandari Ayu Pusfita
9. Desi Karmila
10. Sarika Rahayu
11. widarianti
12. yogie Tasti Apriansyah
13. Aditya
14. Wida Rianti
ASKEP EPISPADIA
15. Siska niarti
16. Rosita sari
17. Nurwadatul Kama
Epispadia adalah suatu keadaan dimana meatus uretra terletak pada permukaan dorsal
penis (Swartz, 1995). Epispadia adalah kelainan letak lubang uretra kongenital ke sisi
dorsal penis, kejadiannya lebih sedikit dibanding hipospadia (Corwin, 2009). Epispadia
adalah meatus uretra tidak meluas ke ujung penis karena tidak adanya dinding dorsal
uretra (Gruendemann, 2005). Epispadia adalah suatu anomali kongenital yaitu meatus
TANDA DAN GEJALA
Uretra terbuka pada saat lahir, posisi dorsal
Meatus uretra meluas dan perluasan alur dorsal dari meatus terletak di atas glans
Terdapat penis yang melengkung ke arah dorsal, tampak jelas pada saat ereksi
Penis pipih dan kecil dan mungkin akan melengkung ke dorsal akibat adanya chordae
Inkontinesia urin timbul pada epispadia penopubis (95%) dan penis (75%) karena perkembangan yang salah dari sfingter
urinarius.
PATOFISIOLOGI
Epispadia merupakan kelainan kongenital pada bayi laki-laki ataupun perempuan karena suatu kelainan bawaan pada
bayi laki-laki, dimana lubang uretra terdapat di bagian punggung penis atau uretra tidak berbentuk tabung, tetapi
terbuka. Gangguan dan ketidakseimbangan hormon juga memicu terjadinya epistasia dimana hormon androgen yang
mengatur organogenesis kelamin (pria) atau karena reseptor hormon androgen sendiri di dalam tubuh yang kurang atau
tidak ada. Sehingga walaupun hormon eandrogen sendiri telah terbentuk cukup akan tetapi apabila reseptornya tidak
ada tetap saja tidak akan memberikan suatu efek yang semestinya atau enzim yang berperan dalam sintesis hormon
androgen tidak mencukupi pun akan berdampak sama. Keadaan epispadia atau letak lubang uretra kongenital ke sisi
dorsal penis menyebabkan kesulitan atau ketidakmampuan berkemih secara adekuat dengan posisi berdiri (Corwin,
2009).
9
. PATHWAYS
Malformasi
kongenital
Luka
Efek anastesi Pemasangan
Gangguan disfungsi kateter
seksual Terputusnya
hipersalivasi kontinuitas jaringan
Bersihan Jalan
Penumpukan sekret Nyeri akut Terpajan
nafas tidak
di jalan nafas lingkungan luar Gangguan
efektif
eliminasi urin
DS: Ibu klien mengatakan anaknya mengalami gangguan berkemih semenjak anaknya masih bayi
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kelainan anatomis, pertumbuhan meatus uretra
yang abnormal di dorsal
DS: Sejak lahir klien sudah mengalami kelainan urinarius yaitu lubang uretranya berada di
dorsum ( atas) batang penis
2. Sesudah pembedahan
B. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pemasangan kateter, adanya luka pembedahan
Perencanaan
Sebelum pembedahan
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan 1. Pantau karakteristik nyeri, 1. Variasi penampilan
dengan proses pembedahan tindakan 2. Periksa gambar lengkap dan
keperawatan, pasien terhadap nyeri dari pasien perilaku pasien karena
tidak mengalami termasuk lokasi dan nyeri terjadi sebagai
nyeri, dengan kriteria intensitas lamanya, kualitas temuan pengkajian
hasil: (dangkal atau menyebar) 2. Nyeri sebagai
a. Mampu mengontrol dan penyebaran pengalaman subjektif
nyeri (tahu 3. Anjurkan pasien untuk dan harus
penyebab nyeri, melaporkan nyeri dengan digambarkan oleh
mampu segera pasien. Bantu pasien
menggunakan untuk menilai nyeri
4. Bantu melakukan teknik
tehnik relaksasi dengan
nonfarmakologi
untuk mengurangi
nyeri,
mencari bantuan) misalnya membandingkan
b. Melaporkan nafas dengan
bahwa nyeri dalam pengalaman nyeri
berkurang perlahan 3. Penundaan pelaporan
dengan perilaku distraksi, nyeri menghambat
menggunakan visualisasi dan bimbingan
manajemen nyeri imajinasi peredaran
c. Mampu mengenali 5. Periksa tanda-tanda vital nyeri/ memerlukan
nyeri (skala, sebelum atau sesudah peningkatan dosis
penggunaan anastesi obat. Selain itu nyeri
intensitas, 6. Berikan obat berat dapat
frekuensi dan analgesik menyebabkan syok
tanda nyeri) sesuai indikasi dengan merangsang
d. Menyatakan rasa system syaraf
nyaman setelah simpatis,
nyeri berkurang mengakibatkan
e. Tanda vital dalam kerusakan lanjut dan
rentang normal mengganggu
diagnostik serta
(kesadaran: hilangnya nyeri
komposmetis, TD: 4. Membantu dalam
120/80 mmHg, penurunan
nadi: 20x/menit, persepsi/respon nyeri
RR: 20x/menit, 5. Memberikan kontrol
suhu: 36,5- situasi, meningkatkan
37,5⁰C) perilaku
positif.
Hipotensi/depresi
pernafasan dapat
terjadi
sebagai akibat
pemberian
narkotik
6. Membantu
proses penyembuhan
pasien