Anda di halaman 1dari 16

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN Kel 7

ADVOKASI PASIEN
PADA KASUS PENYAKIT KRONIS
PADA ANAK
SISTEM PERKEMIHAN
 
Anggota 01 Christin N. K. Mega
(132111123018)

kelompok
02 Rudolf A. Karemihumba
(132111123019)

Marto Tritirto Honin


03 (132111123038)

04 Dewi Maryam
(132111123011)

Dina Akmarina Setianto


05 (132111123012)
Konsep Pengambilan Keputusan
Etika juga berasal dari bahasa yunani, yaitu Ethos, yang menurut
Araskar dan David (1978) berarti ” kebiasaaan ”. ”model prilaku” atau
standar yang diharapkan dan kriteria tertentu untuk suatu tindakan.

Fungsi kode etik profesi :


1. Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi
tentang prinsip profesionalitas yang di gariskan.
2. Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi
masyarakat atas profesi yang bersangkutan.
3. Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak di luar
organisasi profesi tentang hubungan etika dalam keanggotaaan
profesi.
Prinsip-Prinsip Etik
1. Otonomi (Autonomy)
2. Berbuat baik (Beneficience)
3. Keadilan (Justice)
4. Tidak merugikan (Nonmaleficience)
5. Kejujuran (Veracity)
6. Menepati janji (Fidelity)
7. Karahasiaan (Confidentiality)
8. Akuntabilitas (Accountability)
Konsep Hipospadia Pada Anak
Hipospadia didefinisikan sebagai suatu defek dalam pembentukan
aspek ventral dari penis yang disertai dengan abnormalitas dari meatus
uretra dimana meatus uretra berada di proksimal dari ujung penis dan
letaknya di bagian ventral dengan bentuk penis yang melengkung ke arah
ventral (dengan atau tanpa chordae) serta adanya defisiensi dari kulit
preputium bagian ventral atau disebut pula dorsal hood
Klasifikasi Hipospadia
dimulai dari Smith yang membagi hipospadia menjadi tiga
derajat, yaitu :
● Derajat satu bila letak meatusnya dari corona sampai
shaft penis bagian distal.
● Derajat dua mulai dari distal shaft sampai penoscrotal
junction.
● Derajat tiga mulai dari penoscrotal junction sampai ke
perineum.
A picture is
worth a
thousand words
 
WOC Hipospadia
Proses perkembangan Penyatuan Glandula uretra
Pembentukan uretra
janin usia 8-15 minggu digaris tengah lipatan uretra
terganggu
tidak lengkap
 

Pembentukan
Meatus uretra (lubang kencing)
Hipospadia saluran kencing tidak
terbuka pada sisi ventral penis
sempurna

Tidak dilakukan operasi -Stenosis meatus(aliran urin


sulit diatur) Pembedahan
Kriptokirdisme (testis turun
Pada jenis Penoskrotal/ kedalam skrotum)
  Eksisi Chordee,
perinial
  uretroplasty
Defisiensi pengetahuan, Ansietas
Infertilitas   Pra pembedahan
 
Hubungan seksual terganggu
-
Pemasangan kateter Inwhelling Gangguan rasa nyaman
Disfungsi seksual
Post de entry kuman
Nyeri
Resiko infeksi
Pemeriksaan
Manifestasi Penunjang
Klinis 1. Jarang dilakukan pemeriksaan tambahan untuk

a) Percikan urine tidak normal saat mendukung diagnosis hipospadia. Tetapi dapat dilakukan
pemeriksaan ginjal seperti USG mengingat hipospadia
buang air kecil.
sering disertai kelainan pada ginjal.
b) Kulup hanya menutupi bagian atas 2. Ultrasound perinatal untuk mendeteksi agnesis ginjal.
3. Segera setelah lahir, scan computerized axial tomography
kepala penis.
(CAT) atau ultrasound ginjal digunakan untuk
c) Bentuk penis melengkung ke mendiagnosis kelainan.

bawah. 4. Uretroskopi dan sistoskopi membantu dalam


mengevaluasi perkembangan reproduksi internal.
 
5. Urografi untuk mendeteksi kelainan kongenital lain pada
ureter dan ginjal.

 
Prosedur Operasi Hispospedia
1. Eksisi korde
Setelah insisi dari hipospadia telah dilakukan dan flap telah diangkat, seluruh jaringan yang dapat
mengakibatkan bengkok diangkat dari sekitar meatus dan dibawah glans. Setelah itu dilakukan tes ereksi
artificial. Bila korde tetap ada, maka diperlukan reseksi lanjutan.
2. Urethroplasty
Terdapat banyak teknik yang dapat digunakan untuk urethroplasty, namun yang akan dibahas adalah
teknik MAGPI yang cukup umum digunakan.
3. MAGPI (Meatal Advancement and Glanuloplasty Incorporated)
Teknik MAGPI ini dapat digunakan untuk pasien dengan hipospadia glanular distal. Setelah penis terlihat lurus
pada tes ereksi artifisial, insisi sirkumsis dilakukan
Resume Kasus

An B. berjenis kelamin laki-laki berusia 13 bulan datang ke Puskesmas A. An. B di


diagnosa dengan Hipospadia tipe peneana proximal. Ibu pasien mengatakan bahwa saat
kecing, urine tidak keluar melalui ujung penis, melainkan urine keluar pada pangkal
penis. Selama hamil, Ibu klien melakukan ANC sebanyak 4-5 kali di posyandu. Ibu
pasien tidak memiliki riwayat hipertensi maupun perdarahan selama kehamilan. An. B
dianjurkan untuk dibawa ke rumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut agar
mendapatkan tindakan yang sesuai dengan penyakit yang diderita oleh anak B. Yang
menjadi masalah adalah orang tua An. B menolak untuk dirujuk ke rumah sakit, karena
mereka menganggap bahwa sakit yang dialami oleh anak B hanya sakit biasa dan bisa
sembuh dengan pengobatan tradisional dan keluarga juga beralasan tidak memiliki biaya
untuk berobat ke rumah sakit. Perawat sudah memberikan edukasi pada keluarga terkait
masalah kesehatan yang dapat timbul bagi anak B dan keluarga serta lingkungan sosial
keluarga tersebut, tapi keluarga masih tetap dengan keputusan mereka. Oleh karena itu
perawat melakukan pendekatan ke tokoh masyarakat dan kepala desa setempat untuk
sama-sama melakukan pendekatan lagi kepada keluarga agar mau diperiksa ke rumah
sakit.
Pasien lahir di klinik bidan, dan persalinan dibantu oleh bidan secara spontan pada umur
kehamilan 38 minggu, BBL 3100 gram, PB 49 cm. Anak langsung menangis, tidak ada
kejang maupun ikterik. Ibu pasien juga menyatakan sering membawa anaknya untuk
imunisasi di posyandu dan kontrol di puskesmas. Imunisasi yang telah dilakukan adalah :
BCG, Hepatitis B, DPT, Polio dan campak.
Kondisi sosial ekonomi pasien termasuk menengah ke bawah. Ayah pasien hanya bekerja
sebagai kuli bangunan. Pasien tinggal bersama dengan ayah, ibu, dan saudara
perempannya yang berusia 5 tahun. Ibu pasien mengatakan bahwa dalam keluarganya
tidak ada yang memiliki riwayat penyakit seperti hipertensi, diabetes, atau penyakit
genetik lainnya.
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien tidak memiliki masalah terhadap pola makannya.
Pasien tidak memiliki riwayat sesak nafas dan asma. Ibu pasien mengatakan pasien tidur
dari jam 20.00 - 06.30, pasien juga tidur siang mulai pukul 11.00 - 15.00.
Sebelum dan selama sakit ibu pasien mengatakan bahwa pasien BAB 1x sehari, dan BAK
sebanyak 5-6 kali setiap hari. Ibu pasien mengatakan bahwa ia merasa cemas atas kondisi
anaknya dan tidak tahu apa yang terjadi dengan anaknya.
Pembahasan dan Pengambilan Keputusan Etik Penyelesaian Kasus
Sesuai langkah-langkah kerangka pemecahan etik yang dikemukakan oleh Murphy dan
Murphy:
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan : Pada kasus, An B menderita penyakit
Hipospadia tipe peneana proximal. saat kecing, urine tidak keluar melalui ujung penis,
melainkan urine keluar pada pangkal penis

2. Mengidentifikasi masalah etik : Pada kasus ini orangtua anak B menolak tindakan untuk
dirujuk ke RS dan menolak tindakan Operasi Hipospadia karena mereka kurang memahami
tentang prosedur Operasi Hipospadia, dan menganggap tindakan tersebut dapat mencederai
anak B yang masih terlalu kecil dan pasti membutuhkan biaya yang mahal.

3. Siapa yang teribat dalam pengambilan keputusan :


• Ayah Anak B (Ayah dan kepala keluarga)
• Ibu Anak B
• Dokter (sebagai pembuat keputusan medis untuk pasien)
• Perawat (penanggung jawab pasien)
Pembahasan dan Pengambilan Keputusan Etik Penyelesaian Kasus
Sesuai langkah-langkah kerangka pemecahan etik yang dikemukakan oleh Murphy dan
Murphy:
4. Mengidentifikasi peran perawat : Sesuai kasus di atas peran perawat adalah sebagai
advokator antara klien sebagai penerima layanan kesehatan dan dokter sebagai pemberi
layanan kesehatan

5. Mempertimbangkan berbagai alternatif alternatif yang mungkin dilaksanakan : Pada


kasus di atas tidak memungkinkan karena tindakan operasi Hipospadia harus dilakukan untuk
membuat anak B kembali BAK dalam posisi berdiri dan mengembalikan kelengkungan penis
anak B.

6. Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif keputusan : Dampak


dan bahaya tindakan Operasi Hipospadia :
• Dapat terjadi hematom/ penyempitan pada uretra
• Masalah kosmetik / bekas luka
• Gejala iritatif dan disfungsi ereksi
Pembahasan dan Pengambilan Keputusan Etik Penyelesaian Kasus
Sesuai langkah-langkah kerangka pemecahan etik yang dikemukakan oleh Murphy dan
Murphy:

7. Pemberi keputusan : Ayah anak B sebagai ayah dan kepala keluarga adalah pengambil
keputusan dalam kasus An. B di atas

8. Mempertimbangkan bagaimana keputusan tersebut hingga sesuai dengan falsafah


umum untuk perawatan klien : perawat berusaha agar klien/orangtua klien dapat
mengambil keputusan dengan tepat, melalui tukar pendapat yang baik dan tidak memaksakan
pendapat Memberi masukan dan pengertian sesuai ilmu keperawatan.

9. Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan menggunakan informasi
tersebut untuk membantu membuat keputusan berikutnya : Pada kasus di atas orangtua An. B
memiliki keyakinan yang bertolak belakang dengan keputusan medis yang diusulkan oleh dokter
sehingga diperlukan sharing ilmu dan pendapat oleh ahli keagamaan sesuai keyakinan orangtua anak
B dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi.
THANK YOU!

Anda mungkin juga menyukai