Anda di halaman 1dari 19

PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL

OLEH KELOMPOK II :

1. MUH. NASIR
2. ANDI SITTI RUHAYA KADIR
3. NUR INDAH LESTARI
4. RITA WAHDANIA SARAGI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR


PRODI KEPERAWATAN PAREPARE
2014 - 2015

1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan
makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongannya mungkin
penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang


“PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL” yang penyusun sajikan berdasarkan
pengumpulan bahan dari berbagai sumber.Makalah ini di susun oleh penyusun
dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun
yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Makalah ini memuat tentang “PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL”.


Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki detail
yang cukup jelas bagi pembaca.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen SOSIOLOGI


yaitu Bapak Drs. H. LUKMAN, S,M.Pd yang telah membimbing penyusun agar
dapat mengerti tentang bagaimana cara menyusun makalah ini dengan baik.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan yang


lebih luas bagi pembaca. Kami selaku Penyusun mohon untuk saran dan
kritiknya. Terima kasih.

Penyusun,

Kelompok II

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................................1

DAFTAR ISI .........................................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG .................................................................................................................3


B. TUJUAN.................................................................................................................................3
C. MANFAAT..............................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Proses Sosial.............................................................................................................5


B. Definisi Interaksi Sosial..........................................................................................................6
C. Ciri-Ciri dan Tujuan Interaksi Sosial.......................................................................................6
D. Faktor-Faktor yang Mendasari Proses Terbentuknya Interaksi Sosial...................................7
a) Faktor Internal..........................................................................................................7
b) Faktor Eksternal.......................................................................................................8
a. Faktor Imitasi...............................................................................................8
b. Fahtor Sugesti..............................................................................................8
c. Faktor Identifikasi........................................................................................8
d. Faktor Simpati.............................................................................................8
e. Faktor Motivasi............................................................................................8
f. aktoe Empati...............................................................................................8
E. Syarat-Syarat Terjadinya Interaksi Sosial...............................................................................9
a) Kontak Sosial (Social Contact)..................................................................................9
b) Komunikasi (Communication)..................................................................................9
F. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial..............................................................................................9
a) Proses-proses yang Asosiatif....................................................................................9
b) Proses Disosiatif.....................................................................................................13

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN.......................................................................................................................17
B. SARAN.................................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................................18

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Proses sosial merupakan aspek dinamis dari kehidupan masyarakat. Dimana
di dalamnya terdapat suatu proses hubungan antara manusia dengan yang lainnya.
Proses hubungan tersebut berupa antar aksi sosial yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari secara terus menerus. Antar aksi (interaksi) sosial, dimaksudkan sebagai
pengaruh timbal balik antara dua belah pihak, yaitu antara individu satu dengan
individu atau kelompok lainnya dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Proses
sosial pada dasarnya merupakan siklus perkembangan dari struktur sosial yang
merupakan aspek dinamis dalam kehidupan masyarakat.

Perkembangan inilah yang merupakan dinamika yang tumbuh dari pola-pola


perilaku manusia yang berbeda menurut situasi dan kepentingannya masing-masing,
yang diwujudkan dalam proses hubungan sosial. Hubungan-hubungan sosial itu pada
awalnya merupakan proses penyesuaian nilai-nilai sosial dalam kehidupan
masyarakat. Kemudian meningkat menjadi semacam pergaulan yang tidak hanya
sekedar pertemuan secara fisik, melainkan merupakan pergaulan yang ditandai
adanya saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing pihak dalam
hubungan tersebut. Misalnya saling berbicara (komunikasi), bekerja sama dalam
memecahkan suatu masalah, atau mungkin pertemuan dalam suatu pertikaian dan
lain sebagainya. Secara singkat, dapat dikatakan bahwa proses sosial itu adalah
hubungan-hubungan sosial yang dinamis dalam kehidupan masyarakat.

B. TUJUAN
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apa pengertian/definisi dari proses sosial dan interaksi sosial,
2. Dapat mengenal ciri-ciri dan tujuan dari interaksi sosial,
3. Mengetahui apa-apa saja faktor-faktor yang mendasari interaksi sosial,
4. Dapat mengetahui syarat-syarat terjadinya interaksi sosial,
5. Mengenal bentuk-bentuk proses/interaksi sosial.

4
D. MANFAAT
Makalah ini diharapkan dapat memperdalam teori keilmuan tentang
SOSIOLOGI khususnya tentang proses sosial dan interaksi sosial. Dan setelah
membaca makalah ini diharapkan dapat berguna bagi pembacanya.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Proses Sosial
Dalam membahas mengenai proses sosial dan interaksi sosial, sebelumnya
perlu diketahui apa itu pengertiannya. Berikut ini adalah beberapa pendapat para
ahli mengenai pengertian proses sosial dan interaksi sosial :

a) Adham Nasution; proses sosial adalah proses kelompok-kelompok dan individu-


individu saling berhubungan, yang merupakan bentuk antara aksi sosial, ialah
bentuk-bentuk yang nampak kalau kelompok-kelompok manusia atau orang
perorangan mengadakan hubungan satu sama lain. Kemudian ditegaskan lagi,
bahwa proses sosial adalah rangkaian sikap/tindakan manusia (human actions)
yang merupakan aksi dan reaksi atau challenge dan respons di dalam
hubungannya satu sama lain.
b) Abu Ahmadi; Dengan proses sosial dimaksudkan cara-cara interaksi (aksi dan
reaksi) yang dapat diamati apabila perubahan-perubahan mengganggu cara
hidup yang telah ada. Dengan konsep interaksi sosial, ia memberikan batasan
proses sosial sebagai pengaruh timbal balik antara individu dan golongan di
dalam usaha mereka untuk memecahkan persoalan yang dihadapi dan di dalam
usaha mereka untuk mencapai tujuannya.
c) Soerdjono Dirdjosisworo; mengartikan proses sosial sebagai pengaruh timbal
balik antara berbagai segi kehidupan bersama. Ia kemudian memperinci
pengertian rumusan ini sebagai berikut :
1. Pengaruh timbal balik sebagai akibat hubungan timbal balik antara individu
dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok mengenai berbagai aspek
kehidupan manusia seperti politik, ekonomi, sosial budaya dan keamanan.
2. Berbagai segi kehidupan tersebut adalah penerapan aspek-aspek utama
dalam kehidupan sosial yang mewarnai bahkan menentukan perkembangan
dalam kehidupan bersama.
d) Gillin dan Gillin; proses-proses sosial adalah cara berhubungan yang dapat dilihat
apabila orang perorangan dan kelompok-kelompok manusia saling bertemu dan
menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan
terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya cara-
cara hidup yang telah ada.

6
B. Definisi Interaksi Sosial

Interaksi sosial sendiri diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial timbal


balik yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara orang-orang secara
perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang dengan
kelompok-kelompok manusia.
Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas sosial. Selain itu
interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang
menyangkut hubungan antara orang perorangan, kelompok dengan kelompok atau
orang perorangan dengan kelompok. Interaksi sosial telah terjadi karena masing-
masing sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan terjadinya perubahan
dalam perasaan maupun syaraf orang-orang yang bersangkutan. Dan ada beberapa
pendapat para ahli mengenai pengertian interaksi sosial :

a) Roucek dan Warren; Interaksi adalah suatu proses melalui tindak balas tiap-tiap
kelompok berturut-turut menjadi unsur penggerak bagi tindak balas dari
kelompok yang lain. Ia adalah suatu proses timbal balik, yang mana satu
kelompok dipengaruhi tingkah laku reaktif pihak lain dan dengan berbuat
demikian ia mempengaruhi tingkah laku orang lain.
b) Macionis: Interaksi sosial adalah proses bertindak (aksi) dan membalas tindakan
(reaksi) yang dilakukan seseorang dalam hubungannya dengan orang lain.
c) Broom dan Selznic: Interaksi sosial adalah proses bertindak yang dilandasi oleh
kesadaran adanya orang lain dan proses menyesuaikan respon (tindakan
balasan) sesuai dengan tindakan orang lain.
d) Kimball Young dan Raymond W. Mack: Interaksi sosial adalah hubungan sosial
yang dinamis dan menyangkut hubungan antarindividu, antara individu dengan
kelompok maupun antara kelompok dengan kelompok lainnya.
e) Soerjono Soekanto: Interaksi sosial adalah proses sosial mengenai cara-cara
berhubungan yang dapat dilihat jika individu dan kelompok-kelompok sosial
saling bertemu serta menentukan sistem dan hubungan sosial.

C. Ciri-Ciri dan Tujuan Interaksi Sosial


Menurut Charles P. Loomis, sebuah hubungan itu bisa dikatakan interaksi
sosial jika memiliki ciri-ciri hubungan sebagai berikut :

a) Jumlah pelakunya adalah dua orang atau lebih


b) Adanya komunikasi antar pelaku dengan menggunakan simbol atau lambang-
lambang
c) Adanya suatu dimensi waktu yang meliputi masa lalu, masa kini dan masa yang
akan datang

7
d) Adanya tujuan yang hendak dicapai

Sedangkan tujuan yang hendak dicapai dari interaksi sosial itu adalah sebagai
berikut :

a) Terciptanya hubungan yang harmonis


b) Tercapainya tujuan hubungan dan kepentingan
c) Sebagai sarana dalam mewujudkan keteraturan hidup (kehidupan sosial
masyarakat)

D. Faktor-Faktor yang Mendasari Proses Terbentuknya Interaksi


Sosial
a) Faktor Internal
Adapun yang menjadi dorongan dari dalam diri seseorang untuk berinteraksi
sosial meliputi hal-hal berikut :
1. Dorongan untuk meneruskan keturunan
Dorongan ini merupakan naluri makhluk hidup yang alami. Pada masa
awal kehidupan manusia, perkawinan dilakukan secara adat oleh tokoh-
tokoh adat dengan sistem tertentu sehingga terbentuklah keluarga-keluarga
yang disepakati di dalam suatu kelompok.
2. Dorongan untuk memenuhi kebutuhan hidup
Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia sebagai makhluk
sosial menciptakan jaringan sistem ekonomi yang panjang. Pembentukan
jaringan ekonomi tersebut memerlukan bantuan dan kebersamaan dengan
manusia yang lain.
3. Dorongan untuk mempertahankan kehidupan
Dalam perjalanan hidupnya, kondisi lingkungan alam dan lingkungan
sosial telah memaksa manusia untuk bergabung dengan manusia yang lain
dalam menghadapi keganasan alam sekitar. Dengan demikian, muncullah
kelompok-kelompok sosial berdasarkan letak geografis yang sama, seperti
kelompok peramu, kelompok petani, dan kelompok nelayan
4. Dorongan untuk berkomunikasi
Setiap individu secara naluriah memiliki harapan untuk hidup ke arah
yang lebih baik. Pada masyarakat modern memiliki budaya untuk melakukan
berkomunikasi secara lebih efektif dan efisien untuk mencapai kesejahteraan
di antara lingkungan hidupnya dan yang lebih baik sesuai dengan tujuan yang
direncanakan

8
b) Faktor Eksternal

Terdiri dari :

1. Faktor Imitasi

Yaitu proses sosial atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain,
baik sikap penampilan, gaya hidupnya, bahkan apa-apa yang dimilikinya.
Imitasi pertama kali muncul di lingkungan tetangga dan lingkungan
masyarakat.

2. Faktor Sugesti

Adalah rangsangan, pengaruh, stimulus yang diberikan seorang


individu kepada individu lain sehingga orang yang diberi sugesti menuruti
atau melaksanakan tanpa berpikir kritis dan rasional.

3. Faktor Identifikasi

Adalah upaya yang dilakukan oleh seseorang individu untuk menjadi


sama (identik) dengan individu lain yang ditirunya. Proses identifikasi tidak
hanya terjadi melalui serangkaian proses peniruan pola perilaku saja, tetapi
juga melalui proses kejiawaan yang sangat mendalam.

4. Faktor Simpati

Yaitu proses kejiwaan dimana seorang individu merasa tertarik


kepada seseorang atau kelompok orang dikarenakan sikapnya,
penampilannya, wibawanya atau perbuatannya yang sedemikian rupa.

5. Faktor Motivasi

Yaitu rangsangan, pengaruh, stimulus yang diberikan seorang individu


kepada individu lain, sehingga orang yang diberi motivasi menuruti atau
melaksanakan apa yang dimotivasikan secara kritis, rasional dan penuh rasa
tanggung jawab. Motivasi biasanya diberikan oleh orang yang memiliki status
yang lebih tinggi dan berwibawa. Contohnya : motivasi dari seorang ayah
kepada anaknya dan dari seorang guru kepada siswa.

6. Faktor Empati

Faktor empati mirip dengan simpati, akan tetapi tidak semata-mata


perasaan kejiwaan saja. Empati dibarengi dengan perasaan organisme tubuh
yang sangat dalam (intens).

9
E. Syarat-Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Terjadinya interaksi sosial sebagaimana dimaksud, karena adanya saling
mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing pihak dalam suatu hubungan
sosial. Dalam proses sosial baru dapat dikatakan terjadi interaksi sosial, apabila telah
memenuhi persyaratan sebagai aspek kehidupan bersama, yaitu adanya kontak
sosial dan komunikasi sosial.

a) Kontak Sosial (Social Contact)

Kontak sosial adalah hubungan antara satu orang atau lebih, melalui
percakapan dengan saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing
dalam kehidupan masyarakat. Kontak sosial dapat terjadi secara langsung
maupun tidak langsung antara pihak satu dengan pihak lainnya. Kontak sosial
tidak langsung adalah kontak sosial yang menggunakan alat sebagai
perantaranya. Misalnya : melalui telepon, radio, surat, dan lain-lain.

b) Komunikasi (Communication)

Menurut Soerjono Soekanto, komunikasi adalah bahwa seseorang


memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan,
gerak-gerak badaniah atau sikap) perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan
oleh orang lain tersebut. Dengan adanya komunikasi, maka sikap dan perasaan di
satu pihak orang atau sekelompok orang dapat diketahui dan dipahami.

F. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial


Interaksi sosial dapat terjadi dalam berbagai bentuk, yaitu kerja sama,
persaingan, pertikaian atau pertentangan dan akomodasi. Bentuk-bentuk tersebut
dapat terjadi secara berantai terus-menerus, bahkan dapat berlangsung seperti
lingkaran tanpa berujung. Misalnya suatu pertikaian untuk sementara waktu dapat
diselesaikan (akomodasi), kemudian dapat bekerja sama, berubah menjadi
persaingan dan apabila persaingan ini memuncak maka dapat terjadi pertikaian.
Proses-proses interaksi yang pokok adalah sebagai berikut :

a) Proses-proses yang Asosiatif


1. Kerja Sama (Cooperation)

Kerja sama adalah suatu bentuk proses sosial, dimana di dalamnya


terdapat aktivitas tertentu yang ditujukan untuk mencapai tujuan bersama
dengan saling membantu dan saling memahami terhadap aktivitas masing-
masing. Roucek dan Warren mengatakan bahwa kerja sama berarti bekerja
bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama.

10
Menurut Charles Horton Cooley, kerja sama timbul apabila orang
menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama
dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan
pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-
kepentingan tersebut melalui kerja sama.

Menurut James D. Thompson dan William J. Mc Ewen ada 5 (lima)


bentuk kerja sama yaitu :

a. Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong-menolong.


b. Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-
barang dan jasa-jasa antara dua organisasi atau lebih.
c. Kooptasi (Cooptation), yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur baru
dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi
sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam
stabilitas organisasi yang bersangkutan.\
d. Koalisi (Coalition), yaitu kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang
mempunyai tujuan-tujuan yang sama.
e. Joint Venture, yaitu kerja sama dalam pengusahaan proyek-proyek
tertentu. Misalnya pengeboran minyak, perhotelan perfilman,
pengelolaan pelabuhan dan lain sebagainya.

2. Akomodasi (Accomodation)

Akomodasi adalah suatu keadaan hubungan antara kedua belah pihak


yang menunjukkan keseimbangan yang berhubungan dengan nilai dan
norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Menurut Soedjono,
akomodasi adalah suatu keadaan dimana suatu pertikaian atau konflik
mendapat penyelesaian sehingga terjalin kerja sama yang baik kembali.

Tujuan akomodasi (menurut Soerjono Soekanto) dapat berbeda-beda


sesuai dengan situasi yang dihadapi yaitu :

a. Untuk mengurangi pertentangan antara orang perorangan atau


kelompok-kelompok manusia sebagai akibat perbedaan paham.
b. Untuk mencegah meledaknya suatu pertentangan, baik sementara waktu
maupun secara temporer.
a. Untuk memungkinkan terjadinya kerja sama antara kelompok-kelompok
sosial yang sebagai akibat faktor-faktor sosial psikologis dan kebudayaan,
hidupnya terpisah, seperti misalnya yang dijumpai pada masyarakat-
masyarakat dengan sistem berkasta.
b. Mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok sosial yang
terpisah, misalnya melalui perkawinan campuran.

11
Bentuk-bentuk Akomodasi

a. Coercion, suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena


adanya paksaan
b. Compromise, bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang terlibat saling
mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian terhadap
perselisihan yang ada.
c. Arbitration, Suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak-pihak
yang berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri
d. Conciliation, suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan
dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan
bersama.
e. Toleration, merupakan bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal
bentuknya.
f. Stalemate, suatu akomodasi dimana pihak-pihak yang bertentangan
karena mempunyai kekuatan yang seimbang berhenti pada satu titik
tertentu dalam melakukan pertentangannya.
g. Adjudication, Penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan

Hasil-hasil Akomodasi

a. Akomodasi dan Intergrasi Masyarakat

Akomodasi dan intergrasi masyarakat telah berbuat banyak untuk


menghindarkan masyarakat dari benih-benih pertentangan laten yang
akan melahirkan pertentangan baru.

b. Menekankan Oposisi

Sering kali suatu persaingan dilaksanakan demi keuntungan suatu


kelompok tertentu dan kerugian bagi pihak lain

 Koordinasi berbagai kepribadian yang berbeda


 Perubahan lembaga kemasyarakatan agar sesuai dengan keadaan
baru atau keadaan yang berubah
 Perubahan-perubahan dalam kedudukan
 Akomodasi membuka jalan ke arah asimilasi

3. Asimilasi (Assimilation)

Menurut Gillin & Gillin, Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf
lanjut, ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-
perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok
manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak,

12
sikap dan proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan-
kepentingan dan tujuan-tujuan bersama.

Koentjaraningrat berpendapat bahwa proses asimilasi timbul bila ada :

 Kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya.


 Orang-perorangan sebagai warga kelompok tadi saling bergaul secara
langsung dan insentif untuk waktu yang lama.
 Kebudayaan-kebudayaan dari kelompok manusia tersebut masing-masing
berubah dan aling menyeseuaikan diri.

Beberapa bentuk interaksi sosial yang memberi arah ke suatu proses


asimilasi (interaksi yang asimilatif) bila memilii syarat-syarat berikut ini :

a. Interaksi sosial tersebut bersifat suatu pendekatan terhadap pihak


lain, dimana pihak yang lain tadi juga berlaku sama
b. interaksi sosial tersebut tidak mengalami halangan-halangan atau
pembatasan-pembatasan
c. interaksi sosial tersebut bersifat langsung dan primer
d. Frekuaensi interaksi sosial tinggi dan tetap, serta ada keseimbangan
antara pola-pola tersebut. Artinya, stimulan dan tanggapan-
tanggapan dari pihak-pihak yang mengadakan asimilasi harus sering
dilakukan dan suatu keseimbangan tertentu harus dicapai dan
dikembangankan.

Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu asimilasi adalah :

a. Toleransi
b. Kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi
c. Sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya
d. Sikap tebuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat
e. Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan
f. Perkawinan campuran (amaigamation)
g. Adanya musuh bersama dari luar

Faktor umum penghalangan terjadinya asimilasi

a. Terisolasinya kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat


b. Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi dan
sehubungan dengan itu seringkali menimbulkan faktor ketiga
c. Perasaan takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang dihadapi
d. Perasaan bahwa suatu kebudayaan golongan atau kelompok tertentu
lebih tinggi daripada kebudayaan golongan atau kelompok lainnya.

13
e. Dalam batas-batas tertentu, perbedaan warna kulit atau perbedaan
ciri-ciri badaniah dapat pula menjadi salah satu penghalang terjadinya
asimilasi
f. In-Group-Feeling yang kuat menjadi penghalang berlangsungnya
asimilasi. In Group Feeling berarti adanya suatu perasaan yang kuat
sekali bahwa individu terikat pada kelompok dan kebudayaan
kelompok yang bersangkutan.
g. Gangguan dari golongan yang berkuasa terhadap minoritas lain
apabila golongan minoritas lain mengalami gangguan-gangguan dari
golongan yang berkuasa
h. faktor perbedaan kepentingan yang kemudian ditambah dengan
pertentangan-pertentangan pribadi.

Asimilasi menyebabkan perubahan-perubahan dalam hubungan sosial


dan dalam pola adat istiadat serta interaksi sosial. Proses yang disebut
terakhir biasa dinamakan akulturasi. Perubahan-perubahan dalam pola adat
istiadat dan interaksi sosial kadangkala tidak terlalu penting dan menonjol.

b) Proses Disosiatif

Proses disosiatif sering disebut sebagai oppositional proccesses, yang


persis halnya dengan kerjasama, dapat ditemukan pada setiap masyarakat,
walaupun bentuk dan arahnya ditentukan oleh kebudayaan dan sistem sosial
masyarakat bersangkutan. Oposisi dapat diartikan sebagai cara berjuang
melawan seseorang atau sekelompok manusia untuk mencapai tujuan tertentu.
Pola-pola oposisi tersebut dinamakan juga sebagai perjuangan untuk tetap hidup
(struggle for existence). Untuk kepentingan analisis ilmu pengetahan, oposisi
proses-proses yang disosiatif dibedkan dalam tiga bentuk, yaitu :

1. Persaingan (Competition)

Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses


sosial dimana individu atau kelompok manusia yang bersaing mencari
keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu
menjadi pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun kelompok
manusia) dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam
prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.
Persaingan mempunya dua tipe umum :

a. Bersifat Pribadi : Individu, perorangan, bersaing dalam memperoleh


kedudukan. Tipe ini dinamakan rivalry.
b. Bersifat Tidak Pribadi : Misalnya terjadi antara dua perusahaan besar
yang bersaing untuk mendapatkan monopoli di suatu wilayah tertentu.

14
Bentuk-bentuk persaingan :

a. Persaingan ekonomi : timbul karena terbatasnya persediaan


dibandingkan dengan jumlah konsumen
b. Persaingan kebudayaan : dapat menyangkut persaingan bidang
keagamaan, pendidikan, dst.
c. Persaingan kedudukan dan peranan : di dalam diri seseorang
maupun di dalam kelompok terdapat keinginan untuk diakui
sebagai orang atau kelompok yang mempunyai kedudukan serta
peranan terpandang.
d. Persaingan ras : merupakan persaingan di bidang kebudayaan. Hal
ini disebabkan krn ciri-ciri badaniyah terlihat dibanding unsur-
unsur kebudayaan lainnya.

Persaingan dalam batas-batas tertentu dapat mempunyai beberapa


fungsi :

a. Menyalrkan keinginan individu atau kelompok yang bersifat


kompetitif
b. Sebagai jalan dimana keinginan, kepentingan serta nilai-nilai yang
pada suatu masa medapat pusat perhatian, tersalurkan dengan
baik oleh mereka yang bersaing.
c. Sebagai alat untuk mengadakan seleksi atas dasar seks dan sosial.
Persaingan berfungsi untuk mendudukan individu pada
kedudukan serta peranan yang sesuai dengan kemampuannya.
d. Sebagai alat menyaring para warga golongan karya (”fungsional”)

Hasil suatu persaingan terkait erat dengan pelbagai faktor berikut ini ”

a. Kerpibadian seseorang
b. Kemajuan : Persaingan akan mendorong seseorang untuk bekerja
keras dan memberikan sahamnya untuk pembangunan
masyarakat.
c. Solidaritas kelompok : Persaingan yang jujur akan menyebabkan
para individu akan saling menyesuaikan diri dalam hubungan-
hubungan sosialnya hingga tercapai keserasian.
d. Disorganisasi : Perubahan yang terjadi terlalu cepat dalam
masyarakat akan mengakibatkan disorganisasi pada struktur
sosial.

15
2. Kontraversi (Contravetion)

Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial


yang berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Bentuk
kontraversi menurut Leo von Wiese dan Howard Becker ada 5 :

a. Yang umum meliputi perbuatan seperti penolakan, keenganan,


perlawanan, perbuatan menghalang-halangi, protes, gangguang-
gangguan, kekerasan, pengacauan rencana
b. Yang sederhana seperti menyangkal pernyataan orang lain di muka
umum, memaki-maki melalui surat selebaran, mencerca, memfitnah,
melemparkan beban pembuktian pada pihak lain, dst.
c. Yang intensif, penghasutan, menyebarkan desas desus yang
mengecewakan pihak lain
d. Yang rahasia, mengumumkan rahasian orang, berkhianat.
e. Yang taktis, mengejutkan lawan, mengganggu dan membingungkan pihak
lain.

Contoh lain adalah memaksa pihak lain menyesuaikan diri dengan


kekerasan, provokasi, intimidasi, dst.

Menurut Leo von Wiese dan Howard Becker ada 3 tipe umum
kontravensi :

a. Kontraversi generasi masyarakat : lazim terjadi terutama pada zaman


yang sudah mengalami perubahan yang sangat cepat
b. Kontraversi seks : menyangkut hubungan suami dengan istri dalam
keluarga.\
c. Kontraversi Parlementer : hubungan antara golongan mayoritas dengan
golongan minoritas dalam masyarakat.baik yang menyangkut hubungan
mereka di dalam lembaga legislatif, keagamaan, pendidikan, dst.

Tipe Kontravensi :

a. Kontravensi antarmasyarakat setempat, mempunyai dua bentuk :


 Kontavensi antarmasyarakat setempat yang berlainan
(intracommunity struggle)
 Kontravensi antar golongan-golongan dalam satu masyarakat
setempat (intercommunity struggle)
 Antagonisme keagamaan
b. Kontravensi Intelektual : sikap meninggikan diri dari mereka yang
mempunyai latar belakang pendidikan yang tinggi atau sebaliknya
c. Oposisi moral : erat hubungannya dengan kebudayaan.

16
3. Pertentangan (Pertikaian atau conflict)

Pribadi maupun kelompok menydari adanya perbedaan-perbedaan


misalnya dalam ciri-ciri badaniyah, emosi, unsur-unsur kebudayaan, pola-pola
perilaku, dan seterusnya dengan pihak lain. Ciri tersebut dapat mempertajam
perbedaan yang ada hingga menjadi suatu pertentangan atau pertikaian.

Sebab musabab pertentangan adalah :

a. Perbedaan antara individu


b. Perbedaan kebudayaan
c. perbedaan kepentingan
d. perubahan sosial.

Pertentangan dapat pula menjadi sarana untuk mencapai


keseimbangan antara kekuatan-kekuatan dalam masyarakat. Timbulnya
pertentangan merupakan pertanda bahwa akomodasi yang sebelumnya telah
tercapai.

Pertentangan mempunyai beberapa bentuk khusus:

a. Pertentangan pribadi
b. Pertentangan Rasial : dalam hal ini para pihak akan menyadari betapa
adanya perbedaan antara mereka yang menimbulkan pertentangan
c. Pertentangan antara kelas-kelas sosial : disebabkan karena adanya
perbedaan kepentingan
d. Pertentangan politik : menyangkut baik antara golongan-golongan dalam
satu masyarakat, maupun antara negara-negara yang berdaulat
e. Pertentangan yang bersifat internasional : disebabkan perbedaan-
perbedaan kepentingan yang kemudian merembes ke kedaulatan negara

Akibat-akibat bentuk pertentangan

a. Tambahnya solidaritas in-group


b. Apabila pertentangan antara golongan-golongan terjadi dalam satu
kelompok tertentu, akibatnya adalah sebaliknya, yaitu goyah dan
retaknya persatuan kelompok tersebut.
c. Perubahan kepribadian para individu
d. Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia\
e. Akomodasi, dominasi, dan takluknya salah satu pihak

Baik persaingan maupun pertentangan merupakan bentuk-bentuk


proses sosial disosiatif yang terdapat pada setiap masyarakat.

BAB III
17
PENUTUP
A. SIMPULAN
Dari penjelasan-penjelasan dan pemaparan yang telah disebutkan sebelumnya
dapat diamati apabila sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai sosial yang berlaku
dalam masyarakat, interaksi sosial akan berlangsung secara baik. Sebaliknya, apabila
interaksi sosial tidak dilakukan sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai sosial yang
ada dalam masyarakat maka interaksi sosial akan berlangsung kurang baik bahkan
bisa saja sangat buruk..

B. SARAN
Hendaknya masyarakat (manusia) dapat menyadari, sebagai makhluk sosial
tidak dapat untuk berdiri sendiri dalam artian perlu berhubungan dengan individu
atau pun kelompok lain yang dalam ilmu sosiologi disebut proses sosial dan bentuk
umum dari proses sosial itu adalah interaksi sosial. Maka dari itu, terapkanlah
interaksi sosial yang sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai sosial yang berlaku
dalam masyarakat agar hubungan-hubungan sesama makhluk sosial dapat
berlangsung dengan baik..

DAFTAR PUSTAKA
18
Sukamto, sujono.2003.Sosiologi Pengantar.Jakarta : PT Gramedia
Soekanto, soerjono.2012.sosiologi suatu pengantar,Jakarta: Rajawali Pers
http://putrifayanaaaa.blogspot.com/

https://shindohjourney.wordpress.com/seputar-kuliah/sosiologi-komunikasi-proses-sosial-
dan-interaksi-sosial/

http://kulimijit.blogspot.com/2009/11/proses-sosial-dan-interaksi-sosial.html

19

Anda mungkin juga menyukai