Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN ASKEP

HIPERTENSI

Disusun oleh
Nama : Jumiati Buton
Nirm : 230401032

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MANADO


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI NERS
2024/2025
HIPERTENSI
A. Konsep Penyakit

1. Pengertian
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg.
Hipertensi tidak hanya berisiko tingi menderita penyakit jantung tetapi juga
menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah, dan
makin tinggi tekanan darah maka makin besar resikonya (Nurarif & Kusuma, 2016).
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg. Pada
populasi lanjut usia, hipertensi diddefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg
dan tekanan sistolik 90 mmHg (Kemenkes.RI, 2014).
2. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu (Nurarif &
Kusuma, 2016):
a. Hipertensi Primer (esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak di ketahui penyebabnya. Factor
yang mempengaruhinya yaitu factor genetic. Lingkungan, hiperaktifitas saraf
simpatis, system renin. Angiontensin dan peningkatan Na+
Caintraselular.faktor-faktor yang meningkatkan risiko seperti obesitas,
merokok, alcohol, dan polisitemia.
b. Hipertensi Sekunder
Penyebab yaitu: penggunan estrogen, penyakit ginjal, sindrom cushing, dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
Terdapat hipertensi yang lain (Kementrian Kesehatan RI, 2014)
1. Hipertensi pulmonal
Suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah pada
pembuluh daraah erteri paru-paru yang menyebabkan sesak nafas, pusing
dan pingsan pada saat melakukan aktivitas. Berdasar penyebab hipertensi
pulmonal dapat menjadi penyakit berat yang di tandai dengan penurunan
toleransi dalam melakukan aktivitas dan gagal jantung kanan. Hipertensi
pulmonal primer sering didapatkan pada usia muda dan usia perengahan,
lebih sering didapatkan pada Perempuan dengan perbandingan 2:1, angka
kejadian pertahun sekitar 2-3 kasus per 1 juta penduduk dengan mean
survival / sampai timbulnya gejala penyakit sekitar 2-3 tahun. Kriteria
diagnosis untuk hipertensi pulmonal merujuk pada national institute of
health; bila tekanan sistolik arteri pulmonal lebih dari 35 mmHg atau
“mean” tekanan arteri pulmonalis lebih dari 25 mmHg pada saat istrahat
atau lebih 30 mmHg pada aktifitas dan tidak didapatkan adanya kelainan
katup pada jantung kiri, penyakit myocardium, penyakit jantung kongenital
dan tidak adanya kelainan paru.
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas :
a) Elastisitas dingin aorta menurun
b) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun, kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d) Kehilangan elestisitas pembuluh darah. Hal ini disebabkan karena
kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
e) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan menjaji:
No Kategori Sistolik (mmHg) Diastolic (mmHg)
1 Optimal <120 <120
2 Normal 120-129 80-84
3 High Normal 130-139 85-89
4 Hipertensi
5 Grade 1 (ringan) 140-159 90-99
6 Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
7 Grade 3 (berat) 180-209 110-119
8 Grade 4 (sangat berat) >210 >120

2. Manifestasi Klinis
Menurun (price 2015), gejala hipertensi antara lain:
1. Sakit kepala bagian belakang.
2. Kaku kuduk.
3. Suli tidur.
4. Geelisah.
5. Kepala pusing.
6. Dada berdebar-debar.
7. Lemas.
8. Sesak nafaas.
9. Berkeringat dan pusiang.
10. Jantung berdebar.
11. Telinga berdering.
3. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstruksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jarak
saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsanga vasomotor dihantarkan dalam bantuk implus yang bergerak
kebawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron pre-18 ganglion melepaskan asetilkolin, yang merangsang serabut saraf
pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskan norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Beberapa factor, seperti kecemasan
dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap
rengsangan vasokonstriktor. Klien dengan hipertensi sangat sensitive terhadap
norepineprin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut dapat
terjadi.
Pada saat bersamaan ketika system saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal menyekresi
epineprin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal menyekresi
kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor
pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah
ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin.
Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, vasokontriktor kuat, yang pada akhirnya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
instravaskuler. Semua factor tersebut cenderung menyebabkan hipertensi
(Aspiani, 2016)
c. Pathway

Umur Jenis kelamin Gaya Hidup Obesitas

Hipertensi

Kerusakan Vaskuler Pembuluh Darah

Perubahan Struktur

Perubahan Struktur

Vasokonstriksi

Gangguan Sirkulasi

Otak Pembuluh Darah Ginjal


Otak
Sistemik Vasokontriksi
Resistensi Suplai O²
Pembuluh otak Pembuluh Darah
darah Otak menurun Ginjal
Vasokontriksi
e4 Bloof Flow ↓
TIK ↑ Singkop
Afterload ↑
Otak Otak
Resiko COP ↓ Respon RAA
Nyeri
ketidakefektifan Penurunan
D.0077
Perfusi Jaringan Curah
Otak Serebral D.0017 Jantung Fatique Rangsangan
Aldosteron

Intoleransi Retensi Na
Aktivitas
Edema
Tingkat nyeri L.08066 Perfusi serebral Penurunan curah jantung Intoleransi aktifitas
meningkat L.02014 D.0008 D.0060
1. Tingkat nyeri
menurun - Subjektif - observasi
2. Meringis menurun 1. Tingkat kesadran  Perubahan afterload - Menejemen energi
3. Gelisah menurun meningkat  ( dispenea )  Identifikasi gangguan
4. Kesulitan tidur 2. Sakit kepala menurun - Objekti fungsi tubuh yang
menurun 3. Gelisah menurun 1. Tekanan darah mengakibatkan
5. Frekuensi nadi 4. Tekanan intrakaranial meningkat/menu kelelahan
membaik membaik run - Edukasi
2. Nadi perifer  Anjurkan tirah baring
teraba lemah  Anjurkan melakukan
3. Warnakulit pucat aktivitas secara
dan atau sianosis bertahap
- Terapeutik
 Lakukan Latihan
L.02008 curah jantung rentang gerakpasif
dan/ aktif
- Luaran
 Perfusi serebral
 Status cairan
 Status sirkulasi
intoleransi aktifitas
 Tingkat keletihan
- Luaran
 Konsevasi energi
 Tingkat keletihan
d. Masalah keperawatan
e. Konsep asuhan keperawatan
1. Pengkajian keperawatan.
a. Identitas klien
1) Identitas klienMeliputi :
Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pekerjaan,
suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit (MRS),
nomor register, dan diagnosa medik.
2) Identitas Penanggung Jawab
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta status
hubungan dengan pasien
b. Keluhan utama
Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah, palpitasi, pusing,
leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah, dan impotensi.
c. Kesehatan Sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan pertanyaan
tentang kronologi keluhan utama. Keluhan lain yang menyerta biasanya : sakit
kepala , pusing, penglihatan buram, mual ,detak jantung tak teratur, nyeri dada.
d. Riwayat kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit hipertensi, penyakit jantung, penyakit ginjal, stroke.
Penting untuk mengkaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan
adanya riwayat alergi terhadap jenis obat.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji didalam keluarga adanya riwayat penyakit hipertensi, penyakit metabolik,
penyakit menular seperi TBC, HIV, infeksi saluran kemih, dan penyakit menurun
seperti diabetes militus, asma, dan lain-lain.
f. Aktivitas / istirahat
1) Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
2) Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
g. Sirkulasif.
1. Gejala :
a) Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/ katup dan
penyakit serebrovaskuler
b) Episode palpitasi
2. Tanda :
a) Peningkatan tekanan darah
b) Nadi denyutan jelas dari karotis,ugularis,radialis, takikardia
c) Murmur stenosis vulvular
d) Distensi vena jugularis
e) Kulit pucat,sianosis ,suhu dingin (vasokontriksi perifer)
f) Pengisian kapiler mungkin lambat / tertunda
h. Integritas ego
1) Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple
(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).
2) Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan perhatian, tangisan
meledak, otot uka tegang, menghela nafas, peningkatan pola bicara.
i. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini (seperti obstruksi) atau riwayat penyakit ginjal
pada masa yang lalu.
j. Makanan / cairan
1) Gejala :
a) Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak
serta kolesterol
b) Mual, muntah dan perubahan berat badan saat ini (meningkat/turun)
c) Riwayat penggunaan diuretic

2) Tanda :
a) Berat badan normal atau obesitas
b) Adanya edema
c) Glikosuria
d) Neurosensori
3) Gejala :
a) Keluhan pening / pusing, berdenyut, sakit kepala, suboksipital (terjadi
saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam)
b) Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan abur, epistakis)
4) Tanda :
a) Status mental, perubahan keterjagaanm orientasi, pola/ isi bicara, efek,
proses piker
b) Penurunan kekuatan genggaman tangan
k. Nyeri / ketidaknyamanan
Gejala : angina ( penyakit arteri koroner / keterlibatan jantung), sakit kepala
1. Pernapasan
1) Gejala :
a) Disnea yang berkaitan dari aktivitas/ kerja, takipnea, ortopnea.
Dispnea
b) Batuk dengan / tanpa pembentukan sputum
c) Riwayat merokok
2) Tanda :
a) Distress pernapasan / penggunaan otot aksesori pernapasan
b) Bunyi napas tambahan (crakles/mengi)
c) Sianosis
l. Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi/ cara berjalan, hipotensi postural.
m. Pembelajaran / penyuluha
Gejala :
1) Factor risiko keluarga: hipertensi,aterosklerosis, penyakit jantung, diabetes
mellitus.
2) Factor lain, seperti orang afrika-amerika, asia tenggara, penggunaan pil KB
atau hormone lain, penggunaan alcohol/obat.
n. Rencana pemulangan
Bantuan dengan pemantau diri tekanan darah/ perubahan dalam terapi obat.
f. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1) Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal
2) Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena parenkim ginjal
dengan gagal ginjal akut.
3) Darah perifer lengkap
4) Kimia darah (kalium, natrium, keratin, gula darah puasa)
b. EKG
1) Hipertrofi ventrikel kiri
2) Iskemia atau infark miocard
3) Peninggian gelombang P
4) Gangguan konduksi
c. Foto Rontgen
1) Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi aorta.
2) Pembendungan, lebar paru
3) Hipertrofi parenkim ginjal
4) Hipertrofi vascular ginjal
(Aspiani, 2016)
g. Diagnose Keperawatan
1. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler selebral dan iskemia
2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
3. Penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload
4. Resiko perfusi serebral tidak efektif

a. Berikut adalah diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien


dengan hipertensi (Nurarif ,2015 dan Tim pokja SDKI DPP PPNI 2017) :
1) Nyeri akut ( D.0077 )
Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari
3 bulan.
Penyebab :
Agen pencedera fisiologis ( mis : inflamasi, iskemia, neoplasma).
Batasan Karakteristik :
Kriteria Mayor :
a) Subjektif : mengeluh nyeri.
b) Objektif : tampak meringis, bersikap protektif (mis : waspada, posisi
menghindar nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur.
Kriteria Minor :
i. Subjektif : tidak ada
ii. Objektif : tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafus
makan berubah, proses berfikir terganggu, menarik diri, berfokus
pada diri sendiri, diaforesis.
Kondisi Klinis Terkait :
a. Kondisi pembedahan
b. Cedera traumatis
c. Infeksi
d. Sindrom koroner akut
e. Glaukoma
2) Intoleransi aktivitas (D.0056)
Definisi : ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari hari
Penyebab : kelemahan.
Batasan karakteristik :
Kriteria Mayor :
a. Subyektif : mengeluh lelah
b. Objektif : frekuensi jantung meningkat >20 % dan kondisi istirahat
Kriteria Minor :
a) Subyektif : dispnea saat / setelah aktivitas , merasa tidak nyaman setelah
beraktivitas , merasa lelah.
b) Objektif : tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat, gambaran
EKG menunjukan aritmia
c) Gambaran EKG menunjukan iskemia
d) Sianosis
Kondisi Klinis Terkait
1) Anemia
2) Gagal jantung kongesif
3) Penyakit jantung koroner
4) Penyakit katup jantung
5) Aritmia
6) Penyakit paru obstruktif kronis ( PPOK)
7) Gangguan metabolic
8) Gangguan musculoskeletal
c. Resiko Penurunan curah Jantung ( D.00 11)
Definisi : Beresiko mengalami pemompaan jantung yang tidak adekuat
untuk memenuhi kebutuhan metabolism tubuh.
Factor Risiko : Perubahan afterload
Kondisi Klinis Terkait :
1) Gagal jantung kongesif
2) Sindrom koroner akut
3) Gangguan katup jantung (stenosis/regurgitasi aorta, pulmonalis,
trikupidalis , atau mitralis )
4) Atrial/ventricular septal defect
5) Aritmia
d. Perfusi perifer tidak efektif (D.0009)
Definisi : penurunan sirkulasi darah pada level kalpiler yang dapat
menggangu metabolisme tubuh
Penyebab : peningkatan tekanan darah
Batasan Karakteristik :
Kriteria Mayor :
1) Subyektif : (tidak tersedia)
2) Objektif : pengisian kapiler >3 detik, nadi perifer menurun atau tidak
teraba, akral teraba dingin, warna kulit pucat, turgor kulit menurun.
Kriteria Minor :
1) Subyektif : parastesia , nyeri ekstremitas (klaudikasi intermiten)
2) Objektif : edema, penyembuhan luka lambat, indeks ankle brachial
<0,90 , bruit femoralis

Kondisi klinis terkait :

1) Tromboflebitis
2) Diabetes mellitus
3) Anemia
4) Gagal jantung kongestif
5) Kelainan jantung congenital
6) Thrombosis arteri
7) Varises
8) Thrombosis vena dalam
9) Sindrom kompartemen
h. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome)
yang diharapkan. Sedangkan tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas
spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi
keperawatan.
i. Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
keperawatan. Tindakan mencakup tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi
(Wartonah, 2015).
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses
pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain
yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan
kegiatan komunikasi (Dinarti & Muryanti, 2017).
j. Evaluasi Keperawatan
evaluasi adalah proses keberhasilan tindakan keperawatan yang membandingkan antara
proses dengan tujuan yang telah ditetapkan, dan menilai efektif tidaknya dari proses
keperawatan yang dilaksanakan serta hasil dari penilaian keperawatan tersebut
digunakan untuk bahan perencanaan selanjutnya apabila masalah belum teratasi.
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan guna
tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan
lain. Evaluasi keperawatan mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan
tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien (Dinarti
&Muryanti, 2017)
N Diagnose Tujuan Intervensi Evaluasi
o Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri S : - Klien
b.d evaluasi Observasi mengatakan nyeri
peningkatan keperawatan 1. lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi kualitas, pada kepala bagian
tekanan diharapkan masalah intensitas nyeri belakang, dan rasa
vaskuler nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri tidak nyaman di
selebral dan dengan kriteria hasil 3. Identifikasi respons nyeri non verbal leher dan tengkuk
iskemia : 4. Identifikasi faktor yang memperberat rasa O : - Klien terlihat
1. Keluhan nyeri nyeri meringis - Klien
menurun 5. Identifikasi pengetahuan tentang nyeri terlihat tegang
2. Meringis 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respons P : Adanya tekanan
menurun nyeri darah tinggi
3. Gelisah menurun 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas Q : Seperti ditusuk
4. Kesulitan tidur hidup dan ditekan
membaik 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer R : kepala bagian
5. Frekuensi yang sudah diberikan belakang, leher, dan
membaik 9. Monitor efek samping penggunaan analgetic tengkuk
6. Perasaan S:3
depresi Terapeutik T: Hilang
(tertekan) 1. Berikan terapi komplementer untuk timbul
menurun mengurangi rasa nyeri TD:170/90
7. Ketegangan (mis. TENS, hipnosis, mmHg
otot menurun akupresur terapi musik, N :65
biofeedback, terapi x/menit
pemijatan, aroma terapi, Teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin) RR:20x/menit
2. Kontrol lingkungan yan memperberat rasa T :36,5 C
nyeri A: Masalah belum
3. Fasilitasi istirahat dan tidur teratasi
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri P: Lanjutkan
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri intervensi
 Kolaborasi
Edukasi pemberian
1. Ajarkan terapi komplmenter untuk analgetic
mengurangi rasa nyeri (mis. Relaksasi,  Tingkatkan
pijat, distraksi, terapi bermain) istirahat
2. Informasikan penggunaan analgetic
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen Energi
aktivitas b.d evaluasi Observasi
kelemahan keperawatan  identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
diharapkan respon mengakibatkan kelelahan
fisiologi terhadap  monitor kelelahan fisik dan emosional
aktivitas yang  monitor pola dan jam tidur
membutuhkan :  monitor lokasi dan ketidak nyamanan
1. kemudahan selama melakukan aktifitas
melakukan Terapeutik
aktivitas  sediakaan lingkungan yang nyaman dan
sehari-hari rendah stimulus (mis. Cahaya, suara,
meningkat kunjungan)
2. kecepatan  lakukan Latihan rentang gerak pasif dan
berjalan aktif
meningkat
 berikan aktivitas distraksi yang
3. keluhan menenangkan
Lelah
 fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika
menurun
tidak dapat berpindah atau berjalan
4. dispenea saat
Edukasi
aktifitas
 anjurkan tira baring
menurun
 anjurkan melakukan aktivitas secara
5. dispenea
bertahap
setelah
 ajarkan strategi koping untuk mengurangi
aktifitas
kelelahan
menurun
Kolaborasi
6. frekuensi  kolaborasi dengan gizi tentang cara
nadi meningkatkan asupan makanan
membaik
7. tekanan
darah
membaik
8. saturasi
oksigen
membaik
9. frekuensi
napas
membaik.
3. Resiko Setelah dilakukan Pemantawan tanda-tanda vital Tekanan Faktor Risiko :
perfusi tindakan Intrakranial hipertensi
serebral keperawatan  Monitor tekanan darah, nadi, pernapasan, Kondisi Terkait :
tidak efektif diharapkan risiko dan suhu tubuh -TD 170/90 mmHg
perfusi serebral tidak  Monitor peningkatan TD A : Masalah risiko
terjadi dengan  Monitor pelebaran tekanan nadi (selisih perfusi serebral
kriteria hasil : TDS dan TDD) tidak terjadi
 Tekanan  Monitor penurunan frekuensi jantung P : Lanjutkan
darah dalam  Monitor adanya keluhan sakit kepala Intervensi
rentang  Periksa riwayat penyakit pasien secara  Monitor
normal rinci untuk melihat faktor risiko sirkulasi
 Tidak ada  Monitor sirkulasi perifer (mis.
ortostatik nadi perifer,
hipertensi perifer (mis. nadi perifer, edema, CRT, warna, edema,
 Tidak ada suhu, CRT,
tanda-tanda warna,
peningkatan Edukasi suhu, dan
tekanan 1. Berikan ruangan yang nyaman adanya rasa
intrakranial 2. Ajarkan pasien distraksi dan relaksasi. sakit pada
 Klien 3. Anjurkan pasien mandi/ seka air hangat ekstremitas)
melaporkan untuk persiapan tidur.
atau  Monitor
menunjukkan adanya
tidak ada tanda/gejala
tanda peningkatan
dispnea, TIK
angina dan
disritmia

Anda mungkin juga menyukai